PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSA KATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS ARGUMENTASI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN WONOGIRI TAHUN 2010

(1)

commit to user

i

PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSA KATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS ARGUMENTASI SISWA KELAS V

SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN WONOGIRI TAHUN 2010

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat Untuk mencapai derajat Magister

Oleh : Disusun Oleh : MUSRIYATUN NIM : S.810809310

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

ii

PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSA KATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS ARGUMENTASI SISWA KELAS V

SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN WONOGIRI

Disusun Oleh : MUSRIYATUN

S.810809310

Telah disetujui oleh Penguji

Jabatan : Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I : Prof. Dr. SAMSI HARYANTO,M.Pd. ... ... NIP. 19440404 197603 1 001

Pembimbing II : Dr. NUNUK SURYANI,M.Pd. NIP. 19661108 199003 2 001

... ...

Mengetahui

Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

Prof. Dr. MULYOTO,M.Pd. NIP. 194307121973011001


(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN TESIS

PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSA KATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS ARGUMENTASI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

NEGERI KECAMATAN WONOGIRI TAHUN 2010

Disusun Oleh : MUSRIYATUN

S.810809310

Telah disetujui oleh Penguji

Jabatan : Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd. ... ...

Sekretaris Prof. Dr. Sri Anitah,M.Pd.

Anggota Penguji 1. Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd.

2. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd.

... ... ... ...

Mengetahui

Direktur PPs UNS

PROF. DRS. SURANTO, M.SC,PH.D NIP. 19570820 1985031004

Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

Prof. Dr. MULYOTO,M.Pd. NIP. 194307121973011001


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Pengaruh Minat Membaca dan Penguasaan Kosa Kata Terhadap Kemampuan Menulis Argumentasi Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Wonogiri adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Januari 2011

MUSRIYATUN S. 810809310


(5)

commit to user

v MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, dan apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.

(Qs. Alam Nasyrah : 6-7)

Orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik, tetapi berusaha menjadikan yang terbaik setiap hal yang hadir dalam hidupnya.


(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Tesis ini kupersembahkan kepada :

· Suami tercinta S. Wan Kamari

· Anak-anakku tersayang (Santi, Rimba dan Eko)

· Segenap keluarga yang selalu memberi dorongan dan dukungan

Teriring doa dan terima kasih buat Ayah dan Ibu (Alm) yang sangat mengharapkan keberhasilanku.


(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas karunia-Nya dan ridho-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini. Dalam penyusunan tesis ini peneliti banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof Dr. Much. Syamsul Hadi, dr. Sp. KJ., Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian;

2. Prof. Drs. Suranto Tjiptowibisono, M.Sc, Ph.D., Direktur PPs Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian;

3. Prof Dr. Mulyoto, M.Pd., Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan yang telah memberikan pengarahan dan persetujuan atas permohonan tesis ini;

4. Prof Dr. Samsi Haryanto, M.Pd. dan Dr. Nunuk Suryani,M.Pd., Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan pengarahan dengan penuh kesabaran dan ketelatenan sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini. 5. Drs. Yatto,M.Pd., Sri Wahyuni,S.Pd., Sri Saparinsih, S.Pd. Kepala Sekolah

Dasar Negeri Kecamatan Wonogiri yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah yang dipimpinnya.


(8)

commit to user

viii

6. Guru kelas V SD N I Wonoboyo, SDN IV Wonoboyo, SDN I Pokoh Kidul Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri yang telah membantu peneliti dalam proses penelitian, terutama dalam hal pengumpulan data penelitian.

7. Semua pihak yang telah membantu hingga tersusunnya tesis ini.

Semoga semua amal kebajikan tersebut mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat dan berguna bagi para pembaca.

Surakarta, Januari 2011 Peneliti


(9)

commit to user

ix DAFTAR ISI

JUDUL……….. i

PENGESAHAN PEMBIMBING………. ii

PENGESAHAN PENGUJI TESIS……….. iii

PERNYATAAN……… iv

MOTTO………. v

PERSEMBAHAN……… vi

KATA PENGANTAR………. vii

DAFTAR ISI……… ix

DAFTAR TABEL……… xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN……… xvi

ABSTRAK……….. xix

ABSTRACT……… xx

BAB I PENDAHULUAN………. 1

A.Latar Belakang Masalah……… 1

B. Identifikasi Masalah……….. 5

C. Pembatasan Masalah………. 7

D.Perumusan Masalah……….. 7


(10)

commit to user

x

F. Manfaat Penelitian……… 8

BAB II LANDASAN TEORI………. 9

A.Tinjauan Pustaka……… 9

1. Minat Membaca………. 9

a. Pengertian minat ………….……… 9

b. Cara menemukan minat …………...……….. 10

c. Pengertian Membaca……….. 10

d. Tujuan Membaca……… 13

e. Aspek-aspek dalam Membaca……… 14

f. Membaca Nyaring……….. 15

g. Membaca Dalam hati……….. 16

2. Kosakata………..………. 19

3. Kemampuan Menulis Argumentasi ……….……… 22

a. Pengertian Menulis ………. 22

b. Karangan di Sekolah Dasar……….. 24

c. Manfaat Menulis ……….. 28

B. Penelitian yang Relevan……… 29

C. Kerangka Berfikir……… 30

1. Pengaruh Minat Membaca terhadap Kemampuan Menulis Argumentasi ………... 30

2. Pengaruh Penguasaan Kosakata terhadap Kemampuan Menulis Argumentasi………... 30


(11)

commit to user

xi

3. Pengaruh Minat Membaca dan Penguasaan Kosakata

terhadap Kemampuan Menulis Argumentasi ………….... 31

D.Hipotesis……….. 32

BAB III METODE PENELITIAN………. 33

A.Jenis Penelitian……… 33

B. Populasi, Sampel dan Sampling……….. 33

1. Populasi……… 33

2. Sampel………. 33

3. Sampling……….. 34

C. Tempat dan Waktu Penelitian………. 34

1. Tempat Penelitian………. 34

2. Waktu Penelitian……….. 34

D.Variabel Penelitian……….. 35

1. Variabel Bebas………. 35

2. Variabel Terikat……… 36

E. Metode Pengambilan dan Penyusunan Instrumen…..………… 36

1. Kemampuan Menulis Argumentasi..……… 36

2. Minat Membaca.……… 37

3. Penguasaan Kosakata……… 39

a. Uji Validitas………. 41


(12)

commit to user

xii

c. Menentukan Taraf Kesukaran……….. 44

d. Uji Daya Pembeda……….. 45

4. Teknik Uji Prasyarat Analisis……….. 46

5. Teknik Analisis Data.……….. 48

F. Hipotesis Statistik………..…………. 51

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……….. 52

A. Hasil Uji Coba Instrumen Angket……… 52

1. Angket minat membaca………. 52

2. Angket Penguasaan Kosakata………... 54

3. Angket Kemampuan menulis argumentasi……… 57

B. Deskripsi Hasil Pengumpulan Data……… 58

1. Angket Minat Membaca……….. 58

2. Angket Penguasaan Kosakata………. 60

3. Angket Kemampuan Menulis Argumentasi………. 61

C. Analisis Data………. 63

1. Uji Prasyarat Analisis………. 63

a. Uji Normalitas Data Minat Membaca……….. 63

b. Uji Normalitas Data Penguasaan Kosakata…………. 64

c. Uji Normalitas Data Kemampuan Menulis Argumentasi. 65 2. Analisis Regresi Linier …………..………. 66

3. Uji Hipotesis………. 67


(13)

commit to user

xiii

E. Keterbatasan Penelitian……… 71

BAB V. PENUTUP……….. 74

A. Kesimpulan……… 74

B. Implikasi……… 75

C. Saran………. 78


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

TABEL 1. Kisi-kisi Tes Menulis Argumentasi……….………… 37

TABEL 2. Angket menyusun kisi-kisi Minat Membaca ……….. 38

TABEL 3. Menyusun Kisi-kisi Penguasaan Kosakata...………….. 40

TABEL 4. Hasil Uji Validitas Angket Minat Membaca…... 52

TABEL 5. Komputasi Uji Reliabilitas Angket Minat Membaca……… 53

TABEL 6. Hasil Uji Validitas Angket Penguasaan kosakata………… 55

TABEL 7. Komputasi Uji Reliabilitas Angket Penguasaan Kosakata 55

TABEL 8. Hasil Uji Validitas Angket Kemampuan Menulis Argumentasi……… 57

TABEL 9. Komputasi Uji Reliabilitas Angket……… 58

TABEL 10. Rangkuman Hasil Pengumpulan Data Minat Membaca…. 59

TABEL 11. Ukuran tendensi sentral data minat membaca………. 60

TABEL 12. Rangkuman Hasil Pengumpulan Data Penguasaan kosakata. 60 TABEL 13. Ukuran tendensi sentral data penguasan kosakata…………. 61

TABEL 14. Rangkuman Hasil Pengumpulan Data Kemampuan Menulis Argumentasi………. 62

TABEL 15. Ukuran tendensi sentral data kemampuan menulis argumentasi.. 62

TABEL 16. Uji Normalitas Data minat membaca……….. 63

TABEL 17. Uji Normalitas Data Penguasaan kosakata………. 64


(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 Kerangka Pemikiran……… 31


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 A Kisi-kisi Angket Minat Membaca (Uji Coba)……… 82

LAMPIRAN 1 B Instrumen Penelitian Minat Membaca……… 83

LAMPIRAN 2 A Kisi-kisi Angket Penguasaan Kosa kata (Uji Coba).. 87

LAMPIRAN 2 B Instrumen Penelitian Tes Penguasaan Kosa Kata….. 88

LAMPIRAN 3 A Kisi-kisi Angket Menulis Argumentasi……….. 93

LAMPIRAN 3 B Soal Tes Menulis Argumentasi……….. 94

LAMPIRAN 4 Hasil Angket Minat Membaca………. 95

LAMPIRAN 5 Hasil Angket Penguasaan Kosa Kata……….. 96

LAMPIRAN 6 Hasil Kemampuan Menulis Argumentasi……… 97

LAMPIRAN 7 Hasil Uji Validitas Instrumen Angket Minat Membaca 98 LAMPIRAN 8 Hasil Validitas Instrumen Angket Pengusaaan Kosa Kata 99 LAMPIRAN 9 Hasil Uji Coba Angket Kemampuan Menulis Argumentasi ………. 100

LAMPIRAN 10 Uji Reliabilitas Angket Minat Membaca……… 101

LAMPIRAN 11 Uji Reliabilitas Angket Penguasaan Kosakata………… 102

LAMPIRAN 12 Uji Reliabilitas Menulis Argumentasi………. 103

LAMPIRAN 13 Analisis Angket Minat Membaca……….. 104

LAMPIRAN 14 Analisis Angket Penguasaan Kosakata………. 106

LAMPIRAN 15 Angket Kemampuan Menulis Argumentasi……….. 109


(17)

commit to user

xvii

LAMPIRAN 17 Uji Normalitas Data Penguasaan Kosakata……….. 112

LAMPIRAN 18 Uji Normalitas Data Kemampuan Menulis Argumentasi 113 LAMPIRAN 19 Tabel Kerja Analisis Data Regresi dan Korelasi ………. 114

LAMPIRAN 20 Analisis Regresi Linear Sederhana y atas x1 ……… 115

LAMPIRAN 20A Uji Signifikansi dan Linearitas Regresi Sederhana Y atas X1 ………. ……… 116

LAMPIRAN 21 Analisis Regresi Linear Sederhana y atas x2 ……… 120

LAMPIRAN 21A Uji Signifikansi dan Linearitas Regresi Sederhana Y atas X2 ………. ……… 121

LAMPIRAN 22 Analisis Korelasi Sederhana X1 dengan X2 ………. 124

LAMPIRAN 23 Analisis Korelasi Sederhana X1 dengan Y .………. 126

LAMPIRAN 24 Analisis Korelasi Sederhana X2 dengan Y .………. 128

LAMPIRAN 25 Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana X1 dengan Y ………. ……… 130

LAMPIRAN 26 Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana X2 dengan Y ………. ……… 131

LAMPIRAN 27 Analisis Regresi Linear Ganda Y atas X1 X2.………. 132

LAMPIRAN 28 Uji Signifikansi Regresi Linear Ganda Y atas X1 X2.……. 135

LAMPIRAN 29 Uji Signifikansi Koefisien Analisis Regresi Linear Ganda Y atas X1 X2 ………..…….. 136


(18)

commit to user

xviii

LAMPIRAN 31 Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Ganda X1 X2

dengan Y ………..……. 135

LAMPIRAN 32 Sumbangan X1 terhadap Y ………. 140

LAMPIRAN 33 Sumbangan X2 terhadap Y ………. 141


(19)

commit to user

xix ABSTRAK

Musriyatun. S.810809310. PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS ARGUMENTASI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN WONOGIRI TAHUN 2010. Tesis. Surakarta: Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Februari 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara (1) minat membaca dan kemampuan menullis argumentasi (2) penguasaan kosakata dan kemampuan menulis argumentasi (3) minat membaca dan penguasaan kosakata secara bersama-sama dengan kemampuan menulis argumentasi.

Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh minat membaca dan penguasaan kosakata terhadap kemampuan menulis argumentasi siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Wonogiri Tahun 2010 dengan menggunakan metode angket, teknik tes, teknik uji prasyarat analisis dan teknik analisis data.

Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) ada pengaruh positif yang siginifikan antara minat membaca dengan kemampuan menulis argumentasi (ry.1 = 0,76 koefisien korelasi

diuji signifikansinya dengan uji-t diperoleh t hitung = 7,21 pada taraf nyata α = 0,05 dengan n = 40 diperoleh t tabel = 1,684); (2) ada pengaruh positif penguasaan kosakata dengan kemampuan menulis argumentasi (ry.2 = 0,68 koefisien korelasi diuji signifikansinya dengan

uji-t diperoleh t hitung = 5,72 pada taraf nyata α = 0,05 dengan n = 40 diperoleh t tabel = 1,684); (3) ada pengaruh positif minat membaca dan penguasaan kosakata secara bersama-sama dengan kemampuan menulis argumentasi (ry.12 = 0,76 koefisien korelasi signifikansi

dengan uji-F diperoleh F hitung = 26,07, pada taraf nyata α = 0,05 dengan dk pembilang 2 dan dk penyebut 37 diperoleh Ft sebesar 3,26).

Dari hasil penelitian di atas dapat dinyatakan bahwa secara bersama-sama minat membaca dan penguasaan kosakata memberikan sumbangan terhadap kemampuan menulis argumentasi. Ini menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut dapat menjadi prediktor yang baik bagi kemampuan menulis argumentasi.

Dilihat dari kuatnya hubungan tiap variabel prediktor (bebas) dengan variabel respons (terikat), hubungan minat membaca dengan kemampuan menulis argumentasi lebih kuat dibandingkan dengan hubungan penguasaan kosakata dengan kemampuan menulis argumentasi. Ini menunjukkan bahwa minat membaca menjadi prediktor yang lebih baik dari pada penguasaan kosakata. Konsekuensinya, guru yang mengajar pelajaran


(20)

commit to user

xx

bahasa Indonesia perlu lebih memprioritaskan aspek minat membaca dalam meningkatkan kemampuan menulis argumentasi dari pada aspek penguasaan kosakata.

Kata kunci : minat membaca, penguasaan kosakata, kemampuan menulis


(21)

commit to user

xxi ABSTRACT

Musriyatun. S.810809310. EFFECT OF READING INTEREST AND VOCABULARY MASTERING ON ARGUMENTATIVE WRITING ABILITY AT THE 6TH GRADE PUBLIC ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS IN SUBDISTRICT OF WONOGIRI 2010. Thesis. Surakarta: Education Technology Study Program of Postgraduate Program, Sebelas Maret University of Surakarta. January 2011.

This research intends to having know the effect between (1) reading interest and argumentative writing ability (2) vocabulary mastering and argumentative writing ability (3) reading interest and vocabulary mastering together with argumentative writing ability.

The research was conducted of effect of reading interest and vocabulary mastering on argumentative writing ability at the 6th grade public elementary school students in sub district of Wonogiri 2010 by using questionnaire method, technique of test, technique test of precondition analysis and technique of data analysis.

Analysis result showed that (1) there is a significant positive effect between reading interest with argumentative writing ability (ry.1 = 0,76 correlation coefficient tested of the

significancy with t-test and founded t-count = 7,21 at the level of significance α = 0,05 with n = 40 achieved t-table = 1,684); (2) there is a positive effect between vocabulary mastery with argumentative writing ability (ry.2 = 0,68 correlation coefficient tested of the

significancy with t-test and founded t-count = 5,72 at the level of significance α = 0,05 with n = 40 achieved t-table = 1,684); (3) there is a positive effect between reading interest and vocabulary mastery together with the argumentative writing ability (ry.12 = 0,76 significancy

correlation coefficient by F-test achieved F-count = 26,07, at the level of significance α = 0,05 with numerator dk 2 and denominator dk 37 is achieved Ft amount 3,26).

From the result of research above can be explained that according by together reading interest and vocabulary mastery give up contribution for argumentative writing ability. It showing that both of that variable can be good predictor toward argumentative writing ability.

Realizing from the strongthly relationship each predictor variable (free) with respons variable (bound), effect reading interest with argumentative writing ability is stronger than the effect of vocabulary mastery with argumentative writing ability. It showed that reading interest can be good predictor than vocabulary mastery. Consequently, theacher of Indonesian linguistic need more priority of reading interest


(22)

commit to user

xxii

aspect in hand of increasing argumentative writing ability than vocabulary aspect.


(23)

commit to user

xxiii BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP SD Negeri 1 Wonoboyo (2007 : 73) di Sekolah Dasar, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan Bahasa Indonesia.

Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan atau kemampuan menulis argumentasi merupakan bagian dari pengajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Sekolah Dasar (2007 : 74) dijelaskan bahwa

Tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan etika yang berlaku baik secara lisan maupun tulis, menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

Esensi bahasa adalah berkomunikasi. Bahasa saat ini merupakan sesuatu yang dianggap penting akan keberadaannya dan peranannya. Bahasa merupakan alat


(24)

commit to user

xxiv

komunikasi yang bisa dinikmati oleh semua makhluk di belahan bumi ini, karena dengan bahasa, kita akan mengetahui berbagai macam informasi.

Bloomfield (1977 : 42) mengatakan bahwa

Semua aktivitas manusia yang terencana didasarkan pada bahasa. Bahasa sendiri mempunyai bentuk dasar berupa ucapan atau lisan. Jadi jelas bahwa belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi, dan komunikasi itu adalah menulis.

Hal senada disampaikan oleh Bygate (1987 : 26) bahwa

Dalam menulis sesorang harus mempunyai pengetahuan keterampilan perspektif motorik, dan keterampilan interaktif. Maka, agar dapat bercerita dengan baik seseorang harus mempunyai kompetensi kebahasaan yang memadai serta unsur-unsur yang menjadi syarat agar proses menulis nya dapat lancar, baik dan benar. Unsur-unsur tersebut adalah lafal, intonasi, ejaan, kosakata dan sebagainya. Sementara itu kemampuan atau kemampuan menulis, dianggap sebagai salah satu kemampuan berbahasa yang dijadikan tolok ukur dalam menentukan kualitas kemampuan berpikir seseorang. Menulis merupakan ekspresi dari gagasan-gagasan seseorang yang menekankan komunikasi yang bersifat dua arah, yaitu memberi dan menerima

Apabila dicermati dalam keseharian, tidak semua siswa SD Negeri Kecamatan Wonogiri dalam menulis memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan isi pesannya kepada orang lain. Kemampuan itu adalah kemampuan dalam menyelaraskan atau menyesuaikan dengan tepat antara apa yang ada dalam


(25)

commit to user

xxv

pikiran atau perasaannya dengan apa yang diucapkannya, sehingga orang lain yang mendengarkannya dapat memiliki pengertian dan pemahaman yang sama atau pas dengan keinginan si pembaca. Indikatornya adalah jika siswa diberikan tugas menulis sebuah argumentasi dari suatu masalah, maka tulisan itu kurang bisa diterima oleh siswa lain. Ini menandakan siswa SD Negeri Kecamatan Wonogiri belum mempunyai kemampuan yang baik dalam menyampaikan isi kepada orang lain.

Pada hakikatnya, siswa telah menyadari bahwa kemampuan menulis merupakan sarana untuk berkomunikasi, atau bekal melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Namun perlu diketahui bahwa setiap mendapat tugas menulis siswa seringkali mengalami kesulitan. Kesulitan tersebut dapat berupa kesulitan dalam pemilihan kosakata yang tepat, kurang lancar menulis , maupun kurang jelas dalam mengungkapkan gagasannya.

Kosakata sebagai salah satu unsur bahasa memegang peranan penting dalam kegiatan menulis . Melalui kata-kata, kita dapat mengekspresikan pikiran, gagasan, serta perasaan terhadap orang lain. Keluhan tentang rendahnya kemampuan menulis argumentasi siswa, juga sering dilontarkan oleh beberapa guru Sekolah Dasar (SD). Padahal di jenjang Sekolah Dasar inilah merupakan awal dan dasar dalam pembinaannya. Namun, di sisi lain berdasarkan kondisi objektif yang ada harus diakui bahwa guru atau pengajar kurang intensif terhadap penanganan pembelajaran menulis argumentasi. Pemilihan metode yang kurang tepat, pengelolaan pembelajaran yang kurang optimal, rendahnya kesempatan yang


(26)

commit to user

xxvi

diberikan kepada siswa untuk berlatih dalam mengutarakan pendapatnya merupakan

penyebab lain dari kegagalan siswa dalam menulis argumentasi.

Apabila dicermati lebih mendalam, faktor dalam diri siswa sebagai faktor dominan dalam pembelajaran menulis argumentasi. Faktor yang diduga sebagai penyebab rendahnya kemampuan menulis argumentasi adalah rendahnya pengetahuan tentang kaidah bahasa yang berlaku, minimnya penguasaan kosakata siswa, dan terbatasnya pengetahuan atau pengalaman yang akan disampaikan kepada lawan bicara atau pendengar. Selaras dengan hal tersebut, Henry Guntur Tarigan (1993 : 2) mengatakan bahwa

Kualitas keterampilan berbahasa seseorang jelas bergantung kepada kuantitas dan kualitas kosakata yang dimilikinya. Faktor lain yang diduga mempengaruhi kemampuan menulis argumentasi adalah minat membaca. Minat membaca yang tinggi, siswa akan senang membaca dan pada gilirannya siswa memperoleh sejumlah konsep, pengetahuan, maupun teknologi. Dengan perolehan seperti itu akan mendukung siswa untuk terampil menulis argumentasi. Satu di antara beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terwujudnya minat membaca yang tinggi adalah peranan perpustakaan sekolah.

Perpustakaan sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan harus benar-benar dapat memainkan peranannya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa perpustakaan merupakan jantung sekolah. Sekolah yang perpustakaannya hidup akan berkembang pesat dan lebih maju, sebaliknya sekolah yang perpustakaannya mati, pengembangan ilmu pengetahuan dari sekolah tersebut juga akan terhambat. Seiring


(27)

commit to user

xxvii

dengan keberadaan perpustakaan sekolah, pemerintah menaruh perhatian terhadap perkembangannya. Oleh karena itu digalakkan lomba perpustakaan sekolah. Semua itu untuk mendukung terciptanya pembelajar yang cerdas, terampil dan berkualitas.

Kegiatan membaca dapat bermakna dan berkualitas apabila didorong oleh minat membaca yang tinggi. Sayangnya, tidak semua siswa mempunyai minat membaca yang tinggi. Minat membaca yang rendah diduga sebagai pemicu rendahnya penguasaan kosakata. Dengan demikian siswa yang minat bacanya rendah akan rendah pula penguasaan kosakatanya. Hal itu akan berlanjut pada kegiatan

berbahasa yang lain yang berbentuk menulis argumentasi.

Henry Guntur Tarigan (1984 : 53), menyatakan bahwa

Tanpa kemampuan menulis argumentasi yang memadai, siswa tidak dapat mengekspresikan, menyatakan, dan menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan dengan baik. Kemampuan menulis argumentasi siswa tidak dapat dimiliki dengan tiba-tiba, tetapi harus melalui latihan yang teratur. Mengacu beberapa perkiraan-perkiraan jawaban di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian guna menguji ada tidaknya hubungan signifikan antara minat membaca dan penguasaan kosakata dengan kemampuan menulis argumentasi.

Untuk itu, penelitian ini bertolak dari anggapan bahwa minat membaca berpengaruh terhadap kemampuan menulis argumentasi. Keduanya diduga mempunyai hubungan yang sangat erat. Selain itu penguasaan kosakata seseorang juga dianggap berpengaruh terhadap kemampuan menulis argumentasi sehingga antara minat membaca, penguasaan kosakata, dan kemampuan menulis argumentasi


(28)

commit to user

xxviii saling berhubungan dan mempengaruhi.

B. Identifikasi Masalah

Keterampilan menulis argumentasi merupakan keterampilan menulis yang penting dimiliki oleh siswa untuk melatih berpikir kritis dan mengungkapkan suatu pendapat serta pengalaman pribadi siswa tentang objek atau kondisi tertentu secara tertulis. Tetapi tercapainya kemampuan siswa menulis argumentasi tersebut tidak sepenuhnya tercapai dengan baik. Banyak permasalahan tentang kemampuan siswa menulis dengan baik dan benar.

Beberapa pokok permasalahan yang dapat dikemukakan sehubungan dengan proses dan hasil pembelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Minimnya perbendaharaan kosakata siswa yang menyebabkan siswa kesulitan dalam menuangkan gagasan melalui bahasa tulis.

2. Terbatasnya buku perpustakaan sekolah menyebabkan kurangnya minat membaca siswa, sehingga tidak mendorong siswa untuk berkunjung atau membaca di perpustakaan.

3. Kurangnya pengetahuan siswa tentang aturan atau prinsip penulisan yaitu dari segi ejaan, kosakata, kalimat, paragraf, tata bahasa, dan sebagainya. 4. Pengajaran bahasa Indonesia di sekolah cenderung menitikberatkan pada

faktor pengetahuan atau teori bahasa yang bersifat kognitif.

5. Masih rendahnya minat siswa untuk berlatih menulis karena di sekolah tidak diciptakan situasi dan kondisi yang merangsang siswa untuk berlatih menulis.


(29)

commit to user

xxix

6. Pemahaman siswa tentang berbagai model dan bentuk tulisan sering menjadikan siswa kurang tepat dan kurang berminat untuk menulis argumentasi.

7. Lingkungan siswa (keluarga, sekolah, dan masyarakat) yang kurang mendukung kegiatan menulis bagi siswa.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian dapat terarah dengan pembahasan lebih mendalam, masalah dalam penelitian ini dibatasi pada:

1. Pengaruh minat membaca terhadap kemampuan menulis argumentasi. 2. Pengaruh penguasaan kosakata terhadap kemampuan menulis argumentasi. 3. Pengaruh secara bersama-sama minat membaca dan penguasaan kosakata

terhadap kemampuan menulis argumentasi.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan berbagai hal yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh minat membaca siswa terhadap kemampuan menulis argumentasi siswa kelas V SD Negeri Kecamatan Wonogiri tahun 2010? 2. Apakah ada pengaruh penguasaan kosakata terhadap kemampuan menulis

argumentasi siswa kelas V SD Negeri Kecamatan Wonogiri tahun 2010?


(30)

bersama-commit to user

xxx

sama terhadap kemampuan menulis argumentasi siswa kelas V SD Negeri

Kecamatan Wonogiri tahun 2010?

E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ingin mengetahui ada tidaknya pengaruh minat membaca siswa terhadap

kemampuan menulis argumentasi siswa kelas V SD Negeri Kecamatan Wonogiri

tahun 2010.

2. Ingin mengetahui ada tidaknya pengaruh penguasaan kosakata terhadap

kemampuan menulis argumentasi siswa kelas V SD Negeri Kecamatan Wonogiri

tahun 2010.

3. Ingin mengetahui ada tidaknya minat membaca dan penguasaan kosakata secara

bersama-sama terhadap kemampuan menulis argumentasi siswa kelas V SD Negeri

Kecamatan Wonogiri tahun 2010.

F. Manfaat Penelitian

Setelah tujuan penelitian ini tercapai, diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak. Secara rinci diharapkan penelitian ini bermanfaat sebagai berikut:


(31)

commit to user

xxxi

terhadap kemampuan menulis argumentasi siswa.

2. Memberikan informasi kepada guru tentang minat membaca siswa dan penguasaan kosakata siswa.

3. Meningkatkan pemahaman peneliti tentang minat membaca dan penguasaan kosakata.


(32)

commit to user

xxxii BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Minat Membaca a. Pengertian Minat

Pengertian minat menurut Hasan Alwi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2001: 69) adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah, dan

keinginan. Marsudi (1982:12) mengemukakan definisi minat adalah suatu gejala psikis

yang dialami terkadang berupa perasaan senang dan menunjukkan adanya pemusatan

perhatian terhadap obyek tertentu yang menarik. Menurut Winkel (1983: 30) dalam

bukunya Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, mengemukakan definisi

Minat adalah kecenderungan menetap dalam subyek untuk merasa tertarik

pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Sedangkan

Hurlock (1980: 115) mendefinisikan minat sebagai “Sesuatu dengan apa anak

mengidentifikasikan keberadaan pribadinya“. Selain itu, Hurlock (1980:114) mengatakan

bahwa minat adalah sesuatu yang menimbulkan motivasi yaitu motivasi intrinsik yang

berpengaruh sangat potensial terhadap pembentukan motivasi dan bertahan lebih lama

jika dibanding motivasi ekstrinsik.

Berdasarkan keterangan beberapa ahli yang dikemukakan di atas, dapat

disimpulkan pengertian minat yaitu kecenderungan menetap dari seorang individu untuk


(33)

commit to user

xxxiii

mengidenifikasikan dirinya dengan lingkungan yang menimbulkan motivasi.

b. Cara Menemukan Minat

Cara menemukan indikator minat pada siswa tidak ada suatu metode yang

dihasilkan, yaitu perasaan senang, bergairah, simpati, tekun, takut, segan, benci, bosan

pada unsur-unsur kegiatan belajar. Elizabeth (1980: 116) dalam bukunya Perkembangan

Anak mengemukakan cara cara menemukan minat pada anak yaitu:

“(a) Pengamatan kegiatan, yaitu dengan mengamati mainan anak, apa yang mereka beli, kumpulkan atau gunakan dalam aktifitas yang ada unsur spontanitas, kita dapat memperoleh petunjuk mengenai minat mereka. (b) Pertanyaan, yaitu pertanyaan yang terus menerus tentang sesuatu, maka mnat anak terhadap hal tersebut lebih besar dari hal yang lain. (c) Pokok

Pembicaraan, apa yang dibicarakan anak orang dewasa dan teman mereka memberi petunjuk menemukan minat mereka. (d) Membaca, bila anak bebas memilih buku untuk dibaca, anak memilih topik yang diminatinya. (e)

Menggambar spontan, apa yang mereka gambar atau lukis secara spontan dan seberapa sering lakukan akan memeberi petunjuk minat mereka. (f) Keinginan, apabila mereka ditanya keinginan mereka tentang sesuatu jika mereka dapat memperoleh yang mereka inginkan akan memberi petunjuk mereka. (g) Laporan mengenai apa saja yang diminatinya. Jika diminta untuk menulis benda atau kegiatan apa yang mereka minati maka akan memberikan petunjuk minat mereka

c. Pengertian Membaca

Membaca mengandung pengertian melihat serta memahami isi dari apa yang

tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati saja (Hasan Alwi dalam KBBI, 2001: 83).

Dari pengertian ini, maka membaca bukan sekedar melihat isi bacaan saja tetapi juga harus

dapat memahami atau menangkap maksud dari bacaan tersebut. Selain itu di dalam

membaca juga mempunyai aturan tertentu antara lain harus mengerti tentang tanda baca,


(34)

commit to user

xxxiv

yang mendengar dapat memahami apa yang didengar dari pembaca tersebut. Henry

Guntur Tarigan dalam bukunya Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa

mengatakan bahwa

Membaca adalah salah satu ketrampilan berbahasa diantara ketrampilan

berbahasa yang lain yaitu ketrampilan menyimak (Listening Skills), ketrampilan berbicara

(Speaking Skills) dan ketrampilan menulis (Writing Skills)”. (Tarigan, 1987: 1). Membaca adalah kegiatan yang “aktif”. Agar siswa dapat membaca secara “aktif”, mereka perlu

dilatih untuk dapat “mengkomunikasikan” dua hal berikut: (a) apa yang sudah mereka

ketahui (apa yang ada di pikiran mereka),dengan (b) isi atau cerita yang sedang mereka

telusuri melalui kegiatan membaca teks (Purwanto, 1997: 6).

Oleh karena itu, kegiatan membaca teks dapat diawali dengan pertanyaan

bimbingan, yakni pertanyaan awal untuk mengarahkan pikiran dan pandangan siswa.

Dengan demikian, sebelum mulai membaca teks, siswa dibiasakan memanggil kembali

pengalaman mereka yang berkaitan dengan isi bacaan yang mereka hadapi. Kegiatan

“pemanasan” pikiran seperti ini perlu dilakukan supaya siswa tidak membaca dengan

pikiran kosong, tetapi ada sesuatu yang dapat dibandingkan atau diadu dengan isi teks yang

akan mereka baca. Cara lain, selain dengan pertanyaan bimbingan yang dapat dilakukan

pada kegiatan “pemanasan” itu ialah meminta siswa menebak apa yang akan terjadi

dengan cerita kelanjutannya.

Pada kegiatan membaca teks, siswa perlu disadarkan bahwa ada


(35)

commit to user

xxxv

mata dalam merambah rentetan kata. Jenis cara membaca ditentukan, antara lain, oleh apa

tujuan membaca dan teks apa yang dihadapi. Membaca untuk memahami isi sebuah teks

secara mendalam atau rinci berbeda dengan membaca untuk menangkap garis-garis besar

atau isi pokok dalam suatu bacaan. Membaca buku pelajaran kimia berbeda dengan

membaca surat kabar dan berbeda pula dengan membaca kamus.

Dengan demikian, sekurang-kurangnya dapat dilatihkan tiga jenis cara

membaca: membaca mendalami, membaca cepat, dan membaca “memindai” atau “tatap

henti” (scanning). Pada kegiatan “membaca mendalami”, dengan tujuan menangkap isi teks secara mendalam, siswa perlu membaca teks secara pelan-pelan dan, jika perlu, melakukan

pembacaan ulang. Pada kegiatan “membaca cepat”, dengan tujuan menangkap garis-garis

besar atau hal-hal yang tampak di permukaan, waktu yang diberikan perlu dibatasi,

misalnya dua atau tiga menit saja. Dalam kegiatan membaca cepat ini siswa perlu diberi

tahu supaya menghindarkan diri dan membaca mundur (membaca ulang) dan supaya

melewati bagman yang menyajikan uraian yang rinci. Pada kegiatan “membaca memindai”,

siswa perlu dilatih untuk menggerakkan mata secara melompat-lompat untuk mencari kata

atau rentetan kata tertentu yang diperlukan. Baru setelah kata atau rentetan kata yang

dicari itu ditemukan, tatapan mata berhenti untuk memahami isinya.

Salah satu contoh teks untuk kegiatan membaca seperti ini ialah kamus. Atau,

dapat pula kegiatan ini diterapkan untuk pada tugas mencari kata-kata sukar di dalam

sebuah teks. Jika pemahaman siswa tentang sebuah teks hendak diuji. ada berbagai


(36)

commit to user

xxxvi

dijawab oleh siswa. Untuk kegiatan seperti ini hendaknya diperhatikan supaya siswa, selain

diarahkan untuk memahami hal-hal yang tersurat pada teks. juga dilatih untuk menangkap

hal-hal yang tersirat. Bentuk kegiatan yang lain ialah meminta siswa untuk membuat daftar

pertanyaan. Untuk jenis ini, siswa dapat saling menukarkan daftar pertanyaannya untuk

dijawab oleh temannya. Membuat pertanyaan juga dapat menguji pemahaman karena

hanya setelah mereka memahami isi teks, dan tidak sebelumnya siswa akan dapat

membuat pertanyaan. Bentuk lain lagi ialah meminta siswa merangkum atau

mengungkapkan kembali isi teks; ini dapat dilakukan secara lisan ataupun secara tulis.

Mampu merangkum berarti mampu menangkap isi pokok sebuah teks. Bentuk rangkuman

dapat berupa penulisan judul teks, penulisan kembali isi teks dengan satu atau beberapa

kalimat, atau yang lebih panjang dan itu.

d. Tujuan Membaca

Tujuan utama dalam membaca

Membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi,

memahami makna bacaan. Makna berhubungan erat dengan maksud dan tujuan” (Tarigan,

1979:9).

Beberapa hal yang penting berkaitan dengan kegiatan membaca adalah sebagai

berikut : (1) Membaca untuk memperoleh ide–ide utama, yaitu membaca untuk

memperoleh topik yang baik atau menarik, masalah yang ada pada cerita, apa yang

dipelajari atau apa yang dialami oleh sang tokoh., (2) Membaca untuk mengetahui urutan


(37)

commit to user

xxxvii

setiap bagian cerita, apa yang terjadi pada mula pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. (3)

Membaca untuk menyimpulkan, membaca referensi, yaitu membaca untuk menemukan

mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka, apa yang hendak diperlihatkan oleh

pengarang pada para pembaca. (4) Membaca untuk mengelompokkan yaitu membaca

untuk menemukan apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang

lucu, yang benar dan tidak benar. (5) Membaca menilai atau mengevaluasi yaitu membaca

untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu,

apakah kita ingin hidup meniru mereka atau tidak. (6) Membaca membandingkan atau

mempertentangkan, yaitu membaca untuk menemukan bagaimana cara tokoh itu berubah,

bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan sebelumnya”. (Tarigan, 1987: 10)

Berdasarkan keterangan di atas, membaca dapat dipakai untuk mengetahui ide-ide pokok dari suatu bacaan. Jika dihubungkan dengan membaca cerita, maka membaca dapat dipakai untuk mengetahui ide pokok cerita, susunan caerita per bagian, mengetahui alasan perbuatan atau perilaku tokoh, menemukan sesuatu yang tidak wajar dari perilaku tokoh, mengevaluasi keberhasilan sang tokoh dan membandingkan atau mempertentangkan bagaimana sang tokoh itu berubah.

e. Aspek – aspek dalam Membaca

Lebih lanjut Tarigan (1987: 11) menjelaskan bahwa secara garis besar, terdapat

dua aspek penting dalam membaca yaitu:

(1) Ketrampilan mekanis, yang mencakup: pengenalan bentuk huruf, pengenalan unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klause, kalimat dan lain – lain), pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis), kecepatan membaca bertaraf


(38)

commit to user

xxxviii

lambat. Untuk mencapai tujuan membaca secara mekanis ini maka aktifitas paling sesuai adalah dengan membaca nyaring atau membaca bersuara. (2) Ketrampilan pemahaman, yang mencakup: memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal), memahami signifikansi atau makna (maksud dan tujuan pengarang, relevansi atau keadaan kebudayaan, reaksi pembaca), evaluasi dan penilaian (isi, bentuk), kecepatan membaca yang fleksibel yang disesuaikan dengan keadaan. Untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam ketrampilan pemahaman ini, maka aktifitas yang paling tepat adalah membaca dalam hati, yang dapat dibagi menjadi membaca ekstensif (mencakup membaca survei, membaca sekilas, membaca dangkal) dan membaca intensif (mencakup telaah isi: membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, membaca ide dan telaah bahasa: membaca bahasa asing, membaca sastra).

f. Membaca Nyaring

Membaca nyaring adalah suatu kegiatan atau aktifitas yang merupakan alat

bagi Guru atau murid atau pembaca lainnya yang bersama – sama dengan pendengar akan

memahami informasi, pikiran dan perasaan dari pengarang”. (Tarigan, 1987: 22).

Membaca nyaring merupakan ketrampilan yang sangat komplek. Maksudnya

ketrampilan merangkai kata, melisankan tulisan, penekanan, intonasi atau lagu kalimat,

bahkan perasaan yang terkandung dalam kalimat yang dibaca perlu diperhatikan. Membaca

nyaring biasanya berhubungan dengan penyimakan oleh orang lain. Membaca nyaring

biasanya dilakukan di muka umum. Jika demikian, maka membaca nyaring harus

menggunakan ketajaman dan kecepatan pandangan mata supaya ketika membaca tulisan

itu, maka masih sempat membagi pandangan dengan pendengar yang dihadapi. Membaca

nyaring sangat cocok untuk murid pemula, supaya dengan membaca nyaring, maka bunyi

dari lafal baca dapat dikontrol dan dievaluasi. Selain itu maka membaca nyaring berguna


(39)

commit to user

xxxix

dimengerti maknanya, kemudian pesan dan perasaan yang dikandung dalam bacaan dapat

tersampai pada pendengar.

g. Membaca dalam Hati

Membaca dalam hati adalah membaca dengan tidak bersuara. (Tarigan,

1987:29). Membaca ini dilakukan dengan mengaktifkan mata dan memory atau ingatan

saja. Tujuan dari membaca dalam hati adalah untuk memperoleh informasi. Membaca ini

biasanya dilakukan oleh pelajar yang sudah tidak lagi belajar pada pendidikan tingkat dasar.

Membaca dalam hati secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1) Membaca ekstensif

Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Luas dalam arti bahwa bahan

bacaan sangat banyak tetapi waktu yang dibutuhkan sangat singkat. Membaca ini bertujuan

untuk menguasai secara garis besar tulisan dengan efektif dan efisien. Membaca ekstensif

terdiri dari:

a) Membaca survei.

Membaca survei adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan meneliti dan

menyelidiki terlebih dahulu bahan bacaan dengan mengamati indeks, mutu pengarang,

latar belakang penulisan, meneliti per bab secara garis besar untuk memperoleh gambaran


(40)

commit to user

xl b) Membaca sekilas.

Membaca sekilas, yaitu kegiatan membaca dengan gerak mata yang cepat

untuk segera memperoleh gambaran umum dari buku bacaan. Tujuan utama dari membaca

sekilas adalah: (1) Untuk memperoleh kesan umum, (2) untuk menemukan hal tertentu dari

sesuatu bacaan, (3) untuk menemukan bahan atau menempatkan bahan yang diperlukan

dalam Perpustakaan.

c) Membaca dangkal.

Membaca dangkal adalah kegiatan membaca yang diperlukan untuk

memperoleh pemahaman yang dangkal serta bersifat di luaran.

2) Membaca intensif.

Membaca intensif adalah studi seksama, telaah uji dan penanganan terperinci yang dilaksanakan dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek. Yang termasuk membaca intensif yaitu :

a) Membaca telaah isi.

Setelah pembaca melakukan pembacaan sekilas, maka biasanya pembaca

tertarik untuk menelaah isi lebih lanjut. Kegiatan untuk meneliti lebih lanjut dalam

membaca dinamakan membaca telaah isi. Membaca telaah isi dibagi atas: (1) Membaca

teliti, yang membutuhkan ketrampilan : survei yang cepat untuk memperhatikan atau

melihat organisasi dan pendekatan umum, membaca seksama dan membaca ulang


(41)

commit to user

xli

penemuan hubungan tiap paragraf dengan keseluruhan tulisan. (2) Membaca pemahaman,

yaitu jenis membaca yang bertujuan untuk memahami: standar atau norma kesusastraan

(meliputi puisi atau prosa, fakta atau fiksi, klasik atau modern, subyektif atau obyektif

eksposisi atau normatif), resensi kritis yang berfungsi untuk menelaah tulisan yang berguna

bagi kehidupan sehari–hari dan menghindari tulisan yang kurang bermutu, drama tulis agar

pembaca memahami dan mengembangkan sikap kritis terhadap drama (meliputi prinsip

kritik drama, unsur – unsur drama, jenis – jenis drama), pola fiksi yang mempunyai tujuan

agar pembaca memahami unsur – unsur fiksi (meliputi permulaan dan eksposisi, pemerian

dan latar, suasana, pilihan dan saran, saat penting, puncak, pertentangan, rintangan atau

komplikasi, pola atau model, kesudahan atau kesimpulan, tokoh atau aksi, pusat minat,

pusat tokoh, pusat narasi, jarak, skala, langkah) (Tarigan, 1987: 75).

b) Membaca telaah bahasa.

Sebuah bacaan terdiri dari isi dan bahasa. Keduanya selalu hadir bersama untuk

membentuk sebuah karya yang dapat dinikmati bersama. Setelah di depan dipaparkan

mengenai membaca telaah isi, lebih lengkap lagi jika dibahas pula membaca telaah bahasa.

Membaca telaah bahasa mencakup: (1) membaca bahasa (asing), (2) membaca sastra.

Tujuan dari membaca bahasa adalah

1. Memperbesar daya kata

Untuk memperbesar daya kata, maka ada beberapa hal yang harus diketahui


(42)

commit to user

xlii

(d) penggunaan kamus (e) makna – makna varian (f) idiom (g) sinonim dan antonim (h)

konotasi dan denotasi (i) derivasi.

2. Mengembangkan kosa kata.

Untuk mengembangkan kosa kata, ada beberapa hal yang harus diperhatikan

antara lain: (a) bahasa kritik sastra (b) memetik makna dari konteks (c) petunjuk – petunjuk

konteks.

Tujuan dari membaca sastra adalah memahami keindahan rangkaian kata yang

tercermin dalam keserasian dan keharmonisan bentuk dan isi. Untuk dapat memahami

keindahan isi dari karya sastra, maka pembaca harus mengetahui seluk – beluk bahasa

sastra. Jika pembaca tidak mengetahui seluk – beluk bahasa sastra, maka akan kesulitan

untuk memahami keindahan isi dari karya sastra tersebut.

2. Kosakata a. Pengertian Kosakata

Kata merupakan kesatuan terkecil yang mengandung ide, yang diperoleh dari

bagian-bagian kalimat. Seperti pendapat Harimurti Kridalaksana (1984: 89) yang

mengatakan bahwa kata adalah satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang

bebas.


(43)

commit to user

xliii yang terpisah dan tak dapat diuraikan lagi.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kata adalah satuan bahasa

terkecil yang memiliki sifat bebas, baik sifat bebas vonetis dan gramatis.

Tingkat keterpelajaran seseorang dapat diukur dengan seberapa banyak jumlah

kata yang telah dikuasai. Dalam praktik proses belajar mengajar di kelas, agar dalam

pengajaran kosakata lebih cepat dan tepat harus disiapkan kamus sebagai sumber rujukan,

dengan tujuan bila menemukan kata-kata sukar dapat segera dicari artinya.

Pengajaran kosakata pada pokoknya ialah mengajarkan penguasaan kata dengan

maknanya. Namun, “menguasai kata” tidak hanya dalam pengertian mampu memahami

arti berbagai macam kata melainkan juga mampu menggunakan berbagai macam kata pada

kalimat.

Menambah jumlah kata-kata baru, dengan mernahami artinya, dan

menanamkan itu ke dalam ingatan siswa merupakan salah satu langkah utama yang

dilakukan di dalam pengajaran kosakata. Namun, menghafalkan daftar kata bukan

satu-satunya langkah yang dapat diandalkan untuk membantu peningkatan “penguasaan kata.”

Usaha menguasai kata perlu ditempuh dengan mengamati pemakaian kata di dalam teks.

Kata dapat memiliki banyak makna dan semuanya itu dapat dicari informasinya dari kamus.

Akan tetapi, di antara sekian makna itu, makna yang manakah yang dipilih? Hal itu

bergantung pada pemakaian kata di dalam teks.


(44)

commit to user

xliv

makna sebuah kata pada kamus dan (b) membandingkan keterangan dan kamus dengan

bagaimana kata itu dipakai pada teks.. Namun, tanpa kamus pun, untuk kata-kata tertentu,

makna dapat ditebak berdasarkan konteks pemakaiannya. Langkah ini pun perlu juga

dilatihkan pada siswa. Langkah menebak makna ini dapat digabungkan dengan langkah

pertama: pertama-tama siswa diminta menebak makna berdasarkan konteks lebih dulu,

kemudian membandingkan hasil tebakan itu dengan uraian makna yang terdapat pada

kamus.

Termasuk dalam kegiatan memperkaya jumlah perbendaharaan kata ialah

kegiatan meningkatkan penguasaan akan kata-kata bersinonim. Dengan modal kata-kata

bersinonim, kemampuan siswa menulis akan meningkat. Mereka akan Iebih cermat

memilih kata yang tepat untuk karangannya. Mereka tidak akan memakai kata yang sama

secara berulang-ulang sehingga karya tulisnya lebih enak dan menarik untuk dibaca.

Kosakata atau perbendaharaan kata menurut Roekhan (1991:25) memiliki cirri

antara lain: (a) semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa, (b) kalangan kata yang

dimiliki seseorang, (c) kata-kata yang dipakai dalam suatu bidang tertentu, dan (d) daftar

kata yang disusun dalam kamus dengan disertai penjelasan singkat dan praktis.

b. Penguasaan Kosakata

Salah satu ciri kemahiran berbahasa seseorang adalah menggunakan kosakata

yang dimiliki dan dikuasainya. Tanpa penguasaan sejumlah kosakata, seseorang akan

mengalami kesulitan dalam mengekspresikan atau mengkomunikasikan gagasannya.


(45)

commit to user

xlv

harus mengerti arti kata tersebut apabila sudah ada dalam kalimat maupun konteks yang

lebih luas. Bahkan mampu menerapkan kata-kata itu secara benar, baik secara lisan

maupun tertulis.

Penguasaan kosakata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pasif dan aktif. Pasif

dapat dikatakan reseptif, aktif merupakan produktif. Penguasaan kosakata yang reseptif

(pasif) digunakan untuk komunikasi yang bersifat menerima seperti menyimak dan

membaca, sedangkan penguasaan kosakata produktif (aktif) digunakan untuk komunikasi

yang bersifat mengeluarkan atau menyampaikan ide kepada orang lain seperti berbicara

dan menulis.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penguasaan Kosakata

Kosakata yang dimiliki seseorang akan berubah seiring dengan perkembangan orang tersebut. Sehingga penguasaan kosakata seseorang dan yang lain berbeda. Menurut Yudiono (1984: 47) ada beberapa faktor dominan yang mempengaruhi tingkat penguasaan kosakata, yaitu latar belakang pengetahuan atau disiplin ilmu tertentu, usia, tingkat pendidikan, dan banyak sedikitnya referensi.

3. Kemampuan Menulis Argumentasi a. Pengertian Menulis

Keterampilan menulis merupakan aspek keterampilan berbahasa. Dengan menulis, gagasan dan pikiran

seseorang dapat diungkapkan untuk mencapai tujuan dan maksudnya. Henry Guntur Tarigan (1994: 21), menulis ialah

menurunkan atau melukiskan lambing-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang,


(46)

commit to user

xlvi

mendefinisikan menulis adalah suatu proses menyusun, mencatat dan mengkomunikasikan makna dalam tatanan ganda,

bersifat interaktif, dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu system konvensional yang

dapat dilihat.

Menurut Iim Rahmina (1997: 3), menulis merupakan kegiatan pengungkapan ide, gagasan, perasaan, atau emosi

secara tertulis. Dari beberapa pengertian tersebut, menulis dapat diartikan suatu kegiatan menuangkan gagasan, ide, buah

pikiran, pengalaman, dan perasaan kepada orang lain dengan cara mengorganisasikan lambing bahasa atau huruf menjadi

suatu kalimat yang teratur sehingga dapat dipahami orang lain dengan mudah.

Menurut Hasan Alwi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 506), Karangan mengandung pengertian

hasil mengarang; cerita; buah pena. Sedangkan arti kata mengarang itu sendiri adalah kegiatan tulis menulis.

Pengertian di atas, maka karangan dapat diartikan sebagai hasil kegiatan tulis menulis. Berdasarkan isi dan

penyampaiaannya, karangan dibagai menjadi empat jenis, yaitu:

1) Karangan Jenis Narasi.

Dalam karangan narasi atau cerita terdapat alur, penokohan, peristiwa dan penyelesaiannya. Alur adalah

peristiwa yang sambung menyambung dalam sebuah cerita yang ada hubungan sebab akibat. Penokohan adalah cara

pengarang menentukan tokoh atau elaku dengan wataknya masing-masing dalam cerita.

2) Karangan Jenis Deskripsi atau Lukisan

Jenis karangan deskripsi melukiskan suatu keadaan dengan kalimat sehingga menimbulkan kesan yang hidup.

Lukisan itu dibuat seakan-akan pembaca melihat sendiri kejadian yang diceritakan.

3) Karangan Jenis Eksposisi atau Paparan

Karangan ini menjelaskan sesuatu kepada pembaca tentang apa yang menjadi gagasan kita. Semua bahan

harus dikumpulkan secara lengkap agar pembaca merasakan kejelasan dari apa yang kita paparkan. Paparan tersebut berisi

penjelasan tanpa ada unsur mengajak atau mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Karangan jemis paparan ini

hanya memberikan penjelasan tanpa suatu muatan tertentu.

4) Karangan Jenis Argumentasi atau Persuasi

Karangan argumentasi adalah karangan yang berisi alasan yang kuat dan meyakinkan dalam suatu hal. Selain

memaparkan atau menjelaskan gagasan, mengemukakan alasan, bukti, contoh kejadian juga menganalisanya menurut

hubungan sebab akibat. Karangan ini banyak digunakan untuk melakukan kajian terhadap sebuah teori baru atau


(47)

commit to user

xlvii pembaca tentang hal yang diterangkan.

b. Karangan di Sekolah Dasar

Mengarang di sekolah dasar diajarkan dengan bertahap. Tahapan ini disesuaikan dengan taraf berfikir siswa. Mengarang di sekolah dasar dimulai dari hal yang kongkrit. Hal ini dilakukan dengan mengajak siswa menikmati situasi yang nyata dan disuruh melukiskan apa yang sudah dilihatnya. Karangan di sekolah dasar diajarkan dengan penekanan pada penuangan pikiran dan perasaan lebih dahulu. Selanjutnya syarat-syarat mengarang dapät diajarkan berangsur-angsur. Spontanitas dan keberanian mengarang (menyatakan isi hatinya berupa gambar-gambar maupun tulisan-tulisan) merupakan hal penting dalam mengarang. Menggambar spontan, menulis spontan tentang sesuatu, mengarang harus tumbuh dan berkembang selama anak-anak duduk di bangku sekolah dasar. Contohnya adalah (1) menceritakan gambar atau membicarakan gambar (2) menuliskannya (3) membacanya kembali (4) memperbaiki dan menyusun kembali.

Jadi, pengajaran menggambar, bercakap-cakap, menulis /mengarang dihubungkan erat-erat satu sama lain dalam suatu proses belajar mengajar (Ngalim, 1997: 60).

Setelah siswa lancar menuliskan tentang apa yang digambarnya, lanjutkan dengan menuliskan kalimat penjelas tentang benda-benda yang ada di sekitamya. Kemudian anak dilatih menuliskan kalimat di bawah gambar berseri. Siswa membacanya, menilainya, benar atau salah. Setiap anak membaca karangannya, anak dibiasakan untuk menilai, merasakan apakah susunan kalimatnya


(48)

commit to user

xlviii

telah benar dan kata-katanya indah. Jika telah lancar biasakan siswa menuliskan beberapa kalimat tentang benda, hewan, atau tumbuhan yang ada di sekitarnya. Selanjutnya siswa dibiasakan menuliskan ungkapan perasaannya yang dihubungkan dengan situasi alam sekitarnya.

Sebagai contoh, guru bertanya kepada siswa tentang perasaan anak.

Bagaimana perasaan anak jika hari mendung., pada saat pagi hari yang cerah., pada saat

menjelang magrib tetapi ibu tidak di rumah. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan sangat

membantu anak dalam mengungkapkan perasaanya. Setelah muncul berbagai ungkapan

perasaan dari anak maka mereka diajak untuk menyatakan ungkapan-ungkapan tersebut

dalam bentuk cerita sederhana secara tertulis.

Cara mengarang yang lain adalah dengan memancing lewat kegiatan

menggambar. Guru menggoreskan garis di papan tulis. Siswa menebak apa kira-kira yang akan digambar oleh guru. Ada siswa yang mengatakan “gunung” ada juga yang mengatakan “sungai” atau rnungkin ada siswa yang mengatakan ‘Jalan”. Jika siswa mengatakan “gunung” maka siswa diminta untuk menggambar yang lain tetapi mulai dan huruf g -> misal gajah, gubuk -> pak Gani. Siswa mengembangkan imajinasinya dalam bentuk cenita antara gunung, gajah, gua, gubuk, dan Gani”. (Ngalim, 1997: 62)

Untuk siswa yang menyebut gambar sungai, maka siswa menggambar sawah,

sapi, Sarmin. Siswa menghubungkan dalam ide cenita tentang sungai, sapi, sawah, Sarmin.

Dengan demikian, jika siswa mengatakan “jalan”,maka siswa harus menggambar jalan, jip,

jerapah, jurang, dan Joni. Siswa mengembangkan ide cerita tentang hubungan jip, jerapah,

jurang, dan Joni.


(49)

commit to user

xlix

membaca kembali hasil karanganya kemudian menilai sendiri. Jika mereka merasa perlu

untuk memperbaiki, maka tuntunlah mereka urmtuk memperbaikinya. Jika ada kesalahan,

guru hanya mengatakan “coba yang lebih baik”; “coba ulangi; “coba pikir, apa yang paling

tepat”. Artinya jangan sampai ada sikap guru yang membuat siswa merasa tidak mampu

atau malas berbuat.

Di kelas III pelajaran mengarang sedikit ada peningkatan dibandingkan pada

waktu mereka masih di kelas satu atau dua. Kegiatan mengarang di kelas ini tidak lagi

terbatas menguraikan gambar dengan bebas sesuai daya tangkap mereka tetapi gambar

tersebut dibatasi dengan cara diberi judul.. Pada saat menceritakan tentang benda, hewan,

atau tanaman yang sesuai lingkungan, anak telah menjelaskan sesuatu tentang benda itu.

Misalnya, anak menjelaskan tantang ayam. Anak menjelaskan tentang keadaan tubuh

ayam, makanannya, cara hidupnya/ habitatnya, guna ayam bagi manusia, cara

memeliharanya, perbedaan ayam dan jenis unggas lainnya, dan seterusnya.

Hal lain yang penting lagi adalah membiasakan anak membuat buku harian

(mulai dari kelas II). Biasakan siswa untuk menuliskan apa yang disenangi dan tidak

disenangi. Menulis di buku harian sangat membantu anak dalam mengungkapkan

perasaannya tanpa adanya batas-batas atau aturan dalam mengarang. Dengan demikian,

anak merasa lebih bebas dalam mengekspresikan perasaannya dalam bahasa tulisan.

Di kelas IV anak dibiasakan mengamati lingkungan sekitar (pasar, toko, kantor

pos, bank, tempat pertunjukan, saat dia widyawisata) lebih rinci. Dari hasil pengamatan


(50)

commit to user

l

Sebagai contoh, anak mengamati pasar mka anak disuruh menceritakan tentang di mana

letak pasar tersebut, bagaimana kondisi bangunan pasar, bagaimana penataannya,

bagaimana hubungan antara penjual dan pembeli, apakah harganya lebih murah, apakah

ada areal untuk parkir dan sebagainya.

Demikian juga dalam hal menilai isi. Anak dibiasakan menentukan pokok pikiran

dalam karangannya. Misalnya: kalau anak mengarang tentang kelasnya tentu ada

penjelasan tentang keadaan fisik dan kelas itu. Mulai dari letak, luas kelas, keadaan

kebersihan kelas, apakah yang akan mereka lakukan untuk meningkatkan kebersihan dan

keindahan kelasnya, dan seterusnya.

Di kelas V dan VI diharpkan anak sudah memiliki kekayaan bahasa cukup

banyak. Sehingga pelajaran mengarang dalam kelas ini dapat dimulai dengan menentukan

judul sendiri. Setelah anak terampil menentukan judul sendiri, dapat dilanjutkan dengan

melengkapi paragraf yang hilang dengan harapan anak dapat mengembangkan imajinasinya

dengan bebas tetapi terbatas karena harus sesuai dengan pokok pikiran dalam paragraf

tersebut. Tahap terakhir dalam pelajarang mengarang ini adalah anak belajar

menyelesaikan karangan dengan pokok-pokok pikiran yang sudah ditentukan.

Tukar menukar hasil karangan antar siswa juga merupakan salah satu cara dalam meningkatkan nilai suatu karangan. Karena dengan kegiatan tersebut masing-masing siswa akan mempunyai penilaian sendiri dengan hasil karangan temannya, hal ini akan memberi nilai lebih bagi siswa tersebut yaitu, masing-masing siswa akan termotivasi untuk menunjukkan karangan yang lebih baik dari pada teman-temannya.


(51)

commit to user

li

Sehingga tercipta suatu kompetisi yang posistif dalam kelas. c. Manfaat Menulis

Secara umum fungsi tulisan adalah sebagai alat komunikasi. Komunikasi yang terjadi adalah komunikasi searah antara penulis dengan pembaca. Sebagai alat komunikasi maka tulisan harus mampu menyajikan pikiran penulis secara jelas sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Menurut Sri Hastuti (1988: 1), menulis merupakan kegiatan yang kompleks dengan melibatkan cara berpikir teratur dan kemampuan mengungkapkannya dalam bentuk tulisan. Dengan demikian, tulisan seseorang dapat menunjukkan keteraturan berpikir penulisnya.

Graves (dalam Sabarti Akhadiah, 1997: 14), manfaat menulis: (1) menulis menyumbang kecerdasan, (2) menulis mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, (3) menulis menumbuhkan keberanian, (4) menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat menulis adalah (1) sebagai alat komunikasi, (2) menolong berpikir kritis, kreatif, dan inisiatif, (3) menyumbang kecerdasan, (4) menumbuhkan keberanian, dan (5) mendorong kemauan dan kemampuan untuk mengumpulkan informasi.

B.

Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Dyah Ani Sriningsih pada tahun 2004 dengan


(52)

commit to user

lii

dan Penguasaan Kosakata.” Hasil penelitian itu menyimpulkan bahwa: ada keterkaitan

antara minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan mengembangkan

paragraf.

Penelitian yang dilakukan oleh Yuliatun pada tahun 2009 dengan judul

“Hubungan Minat Membaca dan Penguasaan Kosakata dengan Keterampilan Berbicara

Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri 2 Bulusulur di Kecamatan Wonogiri Kabupaten

Wonogiri. Hasil penelitian itu menyimpulkan bahwa: minat membaca dan penguasan

kosakata secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama memiliki hubungan positif yang

signifikan dengan keterampilan berbicara para siswa kelas VI SDN II Bulusulur di Kabupaten

Wonogiri.

C. Kerangka Berfikir

1. Pengaruh Minat Membaca terhadap Kemampuan Menulis Argumentasi

Adanya minat terhadap sesuatu biasanya akan memberikan dorongan yang kuat untuk berbuat aktif terhadap barang atau kegiatan yang menarik minatnya itu. Suatu aktivitas tidak akan berhasil mencapai tujuannya tanpa didasari minat terhadapnya. Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari dan memperoleh informasi, isi dan

memahami makna bacaan.

Bila suatu kondisi dilandasi adanya rasa senang dan penuh perhatian serta minat tinggi maka tingkat pemahaman siswa terhadap bacaan tersebut akan tinggi pula. Dengan memiliki minat yang tinggi, maka frekuensi membaca juga tinggi yang akhirnya ilmu


(53)

commit to user

liii

pengetahuan dan pengalamannya akan bertambah. Berdasarkan hal tersebut, dapat diprediksikan bahwa dengan adanya minat membaca maka kemampuan menulis

argumentasi akan berkembang. Sehubungan dengan hal itu, diduga ada pengaruh positif antara minat membaca terhadap kemampuan menulis argumentasi.

2. Pengaruh Penguasaan Kosakata terhadap Kemampuan Menulis Argumentasi

Menulis argumentasi menggunakan media bahasa yang berupa kosakata. Oleh karena itu kosakata yang sesuai untuk mengungkapkan ide dan gagasannya dibutuhkan dalam menulis argumentasi.

Dalam bentuk tulisan diperlukan kosakata yang tepat agar orang lain mengetahui apa yang dimaksudkannya. Jika tidak tepat maka pembaca tidak akan bisa memahami makna dan maksud dari apa yang disampaikan penulis melalui tulisan tersebut. Penguasaan kosakata dapat mendukung kemampuan menulis argumentasi, karena dengan penguasaan kosakata yang baik maka siswa akan mudah dan terampil dalam menulis argumentasi. Jadi, semakin banyak siswa memiliki perbendaharaan kosakata maka semakin baik pula dalam menulis arguimentasi. Kurangnya penguasaan kosakata seseorang maka akan berdampak pada sulitnya dalam mengkomunikasikan gagasannya.

3. Pengaruh Minat Membaca dan Penguasaan Kosakata terhadap Kemampuan Menulis Argumentasi

Penguasaan kosakata yang baik akan mempermudah seseorang untuk memilih kata yang tepat yang digunakan untuk menulis. Dengan membaca tulisan maka makna yang ditangkap pembaca sama dengan maksud atau ide penulis. Kecuali hal tersebut dengan seringnya membaca akan menambah khasanah kosakata. Sehingga diduga bahwa siswa yang mempunyai penguasaan kosakata yang baik dan minat membaca yang tinggi, maka kemampuan menulis argumentasinya akan baik

Kegiatan membaca dapat bermakna dan berkualitas apabila didorong oleh

minat membaca yang tinggi. Sayangnya, tidak semua siswa mempunyai minat membaca

yang tinggi. Minat membaca yang rendah diduga sebagai pemicu rendahnya penguasaan


(54)

commit to user

liv 1

2 3

penguasaan kosakatanya. Hal itu akan berlanjut pada kegiatan berbahasa yang lain yang

berbentuk berbicara dan menulis argumentasi siswa kelas V dipengaruhi oleh minat

membaca dan tingkat penguasaan kosakata. Secara sistematis digambarkan sebagai berikut

:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

D.

Hipotesis

Sesuai dengan rumusan masalah yang akan diselidiki, hipotesis yang diajukan

adalah sebagai berikut:

1. Ada pengaruh minat membaca siswa terhadap kemampuan menulis argumentasi siswa

kelas V SD Negeri Kecamatan Wonogiri tahun 2010. Minat

Membaca

Kemampuan

Menulis

Argumentasi Penguasaan


(55)

commit to user

lv

2. Ada pengaruh penguasaan kosakata terhadap kemampuan menulis argumentasi siswa

kelas V SD Negeri Kecamatan Wonogiri tahun 2010.

3. Ada pengaruh minat membaca dan penguasaan kosakata secara bersama-sama

terhadap kemampuan menulis argumentasi siswa kelas V SD Negeri Kecamatan


(56)

commit to user

lvi BAB III

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif korelasional. Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang menuturkan, menganalisis, dan mengklasifikasikan

penelitian dengan menggunakan teknik survey, interview, angket, observasi, tes, dan teknik

lainnya. Sedang penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dapat dikatakan,

penelitian jenis deskriptif korelasional merupakan penelitian yang berusaha untuk

mengetahui atau menemukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh variabel yang satu

dengan variabel yang lain. Analisis data yang digunakan adalah analisis data statistik

inferensial.

Populasi, Sampel, dan Sampling

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas V Sekolah Dasar negeri

Kecamatan Wonogiri tahun 2010/2011 yang berjumlah 54 sekolah yang terbagi dalam 6

gugus. Setiap gugus terdiri dari 7 sampai 10 sekolah yang berada di lingkungan gugus

tersebut.


(57)

commit to user

lvii

Sampel penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Kecamatan Wonogiri Tahun

2010 sebanyak 40 siswa secara acak per kelas (per sekolah).

3. Sampling

Teknik sampling dilakukan dengan cara random sampling. Langkahnya adalah

sebagai berikut: (1) melihat pembagian wilayah UPTD Pendidikan Kecamatan Wonogiri yang

terbagi dalam 6 gugus. (2) Enam gugus yang ada diambil satu gugus secara acak. (3)

Terhadap satu gugus terpilih diambil 3 sekolah secara acak. (4) Masing-masing sekolah

terpilih diambil kelas V satu kelas secara acak yang akan digunakan sebagai subyek

penelitian. Dari 3 kelas sampel berdasarkan kelas yang digunakan sebagai sampel

penelitian, diambil masing-masing sekolah untuk Sekolah Dasar Negeri I Wonoboyo 15

siswa, Sekolah Dasar Negeri IV Wonoboyo 15 siswa, Sekolah Dasar Negeri I Pokoh Kidul 10

siswa, sesuai dengan proporsional jumlah siswa tiap sekolah. Jadi, kesemua subyek ada 40

siswa.

Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Dari hasil pemilihan sampel di atas, maka terpilih tiga Sekolah Dasar Negeri

Kecamatan Wonogiri, yaitu Sekolah Dasar Negeri I Wonoboyo, Sekolah Dasar Negeri IV

Wonoboyo, Sekolah Dasar Negeri I Pokoh Kidul.

2. Waktu Penelitian 33


(58)

commit to user

lviii

Waktu penelitian dilakukan selama 6 bulan yaitu bulan Oktober 2010 sampai

bulan Maret 2011, dengan tahapan sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan dimulai dengan pengajuan judul, penyusunan proposal

penelitian, konsultasi proposal, dan pengurusan ijin ke tempat penelitian sesuai dengan

rencana penelitian. Direncanakan berlangsung sampai dengan Maret 2011.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan meliputi uji coba instrumen penelitian, melakukan

eksperimen pembelajaran kontekstual, mengadakan evaluasi belajar, pengambilan data,

direncanakan berlangsung sampai Desember 2010.

c. Tahap Penyelesaian

Tahap ini merupakan tahap untuk menyusun laporan penelitian yang

direncanakan sampai bulan Februari 2011.

Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini ada macam yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas yang ada dalam penelitian ini ada dua yaitu minat membaca

siswa dan penguasaan kosakata siswa. Minat membaca siswa dan penguasaan kosakata


(59)

commit to user

lix a. Minat membaca siswa

Definisi operasional dari minat membaca adalah kecenderungan untuk selalu

ingin melakukan kegiatan membaca siswa dalam berbagai situasi dan kondisi. Indikator

data variabel adalah skor angket. Untuk mengukur minat membaca, indikatornya adalah (1)

Siswa mempunyai keinginan yang kuat untuk membaca, (2) Mengisi waktu luang siswa

digunakan untuk membaca, (3) Siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang

topik bacaan, (4) Sikap terhadap pelajaran hasil bacaan, (5) Perasaan saat membaca, (6)

Siswa memiliki frekuensi dan macam membaca yang sering, (7) Menghadapi kesulitan

memahami isi bacaan, (8) Pemusatan perhatian pada bacaan saat membaca. Skala

pengukuran variabelnya adalah skala interval adalah X1.

b. Penguasaan Kosakata Siswa

Definisi operasional dari seberapa banyak khasanah pengenalan dan jumlah

kosakata Bahasa Indonesia yang dikuasai siswa. Indikator data variabel adalah skor angket.

Skala pengukurannya adalah skala nominal dengan mengelompokkan menjadi kelompok

tinggi, sedang, dan rendah. Simbol variabel adalah X2.

2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis argumentasi.

Definisi operasionalnya, nilai hasil karangan argumentasi siswa. Indikator variabel ini adalah

nilai tes karangan siswa. Skala pengukurannya adalah interval. Simbol dari variabel ini


(60)

commit to user

lx

Metode Pengambilan data dan Penyusunan Instrumen

1. Kemampuan Menulis Argumentasi

Pengukuran kemampuan menulis argumentasi dapat dilakukan dengan

menggunakan alat ukur tes berbentuk obyektif (tidak langsung) maupun subyektif

(langsung). Penilaian terhadap kemampuan menulis argumentasi dapat dilihat dari

beberapa unsur yang akan dinilai seperti organisasi isi, tata bahasa, pilihan kosakata, dan isi

gagasan yang dikemukakan. Bobot masing-masing unsur ditentukan dengan pertimbangan

skor akhir maksimum keseluruhan berjumlah 50.

Untuk mengungkapkan data kemampuan menulis argumentasi dengan

menggunakan instrumen tes. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan

metode langsung (subyektif). Pada metode langsung instrumen tes berupa lembar soal

yang berisi perintah penugasan siswa untuk mengarang.

Sebelum membuat soal terlebih dahulu harus menyusun kisi-kisi. Berdasarkan

kisi-kisi inilah baru disusun soal. Berikut adalah kisi-kisi tes menulis argumentasi.

Tabel 1. Kisi-kisi Tes Menulis Argumentasi

No Aspek yang dinilai Rentang nilai Nilai/skor

maksimal

1 Kesesuaian judul dengan isi karangan

(sangat tidak sesuai – sangat sesuai)

0 s.d. 10 10


(61)

commit to user

lxi (sangat tidak tepat-sangat tepat)

3 Ketepatan penggunaan ejaan

(sangat tidak tepat-sangat tepat)

0 s.d. 10 10

4 Ketepatan pilihan kata

(sangat tidak tepat-sangat tepat)

0 s.d. 10 10

5 Ketepatan penggunaan tanda baca

(sangat tidak tepat-sangat tepat)

0 s.d. 10 10

Jumlah 50

Instrumen kemampuan menulis argumentasi dapat dilihat pada lampiran 3B.

2. Minat Membaca

a. Pengukuran Minat Membaca

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode angket. Dengan

metode ini, pengumpulan data dilakukan dengan jalan mengadakan komunikasi secara

tertulis dengan sumber data atau responden penelitian.

1) Pengertian Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

mendapatkan informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau

apa yang diketahuinya. Tujuan dari metode angket ini adalah untuk mengungkap


(62)

commit to user

lxii b. Merumuskan Tujuan

Angket ini digunakan untuk mengetahui data tentang tanggapan minat

membaca siswa.

c. Menyusun kisi-kisi

Angket yang digunakan disusun berdasarkan kisi-kisi dapat dilihat pada tabel 1

berikut dan instrumen minat membaca dapat dilihat pada lampiran 1B.

Tabel 2. Angket menyusun kisi-kisi Minat Membaca

NO Indikator No Item

1.

2

3.

4.

5. 6.

7.

Siswa mempunyai keinginan yang kuat untuk membaca Mengisi waktu luang siswa digunakan untuk membaca

Siswa dapat menjawab

pertanyaan-pertanyaan tentang topik bacaan

Sikap terhadap pelajaran hasil bacaan

Perasaan saat membaca Siswa memiliki frekuensi dan macam membaca yang sering Menghadapi kesulitan memahami isi bacaan Pemusatan perhatian pada bacaan saat membaca.


(63)

commit to user

lxiii 8

d. Menyusun Item Pertanyaan

Menyusun item pertanyaan berdasarkan kisi-kisi. Dalam menyusun pertanyaan

angket perlu diperhatikan hal-hal berikut ini :

1) Bahasanya sederhana dan jelas

2) Petunjuk atau perintahnya jelas

3) Tingkat kesulitan soal atau pertanyaan disesuaikan dengan kemampuan siswa.

4) Kalimatnya menarik

5) Option jawaban dibuat sedemikian rupa sehingga tidak mudah ditebak oleh siswa.

e. Membuat norma skoring

Skoring siswa didasarkan atas pilihan jawaban angket. Jawaban setiap item

instrumen disusun berdasarkan gradasi tertentu meliputi jawaban dari yang paling positif

sampai jawaban paling negatif (Sugiyono, 2001: 87).

Angket yang digunakan untuk mengungkap data adalah dengan angket tertutup

yaitu angket dengan option jawaban sebanyak ada 3 jawaban yang meliputi (a) berminat,

(b) cukup berminat, (c) kurang berminat. Skoring dilakukan dengan ketentuan bahwa

jawaban (a) diberi skor 3, jawaban (b) diberi skor 2, jawaban (c) diberi skor 1. Total skor dari

seluruh item yang dikumpulkan menjadi skor minat belajar siswa.

3. Penguasaan Kosakata


(64)

commit to user

lxiv

obyektif berbentuk pilihan ganda dengan tiga alternatif jawaban yaitu a, b, dan c. Setiap

jawaban benar diberi skor 1 dan jika jawaban salah diberi skor 0. Tes disusun dengan

tahapan seperti pada tabel 2 berikut dan instrumen tes penguasaan kosakata dapat dilihat

pada lampiran 2B.

a.

Menyusun Kisi-kisi

Berikut ini adalah kisi-kisi yang digunakan untuk tes penguasaan kosakata :

Tabel 3. Menyusun Kisi-kisi Penguasaan Kosakata

NO Aspek yang dinilai No Item Jumlah

1. 2 3. 4. 5. 6. 7. 8 Konseptual Standar Asosiatif Khusus Formal Konkret Situasional Kata Ulang 2,9 4,5,8 1,14 13,15 3 6,7 10 11,12 2 3 2 2 1 2 1 2 15


(65)

commit to user

lxv

b.

Menyusun pertanyaan dan option jawaban

Soal tes berbentuk tes obyektif dengan jawaban tertutup. Pertanyaan dibuat

dengan bahasa yang lugas dan mudah dimengerti siswa. Jumlah soal ada 20 butir soal.

Sedangkan option jawaban sebanyak 3 macam.

Sebelum digunakan, terlebih dahulu tes diujicoba. Uji coba soal tes dilakukan

untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumennya. Yaitu sebagai berikut:

a.

Uji Validitas

Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah instrumen

penelitian yang digunakan valid atau tidak valid. Artinya valid adalah instrumen tersebut

mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2001:96).

Uji validitas yang dilakukan dengan cara melakukan ujicoba instrumen disebut

validitas empiris (Arikunto, 1997:161).

Dalam upaya melakukan uji validitas empiris, salah satu cara yang dapat

dilakukan adalah dengan mengukur validitas eksternal instrumen. Validitas eksternal

instrumen dilakukan dengan menghubungkan hasil tes dengan nilai lain di luar tes yaitu

nilai rapor siswa pada kenaikan kelas tahun ajaran sebelumnya. Rumus yang digunakan


(66)

commit to user

lxvi r xy =

å

å

å

å

å

å å

-} ) ( }{ ) (

{N X2 X 2 N Y2 Y 2

Y X XY N (Arikunto, 1997:162) keterangan :

r xy = Koefisien korelasi

N = Jumlah subyek penelitian

X = Jumlah skor item soal

Y = Jumlah skor total

Soal tes dikatakan valid jika rxy < rtabel. Jika tidak memenuhi syarat tersebut,

maka soal tidak bia digunakan untuk instrument penelitian.

1) Validitas Minat Membaca

Berdasarkan hasil analisis butir soal minat membaca, ternyata dari 15 butir soal

semuanya valid. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 7.

2) Validitas Penguasaaan Kosakata

Dari hasil analisis butir soal penguasaan kosakata, ternyata dari 20 butir soal

semuanya valid. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 8.

3) Validitas Kemampuan Menulis Argumentasi

Hasil analisis item soal kemampuan menulis argumentasi menyatakan bahwa


(1)

commit to user

cvi

membaca siswa, yaitu : (1) memberikan penjelasan arti penting membaca agar siswa sadar dan terdorong untuk melakukan aktivitas membaca secara teratur, (2) memberikan penjelasan tentang cara membaca yang efektif, (3) memberikan tugas kepada siswa untuk membaca buku yang menunjang proses kegiatan belajar mengajar, (4) menyuruh siswa

membaca majalah atau komik yang berisi tentnag pendidikan dan relevan dengan tingkat perkembangan psikologi siswa.

2. Upaya meningkatkan penguasaan kosakata siswa untuk meningkatkan kemampuan menulis argumentasi

Berkaitan dengan temuan penelitian yang mengatakan bahwa penguasaan kosakata ada hubungan positif dengan kemampuan menulis argumentasi, maka secara empiris mengisyaratkan bahwa untuk

meningkatkan kemampuan menulis argumentasi, guru perlu meningkatkan penguasaan kosakata para siswanya. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kosakata sebagai salah satu komponen bahasa, secara signifikan akan menunjang tercapai kemampuan menulis argumentasi yang baik. Untuk itulah, perlu diupayakan kecakapan dalam menguasai kosakata. Upaya-upaya dalam meningkatkan penguasaan kosakata harus dikaji mulai dari pemahaman atas unsur-unsur kosakata, yaitu terdiri dari kata, peribahasa, dan istilah. Kata itu sendiri terdiri dari kata yang bermakna denotasi, konotasi, kata umum, dan kata khusus.


(2)

commit to user

cvii

Hakikat penguasaan kosakata harus dipandang sebagai penguasaan terhadap makna kata, yaitu mengetahui hubungan antar bentuk dan barang yang diwakilinya. Sebagai contoh, dalam suatu kasus tertentu secara populer orang akan mengatakan bahwa kata meneliti sama artinya dengan kata menyelidiki, mengamati ataupun menyidik, karena kata-kata tersebut

bersinonim. Penguasaan kosakata ini dapat ditingkatkan melalui suatu proses pembelajaran dan pembiasaan membaca. Membaca disini tidak terbatas pada membaca buku pelajaran tetapi dapat juga membaca berbagai buku atau media massa termasuk membaca komik atau majalah yang isinya mendidik siswa.

Dengan demikian, peningkatan penguasaan kosakata dapat terjadi apabila siswa melakukan kegiatan membaca tersebut diatas dengan sungguh-sungguh. Siswa akan berusaha mengerti arti kata yang belum diketahuinya yang dapat mengganggu proses pemahaman bacaan. Sehingga kamus sebagai media untuk mengetahui arti kata secara umum maupun khusus sangatlah diperlukan. Oleh karena itu diharapkan siswa yang membaca tersebut dapat memahami secara optimal isi bacaan, yang pada gilirannya akan meningkatkan penguasaan kosakata.

C. Saran


(3)

commit to user

cviii

yaitu:

1. Untuk Guru

a. Guru hendaknya memperhatikan penguasaan kosakata. Sebab ini terbukti lebih dominan mempengaruhi kemampuan menulis argumentasi siswa.

b. Selain itu, Guru hendaknya juga tetap melaksanakan minat membaca . Hal ini disebabkan kedua faktor yaitu minat membaca kaba dan penguasaan kosakata berpengaruh baik secara parsial maupun bersama-sama.

2. Untuk siswa kelas V SD Negeri Kecamatan Wonogiri Tahun 2010

Para siswa hendaknya menyesuaikan diri dengan yang ada. Kemampuan menulis argumentasi merupakan kunci untuk meraih prestasi baik .


(4)

commit to user

cix

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Balai Pustaka.

Arifin, Zainal. 1990.

Evaluasi Pembelajaran

. Bandung: Remadja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta.

Ary, Donald. 1982. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surabaya.

Bloomfield, Leonard. 1933. Language. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Budiyono. 2004. Statistika. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.

Burhan Nurgiyantoro. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra

Bygate, Martin. 1997. Speaking. Great Clarendon Street, Oxford OX2 6DP: Oxford University Press.

Chaedar Alwasilah. 1933. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa.

Depdiknas. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar.

Harimurti Kridalaksana. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

Henry Guntur Tarigan. 1985. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

___________. 1993. Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa.

___________. 1993. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Mustaqim. 2004. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(5)

commit to user

cx

Roekhan dan Martutik. 1991. Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh.

Sabarti Akhadiah; Maidar G. Arsyad; dan Sakura H. Ridwan. Menulis I. Jakarta: Depdikbud (Dirjen Dikdasmen).

Sardiman AM. 1987. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Press.

Slamet St.Y. 2009. Dasar-dasar Keterampilan Bernahasa Indonesia. LPP UNS dan UNS Press. Surakarta.

Sudjana. 1992. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito.

Suharsimi Arikunto. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Waluya, Herman J. 2000. Metodologi Penelitian Bahasa Indonesia. Surakarta: UNS Press.

Winkel, WS. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.

Yudiono, K.S. 1984. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Ilmiah. Semarang: Undip.

Yuliatun. 2009. Tesis. Hubungan Minat Membaca dan Penguasaan Kosakata dengan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Bulusulur di Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri. Program Pascasarjana : Universitas Sebelas Maret.


(6)

commit to user