Latar Balakang Faktor- faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Sunat Perempuan pada Anak di Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Balakang

Praktek sunat perempuan Famale circumcicion yang sering disebut sebagai pemotongan atau mutilasi kelamin perempuan Famale Genital Cutting Famale Genital Mutilation merupakan tradisi yang telah lama dikenal dalam masyarakat dan diakui oleh agama- agama di dunia seperti Yahudi, Islam dan sebagian pengikut Kristen Jendrius, 2005. Pelaksanaan sunat perempuan telah tersebar diberbagai belahan dunia dan terdapat pada berbagai suku dan ras. Namun asal- usulnya masih sangat sulit dipaparkan. Bukti-bukti menunjukkan sunat perempuan sangat terkenal dikalangan masyarakat Mesir kuno dan merupakan acara ritual bagi masyarakat Mesir yang terjadi sebelum abad ke dua sebelum Masehi. Sunat perempuan dianggap sebagai salah satu tradisi pada masa Nabi Ibrahim dan diikuti oleh Nabi Muhammad bersama umatnya. Konsep sunat perempuan dilaksanakan atas dasar ajaran agama, tidak hanya agama Islam tetapi beberapa agama lainnya. Namun sunat perempuan lebih dikenal dalam masyarakat Islam dan Yahudi sebagai perintah agama yang harus dilakukan, dan merupakan ritual keagamaan yang bersifat tradisional. Bentuk- bentuk pelaksanaannya sangat beragam, mulai dari hanya simbol, pembersihan, mencolek, membersihkan kotoran, hingga perusakan alat kelamin perempuan Umar, 2010. Hal.51-53. Sunat perempuan dilakukan di 28 negara dan terbanyak terdapat di Negara Afrika, khususnya Afrika Sahara, Negara Timur Tengah, Asia, Pasifik, Amerika Latin, Universitas Sumatera Utara Amerika Utara dan Eropa. Jumlah wanita yang mengalami sunat perempuan diseluruh dunia lebih kurang seratus juta wanita dan terjadi pada tiga juta anak dibawah usia sepuluh tahun setiap tahunnya Heitman, 2000. Dalam budaya matriarki, sunat perempuan merupakan sebuah keharusan. Hal ini tidak terlepas dari pendapat yang melekat dalam pemikiran masyrakat bahwa tradisi sunat perempuan merupakan perintah agama dan anggapan perempuan adalah penggoda laki- laki karena memiliki syahwat yang besar. Anggapan tersebut telah menyumbang mitos dalam kehidupan perempuan, termasuk dalam tradisi sunat perempuan. Dengan disunat, daya seksual perempuan dibatasi dan dianggap perempuan tidak lagi menjadi penggoda bagi laki- laki Prafitri, 2008. Di kawasan Afrika, sunat dengan memotong bagian genital perempuan. Sehingga sering terjadi perdarahan, infeksi, infertil, pembengkakan, sakit saat melahirkan, tidak bisa mengontrol buang air kecil, dan tidak bisa menikmati hubungan seksual pada perempuan yang mengalaminya. Bahkan di beberapa Negara lainnya mempraktikkan infibulasi, yaitu praktek memotong klitoris dan menjahit tepinya dengan menyisakan sedikit lubang untuk buang air dan haid Vanisaputra, 2005. Sunat atau sirkumsisi adalah suatu tindakan yang umum dilakukan oleh tenaga medis di Indonesia. Prosedur sirkumsisi biasanya dilakukan sebagai suatu tindakan saat anak laki- laki menjelang pubertas, akan tetapi dibeberapa daerah di Indonesia seperti Madura, Jawa, Sumatera dan daerah- daerah lainya sunat juga dilakukan pada anak perempuan Juli, 2006 Aide Medicale Internationale, hal 39. Hasil penelitian dari Population Council tahun 2004 menunjukkan bahwa di Indonesia dukun bayi, dukun sunat, dan bidan merupakan penyedia pelayanan sunat perempuan. Dari 2.215 kasus sunat perempuan di beberapa daerah menunjukkan bahwa Universitas Sumatera Utara 68 dilakukan oleh pengkhitan tradisional dan 32 dilakukan oleh tenaga kesehatan, terutama bidan. Di kota Padang dan Padang Pariaman sunat perempuan lebih banyak dilakukan oleh bidan 89 dan 68, dan di Sulawesi Selatan paling banyak dilakukan oleh dukun sunat 70 Gani, 2007. Di Indonesia pada 31 Mei sampai 1 Juni 2005 telah diselenggarakan Lokakarya Pencegahan dan Penanganan Kekerasan terhadap Perempuan berkaitan dengan sunat. Peserta lokakarya terdiri atas Menteri Pemberdayaan Perempuan, Depkes, Depag, Institusi Pendidikan Fakultas Kedokteran, Sekolah Kebidanan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Negeri, organisasi profesi IBI, IDAI, POGI, ormas perempuan termasuk agama, media massa, yayasan yang berkaitan dengan pelayanan medis, dan institusi penelitian. Kesimpulan yang dihasilkan yaitu sunat perempuan tidak memiliki landasan ilmiah dan lebih didasari pada tradisi dan budaya, tidak ada landasan agama. Penelitian menunjukkan bahwa sunat perempuan lebih banyak membawa dampak buruk dari pada manfaatnya dan ternyata mendikalisiasi FGM yang cenderung ke arah mutilasi bertentangan dengan hukum yang berlaku PERSI, 2007. Berdasarkan hasil surve yang dilakukan peneliti dari 6 oarang ibu yang memiliki anak perempuan yang berusia 0-1 tahun, 5 orang melakukan sunat dan hanya 1 orang yang tidak melakuakan sunat. Dari studi pendahuluan dan data yang diperoleh peneliti tertarik meneliti tentang Faktor- faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Sunat Perempuan pada Anak di Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011.

B. Perumusan Masalah