KEMAMPUAN MENULIS DONGENG SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI JARAKAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL.

(1)

KEMAMPUAN MENULIS DONGENG PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI JARAKAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Sufance Anaci Niab

NIM 11108249022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTO

Menulis adalah Memahat Peradaban Ayat emas

Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi dia (Roma 8:28)


(6)

PERSEMBAHAN Ucapan terima kasih kupersembahkn kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan sumber inspirasiku

2. Papa dan Almarhum Mama tercinta Markus Niab dan Sarlota Niab Bokuam, yang telah merelakan lutut untuk bertelut dan air matanya demi keberhasilanku.

3. Almamater yang telah memberi peluang sangat berharga untuk masa depan. 4. Agama, Nusa dan Bangsa.


(7)

KEMAMPUAN MENULIS DONGENG SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI JARAKAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

Oleh

Sufance Anaci Niab 11108249022

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan menulis dongeng pada siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul yang berjumlah 47 siswa.

Jenis Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas V dengan jumlah populasi sebanyak 47 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan tes. Hasil tes kemampuan menulis dongeng pada siswa SDN Jarakan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagaian besar siswa dengan presentase 61,70% telah mampu menulis dongeng dengan baik. Dikatakan baik karena siswa telah mampu menulis dongeng dengan memenuhi kriteria penelitian yaitu isi gagasan yang dikemukakan, organisasi isi, struktur tata bahasa, gaya pilihan kata, dan ejaan tata bahasa. Hal ini dibuktikan dengan adanya 29 siswa dari 47 siswa atau 61,70% telah mencapai KKM, sedangkan 18 atau 38,70% siswa lainnya belum mencapai KKM.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa karena atas limpahan hikmat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberi dukungan, informasi serta bimbingan selama proses pengerjaan skripsi ini dari tahap perencanaan hingga penyelesaian. Oleh karena itu, dengan segenap ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah berkenan memberikan fasilitas dan kemudahan untuk kelancaran studi saya.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta beserta jajaran atas pengorbanan dan kasih sayang selama studi kami sebagai mahasiswa PPGT. 3. Banu Setyo Adi, M. Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.

4. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah menyetujui pemilihan judul karya ini.


(9)

5. Bapak dan Ibu Dosen PGSD yang telah memberikan bekal ilmu, wawasan dan semangat pada kami untuk terus maju dengan penuh kesabaran.

6. Bu Mujinem dan Pak Sujati,atas bimbingan dan perhatian selama ini.

7. Pak Parlan, dan Ibu atas kesabaran dan ketabahan selama mendampingi kami di asrama.

8. Dinas Pendidikan Kabupaten Kupang yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk melanjutkan studi di kota Yogyakarta.

9. Papa Markus dan Almarhum Mama Sarlota, cinta pertama dan pahlawanku yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang dan perjuangan tiada henti demi kebahagiaanku dengan tulus ikhlas.

10. Ketiga Kakakku K’Neli, K’Omri, dan K’Finna, terima kasih telah membuat hidup Adik menjadi lebih berarti.

11. Om Tobi, Tante Finna, Om Teni, Tante Sar, K Ime, Susi Maris, K Oskar, Susi Vera, K Ayub, Susi Elis, Om Yan, Susi Novi, K,Lius, Revin, Nenek Tajung K,Ose dan semua saudara dan Keluarga Niab dan Bokuam yang telah mendukungku selama studi, GBU all.

12. Frederikus Sanjaya, semua darimu sangat berarti, dan terima kasih atas bantuannya selama ini, apapun itu terima kasih.

13. Teman-teman seperjuangan PPGT PGSD UNY 2011 yang memberi warna dikala penatnya kehidupan asrama dan kampus, kalian yang selama empat tahun saling berbagi ilmu, canda, tawa, pengalaman, dan pelajaran tentang hidup. Kalian luar biasa.


(10)

(11)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ……… . iii

HALAMAN PENGESAHAN ……… .. iv

HALAMAN MOTTO ………. . v

HALAMAN PERSEMBAHAN ………... vi

ABSTRAK ………... vii

KATA PENGANTAR……… .. viii

DAFTAR ISI……… . xi

DAFTAR TABEL……… . xiii

DAFTAR LAMPIRAN……… . xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Masalah ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ... 10

1. Hakikat Bahasa Indonesia... 12

2. Tujuan Belajar Bahasa Indonesia ... 14

B. Kajian tentang Dongeng ... 17

1. Hakikat Dongeng ... 17

2. Macam-macam Dongeng ... 19

3. Karakteristik Dongeng... 20

C. Kajian tentang Menulis Dongeng ... 22

1. Kemampuan Menulis ... 22


(12)

3. Jenis Menulis Dongeng ... 24

4. Unsur-unsur Menulis Dongeng ... 25

D. Langkah-langkah Menulis Dongeng ... 28

E. Karakteristik Siswa di Kelas Lanjut... 31

F. Kerangka Pikir ... 32

G. Definisi Oprasional ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 36

B. Variabel Penelitian ... 36

C. Populasi ... 37

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

E. Metode Pengumpulan Data ... 38

F. Instrumen Penelitian... 39

G. Penilaian dalam Menulis Dongeng ... 39

H. Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 45

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 45

2. Deskripsi Hasil Penelitian... 46

B. Analisis Data Penelitian ... 48

1. Kegiatan Selama Pembelajaran ... 48

2. Analisis Kemampuan Menulis Dongeng ... 49

C. Pembahasan ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56


(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1.Daftar Siswa kelas V SDN Jarakan ... 38

Tabel 2. Aspek Dalam Menulis Dongeng ... 40

Tabel 3. Kriteria dengan Menghitung Peresentase ... 42

Tabel 4. Deskripsi hasil Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Kelas V SDN Jarakan ... 47

Tabel 5. Analisis Kemampuan Menulis Dongeng ... 49

Tabel 6. Mencari Peresentase Tiap Interval ... 50


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 58

Lampiran 2. Penilaian ... 62

Lampiran 3. Dokumen Karya Siswa ... 65

Lampiran 4. Dokumentasi ... 68


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa terpenting di kawasan republik kita. Pentingnya peranan Bahasa Indonesia antara lain bersumber pada ikrar ketiga sumpah pemuda 1928 yang berbunyi “ Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia” dan pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 1 yang didalamnya tercantum pasal khusus yang menyatakan bahwa “bahasa negara ialah Bahasa Indonesia”. Pentingnya suatu bahasa dapat juga didasari patokan seperti jumlah penutur, luas penyebaran, dan peranannya sebagai sarana ilmu, seni sastra dan pengungkap budaya. Pada sumpah pemuda melekat kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan atau bahasa nasional karena Indonesia memiliki begitu banyak bahasa daerah.

Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah dasar adalah pembelajaran Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia juga dijadikan salah satu mata pelajaran yang wajib bagi seluruh siswa di Negara Indonesia, mata pelajaran Bahasa Indonesia ini termasuk mata pelajaran yang diujikan dalam ujian akhir nasional.

Bahasa Indonesia sangat diperlukan untuk menguasai mata pelajaran lain. Semua pengajaran kecuali bahasa daerah, ditulis dan diantarkan dalam Bahasa Indonesia. Karena itu, jika siswa tidak berhasil menguasai kemampuan berbahasa Indonesia yang memadai, sulit bagi siswa untuk mencapai prestasi


(16)

belajar yang baik dalam mata pelajaran yang lain. Pengajaran Bahasa Indonesia mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang menumbuhkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Pada dasarnya pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk mempertajam kepekaan perasaan siswa.

Adapun definisi bahasa adalah suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasar ujaran. Ujaran inilah yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Puji Santosa, dkk, (2009: 1-2). Setiap kegiatan pembelajaran bertolak dan terarah kepada pencapaian tujuan. Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dikatakan sebagai dampak dari proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan proses membantu siswa dalam belajar, yang ditandai dengan perubahan perilaku baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Dalam kurikulum 1994 ditegaskan bahwa pengajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk menumbuhkembangkan kemampuan berbahasa Indonesia. Dengan kata lain pengejaran bahasa indonesia dimaksudkan untuk menyiapkan agar anak mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, Ahmad Rofi’iuddin & Darmiyati Zuhdi (1998:106).

Adelstain & Prival mengemukakan bahwa tulisan yang baik mencerminkan kebanggaan penulis dalam naskah manuskrip kesudian mempergunakan ejaan dan tanda baca secara saksama, memeriksa makna kata dan hubungan ketatabahasaan dalam kalimat-kalimat sebelum menyajikannya kepada para pembaca. Penulis yang baik menyadari benar-benar bahwa hal-hal


(17)

seperti itu dapat memberi akibat yang kurang baik terhadap karyanya, Henry Guntur Tarigan (2013: 7).

Rini Kristiantari (TT:70) mengemukakan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar mempunyai peranan yang sangat strategis mengingat tujuannya adalah memberikan bekal kemampuan dasar membaca, menulis, menghitung dan menyimak, serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya. Peranan pengajaran bahasa Indonesia itu semakin tegas utamanya bila dihubungkan dengan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di bidang pendidikan termasuk sekolah dasar.

Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar bagi siswa sekolah dasar akan sangat membantu mereka dalam mengikuti semua pembelajaran baik bahasa Indonesia maupun di luar bahasa Indonesia. Menghadapi berbagai tantangan dan tujuan pendidikan yang terkandung dalam berbagai bidang studi di SD utamanya bahasa Indonesia sebagaimana telah diisyaratkan, pada dasarnya misi utama pendidikan adalah pembentukan keterampilan hidup sebagaimana empat pilar pendidikan yang telah dikemukakan di muka, bukan sekedar penguasaan materi pengetahuan. Menulis sebagai salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang diajarkan di sekolah dasar, merupakan sarana yang penting dikuasai siswa agar dapat mengungkapkan gagasan pendapat, pengalaman, dan perasaan dengan baik. Dengan demikian, menulis perlu dibiasakan kepada siswa sejak dini agar menulis dapat menjadi kebiasaan anak


(18)

didik. akan tetapi sampai saat ini kemampuan menulis di kalangan anak sekolah dasar belum menunjukkan kemampuan yang diharapkan. Hal ini terjadi karena berbagai faktor penghambat. Tulisan anak belum tergolong benar sesuai ejaan yang berlaku, anak kesulitan mengungkapkan gagasan dalam bentuk tulisan, serta anak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menulis. Kesalahan-kesalahan siswa dalam menulis dapat berupa penggunaan tanda baca yang masih salah, penempatan huruf kapital yang salah. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk lebih selektif dalam mengajari anak untuk menulis. Menulis dongeng merupakan salah satu cara membelajarkan anak untuk menulis. Artinya melalui penulisan dongeng siswa dapat belajar menulis.

Menulis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh para siswa. Dengan memiliki kemampuan menulis siswa dapat mengkomunikasikan ide, dan pengalamannya melalui tulisan.Menulis merupakan suatu proses kreatif mengungkapkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk tujuan tertentu, misalnya memberitahu, meyakinkan, atau menghibur. Hasil kegiatan ini biasa disebut dengan istilah tulisan. Menulis sendiri merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa dalam rangka mengungkapkan ide, gagasan yang berupa tulisan. Sebagai bagian dari kegiatan berbahasa, pada hakikatnya pembelajaran bahasa harus mencakup empat keterampilan yang penting yaitu mendengarkan, menulis, berbicara, dan membaca. Keterampilan membaca dan menyimak merupakan keterampilan bahasa yang bersifat pasif, sedangkan keterampilan berbicara dan menulis merupakan kegiatan keterampilan bahasa yang bersifat


(19)

aktif. Menulis merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam sebuah proses pembelajaran yang dialami siswa selama menuntut ilmu. tidak dapat memungkiri bahwa peran guru dalam hal ini, memiliki peranan yang sangat penting karena guru harus mampu memberikan pengarahan kepada siswanya agar mampu menulis dengan baik. dalam kegiatan menulis sebagai bentuk komunikasi, kegiatan komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila pesan yang disampaiakan oleh penulis dapat diterima dan dipahami oleh pembaca. Oleh karena itu, dilihat dari posisi penulis, dalam kegiatan menulis seorang penulis harus berupaya agar pesan komunikasi dapat tersampaikan dengan sejelas-jelasnya.

Suparno, & Mohamad Yunus (2007: 1: 29) mengemukakan bahwa Menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampaian pesan, atau isi tulisan, saluran atau media tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.

Kusumo Priyono (2006: 9) mengemukakan bahwa dongeng sering diidentifikasikan sebagai suatu cerita bohong, bualan, atau cerita yang mengada-ada dan tidak mengada-ada manfaatnya. Bahkan mengada-ada yang menggangap dongeng sebagai cerita yang tidak masuk akal. Benar dongeng adalah cerita rekaan, tetapi tidak berarti dongeng tidak bermanfaat. Lihat saja lewat dongeng lokal nusantara kita bisa mengenal kekayaan budaya bangsa.


(20)

Pengisahan dongeng mengandung harapan-harapan atau keinginan dan nasihat yang tersirat maupun yang tersurat. Ketika seorang ibu bercerita kepada anak-anaknya kadang ajarannya di ungkapkan secara nyata dalam akhir cerita tetapi tidak jarang diungkapkan secara tersirat. Dalam hal ini sang anak diharapkan mampu merenungkan atau mampu menerima dan menerjemahkan sendiri amanat yang tersirat di cerita tadi. Oleh karena itu, kebiasaan menceritakan dongeng seharusnya dijadikan menjadi kebiasaan bagi anak. Ajaklah anak untuk menceritakan kembali dongeng yang diceritakan melalui bahasa tulis. Menulis akan menjadi suatu kebiasaan anak jika anak terus dibimbing. Selain guru, orang tua juga memiliki peran penting demi kesuksesan anak. Orang tua seharusnya meluangkan waktu untuk mendampingi anak saat belajar. Namun, hingga kini harapan ini belum tercapai, masih banyak orang tua yang lebih mengutamakan pekerjaan mereka daripada mendampingi anak saat belajar. Berdasarkan pengamatan peneliti di SDN Jarakan pada tanggal 31 Oktober 2014, terdapat beberapa kesulitan dalam menulis dongeng antara lain: (1) siswa mengalami kesulitan dalam menulis, (2) siswa belum mampu menuliskan alur dongeng, (3) siswa sulit mengungkapkan kembali dongeng yang diceritakan guru melalui bahasa tulis, (4) tulisan siswa belum lengkap artinya tata tulisnya kurang memperhatikan EYD.

Berdasarkan hasil pengamatan kemampuan menulis siswa kelas V SD Jarakan, mengalami kesalahan dalam tata tulis. Kesulitan tersebut dapat berupa kesalahan penggunaan huruf kapital, penentuan alur cerita. Siswa membutuhkan


(21)

waktu yang lama untuk mengungkapkan isi pikiran. Selain itu, siswa juga sering salah menggunakan istilah, terkadang mereka menggunakan bahasa daerah.

Dari permasalahan diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa perlu diadakan penelitian tentang kemampuan menulis dongeng pada siswa kelas V SDN Jarakan kecamatan sewon kabupaten bantul.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah tersebut diketahui faktor yang mempengaruhi kemampuan menulis dongeng pada siswa kelas V SDN Jarakan kecamatan sewon kabupaten bantul adalah:

1. Keterampilan dalam menulis dongeng masih sulit bagi siswa kelas V SDN Jarakan.

2. Kemampuan siswa dalam penulisan dongeng berbeda-beda. 3. Tulisan siswa belum lengkap.

4. Tujuan pembelajaran belum tercapai maksimal. 5. Siswa masih bingung ketika di suruh mencari tema. C. Batasan Masalah

Agar pembahasan masalah mengarah pada tujuan yang akan di capai maka dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas dibuat batasan masalah sebagai berikut: kemampuan menulis dongeng pada siswa kelas V SDN jarakan kecamatan sewon kabupaten bantul.


(22)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut. “Seberapa tinggi Kemampuan menulis dongeng pada siswa kelas V SDN Jarakan kecamatan sewon kabupaten bantul?”

E. Tujuan Penilitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas dapat ditetapkan tujuan penelitian sebagai berikut: “Kemampuan menulis dongeng pada siswa kelas V SDN Jarakan,kecamatan sewon kabupaten bantul.

F. Manfaat Penilitian

Penilitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: 1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian lain serta dapat menambahkan wawasan keilmuan dalam dunia pendidikan.

2. Praktis

a. Bagi Sekolah

Dapat digunakan sebagai bahan membuat kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu proses pembelajaran.


(23)

b. Bagi Guru

Dapat memperoleh keterampilan baru yaitu kemampuan menulis dongeng khususnya dalam analisis kemampuan menulis dongeng. c. Bagi Siswa

Penilitian ini diharapakan dapat memotivasi siswa untuk lebih kreatif dalam menulis dongeng.

d. Bagi Orang Tua

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pemahaman orang tua akan pentingnya pendidikan anaknya, dan dapat mendorong anak dirumah dalam menulis dongeng.

e. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat digunakan sebagai wahana pengembagan wawasan, menambah pengetahuan mengenai kemampuan menulis dongeng.


(24)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Rini Kristiantari (TT 70-73) mengemukakan bahwa Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar mempunyai peranan yang sangat strategis mengingat tujuannya adalah memberikan bekal kemampuan membaca, menulis, menghitung dan menyimak. Menurut Syafi’ie Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar bagi siswa sekolah dasar akan sangat membantu mereka dalam mengikuti semua kegiatan pembelajaran baik bahasa Indonesia maupun di luar bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia harus menciptakan usaha dan kemauan siswa untuk berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik, benar, dan wajar.

Menurut E. Emalia (2013) pembelajaran bahasa Indonesia adalah proses belajar dimana didalamnya terdapat interaksi, bahan dan penilaian. Sedangkan tentang pengertian belajar banyak para ahli pendidikan berbeda-beda dalam memberikan definisi belajar tersebut. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan dalam mengidentifikasi fakta serta perbedaan dalam menginterprestasikannya. Perbadaan istilah yang digunakan serta konotasi masing-masing istilah, juga perbedaan dalam penekanan aspek tertentu menyebabkan definisi yang berbeda tentang belajar. Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa belajar adalah kegiatan fisik. hasil belajar yang dicapainya adalah perubahan dalam fisik sedangkan para ahli pendidikan moderen


(25)

merumuskan belajar sebagai suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri individu yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang baru, berkat adanya pengalaman, latihan tingkah laku yang timbul sebagai pengaruh atau akibat belajar misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu, yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, perubahan dalam sikap dan kebiasaan-kebiasaan, perubahan alam, keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sikap-sikap dan sifat-sifat sosial, emosional dan perkembangan jasmani. Secara psikologi belajar merupakan salah satu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Dalam pembelajaran di kelas guru mengajarkan Bahasa Indonesia sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar dan standar kompetensi yang telah ditentukan. Salah satu fungsi pengajar adalah penggerak terjadinya proses belajar mengajar. Sebagai penggerak, pengajar harus memenuhi beberapa kriteria yang menyatu dalam diri pengajar agar dapat menunjukan profesionalitasnya dalam membuat rancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran sampai pada kualitas penilaiannya.

Menurut peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa seorang pendidik harus memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran, yakni (a) kompetensi pedagogik, (b) kompetensi sosial, (c) kompetensi kepribadian dan (d) kompetensi profesional.

Sejalan dengan pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia bagi anak sekolah dasar sangat penting untuk dipelajari,


(26)

karena siswa harus di didik melalui pembelajaran bahasa sehingga dapat mengembangkan kemampuan belajarnya.

1. Hakikat Bahasa Indonesia

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu pembelajaran bahasa diarahkan untuk mengingatkan kemampuan belajar dalam berkomunikasi baik hal lisan mau pun tulis.

Dewi Kusumaningsi,dkk. (2013: 13) menjelaskan bahwa Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang efektif antarmanusia. Manusia adalah mahluk sosial, sehingga manusia perlu berinteraksi dengan manusia yang lain pada saat manusia membutuhkan eksistensinya diakui, maka interaksi itu terasa semakin penting. Kegiatan berinteraksi ini membutuhkan alat, sarana/media yaitu bahasa. Sejak itulah bahasa menjadi alat sarana media. Dalam berbagai macam situasi, bahasa dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan pembicara kepada pendengar atau penulis kepada pembaca. Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Sunoto (2011: 12) bahasa indonesia adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Sunoto (2011: 3-5) Bahasa sebagai alat komunikasi mengandung beberapa sifat, (a) sistematik, bahasa yang memiliki pola dan kaidah yang harus ditaati agar dapat dipahami oleh pemakai. (b) mana suka, karena unsur-unsur bahasa dipilih secara acak tanpa dasar, tidak ada hubungan logis, antara bunyi dan makna yang disimbolkan. Pilihan suatu kata disebut kursi, meja, guru murid


(27)

dan lain-lain. Ditentukan bukan atas dasar kriteria atau standar tertentu, melainkan secara mana suka. (c) ujar, bentuk dasar bahasa adalah ujaran, karena media bahasa terpenting adalah bunyi. (d) manusiawi, karena bahasa menjadi berfungsi selama manusia yang memanfaatkannya, bukan makhluk lainya. (e) komunikatif, karena fungsi bahasa sebagai alat komunikasi atau alat penghubung antara anggota-anggota masyarakat. Bahasa sangat erat kaitanya dengan perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasa yaitu kemampuan membentuk pengertian menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan. bahasa anak di tuntut untuk menuntaskan atau menguasai empat tugas pokok yang satu sama lainnya saling berkaitan. Dari keemapat tugas itu adalah pemahaman, pengembangan, pembendaharaan kata, penyusun kata-kata menjadi kalimat dan ucapan. Syamsu Yusuf ( 2007: 118-120).

Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang membelajarkan siswa untuk berkomunikasi dengan baik dan benar. Komunikasi inidapat di lakukan secara lisan maupun tulisan dengan kesimpulan tersebut maka standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal siswa yang menggambarkan penugasan, pengetahuan, keterampilan berbahasa, sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Ada ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen-komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut menyimak, berbicara,membaca dan menulis.


(28)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa pada anak didik atau pelajar yang ditransformasikan oleh guru meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara , membaca dan menulis. hakikat bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi dengan orang lain, atau alat komunikasi yang di gunakan oleh orang dalam pergaulan sehari-harinya. Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

2. Tujuan Kegiatan Belajar Bahasa Indonesia

Rini Kristiantari (TT 25-26) mengemukakan bahwa bahasa Indonesia adalah program untuk mengebangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia, serta menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia bersumber pada hakikat pembelajaran bahasa, yaitu belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu pembelajaran bahasa Indonesia mengupayakan peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta menghargai karya cipta bangsa Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia mengupayakan siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan kebutuhan, minat, serta menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya bangsa sendiri. Secara singkat dapat dikatakan bahwa standar kompetensi itu memiliki dua acuan yaitu


(29)

a. Pertanyaan tujuan yang menjelaskan apa yang harus di ketahui peserta didik dan kemampuan melakukan sesuatu dalam mempelajari mata pelajaran bahasa Indonesia.

b. Spesifikasi skor atau peningkatan kinerja yang berkaitan dengan kategori pencapaian seperti lulus atau memiliki keahlian.

Tujuan pendidikan yang terkandung dalam berbagai bidang studi di SD utamanya bahasa Indonesia sebagaimana telah diisyaratkan, pada dasarnya misi utama pendidikan adalah pembentukan keterampilan hidup sebagaimana empat pilar pendidikan yang telah dikemukakan di muka, buka sekedar penguasaan materi pengetahuan. Untuk itu di pikirkan langkah-langkah proses pendidikan dan pembelajaran bahasa Indonesia di era globalisasi dan teknologi informasi saat ini yang memungkingkan terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas, yang salah satunya adalah guru, lebih khususkan adalah guru SD. Guru merupakan salah satu faktor terpenting di kelas dan kunci sentral terjadinya keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran.

Menurut E. Emalia (2013) Secara umum pembelajaran bahasa Indonesia dinyatakan dalam kurikulum 2004 (Depdiknas, 2004 : 6) adalah sebagai berikut :

a. Siswa menghargai dan membanggakan bahasa dan sastra Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara.


(30)

b. Siswa memahami bahasa dan sastra Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta mengunakannya dengan tepat dan kreatif untuk macam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan.

c. Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa dan sastra Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional dan kematangan sosial.

d. Siswa memiliki disiplin dalam berfikir dan berbahasa (berbicara dan menulis).

e. Siswa dapat menikmati dan memanfaatkan karya satra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

f. Siswa menghargai dan membanggakan satra Indonesia sebagai khasanah budaya dan intelektual Indonesia.

Menurut Burhan Nurgiyantoro ( 2013: 279) Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah merupakan pembelajaran tentang bahasa yang berkaitan dengan tindak berbahasa performance atau menyangkut fungsi komunikatif bahasa dan kesastraan. Pembelajaran sastra menjadi bagian pembelajaran bahasa Indonesia secara keseluruhan. Oleh karena itu tujuan pembelajaran bahasa Indonesia ditekankan pada kompetensi berkomunikasi dengan bahasa indonesia secara benar. Wina sanjaya (2008: 51) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan bertujuan melibatkan siswa.


(31)

Tujuan pembelajaran adalah kemampuan (kompetensi) atau keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu, Wina sanjaya (2008: 86). Lebih lanjut.Wina sanjaya (2008: 88) mengemukakan bahwa rumusan tujuan pembelajaran harus mengandung unsur ABCD, yaitu Audience(siapa yang harus memiliki kemampuan), Behaviour (perilaku yang bagaimana yang diharapkan dapat dimiliki), Condition (dalam kondisi dan situasi yang bagaimana subjek dapatmenunjukan kemampuan sebagai hasil belajar yang telah diperolehnya), dan Degree (kualitas tingkah laku yang di harapkan dicapai sebagai batas maksimal).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia merupakan kemampuan kebutuhan minat serta dapat belajar berkomunikasi dan belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan, proses kegiatan belajar yang melibatkan berbagai komponen, yaitu guru dan siswa.

B. Kajian tentang Dongeng 1. Hakikat Dongeng

Burhan Nurgiyantoro (2005: 198) mengemukakan bahwa dongeng merupakan salah satu cerita rakyat yang cukup beragam cakupanya, dongeng berasal dari berbagai kelompok etnis, masyarakat atau daerah tertentu di berbagai belahan dunia, baik yang berasal dari tradisi lisan maupun yang sejak semula diciptakan secara tertulis. Dongeng sering diidentifikasikan sebagai


(32)

suatu cerita bohong, bualan, atau cerita yang mengada-ada dan tidak ada manfaatnya. Bahkan ada yang menggangap dongeng sebagai cerita yang tidak masuk akal.

Dongeng adalah cerita rekaan, tetapi tidak berarti dongeng tidak bermanfaat. Lihat saja lewat dongeng lokal nusantara kita bisa mengenal kekayaan budaya bangsa. Dongeng penuh dengan kejadian fantasi berupa keajaiban-keajaiban yang sama sekali tidak dapat terjadi dalam kehidupan nyata karena bertentangan dengan hukum alat Kusumo Priyono (2006:9). Menulis dongeng adalah kegitan atau kemampuan melahirkan pikiran dan perasaan melalui sebuah tulisan berbrntuk cerita. Ide cerita bias dari mana saja, misalnya pengalaman pribadi, peristiwa sosial, dan sebagainya. Selain itu, dalam menuangkan ide dalam bentuk dongeng juga perlu memperhatikan unsur-unsur intrinsik maupun ekstrensik tersebut akan membuat dongeng lebih nyaman di baca.

Sejalan dengan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dongeng merupakan salah satu cerita rakyat yang cukup beragaman cakupannya, dongeng juga harus di mulainya dengan menumbuhkan imajinasi pada segala hal yang di temukan dalam kehidupan sehari-hari dan dongeng merupakan cerita yang tidak benar-benar terjadi. dongeng adalah cerita rakyat yang isi ceritanya tidak benar-benar terjadi dan hanya ada dalam dunia khayal dan fungsinya sebagai hiburan masyarakat dan terdapat ajaran moral di dalamnya.


(33)

2. Macam-macam Dongeng

Kusumo Priyono (2006: 9) mengemukakan bahwa dongeng adalah cerita yang lahir dari khayalan pengarangnya. Jadi dongeng bukan merupakan cerita yang benar-benar terjadi. Menurut isinya dongeng dapat dibedakan menjadi. a. Dongeng yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat (legenda).

Legenda adalah dongeng yang menceritakan asal mula terjadinya suatu tempat, gunung, dan sebagainya. Termasuk ke dalam kelompok ini misalnya dongeng tangkuban perahu, asal mula kota banyuwangi dan sebagainya. Biasanya, dongeng-dongeng semacam ini sangat akrab di masyarakat. b. Dongeng yang berkaitan dengan dunia binatang (fabel). Fabel adalah

dongeng yang bercerita tentang kehidupan binatang yang di gambarkan dan bisa bicara seperti manusia, biasanya bersifat sindiran atau kiasan.

c. Dongeng yang berkaitan dengan dengan fungsi pelipur lara.

Dongeng pelipur lara biasanya di sajikan sebagai pengisi waktu istirahat, dibawakan secara romantik, penuh humor, dan sangat menarik.

d. Dongeng yang berkaitan dengan kepercayaan nenek moyang (mite/ mitos). Mite adalah dongeng yang bercerita tentang dunia dewa-dewa dan berkaitan dengan kepercayaan masyarakat.

e. Dongeng yang berkaitan dengan cerita rakyat. Dongeng yang terkait dengan cerita rakyat diciptakan dengan suatu misi pendidikan yang penting bagi dunia anak-anak. Misalnya menggugah sikap hormat terhadap orang tua, akibat keserakahan dan sebagainya.


(34)

Dongeng adalah cerita rekaan atau khayalan dengan tujuan mengenalkan lingkungan, budi pekerti dan mendorong anak untuk berprilaku positif. Macam-macam dongeng yaitu: (1) dongeng yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat (legenda), (2) dongeng yang berkaitan dengan dunia binatang (fabel), (3) dongeng yang berkaitan dengan fungsi pelipur lara, (4) dongeng yang berkaitan dengan kepercayaan nenek moyang (mite), dan (5) dongeng yang berkaitan dengan cerita rakyat.

Dalam penelitian ini, penulisan dongeng dikhususkan pada dongeng yang berkaitan dengan fabel atau cerita tentang binatang-binatang.

3. Karakteristik Dongeng

Dongeng merupakan sebuah cerita yang mengandung nilai-nilai dan patuah-patuah. Dongeng juga mempunyai karateristik tersendiri dimana karakteristik tersebut menentukan makna dari sebuah dongeng agar anak-anak bisa mengetahui apakah dongeng tersebut baik untuk seorang anak atau tidak.

Berdasarkan kajian di atas dapat disimpulkan bahwa dongeng memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Menggunakan alur sederhana

b. Dongeng ditulis dengan gaya peceritaan secara lisan c. Karakter tokoh tidak di uraikan

d. Dongeng merupakan cerita yang tidak nyata, e. Dongeng dapat berupa cerita rakyat,


(35)

f. Dongeng mengandung pesan yang bermakna sehingga dapat mendidik anak-anak karena dongeng mengandung nasihat, dan didikan.

Dongeng atau cerita rakyat adalah cerita dari zaman dahulu yang berkembang dan hidup di kalangan masyarakat secara turun-temurun yang disampaikan secara lisan. Karakteristik cerita rakyat; (a) bersifat lisan, (b) bentuk dan isinya bersifat statis, (c) bersifat anonim, (d) mencerminkan aturan-aturan hidup, (e) bersifat komunal, (f) bersifat istana sentries.

Ciri khas dongeng adalah dongeng biasanya diceritakan dengan aliran sederhana. Menulis cerita dongeng ditulis dalam singkat dan bergerak cepat. Ketika menceritakan atau menulis karakter dongeng biasanya ditulis sebagai gaya bercerita lisan. Serta pengenalan dalam cerita sangat singkat dan langsung ke topik yang ingin memberitahukan. Dongeng biasanya di bagi dalam tiga kelompok yaitu dongeng yang tokohnya binatang (fabel) dongeng biasa yang tokohnya adalah manuisa dan dongeng jenaka atau lelucon yang ceritanya penuh kejenakaan. Ciri khas dongeng adalah mengandung unsur didaktik atau pelajaran moral yang dapat dipahami pembaca.

Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik dongeng pada umumnya berupa cerita rakyat yang mengisahkan tentang suatu kejadian di suatu tempat atau asal mula suatu tempat.


(36)

C. Kajian tentang Menulis Dongeng 1. Kemampuan menulis

Setiap individu yang hidup tentu mmiliki kemampuan yang bervariasi. Kemampuan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kondisi fisik, kecerdasan, kekuatan , kecakapan, dan keterampilan. Tanpa ada faktor-kator tersebut maka seorang tidak dapat melalkukannya dengan baik. kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan dan kekuatan. Menulis mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia. Menulis merupakan salah satu sarana komunikasi seperti halnya berbicara. Namun, dalam prakteknya penggunaan bahasa dalam menulis tidaklah sama dengan komunikasi lisan. Dengan demikian, kegiatan menulis menuntut kecakapan dan kemahiran dalam mengatur menggunakan bahasa, bekerja dengan langkah-langkah terorganisir, gagasan secara sistematis dan mengungkapakan secara tersurat. Menulis adalah rangkaian seseorang mengungkapakan buah pikirannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami.

Dewi Kusumaningsi,dkk. (2013: 65) menyatakan bahwa Kemampuan menulis adalah kegiatan menyampaikan sesuatu menggunakan bahasa melalui tulisan, dengan maksud dan pertimbangan tertentu untuk mencapai sesuatu yang dikehendaki. Sedangkan HG Tarigan (2013: 19) menyatakan bahwa menulis sebagai suatu cara berkomunkasi secara luas dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan yang terjadi sewaktu-waktu bila manusia atau binatang-binatang ingin berkenalan dan


(37)

berhubungan satu sama lain. Seperti hewan-hewan lainnya, maka manusia berkomunikasi melalui gerak-gerik reflex yang sederhana dan bunyi-bunyi yang tidak berupa bahasa. Akan tetapi hanya manusia sajalah yang mengembangkan bahasa. Proses komunikasi berlangsung melalui tiga media yaitu visual, oral atau lisan, dan tulis. menulis merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam mengungkapkan ide, gagasan , perasaan, dan pikirannya ke dalam bahasa tulis secara jelas dan runtut untuk dapat dipahami dan dikomunikasikan kepada orang lain. Menulis seharusnya merupakan aktivitas yang melibatkan seluruh belahan otak secara bervariasi. Dan belahan otak kanan harus di beri peran yang maksimal. Zainurrahman (2013: 8) mengemukakan bahwa kemampuan menulis menggunakan feedback/ umpan balik.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan dalam menghasilkan atau melakukan sesuatu untuk mencapai tujuannya sesuai dengan kondisi yang diharapkan. kemampuan menulis merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan ide atau pikiran dan pengalaman hidupnya dalam bentuk bahasa tulis yang jelas, atau kemampuan seseorang dalam suatu kegiatan penyampaian pesan dengan mengunakan tulisan..

2. Kemampuan Menulis Dongeng

Menulis dapat berdasarkan pengalaman, pengamatan dan dikembangkan dengan imajinasi, serta dilakukan secara terus menerus. M. Thobroni (2008: 24-25) mengemukakan bahwa dalam menulis dongeng harus memulainya dengan


(38)

menumbuhkan imajinasi pada segala hal yang di temukan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu siswa dapat dibiasakan menulis berdasarkan pengalaman mereka.

Menulis merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan pikirannya dalam bentuk tulisan. Melalui menulis siswa dapat menunjukan kemampuanya dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, menulis juga dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir kritis. Menulis membutuhkan beberapa proses untuk mencapai tujuan menulis yang sesungguhnya. Dongeng adalah cerita yang berisi khayalan tentang sesuatu, sesuatu tersebut dapat berupa kisah suatu benda, tempat, binatang, tumbuhan dan manusia.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis dongeng adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan ide, gagasan dan imajinasinya terhadap sesuatu yang dikaguminya dalam bentuk tulisan.

3. Jenis Menulis Dongeng

Menulis dongeng berbeda antara satu jenis dongeng dengan jenis dongeng yang lain. Misalnya, menulis dongeng tentang binatang, termasuk jenis dongeng fabel. Jenis menulis dongeng dapat ditinjau dari jenis-jenis tulisan antara lain.

a. Tulisan deskriptif merupakan tulisan yang mendeskripsikan atau menggambarkan tentang sesuatu. Jika dikaitkan dengan dongeng berarti isi dongeng tersebut akan mendeskripsikan tentang sesuatu peristiwa, atau


(39)

suatu benda. Misalnya: Bukuku yang Cantik dan Pintar, dapat dideskripsikan bentuknya, isinya, dan lain sebagainya seperti yang diinginkan penulis.

b. Tulisan narasi merupakan tulisan yang berisi tentang cerita mengenai sesuatu hal atau peristiwa. Dongeng yang berisi cerita akan menceritakan kisah suatu peristiwa atau kejadian yang seakan-akan pernah terjadi. Misalnya cerita dongeng Maling Kundang Anak Durhaka.

4. Unsur-unsur dalam Menulis Dongeng

Agus Kurniawan (2011: 33-40) mengemukakan bahwa dalam menuliskan sebuah dongeng terdapat unsu-unsur penting yang meliputi tema, penokohan dan perwatakan, konflik, latar/setting, alur. Pada unsur-unsur tersebut akan menjelaskan akan di jelas sebagai berikut.

1. Tema

Tema adalah inti atau makna dasar sebuah cerita.Tema dari dongeng harus mengacu pada pola berpikir anak, sehingga tema dari dongeng seperti berikut berkisar tentang kehidupan anak-anak, sederhana dan mudah ditangkap kandungan maknanya, mengandung saran, petuah dan nasihat-nasihat bijak.

Tema adalah masalah inti yang merupakan dasar untuk cerita. Oleh karena itu dalam rangka untuk mendapatkan tema dalam cerita, pembaca harus membaca cerita untuk menyelesaikan. Tema cerita rakyat yang akan terkait dengan pengalaman hidup. Biasanya cerita


(40)

rakyat akan tema mengandung unsur-unsur alam, peristiwa, sejarah, dewa-dewa, misteri, hewan.

2. Penokohan dan perwatakan

Di dalam tokoh dongeng tidak harus manusia.Tokoh bisa binatang, tumbuh-tumbuhan yang oleh pengarang dimanusiakan, atau diberi sifat-sifat seperti halnya manusia. Dalam cerita dongeng dibagi menjadi 2 tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama adalah tokoh yang mendominasi isi paling banyak, sekaligus paling banyak pula dikenai konflik.Khusus pada dongeng yang hanya memiliki satu konflik, maka tokoh utamalah dikenai konflik. Tokoh bawahan adalah tokoh yang kehadirannya sekedar untuk memperkuat jalinan konflik yang dihadapi tokoh atasan. Tokoh bawahan tidak terlibat langsung dalam konflik, tokoh bawahan ini dapat di bagi menjadi dua yaitu tokoh bawahan utama yakni tokoh bawahan yang bersinanggunggan langsung dengan tokoh utama berikut konfliknya. Tokoh bawahan pendamping, yakni tokoh bawahan yang kedudukannya hanya sebagai pelengkap. Tokoh merupakan pemeran pada sebuah cerita rakyat. Tokoh pada cerita rakyat dapat berupa hewan, tumbuhan, manusia, dan para dewa.

3. Amanat

Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin di sampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Sebagaimana tema,


(41)

amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral pesan dalam tingkah laku atau peristiwa atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir dan dapat di sampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.

Amanat adalah nilai-nilai yang terkandung dalam cerita dan mengatakan bahwa pembaca mendapat pelajaran dari cerita.

4. Latar/ setting

Latar/ setting adalah hal-hal yang berada dalam runag lingkup cerita. Setting di pakai pengaran dengan tujuan untuk menciptakan keadaan dan situasi peristiwa didalam cerita agar menjadi lebih hidup. Setting harus memberikan gambaran yang nyata tentang suatu keadaan.Latar belakang informasi tentang waktu, suasana, dan juga alokasi di mana cerita berlangsung. Waktu latar belakang saat peristiwa dalam dongeng, sebagai contoh pagi, di zaman kuno pada malam hari, bertahun-tahun, saat matahari terbenam.

5. Alur

Alur adalah gerak cerita dari awal sampai akhir. Cerita dapat digerakan mulai dari waktu yang paling awal terjadi dalam cerita, sampai dengan waktu yang paling akhir.


(42)

Alur adalah urutan kejadian dalam cerita rakyat yang biasanya meliputi lima rangkaian acara yang selama pengenalan (pembukaan), sementara pengembangan, sementara perselisihan (konflik), ketika kesudahan (rekonsiliasi), dan tahap terakhir adalah waktu penyelesaian. Secara umum alur dibagi menjadi tiga yaitu; alur maju, alur mundur, alur campuran.

5. Langkah-langkah Menulis Dongeng

Menulis merupakan suatu proses yang dilakukan secara pertahap. Ahmad Rofi’uddin & Darmiyati Zuhdi (1998:159-162) mengemukakan bahwa proses dalam menulis karangan fiksi dapat melalui tahap-tahap sebagai berikut.

1. Tahap pramenulis

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah memilih topik, dan menentukan tujuan menulis.

2. Tahap penulisan draft

Dalam tahap ini, penulis menuangkan gagasan pikiran dan perasaannya kedalam tulisan dalam bentuk draft.

3. Tahap revisi

Pada tahap revisi penulis melakukan revisi terhadap tulisannya. Revisi dapat dilaukan dengan menambah informasi, mempertajam perumusan, dan merubah urutan pikiran membuang informasi yang tidak relefan.


(43)

4. Tahap editing

Dalam tahap ini penulis mengedit tulisannya dengan jalan membaca seluruh tulisan kemudia memperbaiki pilihan kata yang kurang tepat, memperbaiki kesalahan saat mengetik, memperbaiki penomoran serta memperbaiki tanda baca.

5. Tahap publikasi

Tahap publikasi merupakan kegiatan mempublikasikan tulisan melaui berbagai kemungkinan misalnya memajang pada papan pajangan, atau mengirimkan kepada penerbit redaksi majalah, surat kabar atau yang lainnya.

Menulis pada dasarnya merupakan upaya mengkomunikasi gagasan, ide pikiran pendapat melalui tulisan. Langkah-langkah dalam menulis dongeng menurut Roni Tabroni (2007:57-59) mengemukakan bahawa 1. Menentukan topik tulisan

Topik harus di fokuskan pada satu permasalahan yang harus di selesaikan.

2. Menetukan tujuan tulisan

Di saat menulis sebaiknya menentukan tujuan tulisan agar dapat jelas di baca dan di yakinkan oleh pembaca, kejelasan tujuan tulisan sangat berhubungan dengan jenis tulisan dan refrensi yang harus di sediakan.


(44)

3. Mengumpulkan referensi

Tulisan yang bagus selalu di lengkapi dengan refrensi yang cukup. referensi bisa menambah kualitas dan bobot tulisan kita. Tulisan yang bersifat fiksi cukup mencari ide, kemudian berkhayal, bercerita tentang suatu peristiwa yang terjadi.

4. Mulai menulis

Menulis kadang terasa sangat sulit dan berat. Meskipun sudah mempunyai ide dan referensi, tetapi masih bingung apa yang harus di tulis terlebih dahulu. Untuk itu mulailah meulis tentang apa saja yang diingat jangan takut salah karena karena tidak ada satu karya pun yang benar-benar sempurna.

5. Melakukan pemeriksaan (Editing)

Sebagai seorang penulis perlu memeriksa (mengedit) kembali tulisannya secara kritis dan obyektif. Penulis perlu melakukan evaluasi menyeluruh untuk melihat kelemahan tulisan dan melakukan koreksi yang di perlukan agar tulisan lebih baik. Untuk menulis selain mempunyai alas an-alasan kepenulisan perlu pula bekal pengetahuan untuk mewujudkan sebuah tulisan. adapun bekal pengetahuan yang dimaksud adalah bagaimana langkah-langkah menulis menurut Peni N.H. (2010: 11-13) mengemukakan bahwa (a) menemukan ide; ide atau rancangan di dalam pikiran atau gagasan sangat penting dalam menulis dan tanpa ide akan sulit untuk mulai menulis. Bagaimana menemukan ide, seorang penulis


(45)

tidak harus pergi ke berbagai tempat, namun bisa lewat membaca mendengar dan melihat. (b) mengumpulkan bahan; bahan-bahan yang diperlukan untuk mengembangkan ide banyak, bahan tersebut berupa buku atau Koran yang ada kaitan dengan ide yang ada. (c) membuat kartu imformasi; kartu tersebut digunakan untuk mencatat berbagai informasi yang diperoleh secara kebetulan atau terencana. (d) menyeleksi bahan; untuk bahan yang tidak lolos seleksi atau tidak dipakai jangan di buang. Alasannya dimungkinkan bahan yang saat itu terbuang. Suatu ketika bias digunakan untuk ide dan tema tulisan yang lain. (d) menetukan tujuan; setelah semua bahan terkumpul dan diseleksi, perlu dirumuskan tujuan. Tulisan tanpa tujuan bias kehilangan arah. Tujuan menulis akan menetukan bentuk tulisan. misalnya saja tulisan yang bertujuan menghibur pembaca akan berbeda bentuknya dengan tulisan yang bertujuan mengajak dan menghimbau pembaca. Zainurrahman (2010: 8-9) mengemukakan bahwa proses menulis terdiri dari beberapa langkah yang harus, atau pasti, dilalui oleh seorang penulis. Tanpa langkah-langkah ini, tidak mungkin sebuah tulisan yang baik bisa diciptakan. Langkah-langkah dalam proses menulis menurut Ken Hyland; (a) pemilik topik, (b) pra-tulis, (c) tulis, (d) respon atas tulisan, (e) revisi, (f) respon atas revisi, (g) pengeditan, (h) evaluasi, (i) publikasi. Secara fisik, Sembilan langkah di atas terlihat sebagai proses yang linier atau searah. Meskipun demikian, para perumus pendekatan ini menekankan pengulangan terhadap langkah-langkah


(46)

tertent, yakni tulis, respon atas tulisan , revisi, dan respon atas revisi. Setekah seorang penulis menuangkan idenya keatas kertas, maka wajib tulisan tersebut ditandai sebagai draft kesatu. Langkah-langkah di atas merupakan sebuah proses rekursif dalam menulis.

Menurut Rini Kristiantari (TT: 102) mengemukakan bahwa menulis sebagai proses atau serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase yaitu fase prapenulisan (persiapan) penulisan (pengembanan isi karangan) dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan). pendekatan proses dalam menulis, terutama bagi penulis pemula mudah diikuti. Pendekatan ini sangat membantu pemahaman dan sikap, baik guru menulis atau pun penulis itu sendiri, bahwa menulis suatu proses kemampuan pelaksanaan dalam hasilnya diperoleh secara bertahap. Artinya untuk menghasilkan tulisan yang baik umumnya orang melakukan berkali-kali.Sangat sedikit penulis yang dapat menghasilkan tulisan yang benar-benar memuaskan dengan hanya sekali tulis.

D. Karakteristik Siswa di Kelas Lanjut

Syamsu yusuf (2006:24-25) Masa sekolah dasar sering di sebut sebagai masa intelektual atau masa keseharian bersekolah.Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif, anak-anak lebih muda dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini di rincikan sebagai berikut.

Masa kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9,0 atau 10,0 sampai umur 12,0 atau 13,0 tahun beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini adalah.


(47)

a. Adanya minta terhadap kehidupan praktis sehari-hari dan menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

b. Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar.

c. Menjelang masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajara khusus.

d. Sampai kira-kira umur 11,0 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lain.

e. Pada masa ini anak memandang nilai rapor sebagai ukuran yang teapat.

f. Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk dapat bermain bersama-sama

E. Kerangka Pikir

Kemampuan menulis pada anak merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan latihan. Kemampuan menulis pada anak sangat penting dikembangkan guna memperoleh kesiapan dalam mengikuti pembelajaran ditingkat yang lebih khusunya dalam pembelajaran bahasa. Kemampuan menulis telah ada pada anak untuk mengembangkannya maka guru memberikan stimulus dan rangsangan pada anak agar kemampuan menulisnya dapat berkembang dengan baik. Anak akan lebih muda dalam menulis.

Menulis merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan pikirannya dalam bentuk tulisan. Melalui menulis siswa dapat menunjukan


(48)

kemampuanya dalam mengerjakan tugas yang di berikan guru.menulis juga dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir. Menulis membutuhkan beberapa proses untuk mencapai tujuan menulis yang sesungguhnya. Dongeng adalah cerita yang berisi tentang khayalan tentang sesuatu, sesuatu tersebut dapat berupa kisah tentang suatu benda, tempat, binatang, tumbuhan, manusia. Kemampuan menulis dongeng adalah kemampuan seseorang dalam mengungkapkan imajinasinya terhadap sesuatu yang dikaguminya dalam bentuk tulisan.

F. Definisi Oprasional

Kemampuan menulis dongeng adalah kegiatan untuk menyampaikan pesan atau komunikasi dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan, adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Sedangkan tulisan, merupakan simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakaianya. Menulis sebagai suatu cara berkomunikasi secara luas dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses pengiriman dan perimaan pesan-pesan yang terjadi sewaktu-waktu bila manusia atau binatang-binatang ingin berkenalan dan berhubungan satu sama lain. Menulis merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan pikirannya dalam bentuk tulisan.melalui menulis siswa dapat menujukan kemampuannya dalam bentuk tulisan.

Dongeng adalah cerita yang berisi tentang khayalan tentang sesuatu, sesuatu tersebut dapat berupa kisah tentang suatu benda, tempat, binatang,


(49)

tumbuhan dan manusia. Dongeng adalah suatu cerita yang tidak benar-benar terjadi atau khayalan belaka yang kejadiannya tidak mungkin terjadi. Dongeng juga merupakan salah satu cerita rakyat yang cukup beragam cakupannya, dongeng berasal dari berbagai kelompok etnis, masyarakat atau daerah tertentu di berbagai belahan dunia, baik yang berasal dari tradisi lisan maupun yang sejak semula di ciptakan secara tertulis.


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang menggunakan pendekatan kuantitatif, rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain. Sehingga penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif Sugiyono (2007: 56). Sebagaimana dinyatakan oleh Zainal Arifin (2011: 41) bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk menggambarkan ,menjelaskan dan menjawab persoalan-persoalan tentang fenomena dan peristiwa yang terjadi saat ini, baik tentang fenomena sebagaimana adanya maupun analisis hubungan antara berbagai variabel dalam suatu fenomena.

Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau melukiskan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang sedang diteliti.

B. Variabel Penelitian

Sugiyono (2007: 60) menyatakan bahwa variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang diterapkan oleh peneliti untuk di pelajari sehingga di peroleh informasi tentang hal tersebut kemudian membuat


(51)

kesimpulan. Sedangkan Zainal Arifin (2011: 185) menyatakan bahwa variabel merupakan fenomena yang bervariasi atau suatu faktor yang jika diukur akan menghasilkan skor yang bervariasi. Suharsimi Arikunto (2006: 118) menyatakan bahwa variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penlitian merupakan gejala, konsep yang memiliki cirri-ciri khusus dan bervariasi baik dalam jenis maupun tingkatan yang menjadi titik perhatian objek dalam penelitian yang dilakukan.

Berkaitan dengan penelitian ini maka peneliti mengambil variabel dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis dongeng pada siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.

C. Populasi

Menurut Sugiyono (2007: 117) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek, subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian di tarik kesimpulanya.Suharsimi Arikunto (2002: 108) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Berdasarkan observasi, penelitian ini memiliki populasi sebesar 47 siswa kelas V. dibawah ini adalah daftra siswa kelas V SDN Jarakan yang terdiri dari:


(52)

Tabel 1. Daftar kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul.

No Kelas V Jumlah siswa

1. A 24 siswa

2. C 23 siswa

Jumlah 47 siswa

D. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di SDN Jarakan, yang terletak di di Jalan Bantul Km 5, Panggungharjo, Kecamatan sewon Kabupaten Bantul Yogyakarta yang dilakukan di kelas VA dan VC.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitiannya akan di laksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2014/2015 pada Februari. Dengan jadwal pelajaran yang ditentukan oleh guru

E. Metode Pengumpulan Data

Sugiyono (2005: 62) mengemukakan bahwa metode pengumpulan data meruapakan langkah yang paling strategis dalam penelitian karena tujuan utama dari penelitian ini untuk mendapatkan data. Suharsimi Arikunto (2006: 150) mengemukakan bahwa secara garis besar terdapat 2 macam cara yang digunakan untuk memperoleh data yaitu dengan metode tes dan non tes.


(53)

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode tes hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin di capai yaitu menganalisis kemampuan menulis dongeng siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Jarakan. Kemampuan menulis hanya dapat di ukur dengan menggunakan tes yang berkaitan dengan ranah kognitif siswa. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi kemampuan atau bakat yang di miliki oleh individu atau kelompok. Tujuan tes yang dimaksudkan diatas adalah untuk mengukur hasil kemampuan menulis siswa.

F. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2007: 147-148) mengemukakan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrument ini digunakan untuk mengukur kemampuan menulis siswa yaitu dengan metode tes. Dalam penelitian ini yang akan diberikan untuk mendapatkan data yang benar-benar layak maka sesuai dengan teknik pengumpulan data dari siswa kelas V mengenai kemampuan menulis dongeng. G. Penilaian dalam Menulis Dongeng

Kegiatan menulis melibatkan beberapa aspek dalam penilaiannya seperti yang di utarakan oleh Zaini Machmoed Burhan Nurgiyantoro (2009 :305) menyatakan bahawa kategori dalam menulis meliputi: (1) kualitas dan ruang lingkup isi; (2) organisasi dan pengajian isi; (3) gaya dan bentuk bahasa; (4) tata


(54)

bahasa,ejaan, tanda baca, kerapian tulisan,kebersihan; dan (5) respon efektif guru terhadap menulisnya.

Penilaian merupakan bagian integral dalam sebuah pembelajaran karena dapat berfungsi sebagai pemantau perkembangan proses dalam hasil belajar siswa. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Tuckman dalam Burhan Nurgiantoro (2013 :6) mengemukakan bahwa penilaian merupakan suatu proses untuk mengetahui atau menguji suatu kegiatan, proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditentukan. Pembelajaran bahasa Indonesia juga menggunakan penilaian termasuk pembelajaran menulis dongeng. Penilaian penulisan dongeng berdasarkan unsur-unsur dalam dongeng berdasarkan aspek-aspek tertentu yang di buat kemudian di uji kelayakan kepada eksper judgment yaitu Septi Sugiarsih, M. Pd.

Penilaian menulis meliputi beberapa aspek seperti yang dikemukakan oleh Burhan Nurgiantoro (2013 :440), dapat dilihat pada table 2.

Tabel 2. Aspek dalam Menulis Dongeng

No Aspek yang dinilai Skor Maksimal 1 Isi gagasan yang dikemukakan 30

2 Organisasi isi 25

3 Struktur tata bahasa 20 4 Gaya : pilihan struktur dan diksi 15 5 Ejaan dan tata baca 10

Jumlah 100

Peneliti menggunakan penilaian tersebut karena dianggap telah memenuhi penilaian secara menyeluruh dalam menulis dongeng.


(55)

H. Teknik Analisis Data

Iqbal Hasan (2006 :30) mengemukakan bahwa analisis kuantitatif adalah analisis yang menggunakan alat analisis bersifat kuantitatif, yaitu alat analisis yang menggunakan model-model seperti model matematika (misalnya fungsi multivariat), model statistik, dan ekonometrik hasil analisis disajikan dalam bentuk angka-angka yang kemudian dijelaskan dan diinterpretasikan dalam suatu uraian. Teknik analisis data kuantitatif yang disajikan adalah dengan bentuk statistik deskriptif. Teknik analisis data statistik deskriptif adalah teknik statistik yang memberikan informasi hanya mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud untuk menguji hipotesis dan kemudian menarik inferensi yang digeneralisasikan untuk data yang lebih besar atau populasi. Statistik deskriptif hanya dipergunakan untuk menyampaikan dan menganalisa data agar lebih memperjelas keadaan karakteristik data yang bersangkutan Nurgiyantoro (2010: 190). Data kuantitatif yang dikumpulkan berupa tes. Data yang berupa skor tes menulis dongeng dilakukan dengan mencari nilai rata-rata dan nilai maksmal sehingga dapat diketahui kemampuan menulis dongengnya.

Analisis kuantitatif di lakukan untuk menganalisis data yang di peroleh dari hasil tes secara tertulis. Hasil analisis tes kuantitatif dapat dihitung secara peresentase dengan langkah-langkah sebagai berikut

a. Merekap nilai yang diperoleh siswa b. Menghitung nilai masing-masing aspek


(56)

Dari hasil kemampuan menulis dongeng siswa kelas V SDN Jarakan dapat di hitung dari masing-masing aspek yang sudah ditentukan yaitu dari aspek yang dinilai ada 5 Burhan Nurgiantoro (2013: 440) (1) isi gagasan yang dikemukakan, (2) organisasi isi, (3) struktur tata bahasa, (4) gaya: pilihan struktur dan diksi (5) ejaan dan tatabaca.

Dari ke 5 aspek tersebut siswa sudah mampu dalam menentukan isi gagasan dan organisasi isi, sedangkan dalam struktur bahasa dan ejaan tata bahasa siswa belum mampu untuk menentukan atau menulis dengan baik.Oleh karena itu siswa harus dibimbing dan dilatih agar mampu dalam menulis ke 5 aspek tersebut

c. Menetukan Kriteria dengan Menghitung Persentase Tabel 3. Kriteria dengan Menghitung Persentase

Interval perentase tingkat penguasaan

Nilai ubahan skala sepuluh

Keterangan

96-100 10 Sempurna

86-94 9 Baik sekali

75-85 8 Baik

66-75 7 Cukup

56-65 6 Sedang

46-55 5 Hampir sedang

36-45 4 Kurang

26-35 3 Kurang sekali

16-25 2 Buruk

1-15 1 Buruk sekali


(57)

Ahmad Susanto (2014: 1) mengemukakan bahwa ranah kognitif terdiri dari C1 mengingat, C2 memahami, C3 menerapkan, C4 menganalisis, C5 mengevaluasi, C6 membuat.

1. Mengingat (C1), mengambil pengetahuan yang relefan memori jangka panjang.

2. Memahami (C2), membangun makna instruksi yang meliputi menafsirkan, mencontohkan, membuat klasifikasi, meringkas, menyimpulkan, memnbandingkan dan menjelaskan

3. Menerapkan (C3), melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi tertentu

4. Menganalisis (C4), memecahkan materi menjadi beberapa bagian dlam menetukan cara bagian-bagian tersebut berhubungan satu sama lain dengan struktur keseluruhan atau tujuan.

5. Mengevaluasi (C5), membuat penilaian berdasarkan criteria dan standar.

6. Membuat (C6), memasukan elemen bersama-sama untuk membentuk satu kesatuan yang koheren atau fungsional, mengorganisasi kembali ke pola atau struktur baru.

Berdasarkan teori Bloom di atas menulis termasuk C4 yaitu menganalisis. Artinya melalui menulis siswa dapat belajar menemukan gagasan, mengolah gagasan tersebut sampai menganalisis gagasan menjadi sebuah tulisan.


(58)

d. Menghitung Presentase Nilai

Suharsimi Arikunto (2005: 262) Mengemukakan bahwa Nilai hitung dengan menggunakan presentase yaitu sebagai berikut:

NP = SM R X 100

NP : Nilai presentase yang dicari R : Skor yang di peroleh siswa

SM : Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 : Bilangan tetap.

Setelah mengetahui peresentase tersebut langkah selanjutnya adalah menetapkan kategori atau predikat yang dijadikan pedoman penilaian. Pedoman penilaian pada kemampuan menulis dongeng siswa kelas V SDN Jarakan Kecamatan Sewon Kabupaten bantul menggunakan kategori sebagai berikut Sempurna, baik sekali, baik, cukup, sedang, hamper sedang, kurang, kurang sekali, buruk, buruk sekali berdasarkan penilaian Burhan Nurgiyantoro (2013 : 253)


(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Jarakan Kabupaten Bantul Yogyakarta, terletak dijalan Bantul Km 5, Panggungharjo, Kecamatan sewon Kabupaten batul Yogyakarta. Penataan ruangan di sudah sangat kondusif/mendukung, dalam ruangan kelas terdapat inventaris berupa papan tulis, meja guru, lemari gambar presiden dan wapres, gambar pancasila, vas bunga, jam dinding, serta alat-alat peraga untuk pembelajaran. Bukan hanya ruang kelas yang dilengkapi dengan beberapa peralatan, tetapi juga ruang guru yang terdapat fasilitas yang terdiri dari meja-meja guru, kursi, piala, arsip sekolah, dokumentasi dan data siswa serta data guru. Selain itu SDN Jarakan di lengkapi dengan beberapa fasilitas yaitu: ruang tata usaha, laboratorium, perpustakaan, UKS, Mushola, gudang, tempat parkir, kantin dan pos satpam. Semua ruangan yang ada di sekolah tersebut di gunakan sesuai dengan fungsi dan tujuannya masing-masing.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil subjek siswa kelas V dengan jumlah siswa 47 siswa yang terdiri dari laki-laki 21 dan perempuan 26. Penelitian ini merupakan penelitian populasi karena subyek yang di teliti kurang dari 100 orang maka seluruhnya dijadikan sebagai subyek penelitian.


(60)

2. Deskripsi Hasil Penelitian

Berkenaan dengan kemampuan menulis dongeng pada siswa SDN Jarakan maka dikumpulkan data dengan menggunakan hasil tes menulis dongeng. Penelitian dilaksanakan melalui beberapa tahap diantaranya materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah menulis dongeng. Sebelum materi diuji materi tersebut dikonsultasikan terlebih dahulu kepada guru kelas V. Setelah materi disetujui peneliti membuat instrumen yang disesuaikan dengan KTSP dan buku panduan bahasa Indonesia seperti yang biasa dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran. Instrumen yang dibuat kemudian diuji kelayakan untuk digunakan kepada ekspert judgement yaitu Septi Sugiarsih, M.Pd. Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan tes yakni menulis dongeng dengan tema binatang.

Hasil analisis data penelitian dan pembahasan dapat simpulkan bahwa kemampuan menulis dongeng siswa SDN Jarakan kelas V berada dalam kategori sedang sampai sempurna. Sedangkan siswa yang mencapai KKM sebanyak 29 siswa dengan peresentase nilai 61,70% dan yang belum mencapai KKM sebanyak 18 siswa dengan peresentase nilai 38,29%. Dibawah ini akan dijelaskan dalam tabel 4. hasil data kemampuan menulis dongeng siswa kelas V SDN Jarakan.


(61)

Data kemampuan menulis dongeng siswa kelas V SDN Jarakan dideskripsikan dalam tabel 4.

Tabel 4.Deskrpsi Kemampuan Menulis Dongeng Siswa Kelas V SDN Jarakan.

NO NAMA SISWA Skor JUMLAH ISI GAGASAN YANG DIKEMUKAKAN ORGANISASI ISI STRUKTUR TATA BAHASA GAYA PILIHAN STRUKTUR DAN DIKSI EJAAN TATA BAHASA

1 S R A 20 15 10 10 10 65

2 H T H 20 15 15 10 10 70

3 M. I F 20 15 15 10 10 70

4 D S 20 15 15 10 5 65

5 C R S 25 25 20 10 10 90

6 H B 20 15 10 10 10 65

7 K Z H 20 20 20 15 10 85

8 A M 25 25 20 10 10 90

9 GNC 20 20 10 10 10 70

10 LAD 25 25 20 10 10 90

11 M.FH 20 15 10 10 10 65

12 MFP 25 25 10 10 10 80

13 RS 25 25 20 10 5 85

14 TAH 20 20 10 10 5 65

15 ARF 20 20 10 10 10 70

16 AP 25 25 15 10 10 85

17 AMY 20 15 10 10 10 65

18 RN 25 15 10 10 10 80

19 SS 25 25 20 5 5 80

20 ABP 20 15 10 10 10 65

21 DGA 25 25 20 10 10 90

22 ANF 25 25 20 15 10 95

23 V R 20 15 10 10 10 65

24 Y I P 20 20 15 10 10 75

25 A I N 20 15 10 10 10 65

26 AS F 25 20 15 10 10 80

27 AS M 25 25 20 20 5 95

28 A S I 20 15 15 10 5 65

29 AD S 20 15 10 10 10 65

30 AW 20 20 10 15 15 80


(62)

32 D P 20 15 10 5 15 65

33 FA S 20 15 15 5 10 65

34 FR B 20 20 10 5 10 65

35 F A H 20 15 15 10 10 70

36 GMY 20 15 10 10 10 65

37 J T D 25 25 15 20 5 90

38 NKS 20 20 20 15 10 85

39 RHW 20 15 15 10 10 70

40 R A Z 20 20 10 10 10 70

41 Rr.AP 20 20 15 10 10 75

42 S P 20 15 10 10 15 70

43 S A W 25 20 10 10 5 80

44 SN H 20 15 10 10 10 65

45 S N A 25 15 15 15 10 80

46 Y S E 20 15 15 10 10 70

47 YA P 20 15 10 10 10 65

Skor maksimal 95

Skor minimal 65

B. Analisis Data Penelitian

1. Kegiatan Selama Pembelajaran

Penelitian ini di laksanakan di SDN Jarakan, yang terletak di jalan Bantul Km 5, Panggungharjo,Kecamatan sewon Kabupaten batul Yogyakarta yang dilakukan di di siswa Kelas VA dan Kelas VC.

Berdasarkan tujuan penelitian ini kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran adalah menulis dongeng. Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui tahap persiapan, pelaksanaan, dan penutupan. Tahap persiapan dilakukan melalui pembuatan rencana pembelajaran oleh guru. Tahap pelaksanaan dilaksanakan melalui penjelasan tentang dongeng meliputi tahap menulis dongeng, hal-hal yang diperlu diperhatikan dalam menulis diantaranya ejaan dan tata bahasa dalam penulisan. Setelah penjelasan dari guru, siswa ditugaskan menulis dongeng


(63)

berdasarkan tema yang ditentukan yaitu binatang atau difabel. Proses menulis dongeng oleh siswa dilakukan selama satu jam pelajaran yakni 1x45 menit.

2. Analisis Kemampuan Menulis Dongeng

Tabel 5. Analisis Kemampuan Menulis Dongeng Interval Frekuensi Keterangan

96-100 2 Sempurna

86-94 9 Baik sekali

76-85 8 Baik

66-75 10 Cukup

56-65 18 Sedang

46-55 - Hampir sedang

36-45 - Kurang

26-35 - Kurang sekali

16-25 - Buruk

1-15 - Buruk sekali

Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa kemampuan menulis siswa untuk kategori sempurna ada 2 anak dan yang masuk pada kategori yang baik sekali ada 9 anak yang masuk pada kategori baik 8 anak yang masuk pada kategori cukup sebanyak 10 anak dan sedang ada 18 anak. Sedangkan hasil yang diperoleh siswa yang telah memenuhi KKM.

Berdasarkan distribusi perolehan nilai kemampuan menulis dongeng maka di peoleh persentase sebagai berikut.


(64)

Tabel 6. Mencari presentase tiap interval

Keteragan Frekuensi Presentase

Sempurna 2 4,25%

Baik sekali 9 19,15%

Baik 8 17,02%

Cukup 10 21,28%

Sedang 18 38,30%

Jumlah 47 100%

Berdasarkan tabel 7 maka diperoleh data persentase tertinggi ada pada kategori sedang dengan jumlah peresentase 38,30% sedangkan untuk yang terendah ada pada kategori sempurna dengan jumlah peresentase 4,25%. Apa bila dilihat dari pencapaian KKM, dimana guru memberikan nilai KKM 70 maka dapat dipeoleh data sebagai berikut:

Tabel 7. Peresentase

Kriteria Frekuensi Peresentase Diatas KKM 29 siswa 61,70% Dibawah KKM 18 siswa 38,29%

Berdasarkan tabel 8 diatas terdapat 29 siswa atau 61,70% yang sudah mencapai KKM sedangkan sebanyak 18 siswa atau 38,30% belum mencapai KKM.


(65)

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menulis dongeng siswa kelas V SDN Jarakan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada umumnya siswa kelas V SDN Jarakan telah mampu menulis dongeng dengan perolehan kategori sedang sampai sempurna. Tetapi sebagian siswa atau sebanyak 18 siswa masih berada dalam kategori sedang. Hal itu ditujukan dengan kekurangan kemampuan menulis dongeng ada pada struktur bahasa dan ejaan tata bahasa. Hal ini sesuai dengan teori Burhan Nurgiantoro (2013: 440) yang menyatakan bahwa komponen ini yang lebih penting diberi skor yang lebih tinggi, sedangkan yang lainnya dianggap kurang penting sehingga skornya lebih rendah. Dengan skala 1-100 pembobotan penilaian tiap komponen menulis dongeng seperti yang ada dalam aspek penilaian pada tabel 2.

Nilai menulis dongeng siswa kelas V SDN Jarakan setelah dianalisis berdasarkan kategori seperti yang tercantum pada tabel 5 hasilnya diketahui bahwa kategori sempurna 2 siswa dengan presentase nilai 4,25%; siswa yang memperoleh kategori baik sekali 9 siswa dengan presentase nilai 19,15%; yang memperoleh kategori baik 8 siswa dengan presentase nilai 17,02%; yang memperoleh kategori cukup 10 siswa dengan presentase nilai 21,28%; dan siswa yang memperoleh kategori sedang 18 siswa dengan presentase nilai 38,30%.

Berdasarkan kategori di atas dapat diketahui bahwa kemampuan menulis dongeng siswa kelas V SDN Jarakan termasuk kategori sedang karena jumlah


(66)

siswa yang tergolong kategori ini lebih banyak dari kategori lainnya yaitu 38,30% atau frekuensi siswa 18 orang. Sedangakan kategori yang paling sedikit adalah kategori sempurna yaitu 4,25%. Akan tetapi pada umumnya sebagian siswa sudah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh guru kelas yaitu 70. Selanjutnya siswa yang memperoleh kriteria diatas KKM sebanyak 29 siswa dengan presentase nilai 61,70% dan siswa yang memperoleh kriteria yang dibawah KKM sebanyak 18 siswa dengan nilai presentase 38,30%

Kesulitan siswa yang belum mencapai KKM dalam menulis dongeng terdapat pada struktur tata bahasa, ejaan, gaya pilihan sruktur kalimat dan diksi. Permasalahan tersebut harus segera dicari jalan keluarnya. Menulis dapat dikuasai melalui proses latihan, yang dilakukan secara kontinu. Oleh karena itu, guru sebaiknya membiasakan siswa menulis tidak hanya pada saat mengajar tentang menulis dongeng. Kemampuan menulis siswa rendah dapat dipengaruhi juga oleh faktor minat membaca. Melalui membaca penguasaan kosakata siswa akan semakin banyak, sehingga penting minat membaca pada siswa diperhatikan dan dikembangkan. Minat membaca siswa dikembangkan melalui menulis, artinya saat membaca siswa diberi tugas misalnya merangkum apa yang dibacanya agar siswa termotivasi dalam menulis.

Kebiasaan baik pada siswa bukan hanya tanggungjawab guru tetapi orang tua pun tidak kalah penting perannya dalam mengatur pendidikan anak. Orang tua dituntut menjadi penerus apa yang diajarkan guru saat di sekolah. Tetapi


(67)

hingga kini tidak semua orang tua memahami peran mereka sehingga anak hanya belajar saat di sekolah.


(68)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan pembahasan dapat simpulkan bahwa kemampuan menulis dongeng siswa SDN Jarakan kelas V berada dalam kategori sedang sampai sempurna. Sedangkan siswa yang mencapai KKM sebanyak 29 siswa dengan peresentase nilai 61,70% dan yang belum mencapai KKM sebanyak 18 siswa dengan peresentase nilai 38,29%. Hal ini terbukti karena siswa memperoleh skor rendah pada ketentuan aspek dalam menulis dongengnya, belum memenuhi aspek yang sudah dtentukan yaitu siswa masih kurang dalam menetukan struktur tata bahasa dan gaya pilihan struktur dan diksi serta ejaan tata bahasa. Sedangkan siswa yang sudah memenuhi aspek yang di tentukan dalam penilaian menulis dongeng dengan benar yaitu dari isi gagasan yang dikemukakan, organisasi isi, struktur tata bahasanya sudah baik

B. SARAN

Berdasarkan pembahasan ,kesimpulan maka disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Bagi guru

Guru sebaiknya memperhatikan kemampuan menulis siswa terutama siswa-siswi yang belum mampu mengembangkan ide dan gagasan dalam sebuah tulisan dan guru membimbing anak dalam menulis dongeng.


(69)

2. Bagi siswa

Berdasarkan kemampuan menulis dongeng siswa diharapkan meningkatkan kemampuan menulis. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan aktivitas membaca.

3. Bagi peneliti lain

Penelitian ini dapat digunakan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang apapun yang berkaitan tentang kemampuan menulis siswa.


(70)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Kurniawan. (2011). Mengarang Dongeng dan Cerita Anak Surabaya: SIC Burhan Nurgiyantoro. (2013). Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis

Kompetensi Jogja: BPFE

Dewi Kusumaningsih, dkk. (2013:65). Terampil berbahasa Indonesia Yogyakarta: CV Andi Offset.

E.Emelia. (2013). Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.http://sdn mangunjaya.blogspot.com/2013/09/pembelajaran-bahasa-indonesia-d.html Pada hari Jumat 29 Mei 2015 pukul 17.00 WIB.

Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar Bandung: PT Pustaka Setia Bandung Hasan Alwi,dkk. (1993). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.Jakarta:

PT Balai pustaka.

Henry Guntur Tarigan.(2013). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Iqbal Hasan (2006). Analisis data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara. Kusumo Priyono. (2006). Trampil Mendongeng Jakarta: PT Grasindo.

M. Thoroni. (2008). Jadi Penulis Beken Jakarta: Mastara.

Nana Syaodih Sukmadinata. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Peni N.H. (2010). Jurnalistik Media Kreasi Anak-anak. Surabaya: Insan Cendekia. Rini Kristiantari. (TT). Menulis Deskriptif dan Narasi. Sidoarjo: Media Ilmu.

Roni Tabroni. (2007). Melejitkan Potensi, MengasahKreativitas Menulis Artikel. Bandung: Nuansa.

Rofi’uddin & Darmiyati Zuhdi. (1998). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi Jakarta: Depdikbud.


(71)

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto.(2005). Manajemen Penelitian Jakarta: Rineka Cipta.

Syamsu yusuf. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Saleh Abas. (2006). Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah Dasar: Jakarta: Depdiknas.

Sugiyono. (2007). Metode penelitian pendidikan Bandung: Alfabeta.

Sabarti Akhadiah. (2012). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sudirman.(2011). Pembelajaran mengarang yang efektif.html. Pada hari Minggu 14 Juni 2015 pukul 1.07 WIB.

Wina sanjaya. (2008). Strategi Pembelajaran Jakarta: Kencana.

Zulkifli Musaba. (2012). Bahasa Indonesia untuk mahasiswa Yogyakarta: CV. Aswaja Presindo.

Zainal Arifin. (2011). Penelitian pendidikan Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Zainurrahman. (2013). Menulis dari teori hingga praktik Bandung: Alfabeta.


(72)

LAMPIRAN 1.


(73)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : V/I

Sekolah : SDN Jarakan

Tema : Mengidentifikasi tentang cerita Alokasi Waktu : 4x 35 menit

A. Standar Kompetensi

Mendengarkan dan menjelaskan dari nara sumber cerita rakyat secara lisan. B. Kompetensi Dasar

Mengindetifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat. C. Indikator

1. Menjelaskan cara penulisan dongeng D. Tujuan pemebelajaran

1. Melalui penjelasan guru siswa dapat menulis dongeng dengan benar E. Materi Pembelajaran

Menulis Dongeng F. Metode Pembelajaran


(74)

G. Kegiatan Pembelajaran

No Kegiaan Pembelajaran Waktu (Menit)

1. Pendahuluan

a. Guru mengucapakan salam kepada seluruh siswanya b. Guru menanyakan keadaan siswanya dan menanyakan

siapa yang tidak masuk kelas pada saat itu. c. Guru mengkondisikan siswa untuk memulai

pembelajaran dan member motivasi kepada siswanya. d. Apersepsi

Guru bercerita tentang lingkungan sekolah

e. Menyampaikan inti tujuan pemebelajaran hari ini. 2. Kegiatan inti

a. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang cara menulis dongeng

b. Siswa mengamati gambar yang ditunjukkan guru c. Siswa diskusi bersama teman tentang cara menulis

dongeng

d. Guru menentukan tema dongeng tentang binatang e. Setelah diskusi guru membagikan lembar kertas

HVS kepada siswa untuk menuliskan dongeng. f. Siswa diberi kesempatan untuk menentukan judul. g. Siswa diminta untuk menuliskan dongeng sesuai

judul masing-masing siswa.

h. Kemudian siswa dimintaa untuk mengumpulkan hasil menulis dongeng.

3. Penutup

a. Guru menutup kegiatan dengan menanyakan kepada siswa kegiatan apa saja yang dilakukan hari ini b. Guru menyampaikan pesan moral agar senatiasa

bersykur atas nikmat kesehatan yang dianugrahi oleh Allah kepada kita

c. Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang hasil pembelajaran hari ini.

d. Menutup kegiatan pembelajaran dengan berdoa bersama.


(75)

H. Media Pembelajaran 1. Buku siswa 2. Perpustakaan I. Penilaian

No Aspek yang dinilai Skor Maksimal 1 Isi gagasan yang dikemukakan 30

2 Organisasi isi 25

3 Struktur tata bahasa 20 4 Gaya : pilihan struktur dan diksi 15 5 Ejaan dan tata baca 10

Jumlah 100

Mengetahui, Jarakan 30 Maret 2015

Guru Pembimbing. Mahasiswa

Sudarno Sufance Anaci Niab


(76)

LAMPIRAN 2.


(1)

(2)

71

LAMPIRAN 5.


(3)

(4)

(5)

(6)