Tinjauan Pustaka LANDASAN TEORI

commit to user xxxii

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Minat Membaca a. Pengertian Minat Pengertian minat menurut Hasan Alwi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2001: 69 adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu; gairah, dan keinginan. Marsudi 1982:12 mengemukakan definisi minat adalah suatu gejala psikis yang dialami terkadang berupa perasaan senang dan menunjukkan adanya pemusatan perhatian terhadap obyek tertentu yang menarik. Menurut Winkel 1983: 30 dalam bukunya Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, mengemukakan definisi Minat adalah kecenderungan menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidanghal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Sedangkan Hurlock 1980: 115 mendefinisikan minat sebagai “Sesuatu dengan apa anak mengidentifikasikan keberadaan pribadinya“. Selain itu, Hurlock 1980:114 mengatakan bahwa minat adalah sesuatu yang menimbulkan motivasi yaitu motivasi intrinsik yang berpengaruh sangat potensial terhadap pembentukan motivasi dan bertahan lebih lama jika dibanding motivasi ekstrinsik. Berdasarkan keterangan beberapa ahli yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan pengertian minat yaitu kecenderungan menetap dari seorang individu untuk 9 commit to user xxxiii mengidenifikasikan dirinya dengan lingkungan yang menimbulkan motivasi. b. Cara Menemukan Minat Cara menemukan indikator minat pada siswa tidak ada suatu metode yang dihasilkan, yaitu perasaan senang, bergairah, simpati, tekun, takut, segan, benci, bosan pada unsur-unsur kegiatan belajar. Elizabeth 1980: 116 dalam bukunya Perkembangan Anak mengemukakan cara cara menemukan minat pada anak yaitu: “a Pengamatan kegiatan, yaitu dengan mengamati mainan anak, apa yang mereka beli, kumpulkan atau gunakan dalam aktifitas yang ada unsur spontanitas, kita dapat memperoleh petunjuk mengenai minat mereka. b Pertanyaan, yaitu pertanyaan yang terus menerus tentang sesuatu, maka mnat anak terhadap hal tersebut lebih besar dari hal yang lain. c Pokok Pembicaraan, apa yang dibicarakan anak orang dewasa dan teman mereka memberi petunjuk menemukan minat mereka. d Membaca, bila anak bebas memilih buku untuk dibaca, anak memilih topik yang diminatinya. e Menggambar spontan, apa yang mereka gambar atau lukis secara spontan dan seberapa sering lakukan akan memeberi petunjuk minat mereka. f Keinginan, apabila mereka ditanya keinginan mereka tentang sesuatu jika mereka dapat memperoleh yang mereka inginkan akan memberi petunjuk mereka. g Laporan mengenai apa saja yang diminatinya. Jika diminta untuk menulis benda atau kegiatan apa yang mereka minati maka akan memberikan petunjuk minat mereka c. Pengertian Membaca Membaca mengandung pengertian melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati saja Hasan Alwi dalam KBBI, 2001: 83. Dari pengertian ini, maka membaca bukan sekedar melihat isi bacaan saja tetapi juga harus dapat memahami atau menangkap maksud dari bacaan tersebut. Selain itu di dalam membaca juga mempunyai aturan tertentu antara lain harus mengerti tentang tanda baca, menggunakan intonasi yang tepat, sehingga jika ada orang yang membaca, maka orang commit to user xxxiv yang mendengar dapat memahami apa yang didengar dari pembaca tersebut. Henry Guntur Tarigan dalam bukunya Membaca Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa mengatakan bahwa Membaca adalah salah satu ketrampilan berbahasa diantara ketrampilan berbahasa yang lain yaitu ketrampilan menyimak Listening Skills, ketrampilan berbicara Speaking Skills dan ketrampilan menulis Writing Skills”. Tarigan, 1987: 1. Membaca adalah kegiatan yang “aktif”. Agar siswa dapat membaca secara “aktif”, mereka perlu dilatih untuk dapat “mengkomunikasikan” dua hal berikut: a apa yang sudah mereka ketahui apa yang ada di pikiran mereka,dengan b isi atau cerita yang sedang mereka telusuri melalui kegiatan membaca teks Purwanto, 1997: 6. Oleh karena itu, kegiatan membaca teks dapat diawali dengan pertanyaan bimbingan, yakni pertanyaan awal untuk mengarahkan pikiran dan pandangan siswa. Dengan demikian, sebelum mulai membaca teks, siswa dibiasakan memanggil kembali pengalaman mereka yang berkaitan dengan isi bacaan yang mereka hadapi. Kegiatan “pemanasan” pikiran seperti ini perlu dilakukan supaya siswa tidak membaca dengan pikiran kosong, tetapi ada sesuatu yang dapat dibandingkan atau diadu dengan isi teks yang akan mereka baca. Cara lain, selain dengan pertanyaan bimbingan yang dapat dilakukan pada kegiatan “pemanasan” itu ialah meminta siswa menebak apa yang akan terjadi dengan cerita kelanjutannya. Pada kegiatan membaca teks, siswa perlu disadarkan bahwa ada bermacam- macam jenis teks. Oleh karena itu, bermacam-macam pulalah cara pembaca menggerakkan commit to user xxxv mata dalam merambah rentetan kata. Jenis cara membaca ditentukan, antara lain, oleh apa tujuan membaca dan teks apa yang dihadapi. Membaca untuk memahami isi sebuah teks secara mendalam atau rinci berbeda dengan membaca untuk menangkap garis-garis besar atau isi pokok dalam suatu bacaan. Membaca buku pelajaran kimia berbeda dengan membaca surat kabar dan berbeda pula dengan membaca kamus. Dengan demikian, sekurang-kurangnya dapat dilatihkan tiga jenis cara membaca: membaca mendalami, membaca cepat, dan membaca “memindai” atau “tatap henti” scanning. Pada kegiatan “membaca mendalami”, dengan tujuan menangkap isi teks secara mendalam, siswa perlu membaca teks secara pelan-pelan dan, jika perlu, melakukan pembacaan ulang. Pada kegiatan “membaca cepat”, dengan tujuan menangkap garis-garis besar atau hal-hal yang tampak di permukaan, waktu yang diberikan perlu dibatasi, misalnya dua atau tiga menit saja. Dalam kegiatan membaca cepat ini siswa perlu diberi tahu supaya menghindarkan diri dan membaca mundur membaca ulang dan supaya melewati bagman yang menyajikan uraian yang rinci. Pada kegiatan “membaca memindai”, siswa perlu dilatih untuk menggerakkan mata secara melompat-lompat untuk mencari kata atau rentetan kata tertentu yang diperlukan. Baru setelah kata atau rentetan kata yang dicari itu ditemukan, tatapan mata berhenti untuk memahami isinya. Salah satu contoh teks untuk kegiatan membaca seperti ini ialah kamus. Atau, dapat pula kegiatan ini diterapkan untuk pada tugas mencari kata-kata sukar di dalam sebuah teks. Jika pemahaman siswa tentang sebuah teks hendak diuji. ada berbagai macam kegiatan yang dapat dilakukan. Kegiatan yang lazim berupa daftar pertanyaan untuk commit to user xxxvi dijawab oleh siswa. Untuk kegiatan seperti ini hendaknya diperhatikan supaya siswa, selain diarahkan untuk memahami hal-hal yang tersurat pada teks. juga dilatih untuk menangkap hal-hal yang tersirat. Bentuk kegiatan yang lain ialah meminta siswa untuk membuat daftar pertanyaan. Untuk jenis ini, siswa dapat saling menukarkan daftar pertanyaannya untuk dijawab oleh temannya. Membuat pertanyaan juga dapat menguji pemahaman karena hanya setelah mereka memahami isi teks, dan tidak sebelumnya siswa akan dapat membuat pertanyaan. Bentuk lain lagi ialah meminta siswa merangkum atau mengungkapkan kembali isi teks; ini dapat dilakukan secara lisan ataupun secara tulis. Mampu merangkum berarti mampu menangkap isi pokok sebuah teks. Bentuk rangkuman dapat berupa penulisan judul teks, penulisan kembali isi teks dengan satu atau beberapa kalimat, atau yang lebih panjang dan itu. d. Tujuan Membaca Tujuan utama dalam membaca Membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna berhubungan erat dengan maksud dan tujuan” Tarigan, 1979:9. Beberapa hal yang penting berkaitan dengan kegiatan membaca adalah sebagai berikut : 1 Membaca untuk memperoleh ide–ide utama, yaitu membaca untuk memperoleh topik yang baik atau menarik, masalah yang ada pada cerita, apa yang dipelajari atau apa yang dialami oleh sang tokoh., 2 Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita, yaitu membaca untuk mengetahui apa yang terjadi pada commit to user xxxvii setiap bagian cerita, apa yang terjadi pada mula pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. 3 Membaca untuk menyimpulkan, membaca referensi, yaitu membaca untuk menemukan mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka, apa yang hendak diperlihatkan oleh pengarang pada para pembaca. 4 Membaca untuk mengelompokkan yaitu membaca untuk menemukan apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu, yang benar dan tidak benar. 5 Membaca menilai atau mengevaluasi yaitu membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin hidup meniru mereka atau tidak. 6 Membaca membandingkan atau mempertentangkan, yaitu membaca untuk menemukan bagaimana cara tokoh itu berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan sebelumnya”. Tarigan, 1987: 10 Berdasarkan keterangan di atas, membaca dapat dipakai untuk mengetahui ide-ide pokok dari suatu bacaan. Jika dihubungkan dengan membaca cerita, maka membaca dapat dipakai untuk mengetahui ide pokok cerita, susunan caerita per bagian, mengetahui alasan perbuatan atau perilaku tokoh, menemukan sesuatu yang tidak wajar dari perilaku tokoh, mengevaluasi keberhasilan sang tokoh dan membandingkan atau mempertentangkan bagaimana sang tokoh itu berubah. e. Aspek – aspek dalam Membaca Lebih lanjut Tarigan 1987: 11 menjelaskan bahwa secara garis besar, terdapat dua aspek penting dalam membaca yaitu: 1 Ketrampilan mekanis, yang mencakup: pengenalan bentuk huruf, pengenalan unsur linguistik fonemgrafem, kata, frase, pola klause, kalimat dan lain – lain, pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan dan bunyi kemampuan menyuarakan bahan tertulis, kecepatan membaca bertaraf commit to user xxxviii lambat. Untuk mencapai tujuan membaca secara mekanis ini maka aktifitas paling sesuai adalah dengan membaca nyaring atau membaca bersuara. 2 Ketrampilan pemahaman, yang mencakup: memahami pengertian sederhana leksikal, gramatikal, retorikal, memahami signifikansi atau makna maksud dan tujuan pengarang, relevansi atau keadaan kebudayaan, reaksi pembaca, evaluasi dan penilaian isi, bentuk, kecepatan membaca yang fleksibel yang disesuaikan dengan keadaan. Untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam ketrampilan pemahaman ini, maka aktifitas yang paling tepat adalah membaca dalam hati, yang dapat dibagi menjadi membaca ekstensif mencakup membaca survei, membaca sekilas, membaca dangkal dan membaca intensif mencakup telaah isi: membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, membaca ide dan telaah bahasa: membaca bahasa asing, membaca sastra. f. Membaca Nyaring Membaca nyaring adalah suatu kegiatan atau aktifitas yang merupakan alat bagi Guru atau murid atau pembaca lainnya yang bersama – sama dengan pendengar akan memahami informasi, pikiran dan perasaan dari pengarang”. Tarigan, 1987: 22. Membaca nyaring merupakan ketrampilan yang sangat komplek. Maksudnya ketrampilan merangkai kata, melisankan tulisan, penekanan, intonasi atau lagu kalimat, bahkan perasaan yang terkandung dalam kalimat yang dibaca perlu diperhatikan. Membaca nyaring biasanya berhubungan dengan penyimakan oleh orang lain. Membaca nyaring biasanya dilakukan di muka umum. Jika demikian, maka membaca nyaring harus menggunakan ketajaman dan kecepatan pandangan mata supaya ketika membaca tulisan itu, maka masih sempat membagi pandangan dengan pendengar yang dihadapi. Membaca nyaring sangat cocok untuk murid pemula, supaya dengan membaca nyaring, maka bunyi dari lafal baca dapat dikontrol dan dievaluasi. Selain itu maka membaca nyaring berguna untuk melatih intonasi dan lagu kalimat, supaya bacaan yang dibaca, akhirnya dapat commit to user xxxix dimengerti maknanya, kemudian pesan dan perasaan yang dikandung dalam bacaan dapat tersampai pada pendengar. g. Membaca dalam Hati Membaca dalam hati adalah membaca dengan tidak bersuara. Tarigan, 1987:29. Membaca ini dilakukan dengan mengaktifkan mata dan memory atau ingatan saja. Tujuan dari membaca dalam hati adalah untuk memperoleh informasi. Membaca ini biasanya dilakukan oleh pelajar yang sudah tidak lagi belajar pada pendidikan tingkat dasar. Membaca dalam hati secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu: 1 Membaca ekstensif Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Luas dalam arti bahwa bahan bacaan sangat banyak tetapi waktu yang dibutuhkan sangat singkat. Membaca ini bertujuan untuk menguasai secara garis besar tulisan dengan efektif dan efisien. Membaca ekstensif terdiri dari: a Membaca survei. Membaca survei adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan meneliti dan menyelidiki terlebih dahulu bahan bacaan dengan mengamati indeks, mutu pengarang, latar belakang penulisan, meneliti per bab secara garis besar untuk memperoleh gambaran secara garis besar buku yang akan dibaca. commit to user xl b Membaca sekilas. Membaca sekilas, yaitu kegiatan membaca dengan gerak mata yang cepat untuk segera memperoleh gambaran umum dari buku bacaan. Tujuan utama dari membaca sekilas adalah: 1 Untuk memperoleh kesan umum, 2 untuk menemukan hal tertentu dari sesuatu bacaan, 3 untuk menemukan bahan atau menempatkan bahan yang diperlukan dalam Perpustakaan. c Membaca dangkal. Membaca dangkal adalah kegiatan membaca yang diperlukan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal serta bersifat di luaran. 2 Membaca intensif. Membaca intensif adalah studi seksama, telaah uji dan penanganan terperinci yang dilaksanakan dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek. Yang termasuk membaca intensif yaitu : a Membaca telaah isi. Setelah pembaca melakukan pembacaan sekilas, maka biasanya pembaca tertarik untuk menelaah isi lebih lanjut. Kegiatan untuk meneliti lebih lanjut dalam membaca dinamakan membaca telaah isi. Membaca telaah isi dibagi atas: 1 Membaca teliti, yang membutuhkan ketrampilan : survei yang cepat untuk memperhatikan atau melihat organisasi dan pendekatan umum, membaca seksama dan membaca ulang paragraf–paragraf untuk menemukan kalimat–kalimat judul dan perincian penting, commit to user xli penemuan hubungan tiap paragraf dengan keseluruhan tulisan. 2 Membaca pemahaman, yaitu jenis membaca yang bertujuan untuk memahami: standar atau norma kesusastraan meliputi puisi atau prosa, fakta atau fiksi, klasik atau modern, subyektif atau obyektif eksposisi atau normatif, resensi kritis yang berfungsi untuk menelaah tulisan yang berguna bagi kehidupan sehari–hari dan menghindari tulisan yang kurang bermutu, drama tulis agar pembaca memahami dan mengembangkan sikap kritis terhadap drama meliputi prinsip kritik drama, unsur – unsur drama, jenis – jenis drama, pola fiksi yang mempunyai tujuan agar pembaca memahami unsur – unsur fiksi meliputi permulaan dan eksposisi, pemerian dan latar, suasana, pilihan dan saran, saat penting, puncak, pertentangan, rintangan atau komplikasi, pola atau model, kesudahan atau kesimpulan, tokoh atau aksi, pusat minat, pusat tokoh, pusat narasi, jarak, skala, langkah Tarigan, 1987: 75. b Membaca telaah bahasa. Sebuah bacaan terdiri dari isi dan bahasa. Keduanya selalu hadir bersama untuk membentuk sebuah karya yang dapat dinikmati bersama. Setelah di depan dipaparkan mengenai membaca telaah isi, lebih lengkap lagi jika dibahas pula membaca telaah bahasa. Membaca telaah bahasa mencakup: 1 membaca bahasa asing, 2 membaca sastra. Tujuan dari membaca bahasa adalah 1. Memperbesar daya kata Untuk memperbesar daya kata, maka ada beberapa hal yang harus diketahui antara lain : a ragam bahasa, b mempelajari makna dari konteks c bagian – bagian kata commit to user xlii d penggunaan kamus e makna – makna varian f idiom g sinonim dan antonim h konotasi dan denotasi i derivasi. 2. Mengembangkan kosa kata. Untuk mengembangkan kosa kata, ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: a bahasa kritik sastra b memetik makna dari konteks c petunjuk – petunjuk konteks. Tujuan dari membaca sastra adalah memahami keindahan rangkaian kata yang tercermin dalam keserasian dan keharmonisan bentuk dan isi. Untuk dapat memahami keindahan isi dari karya sastra, maka pembaca harus mengetahui seluk – beluk bahasa sastra. Jika pembaca tidak mengetahui seluk – beluk bahasa sastra, maka akan kesulitan untuk memahami keindahan isi dari karya sastra tersebut. 2. Kosakata a. Pengertian Kosakata Kata merupakan kesatuan terkecil yang mengandung ide, yang diperoleh dari bagian-bagian kalimat. Seperti pendapat Harimurti Kridalaksana 1984: 89 yang mengatakan bahwa kata adalah satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas. Chaedar Alwasilah 1993: 120 mengatakan bahwa kata adalah satu kesatuan commit to user xliii yang terpisah dan tak dapat diuraikan lagi. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kata adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki sifat bebas, baik sifat bebas vonetis dan gramatis. Tingkat keterpelajaran seseorang dapat diukur dengan seberapa banyak jumlah kata yang telah dikuasai. Dalam praktik proses belajar mengajar di kelas, agar dalam pengajaran kosakata lebih cepat dan tepat harus disiapkan kamus sebagai sumber rujukan, dengan tujuan bila menemukan kata-kata sukar dapat segera dicari artinya. Pengajaran kosakata pada pokoknya ialah mengajarkan penguasaan kata dengan maknanya. Namun, “menguasai kata” tidak hanya dalam pengertian mampu memahami arti berbagai macam kata melainkan juga mampu menggunakan berbagai macam kata pada kalimat. Menambah jumlah kata-kata baru, dengan mernahami artinya, dan menanamkan itu ke dalam ingatan siswa merupakan salah satu langkah utama yang dilakukan di dalam pengajaran kosakata. Namun, menghafalkan daftar kata bukan satu- satunya langkah yang dapat diandalkan untuk membantu peningkatan “penguasaan kata.” Usaha menguasai kata perlu ditempuh dengan mengamati pemakaian kata di dalam teks. Kata dapat memiliki banyak makna dan semuanya itu dapat dicari informasinya dari kamus. Akan tetapi, di antara sekian makna itu, makna yang manakah yang dipilih? Hal itu bergantung pada pemakaian kata di dalam teks. Oleh karena itu, dua kegiatan ini perlu dilatihkan pada siswa, yaitu a mencari commit to user xliv makna sebuah kata pada kamus dan b membandingkan keterangan dan kamus dengan bagaimana kata itu dipakai pada teks.. Namun, tanpa kamus pun, untuk kata-kata tertentu, makna dapat ditebak berdasarkan konteks pemakaiannya. Langkah ini pun perlu juga dilatihkan pada siswa. Langkah menebak makna ini dapat digabungkan dengan langkah pertama: pertama-tama siswa diminta menebak makna berdasarkan konteks lebih dulu, kemudian membandingkan hasil tebakan itu dengan uraian makna yang terdapat pada kamus. Termasuk dalam kegiatan memperkaya jumlah perbendaharaan kata ialah kegiatan meningkatkan penguasaan akan kata-kata bersinonim. Dengan modal kata-kata bersinonim, kemampuan siswa menulis akan meningkat. Mereka akan Iebih cermat memilih kata yang tepat untuk karangannya. Mereka tidak akan memakai kata yang sama secara berulang-ulang sehingga karya tulisnya lebih enak dan menarik untuk dibaca. Kosakata atau perbendaharaan kata menurut Roekhan 1991:25 memiliki cirri antara lain: a semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa, b kalangan kata yang dimiliki seseorang, c kata-kata yang dipakai dalam suatu bidang tertentu, dan d daftar kata yang disusun dalam kamus dengan disertai penjelasan singkat dan praktis. b. Penguasaan Kosakata Salah satu ciri kemahiran berbahasa seseorang adalah menggunakan kosakata yang dimiliki dan dikuasainya. Tanpa penguasaan sejumlah kosakata, seseorang akan mengalami kesulitan dalam mengekspresikan atau mengkomunikasikan gagasannya. Menguasai kosakata bukan hanya mengetahui arti kata secara terpisah atau lepas, tetapi commit to user xlv harus mengerti arti kata tersebut apabila sudah ada dalam kalimat maupun konteks yang lebih luas. Bahkan mampu menerapkan kata-kata itu secara benar, baik secara lisan maupun tertulis. Penguasaan kosakata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pasif dan aktif. Pasif dapat dikatakan reseptif, aktif merupakan produktif. Penguasaan kosakata yang reseptif pasif digunakan untuk komunikasi yang bersifat menerima seperti menyimak dan membaca, sedangkan penguasaan kosakata produktif aktif digunakan untuk komunikasi yang bersifat mengeluarkan atau menyampaikan ide kepada orang lain seperti berbicara dan menulis. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penguasaan Kosakata Kosakata yang dimiliki seseorang akan berubah seiring dengan perkembangan orang tersebut. Sehingga penguasaan kosakata seseorang dan yang lain berbeda. Menurut Yudiono 1984: 47 ada beberapa faktor dominan yang mempengaruhi tingkat penguasaan kosakata, yaitu latar belakang pengetahuan atau disiplin ilmu tertentu, usia, tingkat pendidikan, dan banyak sedikitnya referensi. 3. Kemampuan Menulis Argumentasi a. Pengertian Menulis Keterampilan menulis merupakan aspek keterampilan berbahasa. Dengan menulis, gagasan dan pikiran seseorang dapat diungkapkan untuk mencapai tujuan dan maksudnya. Henry Guntur Tarigan 1994: 21, menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambing-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambing-lambang grafik tersebut. Sedang menurut Muchsin Ahmadi 1990: 22 commit to user xlvi mendefinisikan menulis adalah suatu proses menyusun, mencatat dan mengkomunikasikan makna dalam tatanan ganda, bersifat interaktif, dan diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan suatu system konvensional yang dapat dilihat. Menurut Iim Rahmina 1997: 3, menulis merupakan kegiatan pengungkapan ide, gagasan, perasaan, atau emosi secara tertulis. Dari beberapa pengertian tersebut, menulis dapat diartikan suatu kegiatan menuangkan gagasan, ide, buah pikiran, pengalaman, dan perasaan kepada orang lain dengan cara mengorganisasikan lambing bahasa atau huruf menjadi suatu kalimat yang teratur sehingga dapat dipahami orang lain dengan mudah. Menurut Hasan Alwi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2001: 506, Karangan mengandung pengertian hasil mengarang; cerita; buah pena. Sedangkan arti kata mengarang itu sendiri adalah kegiatan tulis menulis. Pengertian di atas, maka karangan dapat diartikan sebagai hasil kegiatan tulis menulis. Berdasarkan isi dan penyampaiaannya, karangan dibagai menjadi empat jenis, yaitu: 1 Karangan Jenis Narasi. Dalam karangan narasi atau cerita terdapat alur, penokohan, peristiwa dan penyelesaiannya. Alur adalah peristiwa yang sambung menyambung dalam sebuah cerita yang ada hubungan sebab akibat. Penokohan adalah cara pengarang menentukan tokoh atau elaku dengan wataknya masing-masing dalam cerita. 2 Karangan Jenis Deskripsi atau Lukisan Jenis karangan deskripsi melukiskan suatu keadaan dengan kalimat sehingga menimbulkan kesan yang hidup. Lukisan itu dibuat seakan-akan pembaca melihat sendiri kejadian yang diceritakan. 3 Karangan Jenis Eksposisi atau Paparan Karangan ini menjelaskan sesuatu kepada pembaca tentang apa yang menjadi gagasan kita. Semua bahan harus dikumpulkan secara lengkap agar pembaca merasakan kejelasan dari apa yang kita paparkan. Paparan tersebut berisi penjelasan tanpa ada unsur mengajak atau mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Karangan jemis paparan ini hanya memberikan penjelasan tanpa suatu muatan tertentu. 4 Karangan Jenis Argumentasi atau Persuasi Karangan argumentasi adalah karangan yang berisi alasan yang kuat dan meyakinkan dalam suatu hal. Selain memaparkan atau menjelaskan gagasan, mengemukakan alasan, bukti, contoh kejadian juga menganalisanya menurut hubungan sebab akibat. Karangan ini banyak digunakan untuk melakukan kajian terhadap sebuah teori baru atau mengusulkan suatu gagasan baru dengan alasan yang amat kuat. Tujuan dari argumentasi ini adalah untuk meyakinkan commit to user xlvii pembaca tentang hal yang diterangkan. b. Karangan di Sekolah Dasar Mengarang di sekolah dasar diajarkan dengan bertahap. Tahapan ini disesuaikan dengan taraf berfikir siswa. Mengarang di sekolah dasar dimulai dari hal yang kongkrit. Hal ini dilakukan dengan mengajak siswa menikmati situasi yang nyata dan disuruh melukiskan apa yang sudah dilihatnya. Karangan di sekolah dasar diajarkan dengan penekanan pada penuangan pikiran dan perasaan lebih dahulu. Selanjutnya syarat-syarat mengarang dapät diajarkan berangsur-angsur. Spontanitas dan keberanian mengarang menyatakan isi hatinya berupa gambar-gambar maupun tulisan-tulisan merupakan hal penting dalam mengarang. Menggambar spontan, menulis spontan tentang sesuatu, mengarang harus tumbuh dan berkembang selama anak-anak duduk di bangku sekolah dasar. Contohnya adalah 1 menceritakan gambar atau membicarakan gambar 2 menuliskannya 3 membacanya kembali 4 memperbaiki dan menyusun kembali. Jadi, pengajaran menggambar, bercakap-cakap, menulis mengarang dihubungkan erat-erat satu sama lain dalam suatu proses belajar mengajar Ngalim, 1997: 60. Setelah siswa lancar menuliskan tentang apa yang digambarnya, lanjutkan dengan menuliskan kalimat penjelas tentang benda-benda yang ada di sekitamya. Kemudian anak dilatih menuliskan kalimat di bawah gambar berseri. Siswa membacanya, menilainya, benar atau salah. Setiap anak membaca karangannya, anak dibiasakan untuk menilai, merasakan apakah susunan kalimatnya commit to user xlviii telah benar dan kata-katanya indah. Jika telah lancar biasakan siswa menuliskan beberapa kalimat tentang benda, hewan, atau tumbuhan yang ada di sekitarnya. Selanjutnya siswa dibiasakan menuliskan ungkapan perasaannya yang dihubungkan dengan situasi alam sekitarnya. Sebagai contoh, guru bertanya kepada siswa tentang perasaan anak. Bagaimana perasaan anak jika hari mendung., pada saat pagi hari yang cerah., pada saat menjelang magrib tetapi ibu tidak di rumah. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan sangat membantu anak dalam mengungkapkan perasaanya. Setelah muncul berbagai ungkapan perasaan dari anak maka mereka diajak untuk menyatakan ungkapan-ungkapan tersebut dalam bentuk cerita sederhana secara tertulis. Cara mengarang yang lain adalah dengan memancing lewat kegiatan menggambar. Guru menggoreskan garis di papan tulis. Siswa menebak apa kira-kira yang akan digambar oleh guru. Ada siswa yang mengatakan “gunung” ada juga yang mengatakan “sungai” atau rnungkin ada siswa yang mengatakan ‘Jalan”. Jika siswa mengatakan “gunung” maka siswa diminta untuk menggambar yang lain tetapi mulai dan huruf g - misal gajah, gubuk - pak Gani. Siswa mengembangkan imajinasinya dalam bentuk cenita antara gunung, gajah, gua, gubuk, dan Gani”. Ngalim, 1997: 62 Untuk siswa yang menyebut gambar sungai, maka siswa menggambar sawah, sapi, Sarmin. Siswa menghubungkan dalam ide cenita tentang sungai, sapi, sawah, Sarmin. Dengan demikian, jika siswa mengatakan “jalan”, maka siswa harus menggambar jalan, jip, jerapah, jurang, dan Joni. Siswa mengembangkan ide cerita tentang hubungan jip, jerapah, jurang, dan Joni. Setiap selesai siswa menuliskan karangan sederhananya, dibiasakan siswa commit to user xlix membaca kembali hasil karanganya kemudian menilai sendiri. Jika mereka merasa perlu untuk memperbaiki, maka tuntunlah mereka urmtuk memperbaikinya. Jika ada kesalahan, guru hanya mengatakan “coba yang lebih baik”; “coba ulangi; “coba pikir, apa yang paling tepat”. Artinya jangan sampai ada sikap guru yang membuat siswa merasa tidak mampu atau malas berbuat. Di kelas III pelajaran mengarang sedikit ada peningkatan dibandingkan pada waktu mereka masih di kelas satu atau dua. Kegiatan mengarang di kelas ini tidak lagi terbatas menguraikan gambar dengan bebas sesuai daya tangkap mereka tetapi gambar tersebut dibatasi dengan cara diberi judul.. Pada saat menceritakan tentang benda, hewan, atau tanaman yang sesuai lingkungan, anak telah menjelaskan sesuatu tentang benda itu. Misalnya, anak menjelaskan tantang ayam. Anak menjelaskan tentang keadaan tubuh ayam, makanannya, cara hidupnya habitatnya, guna ayam bagi manusia, cara memeliharanya, perbedaan ayam dan jenis unggas lainnya, dan seterusnya. Hal lain yang penting lagi adalah membiasakan anak membuat buku harian mulai dari kelas II. Biasakan siswa untuk menuliskan apa yang disenangi dan tidak disenangi. Menulis di buku harian sangat membantu anak dalam mengungkapkan perasaannya tanpa adanya batas-batas atau aturan dalam mengarang. Dengan demikian, anak merasa lebih bebas dalam mengekspresikan perasaannya dalam bahasa tulisan. Di kelas IV anak dibiasakan mengamati lingkungan sekitar pasar, toko, kantor pos, bank, tempat pertunjukan, saat dia widyawisata lebih rinci. Dari hasil pengamatan tersebut, anak diminta menceritakan ulang sesuai degan pengamatan masing-masing. commit to user l Sebagai contoh, anak mengamati pasar mka anak disuruh menceritakan tentang di mana letak pasar tersebut, bagaimana kondisi bangunan pasar, bagaimana penataannya, bagaimana hubungan antara penjual dan pembeli, apakah harganya lebih murah, apakah ada areal untuk parkir dan sebagainya. Demikian juga dalam hal menilai isi. Anak dibiasakan menentukan pokok pikiran dalam karangannya. Misalnya: kalau anak mengarang tentang kelasnya tentu ada penjelasan tentang keadaan fisik dan kelas itu. Mulai dari letak, luas kelas, keadaan kebersihan kelas, apakah yang akan mereka lakukan untuk meningkatkan kebersihan dan keindahan kelasnya, dan seterusnya. Di kelas V dan VI diharpkan anak sudah memiliki kekayaan bahasa cukup banyak. Sehingga pelajaran mengarang dalam kelas ini dapat dimulai dengan menentukan judul sendiri. Setelah anak terampil menentukan judul sendiri, dapat dilanjutkan dengan melengkapi paragraf yang hilang dengan harapan anak dapat mengembangkan imajinasinya dengan bebas tetapi terbatas karena harus sesuai dengan pokok pikiran dalam paragraf tersebut. Tahap terakhir dalam pelajarang mengarang ini adalah anak belajar menyelesaikan karangan dengan pokok-pokok pikiran yang sudah ditentukan. Tukar menukar hasil karangan antar siswa juga merupakan salah satu cara dalam meningkatkan nilai suatu karangan. Karena dengan kegiatan tersebut masing- masing siswa akan mempunyai penilaian sendiri dengan hasil karangan temannya, hal ini akan memberi nilai lebih bagi siswa tersebut yaitu, masing-masing siswa akan termotivasi untuk menunjukkan karangan yang lebih baik dari pada teman-temannya. commit to user li Sehingga tercipta suatu kompetisi yang posistif dalam kelas. c. Manfaat Menulis Secara umum fungsi tulisan adalah sebagai alat komunikasi. Komunikasi yang terjadi adalah komunikasi searah antara penulis dengan pembaca. Sebagai alat komunikasi maka tulisan harus mampu menyajikan pikiran penulis secara jelas sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Menurut Sri Hastuti 1988: 1, menulis merupakan kegiatan yang kompleks dengan melibatkan cara berpikir teratur dan kemampuan mengungkapkannya dalam bentuk tulisan. Dengan demikian, tulisan seseorang dapat menunjukkan keteraturan berpikir penulisnya. Graves dalam Sabarti Akhadiah, 1997: 14, manfaat menulis: 1 menulis menyumbang kecerdasan, 2 menulis mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, 3 menulis menumbuhkan keberanian, 4 menulis mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat menulis adalah 1 sebagai alat komunikasi, 2 menolong berpikir kritis, kreatif, dan inisiatif, 3 menyumbang kecerdasan, 4 menumbuhkan keberanian, dan 5 mendorong kemauan dan kemampuan untuk mengumpulkan informasi.

B. Penelitian yang Relevan