Sosiologi Hygiene Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Sunat Perempuan 1. Psikoseksual

2. Sosiologi

Allan Jahnson Herlinawati, 2010 mengatakan Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku,terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagai mana sisten tersebut mempengaruhi individu dan bagai mana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut. Secara sosiologis khitan pada perempuan merupakan bagian dari identifikasi warisan budaya, tahapan anak perempuan memasuki masa kedewasaan, integrasi sosial dan memeliharaan kohesi sosial Gani, 2007 hal.4. Budaya dan tradisi merupakan alasan utama dilakukannya sunat perempuan. Sunat menentukan siapa saja yang dapat dianggap sebagai bagian dari masyarakat, sehingga dianggap sebagai tahap inisiasi bagi perempuan untuk memasuki tahap dewasa. Dalam masyarakat yang mempraktekkan sunat perempuan tindakan sunat dianggap sebagai hal yang biasa dan seorang perempuan tidak akan dianggap dewasa sebelum melakukan sunat Heitman, 2003. Saadawi 2001 berpendapat Seorang gadis yang tidak disunat akan menjadi bahan gunjingan oleh masyarakat, mendapat anggapan negative sebagai perempuan yang memiliki tingkah laku buruk, dan akan mengejar laki- laki. Bila datang saatnya menikah, tidak ada laki- laki yang datang untuk meminang Saat ini khitan perempuan sebagai suatu kegitan yang menjadi tradisi di masyarakat tentunya harus memiliki dasar yang kuat, bukan sekedar tradisi masa lalu. Sebagian masyarakat sejak jaman Nabi Ibrahim hingga saat ini masih melakukan tradisi sunat perempuan dengan berlandaskan keagamaan dan taqwa kepada sang khaliq Gani, 2007. Universitas Sumatera Utara

3. Hygiene

Menurut kamus keperawatan hygiene merupakan ilmu pengetahuan mengenai cara-cara mempertahankan dan melestarikan kesehatan, khususnya melalui upaya menggalakkan kebersihan Hinchuff, 1999. Alasan kebersihan, kesehatan dan keindahan merupakan dalih pembenaran yang diakui oleh masyarakat untuk melakukan sunat perempuan. Pemotongan klitoris dikaitkan dengan tindakan penyucian dan pembersihan oleh masyarakat yang mempraktekkan sunat perempuan. Seorang perempuan yang tidak disunat dianggap tidak bersih dan tidak diperkenankan menyentuh makanan atau air Lubis, 2006. Hal 499. Dalam beberapa budaya menganggap alat kelamin perempuan yang tidak disunat di pandang jelek dan najis. Sunat diyakini sebagai prosedur membersihkan alat kelamin perempuan dan meningkatkan kondisi estetikanya. Sunat perempuan juga menjadi alasan kesehatan, kebersihan, dan keindahan alat kelamin perempuan. Sunat perempuan melahirkan kebersihan dan kesucian. Kebersihan dan kesucian di balik sunat, mencegah menumpuknya cairan lemak yang menjadi penyebab peradangan pada daerah sensitive, uretra dan pada sistem reproduksi, juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit- penyakit mematikan Hindi, 2008.

4. Mitos