Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pada Lansia Di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEMASAN

PADA LANSIA DI KELURAHAN SIDOREJO

KECAMATAN MEDAN TEMBUNG

SKRIPSI

Oleh: Istik Laila Sari

071101045

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

Judul : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pada Lansia Di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung

Nama : Istik Laila Sari

NIM : 071101045

Fakultas : S-1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2011

Abstrak

Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Perubahan terjadi pada manusia seiring dengan berjalannya waktu melalui tahap-tahap perkembangan mulai dari periode prenatal

sampai pada usia lanjut. Faktor-faktor kecemasan pada lansia yaitu faktor

pekerjaan, status kesehatan, kehilangan pasangan, keluarga, dan dukungan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan teknik total sampling melibatkan 82 orang responden yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2011. Seluruh responden menjawab kuesioner yang telah diberikan kepada responden. Berdasarkan faktor-faktor tersebut yang paling tinggi persentasenya adalah faktor pekerjaan yaitu 36 responden (43,9%), dan persentase terendah 6 responden (7,7%) tidak pernah cemas karena yang memiliki penyakit kronis hanya 22 responden, sehingga mereka tidak terlalu cemas terhadap penyakit. Kelemahan dalam penelitian ini berkaitan dengan metode pengumpulan data karena pernyataan tentang kecemasan tidak spesifik tetapi secara umum. Saran praktis yang diberikan kepada keluarga yang tinggal bersama lansia agar dapat agar dapat menjadi suppert system pada lansia dan mampu meminimalisasi kecemasan pada lansia.


(4)

Title : Factors Influencing Anxiety of Elderly at Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung

Name : Istik Laila Sari

NIM : 071101045

Faculty : Faculty of Nursing

Year : 2011

Abstract

Anxiety is a manifestation of the various processes of mixed emotions, which occurs when people are depressed feelings (frustration) and inner conflict. Changes occur in humans over time through the stages of development from prenatal period until late in life. Factors of anxiety in the elderly that is occupational factors, health status, loss of a spouse, family and social support. This study aims to describe the factors that influence anxiety in the elderly in the Village District Sidorejo Tembung Medan. This study used a descriptive design with a total sampling technique involving 82 respondents conducted in January to March 2011. All respondents answered a questionnaire that has been given to the respondent. Based on these factors the highest percentage of work is a factor which is 36 respondents (43.9%), and the sixth lowest percentage of respondents (7.7%) never worry because that has a chronic illness only 22 respondents, so they are not too worried against disease. The weakness in this study relates to methods of data collection because of statements about non-specific anxiety, but in general. Practical advice is given to families who live with the elderly in order to be able to be suppert system on the elderly and is able to minimize anxiety in the elderly. Keywords: Factors anxiety, elderly


(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pada Lansia Di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing yang senantiasa

memberikan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang sangat berharga dalam penulisan proposal ini.

3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku dosen penguji I.

4. Bapak Ismayadi S.Kep, Ns selaku dosen penguji II.

5. Ibu Jenny M. Purba, SKp, MNS selaku dosen pembimbing akademik.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

7. Kepala Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung yang telah memberi


(6)

8. Terima kasih kepada Ayahanda H. Marapusuk Siregar, S.H dan Ibunda Hj. Gabena Harahap tercinta yang selalu mendoakan dan menyayangi, memberikan dukungan baik moril maupun materil, dan senantiasa memberikan yang terbaik untuk penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan untuk saudara-saudaraku tercinta: Rahmadhani Meilia Sari, Muhammad Razali Siregar, dan Muhammad Rudhi Sya’ari Siregar yang senantiasa memberikan doa dan dukungan untuk penulis.

9. Kepada sahabat-sahabat terbaikku Marli, Novri, Vera, dan Febri yang selalu,

membantu dan mendukung dalam perkuliahanku, terima kasih atas kritik, saran, dan segala canda tawa kalian semua.

10. Teman-teman Fakultas Keperawatan stambuk 2007, Ruth, Dian, Olyn, Arif,

Silvia, Ami, Maya dan lain-lain yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

11. Terima kasih juga untuk Yessi, Ella, Wiyanna, Patimah, dan Wina yang

selalu mendukung dalam doa dan selalu memberikan motivasi yang berharga kepadaku.

12. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu

yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Medan, Juni 2011


(7)

DAFTAR ISI

Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Abstrak ... iii

Prakata ... ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Skema ... ix

Bab 1. Pendahuluan. ... 1

1.Latar belakang ... 1

2.Pertanyaan penelitian ... 3

3.Tujuan penelitian ... 3

4.Manfaat penelitian ... 4

Bab 2. Tinjauan Kepustakaan ... 5

1. Kecemasan ... 5

2. Lansia ... 6

2.1 Defenisi lansia ... 6

2.2 Proses penuaan ... 7

2.3 Batasan-batasan usia lanjut ... 7

2.4 Teori penuaan ... 7

2.4.1. Teori biologis ... 8

2.4.2. Teori psikologis ... 9

2.4.3. Teori sosiologis ... 9

2.5 Tugas perkembangan lansia... 10

2.6 Mitos dan realita pada lansia ... 11

2.6.1. Mitos kedamaian dan ketenangan ... 11

2.6.2. Mitos konservatif dan kemunduran pandangan ... 11

2.6.3. Mitos berpenyakitan ... 12

2.6.4. Mitos senilitas ... 12

2.6.5. Mitos ketidakproduktifan ... 12

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia ... 12

3.1 Pekerjaan ... 13

3.2 Status kesehatan... 14

3.3 Kehilangan pasangan ... 15

3.4 Keluarga ... 16

3.5 Dukungan sosial ... 16

Bab 3. Kerangka Konsep ... 18

1. Kerangka Konseptual ... 18


(8)

Bab 4. Metodologi Penelitian ... 23

1. Desain penelitian ... 23

2. Populasi, sampel, dan teknik sampling ... 23

3. Lokasi dan waktu penelitian ... 24

4. Pertimbangan etik penelitian ... 25

5. Instrumen penelitian ... 25

6. Uji validitas ... 26

7. Uji reliabilitas ... 26

8. Pengumpulan data ... 27

9. Analisa data ... 28

Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 30

1. Hasil ... 30

2. Pembahasan ... 36

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 45

1. Kesimpulan ... 45

2. Saran ... 46


(9)

Lampiran-lampiran

1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan Usu

2. Surat Izin Penelitian BALITBANG dari Kantor Walikota Sumatera

Utara

3. Surat Izin Penelitian dari Kecamatan Medan Tembung

4. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

5. Data Demografi

6. Kuesioner Penelitian

7. Lembar Uji Reliabilitas

8. Data SPSS

9. Jadwal Tentatif Penelitian


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Seluruh

Ibu/Bapak yang berusia 60 tahun di Kelurahan Sidorejo

Kecamatan Medan Tembung ... 31

Tabel 2. Frekuensi Faktor Pekerjaan ... 33

Tabel 3. Frekuensi Faktor Status Kesehatan ... 34

Tabel 4. Frekuensi Faktor Kehilangan Pasangan ... 35

Tabel 5. Frekuensi Faktor Keluarga ... 35


(11)

DAFTAR SKEMA


(12)

Judul : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pada Lansia Di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung

Nama : Istik Laila Sari

NIM : 071101045

Fakultas : S-1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2011

Abstrak

Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Perubahan terjadi pada manusia seiring dengan berjalannya waktu melalui tahap-tahap perkembangan mulai dari periode prenatal

sampai pada usia lanjut. Faktor-faktor kecemasan pada lansia yaitu faktor

pekerjaan, status kesehatan, kehilangan pasangan, keluarga, dan dukungan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan teknik total sampling melibatkan 82 orang responden yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2011. Seluruh responden menjawab kuesioner yang telah diberikan kepada responden. Berdasarkan faktor-faktor tersebut yang paling tinggi persentasenya adalah faktor pekerjaan yaitu 36 responden (43,9%), dan persentase terendah 6 responden (7,7%) tidak pernah cemas karena yang memiliki penyakit kronis hanya 22 responden, sehingga mereka tidak terlalu cemas terhadap penyakit. Kelemahan dalam penelitian ini berkaitan dengan metode pengumpulan data karena pernyataan tentang kecemasan tidak spesifik tetapi secara umum. Saran praktis yang diberikan kepada keluarga yang tinggal bersama lansia agar dapat agar dapat menjadi suppert system pada lansia dan mampu meminimalisasi kecemasan pada lansia.


(13)

Title : Factors Influencing Anxiety of Elderly at Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung

Name : Istik Laila Sari

NIM : 071101045

Faculty : Faculty of Nursing

Year : 2011

Abstract

Anxiety is a manifestation of the various processes of mixed emotions, which occurs when people are depressed feelings (frustration) and inner conflict. Changes occur in humans over time through the stages of development from prenatal period until late in life. Factors of anxiety in the elderly that is occupational factors, health status, loss of a spouse, family and social support. This study aims to describe the factors that influence anxiety in the elderly in the Village District Sidorejo Tembung Medan. This study used a descriptive design with a total sampling technique involving 82 respondents conducted in January to March 2011. All respondents answered a questionnaire that has been given to the respondent. Based on these factors the highest percentage of work is a factor which is 36 respondents (43.9%), and the sixth lowest percentage of respondents (7.7%) never worry because that has a chronic illness only 22 respondents, so they are not too worried against disease. The weakness in this study relates to methods of data collection because of statements about non-specific anxiety, but in general. Practical advice is given to families who live with the elderly in order to be able to be suppert system on the elderly and is able to minimize anxiety in the elderly. Keywords: Factors anxiety, elderly


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia ≥ 60 ta hun menurut

Undang-Undang RI No. 13, tahun 1998) di Indonesia adalah sebesar 7,28% dari jumlah penduduk. Diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan meningkat menjadi sebesar 11,34%. Indonesia memiliki jumlah warga lanjut usia keempat terbanyak di dunia, setelah Cina, India, dan Amerika Serikat (Kosasih dkk., 2004). Menurut Dinas Kependudukan Amerika Serikat (1999), jumlah populasi lansia berusia 60 tahun atau lebih diperkirakan hampir mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2 miliar pada tahun 2050, pada saat itu lansia akan melebihi jumlah populasi anak (0-14 tahun). Proyeksi penduduk oleh Biro Pusat Statistik menggambarkan bahwa antara tahun 2005-2010 jumlah lansia akan sama dengan jumlah balita, yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk (Maryam dkk., 2008).

Peningkatan jumlah usia lanjut akan berpengaruh pada berbagai aspek kehidupannya (fisik, mental, dan ekonomi). Mengantisipasi kondisi ini pengkajian masalah-masalah usia lanjut perlu ditingkatkan, termasuk aspek keperawatannya, agar dapat menyesuaikan dengan kebutuhan serta untuk menjamin tercapainya usia lanjut yang bahagia, berdaya guna dalam kehidupan keluarga, dan masyarakat di Indonesia (Tamher dan Noorkasiani, 2009).


(15)

Proses menua (aging) adalah proses alami yang dihadapi manusia. Dalam proses ini, tahap yang paling krusial adalah tahap lansia (lanjut usia). Dalam tahap ini, pada diri manusia secara alami terjadi penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum (fisik) maupun kesehatan jiwa secara khusus pada individu lanjut usia (Affandi, 2008). Menurut Maryam dkk. (2008) masalah kesehatan jiwa yang sering timbul pada lansia meliputi kecemasan, depresi, insomnia, paranormal, dan demensia.

Kecemasan sangat sering terjadi di masyarakat, menurut Sundari (2005) kecemasan terjadi karena individu tidak mampu mengadakan penyesuaian diri terhadap diri sendiri dan dalam lingkungan pada umumnya. Sensasi anxietas/cemas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh rasa ketakutan yang difius, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya.

Kecemasan pada lansia memiliki gejala yang sama dengan gejala-gejala yang dialami oleh setiap orang, hanya saja menurut Maryam dkk. (2008) objek yang menyebabkan kecemasan itu yang berbeda dan lansia sering mengalami kecemasan dengan masalah-masalah yang ringan.

Menurut Mubarak, 2009 banyak mitos-mitos yang berkaitan dengan lansia (lanjut usia) seperti mitos kedamaian dan ketenangan, mitos konservatif dan kemunduran pandangan, mitos berpenyakitan, mitos senilitas, mitos


(16)

ketidakproduktifan. Mitos-mitos inilah yang membuat orang bahwa lansia adalah orang-orang yang lemah ataupun pemikiran-pemikiran negatif lainnya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung pada tanggal 11 Oktober 2010, bahwa terdapat sekitar 762 orang lansia dalam 20 lingkungan. Dari jumlah lansia yang diperoleh maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia di daerah tersebut dan juga dikarenakan menurut peneliti kelurahan tersebut mudah dijangkau.

2. Pertanyaan penelitian

Apa faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung?

3. Tujuan penelitian

Menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung.

4. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktik dan teoritis sebagai berikut:

4.1. Institusi Pendidikan

Data dari penelitian ini dapat memberikan informasi tentang apa saja yang mempengaruhi kecemasan yang dialami lansia.


(17)

4.2. Pelayanan Kesehatan

Data dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada pelayanan kesehatan gerontik agar dapat meminimalkan kecemasan pada lansia.

4.3. Manfaat untuk peneliti

Untuk menambah pemahaman peneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kecemasan

Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Kecemasan itu mempunyai segi yang disadari seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa berdosa/bersalah, terancam dan sebagainya. Juga ada segi-segi yang terjadi di luar kesadaran dan tidak bisa menghindari perasaan yang tidak menyenangkan itu (Daradjat, 2001).

Gangguan kecemasan adalah berupa gangguan panik, fobia, gangguan obsesif konfulsif, gangguan kecemasan umum, gangguan stres akut, gangguan stres pasca traumatik. Onset awal gangguan panik pada lansia adalah jarang, tetapi dapat terjadi. Tanda dan gejala fobia pada lansia kurang serius daripada dewasa muda, tetapi efeknya sama, jika tidak lebih, menimbulkan debilitasi pada pasien lanjut usia (Hawari, 2001).

Seseorang yang menderita gangguan kecemasan umum hidup tiap hari, dalam ketegangan yang tinggal secara samar-samar merasa takut atau cemas pada hampir sebagian besar waktunya dan cenderung bereaksi secara berlebihan terhadap stres yang ringan pun. Tidak mampu santai, mengalami gangguan tidur, kelelahan, nyeri kepala, pening, jantung berdebar-debar adalah keluhan fisik yang paling sering ditemukan (Lukluk dan Bandiyah, 2008)


(19)

Gejala-gejala kecemasan yang dialami oleh lansia seperti perasaan khawatir atau takut yang tidak rasional akan kejadian yang akan terjadi, sulit tidur sepanjang malam, rasa tegang dan cepat marah, sering mengeluh akan gejala yang ringan atau takut/khawatir terhadap penyakit yang berat, misalnya kanker dan penyakit jantung yang sebenarnya tidak dideritanya, sering membayangkan hal-hal yang menakutkan, rasa panik terhadap masalah yang ringan (Maryam dkk., 2008).

2. Lansia

2.1. Defenisi lansia

Menurut Setiawan (dalam buku Tamher & Noorkasiani) para ahli membedakan lanjut usia dalam dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia biologis.

Usia kronologis dihitung dengan tahun kalender. Di Indonesia, dengan usia pensiun 56 tahun, barang kali dapat dipandang sebagai batas seseorang mulai memasuki usia lanjut, namun dalam perkembangan selanjutnya, menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 dinyatakan bahwa usia 60 tahun ke atas adalah yang paling layak disebut usia lanjut. Usia biologis adalah usia yang sebenarnya. Di mana biasanya diterapkan kondisi pematangan jaringan sebagai indeks usia biologis.

Selain itu, menurut Departemen Kesehatan RI (Buku Pedoman Pembinaan, 2000) dikenal pula usia psikologis, yaitu yang dikaitkan dengan


(20)

kemampuan seseorang untuk dapat mengadakan penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya.

2.2. Proses penuaan

Berbagai perubahan pada usia lanjut merupakan konsekwensi yang tidak dapat dielakkan dari perubahan fisik (organo-biologik), dengan dampak pada aspek fungsi biologis, psikologis, maupun sosial (Marsetio dan Arjatmo, 1991). Proses tua merupakan suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan kehilangan kemampuan untuk memperbaiki kerusakan yang diderita.

2.3.Batasan-batasan usia lanjut

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa usia lanjut meliputi: usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) yaitu kelompok usia 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu kelompok usia 75-90 tahun, usia saat tua (very old) yaitu kelompok usia di atas 90 tahun.

2.4. Teori penuaan

Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang sering terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang kompleks dan multidimensional yang dapat diobservasi di dalam satu sel dan berkembang sampai pada keseluruhan sistem. Walaupun hal itu terjadi pada tingkat kecepatan yang berbeda, di dalam parameter yang cukup sempit, proses tersebut tidak tertandingi (Stanley dan Patricia, 2006).


(21)

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu teori biologi, teori psikologis, dan teori sosiologi.

2.4.1. Teori biologis

Teori biologi mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit. Seiring dengan berkembangnya kemampuan kita untuk menyelidiki komponen-komponen yang kecil dan sangat kecil, suatu pemahaman tentang hubungan hal-hal yang mempengaruhi penuaan ataupun tentang penyebab penuaan yang sebelumnya tidak diketahui, sekarang telah mengalami peningkatan. Walaupun bukan merupakan suatu definisi penuaan, tetapi lima karakteristik penuaan telah dapat diidentifikasi oleh para ahli. Teori biologis juga mencoba untuk menjelaskan mengapa orang mengalami penuaan dengan cara yang berbeda dari waktu ke waktu dan faktor apa yang mempengaruhi umur panjang, perlawanan terhadap organisme, dan kematian atau perubahan seluler. Suatu pemahaman tentang perspektif biologi dapat memberikan pengetahuan pada perawat tentang faktor risiko spesifik dihubungkan dengan penuaan dan bagaimana orang dapat dibantu untuk meminimalkan atau menghindari risiko dan memaksimalkan kesehatan (Stanley dan Patricia, 2006).

2.4.2. Teori psikologis

Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula


(22)

dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Kepribadian individu yang terdiri atas motivasi dan inteligensi dapat menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya. Adanya penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi (Maryam dkk., 2008).

2.4.3. Teori sosiologi

Terdapat tiga teori utama mengenai penuaan yang timbul dari studi ilmiah awal penuaan yang dilakukan empat atau lima dekade yang lalu: pembebasan, aktivitas, dan kesinambungan. Teori tersebut berusaha meramalkan dan menjelaskan interaksi dan peran sosial yang memberi pengaruh pada penyesuaian hidup yang berhasil bagi seseorang di usia lanjut.

Teori pembebasan (Cummings & Henry, 1961) mengemukakan bahwa individu lansia, dengan menarik diri dari masyarakat pada saat yang sama dimana masyarakat menarik dukungannya dari kelompok usianya, mencapai moral dan kepuasan hidup yang tinggi. Teori ini telah disangkal oleh temuan riset yang menunjukkan bahwa individu yang terikat, aktif mencapai kepuasaan hidup yang lebih tinggi dibanding dengan individu yang tidak terikat, dan lebih pasif (Stanley dan Patricia, 2006).

Teori aktivitas (Havighurst, 1968) mengemukakan bahwa kepuasan hidup pada individu lansia normal mencakup memelihara gaya hidup aktif saat usia pertengahan. Teori ini mencerminkan pemikiran mayoritas kelas menengah


(23)

Amerika. Teori ini berasumsi bahwa individu lansia akan menemukan penggantian aktivitas yang memuaskan (Smeltzer dan Brenda, 2001).

Teori kesinambungan (Atchley, 1989; Neugarten, 1964) mengemukakan bahwa penyesuaian yang berhasil terhadap usia tua tergantung pada kemampuan individu untuk melnjutkan pola hidup sepanjang masa kehidupan. Penting artinya untuk memelihara kontuinitas atau koneksi pada masa lalu. Kebiasaan, nilai-nilai, dan minat masa lalu adalah bagian integral dari kehidupan individu saat ini (Smeltzer dan Brenda, 2001).

2.5. Tugas perkembangan lansia

Menurut Erikson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut yang dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya.

Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta membina hubungan yang serasi dengan orang-orang di sekitarnya, maka pada usia lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap perkembangan sebelumnya seperti olahraga, mengembangkan hobi bercocok tanam, dan lain-lain.

Tugas perkembangan lansia adalah mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun, mempersiapkan diri untuk pensiun, membentuk hubungan baik dengan orang seusianya, mempersiapkan kehidupan baru, melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai, mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan (Maryam dkk., 2008).


(24)

2.6. Mitos dan realita pada lansia

Banyak mitos-mitos yang berkaitan dengan proses lanjut usia (Mubarak dkk., 2009).

2.6.1. Mitos kedamaian dan ketenangan

Pada usia lanjut, lansia dapat santai sambil menikmati hasil kerja dan jerih payahnya pada usia muda. Badai dan berbagai cobaan kehidupan seakan-akan sudah dilewati. Kenyataannya malah sebaliknya, lansia penuh dengan stres, kemiskinan, berbagai keluhan, dan penderitaan karena penyakit.

2.6.2. Mitos konservatif dan kemunduran pandangan

Usia lanjut pada umumnya bersifat konservatif, tidak kreatif, menolak inovasi, berorientasi ke masa silam, ketinggalan zaman, merindukan masa lalu, kembali ke masa anak-anak, sulit berubah, keras kepala, dan bawel. Kenyataannya tidak semua lansia bersifat dan berperilaku demikian. Sebagian tetap segar, berpandangan ke depan, inovatif, serta kreatif.

2.6.3. Mitos berpenyakitan

Lansia dipandang sebagai masa degeneratif biologis yang disertai oleh berbagai penderitaan akibat berbagai proses penyakit. Kenyataannya memang proses penuaan disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh serta metabolisme, sehingga rawan terhadap penyakit, tetapi masa sekarang banyak penyakit yang dapat dikontrol dan diobati.

2.6.4. Mitos senilitas

Usia lanjut dipandang sebagai masa demensia (pikun) yang disebabkan oleh kerusakan bagian tertentu dari otak. Kenyataannya tidak semua lansia


(25)

dalam proses penuaan mengalami kerusakan otak. Mereka masih tetap sehat, segar, dan banyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat.

2.6.5. Mitos ketidakproduktifan

Usia lanjut dipandang sebagai usia yang tidak produktif. Kenyataannya tidak demikian, masih banyak lansia yang mencapai kematangan dari produktivitas mental dan materialnya yang tinggi.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia

Menurut Noorkasiani dan Tamher (2009), pada setiap stresor seseorang akan mengalami kecemasan, baik ringan, sedang, maupun berat. Pada lansia dalam pengalaman hidupnya tentu diwarnai oleh masalah psikologi. Banyak faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia, antara lain:

3.1. Pekerjaan

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia, ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian, dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi semakin lambat. Sementara fungsi psikomotor (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak, seperti gerakan, tindakan, dan koordinasi, yang mengakibatkan lansia kurang cekatan (Sutarto dan Cokro, 2009).

Tuckman dan Lorge (dikutip dari Stieglitz, 1954) menemukan bahwa pada waktu menginjak usia pensiun (65 tahun) hanya 20% diantara orang-orang


(26)

tua tersebut yang masih betul-betul ingin pensiun, sedangkan sisanya sebenarnya masih ingin bekerja terus (Tamher dan Noorkasiani, 2009).

Pensiun setelah bertahun-tahun bekerja dapat membahagiakan dan memenuhi harapan, atau hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik dan mental. Setelah pensiun beberapa orang tidak pernah dapat menyesuaikan diri dengan waktu luangnya dan selalu merasa mengalami hari yang panjang. Beberapa lansia tidak termotivasi untuk mempertahankan penampilan mereka ketika mereka tidak atau hanya sedikit melakukan kontak dengan orang lain diluar rumahnya (Stanley dan Patricia, 2006).

Kehilangan peran kerja sering memiliki dampak besar bagi orang yang telah pensiun. Identitas biasanya berasal dari peran kerja, sehingga individu harus membangun identitas baru pada saat pensiun. Mereka juga kehilangan struktur pada kehidupan harian saat mereka tidak lagi memiliki jadwal kerja. Interaksi sosial dan interpersonal yang terjadi pada lingkungan kerja juga telah hilang. Sebagai penyesuaian, lansia harus menyusun jadwal yang bermakna dan jaringan soaial pendukung (Potter Perry, 2009).

3.2. Status kesehatan

Menurut Kuntjoro (2002), setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersikap patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dan sebagainya. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi


(27)

atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnaya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.

Meski kebanyakan individu lansia menganggap dirinya dalam keadaan sehat, namun empat dari lima mereka menderita paling tidak satu penyakit kronis. Pada periode kehidupan selanjutnya kondisi akut akan terjadi dengan frekuensi yang lebih jarang, sementara penyakit kronis lebih sering. Kemajuan proses penyakit mengancam kemandirian dan kualitas hidup dengan membebani kemampuan melakukan perawatan personal dan tugas sehari-hari (Smeltzer dan Brenda, 2001).

Kecemasan bisa terjadi karena suatu kelainan medis atau pemakaian obat. Penyakit yang bisa menyebabkan kecemasan adalah kelainan neurologis (cedera kepala, infeksi otak, penyakit telinga bagian dalam), kelainan jantung & pembuluh darah (gagal jantung, aritmia), kelainan endokrin (kelenjar adrenal atau kelenjar tiroid yang hiperaktif), kelainan pernafasan (asma dan penyakit paru obstruktif menahun). Obat-obatan yang dapat menyebabkan kecemasan adalah alkohol, stimulan (perangsang), kafein, kokain dan obat-obat yang diresepkan lainnya.

3.3. Kehilangan pasangan

Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya (Tarwoto, 2006). Pengalaman kehilangan melalui kematian kerabat dan teman merupakan bagian sejarah kehidupanyang dialami lansia. Termasuk pengalaman kehilangan keluarga yang lebih tua dan terkadang kehilangan anak (Potter Perry, 2009).


(28)

Salah satu dari kehilangan yang terberat yang dapat dialami individu adalah kematian pasangan. Jika kehilangan pasangan terjadi pada masa tua, seseorang tersebut memiliki risiko mengalami depresi, cemas, dan penyalahgunaan zat yang lebih tinggi dibandingkan individu yang yang lebih muda karena penurunan ketahanan terhadap kesulitan, insiden penyakit kronis yang lebih tinggi, dan kerusakan jaringan dukungan sosial. Lansia bahkan memiliki risiko mengalami penyakit fisik dan mental yang lebih tinggi dibandingkan individu yang lebih muda (Stockslager dan Liz, 2007). Kematian pasangan lebih banyak dialami wanita lansia dibandingkan pria dan kecenderungan ini masih akan terus berlangsung (Potter Perry, 2009).

3.4. Keluarga

Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia (Maryam dkk., 2008).

Bagi para orang lanjut usia yang tinggal jauh dari anak cucu ataupun tinggal di rumah perawatan, ternyata kehadiran orang lain sangat berarti (Hadi, 2004). Lansia mungkin dapat mengalami pengasingan dari anggota keluarga karena banyak alasan, seperti penyalahgunaan obat atau alkohol dan ketidaksetujuan terhadap agama, orientasi seksual, pilihan terhadap pasangan pernikahan, masalah keturunan, atau masalah bisnis. Pengasingan dari cucu dan cicit dapat sangat menykitkan. Seiring dengan waktu, lansia dapat merindukan


(29)

untuk membina ikatan keluarga yang pecah tahun-tahun sebelumnya. Merujuk pasien tersebut ke terapi keluarga dapat sangat efektif (Stockslager dan Liz, 2007).

Dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang akan terjadi akan meningkat (Stuart dan Sundeen, 1995).

3.5. Dukungan sosial

Komponen penting yang lain dari masa tua yang sukses dan kesehatan mental adalah adanya sistem pendukung yang efektif. Sumber pendukung pertama biasanya merupakan anggota keluarga seperti pasangan, anak-anak, saudara kandung, atau cucu. Namun, struktur keluarga akan mengalami perubahan jika ada anggota yang meninggal dunia, pindah ke daerah lain, atau menjadi sakit. Oleh karena itu, kelompok pendukung yang lain sangat penting. Beberapa dari kelompok ini adalah tetangga, teman dekat, kolega sebelumnya dari tempat kerja atau organisasi, dan anggota lansia di tempat ibadah (Stanley dan Patricia, 2006).

Ketika individu dewasa mencapai usia lanjut, jaringan pendukung sosial mereka mulai terpecah ketika teman meninggal atau pindah. Kekuatan dan kenyamanan yang diberikan oleh teman-temannya ini, yang membantu individu menahan atau mengatasi kehilangan, tidak ada lagi. Kehilangan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya penyakit fisik dan mental pada masa tua (Stanley dan Patricia, 2006).


(30)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka konsep

Kerangka dalam penelitian ini menggunakan kerangka konsep berdasarkan apa yang mempengaruhi kecemasan pada lansia di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung, dalam penelitian ini akan diuraikan faktor-faktor kecemasan. Tujuannya untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung.

Skema.1 Kerangka konsep Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan pada

Lansia di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung. Faktor yang mempengaruhi

kecemasan pada lansia

Faktor-faktor kecemasan:

1. Faktor Pekerjaan

2. Faktor Status kesehatan

3. Faktor Kehilangan

pasangan

4. Faktor Keluarga


(31)

2. Defenisi konseptual dan operasional 2.1. Faktor pekerjaan

Defenisi konseptual

Pada masa usia lanjut, yang juga terjadi pada tingkat usia lain selama rentang hidup masa dewasa, orang mempunyai alasan yang berbeda terhadap pekerjaan yang diinginkan. Pekerja dapat mempunyai salah satu dari sikap terhadap jenis pekerja apapun. Apabila mereka memiliki sikap memelihara masyarakat terhadap kerja, waktu luang mereka lebih berharga daripada waktu kerja. Jikalau di lain pihak, mereka mempunyai sikap yang melibatkan ego atau kepentingan pribadi, waktu untuk kerja jauh lebih berharga daripada waktu luang (Hurlock, 1999)

Defenisi operasional

Pekerjaan yaitu suatu kegiatan seseorang yang dilakukan sehari-hari yang untuk menghasilkan penghasilan. Pada usia lanjut yang telah pensiun akan mengalami banyak waktu luang sehingga mulai merasa kehilangan peran kerja. Kehilangan peran tersebut mengakibatkan kecemasan karena tidak dapat menyesuaikan diri terhadap waktu luang, dan kecemasan juga bisa timbul karena terlalu banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya sehingga membuat lansia tersebut merasa semua tidak dapat ia selesaikan sehingga membuat kecemasan pada lansia.


(32)

2.2. Faktor status kesehatan

Defenisi konseptual

Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit (Stanley dan Patricia, 2006).

Defenisi operasional

Pada usia lanjut terjadi perubahan/penurunan secara fisik (melemah), psikologis, dan sosial. Walaupun perubahan/penurunan tersebut adalah fisiologis, tetapi tidak menutup kemungkinan lansia merasa cemas dalam menghadapi/ menyesuaikan diri terhadap penurunan fungsi tubuhnya.

2.3. Faktor kehilangan pasangan

Defenisi konseptual

Konsep diri yang positif dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan mudah terhadap nilai-nilai yang ada ditunjang dengan status sosialnya.

Defenisi operasional

Kehilangan pasangan berarti kehilangan atau terputusnya hubungan dengan orang yang penting bagi kehidupan baik karena cerai maupun karena meninggal. Bagi setiap orang kehilangan pasangan sangat menyakitkan, pada lansia juga bisa menyebabkan kecemasan.


(33)

2.4. Faktor keluarga

Defenisi konseptual

Lanjut usia yang tinggal jauh dari anak cucu ataupun tinggal di rumah perawatan, ternyata kehadiran orang lain sangat berarti (Hadi, 2004). Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia (Maryam dkk., 2008).

Defenisi operasional

Penurunan fungsi tersebut membuat ketergantungan lansia terhadap keluarganya. Oleh sebab itu, keluarga merupakan sesuatu yang sangat berperan penting dalam kehidupannya dan dalam menjaga kesehatannya. Keluarga yang selalu menjadi pendukung hidup bagi lansia.

2.5. Faktor dukungan sosial

Defenisi konseptual

Penurunan dari intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi (Maryam dkk, 2008).

Defenisi operasional

Pada usia lanjut kurangnya dukungan sosial dapat meningkatkan kecemasan yang dialami lansia. Perubahan dukungan sosial bisa terjadi karena


(34)

tidak adanya lagi kontak terhadap orang-orang yang di lingkungan sebelumnya, seperti rekan kerja, tetangga, dan sekitar lingkungan.


(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian (Hidayat, 2007). Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung.

2. Populasi, sampel, dan teknik sampling

2.1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini

adalah bapak/ibu yang berusia ≥ 60 tahun. Dari data yang diperoleh,

jumlah lansia yang ada di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung adalah 762 orang dalam 20 lingkungan. Karena berdasarkan data demografi antara masing-masing lingkungan yaitu lingkungan I-XX berjauhan sehingga tidak memungkinkan peneliti untuk meneliti ke-20 lingkungan tersebut. Oleh karena itu, peneliti mengambil satu lingkungan untuk mewakili dari 20 lingkungan di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung yaitu lingkungan VIII yang memiliki jumlah lansia terbanyak yaitu 82 orang lansia.


(36)

2.2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Maka sampel untuk penelitian ini diambil di satu lingkungan, yaitu lingkungan VIII yang memiliki jumlah lansia terbanyak yaitu 82 orang.

2.3. Teknik sampling

Jumlah lansia di lingkungan VIII adalah 82 orang, maka teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu total sampling. Dimana total sampling adalah jumlah populasi dibawah 100 orang maka semuanya dijadikan responden (Arikunto, 2006).

3. Lokasi penelitian dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan VIII Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung. Lokasi tersebut dipilih karena populasi lansia yang cukup untuk dijadikan responden dalam penelitian ini, karena berdasarkan data demografi lingkungan I-XX yang terlalu jauh satu sama lain, dan belum pernah dilakukan penelitian. Sehingga dapat menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung. Penelitian dilakukan pada bulan Februari-April 2011.

4. Pertimbangan etik

Dalam penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan etik, yaitu memberi penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan


(37)

prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan risiko bagi lansia yang menjadi responden, baik risiko fisik maupun psikis. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga.

5. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner. Kuesioner ini disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner terdiri dari 2 bagian yaitu kuesioner pertama mengenai data demografi, kuesioner kedua mengenai pernyataan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia.

Kuesioner data demografi terdiri dari: nama (inisial), jenis kelamin, usia, status perkawinan, suku, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan lama pensiun. Kuesioner yang kedua berisi pertanyaan yang terdiri dari 20 pertanyaan. Masing-masing faktor terdiri dari 4 pertanyaan, pertanyaan no. 1-4 mengenai faktor pekerjaan, pertanyaan no. 5-8 mengenai faktor status kesehatan, pertanyaan no. 9-12 mengenai faktor kehilangan pasangan, pertanyaan no. 13-16 mengenai faktor keluarga, pertanyaan no. 17-20 mengenai dukungan sosial.


(38)

6. Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang sahih atau valid, berarti memiliki validitas tinggi, demikian pula sebaliknya. Sebuah instrumen dikatakan sahih, apabila mampu mengukur apa yang diinginkan atau mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Hasan, 2002). Uji validitas instrumen bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang diukur (Notoatmojo, 2005). Sebuah instrumen dikatakan valid, bila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variebel yang diteliti. Instrumen dalam penelitian ini berbentuk kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka, oleh karena itu perlu dilakukan uji validitas. Uji validitas instrumen telah dilakukan oleh ahli Keperawatan Gerontik Departemen Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara yaitu Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS pada tanggal 31 Januari 2011.

7. Uji reliabilitas

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen dilakukan uji reliabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam ruang lingkup yang sama. Reliabilitas adalah tingkat ketepatan, ketelitian atau keakuratan sebuah instrumen (Hasan, 2002). Instrumen yang reliable akan dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya atau benar sesuai kenyataannya sehingga walaupun data diambil berulang-ulang, hasilnya akan tetap sama. Kuesioner penelitian ini akan diuji dengan reliabilitas internal yang diperoleh dengan cara


(39)

menganalisa data dari pengukuran satu kali (Arikunto,2006). Uji reliabilitas dilakukan terhadap 10 orang lansia yang bukan termasuk dalam sampel di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung.

Setelah dilakukan uji reliabilitas dengan tes Cronbach Alpha, diperoleh 0,77 untuk kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia. Hal ini dapat diterima untuk instrumen yang baru sesuai dengan pendapat Polit & Hungler (1995) bahwa suatu instrumen yang baru akan reliabel jika memiliki nilai reliabilitas lebih dari 0,70.

8. Pengumpulan data

Prosedur pengambilan data yang digunakan dengan cara:

1. Mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian pada institusi

Fakultas Keperawatan USU.

2. Mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian ke

BALITBANG Kantor Walikota di Sumatera Utara.

3. Mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian ke Kantor

Kecamatan Medan Tembung.

4. Mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian ke Kantor

Kelurahan Sidorejo.

5. Setelah mendapatkan izin kemudian melaksanakan pengumpulan data

penelitian.

6. Menjelaskan kepada calon responden mengenai tujuan dan manfaat


(40)

7. Meminta persetujuan calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani inform consent.

8. Mengidentifikasi faktor-faktor kecemasan dengan menggunakan kuesioner

selama 15 menit.

9. Sewaktu pengisian kuesioner responden dibantu oleh peneliti.

10.Kuesioner diambil langsung oleh peneliti dan data yang telah terkumpul

kemudian diolah/dianalisa.

9. Analisa data

Analisa data dilakukan melalui beberapa tahap yang dimulai dengan yang pertama editing yaitu memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada lembar kuesioner untuk mempermudah mengadakan tabulasi dan analisa data (bertujuan untuk mengelompokkan data berdasarkan kriteria sampelnya masing-masing), tahap ketiga processing yaitu memasukkan data dari lembar kuesioner ke dalam program komputer, tahap keempat cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah dimasukkan untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak, tahap kelima tabulating yaitu menganalisa data secara deskriptif.

Tabulasi dilakukan dengan tiga tahapan yaitu memberi skor pada item-item pernyataan yang perlu diberi skor, memberi kode terhadap item-item-item-item yang tidak perlu diberi skor dan mentabulasi data untuk memperoleh hasil dalam bentuk angka. Penyusunan data meliputi kegiatan pengorganisasian data ke dalam


(41)

master table (tabel induk) supaya mudah dijumlah, disusun, dan ditata untuk disajikan dan dianalisa. Setiap item yang dijawab “sangat sering” akan diberi nilai 4, untuk setiap item yang dijawab “sering” akan diberi nilai 3, untuk setiap item yang dijawab “jarang” akan diberi nilai 2, sedangkan item yang dijawab “tidak pernah” akan diberi nilai 1. Selanjutnya peneliti menjumlahkan setiap item yang bernilai 4,3,2 dan 1.

Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase dengan menggunakan teknik komputerisasi untuk menampilkan hasil dari data yang telah terkumpul mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia. Setelah hasil pegolahan data diperoleh, maka dapat diketahui persentase dari masing-masing faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia.


(42)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

Bab ini akan menguraikan hasil penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung yang diperoleh melalui proses pengumpulan data terhadap 82 responden yang dilakukan sejak bulan Februari 2011.

1.1Karakteristik Demografi

Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden yang akan dipaparkan mencakup jenis kelamin, usia, status perkawinan, suku, agama, pendidikan terkahir, lama pensiun, dan riwayat penyakit kronis. Dari data yang diperoleh (tabel 1) menunjukkan 45 responden (54,9%) adalah perempuan dan laki-laki ada 37 responden (45,1%), mayoritas responden berusia 60-69 tahun (59,8%), suku Batak yaitu 35 responden (42,7%), agama Islam 70 responden (85,4%), pendidikan responden terbanyak adalah SD yaitu 38 responden (46,3%), berdasarkan lama pensiun diperoleh sekitar 48 responden (58,5%) sudah lebih dari satu tahun pensiun, dan yang tidak memiliki penyakit kronis adalah 60 responden (73,2%).


(43)

Tabel 1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Seluruh Ibu/Bapak yang berusia 60 tahun di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung.

Data Demografi Responden Frekuensi Persentase (%)

Usia

60-69 Tahun 49 59,8%

70-79 Tahun 24 29,3%

80-89 Tahun 9 11,0%

Jenis Kelamin

Laki-laki 37 45,1%

Perempuan 45 54,9%

Status Perkawinan

Menikah 64 78,0%

Janda 11 13,4%

Duda 7 8,5%

Suku Bangsa

Batak 35 42,7%

Jawa 26 31,7%

Melayu 6 7,3%

Minang 9 11,0%

Lainnya (Aceh) 6 7,3%

Agama

Islam 70 85,4%

Katolik 4 4,9%

Protestan 8 9,8%

Tingkat Pendidikan

Tidak Sekolah 8 9,8%

SD 38 46,3%

SMP 14 17,1%

SMA 20 24,4%

Diploma 1 1,2%

Sarjana 1 1,2%

Lama Pensiun

< 1 tahun 34 41,5%


(44)

Penyakit Kronis

Ya 22 26,8%

Tidak 60 73,2%

1.2Deskriptif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan pada Lanjut Usia di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung

Deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan lansia meliputi faktor pekerjaan, faktor status kesehatan, faktor kehilangan pasangan, faktor keluarga, faktor dukungan sosial.

1. Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 43,9% responden menyatakan “sangat sering” dengan pernyataan cemas karena pekerjaan yang mereka alami dan 15,85% responden menyatakan “jarang” cemas terhadap pekerjaannya. Perincian faktor pekerjaan diperlihatkan pada tabel di bawah ini.


(45)

Tabel ini menggambarkan bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan dengan pekerjaan mereka, seperti terlihat pada Tabel 2.

Pernyataan sangat sering sering Jarang tidak pernah

f(%) f(%) f(%) f(%)

1. Saya cemas karena terlalu banyak waktu yang saya alami.

11 (13,4%) 8 (9,8%) 9 (11,0%) 54 (65,9%)

2. Saya cemas jika pekerjaan yang saya lakukan tidak tuntas.

41 (50,0%) 23 (28,0%) 16 (19,5%) 2 (2,4%)

3. Saya cemas apabila orang lain lebih baik dalam mengerjakan suatu pekerjaan.

41 (50,0%) 23 (28,0%) 16 (19,5%) 2 (2,4%)

4. Saya cemas terlalu banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan.

51 (62,2%) 15 (18,3%) 11 (13,4%) 5 (6,1%)

Total rata-rata 36 (43,9%) 17 (21,25%) 13 (15,85%) 16 (19,2%)

2. Status kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 39,53% responden menyatakan “sangat sering” dengan pernyataan cemas karena status kesehatan dan 7,7% responden menyatakan “tidak pernah” cemas terhadap penyakit yang ada dilingkungan. Perincian faktor status kesehatan diperlihatkan pada tabel di bawah ini.


(46)

Table 3 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan faktor status kesehatan

Pernyataan sangat sering sering Jarang tidak pernah

f(%) f(%) f(%) f(%)

1. Saya cemas karena merasa tubuh saya tidak sekuat dahulu terhadap penyakit.

45 (54,9%) 18 (22,0%) 13 (15,9%) 6 (7,3%)

2. Saya cemas terkena penyakit menular yang ada dilingkungan tempat saya tinggal.

25 (30,0%) 34 (41,5%) 19 (23,2%) 4 (4,9%)

3. Saya cemas karena penyakit yang saya alami membuat saya tidak berdaya.

29 (35,4%) 28 (34,1%) 22 (26,8%) 3 (3,7%)

4. Saya cemas penyakit yang saya alami tidak akan pernah sembuh.

31 (37,8%) 23 (28,0%) 16 (19,5%) 12 (14,6%)

Total rata-rata 33 (39,53%) 26 (31,4%) 17 (21,35%) 6 (7,7%)

3. Kehilangan pasangan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 34,45% responden menyatakan “sering” dengan pernyataan cemas karena kehilangan pasangan dan 9,78% responden menyatakan “tidak pernah” cemas terhadap kehilangan pasangan, karena sebagian besar responden masih memiliki pasangan. Perincian faktor kehilangan pasangan diperlihatkan pada tabel di bawah ini.


(47)

Tabel 4. Disribusi Frekuansi dan Persentase berdasarkan faktor kehilangan pasangan

Pernyataan sangat sering sering jarang tidak pernah

f(%) f(%) f(%) f(%)

1. Saya cemas pasangan saya tidak ada sehingga tidak ada yang mengurus saya lagi.

30 (36,6%) 22 (26,8%) 25 (30,5%) 5 (6,1%)

2. Saya cemas karena tidak ada yang akan mengerti apa yang saya butuhkan.

23 (28,0%) 41 (50,0%) 15 (18,3%) 3 (3,7%)

3. Saya cemas karena tidak ada lagi yang mendengarkan keluh kesah saya.

31 (37,8%) 25 (30,5%) 17 (20,7%) 9 (11,0%)

4. Saya cemas sendirian di rumah.

22 (26,8%) 25 (30,5%) 20 (24,4%) 15 (18,3%)

Total rata-rata 27 (32,3%) 28(34,45%) 19 (22,48%) 7 (9,78%)

4. Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 28,4% responden menyatakan “sangat sering” cemas dan 16,45% responden “jarang” cemas karena keluarga. Perincian faktor keluarga diperlihatkan pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan faktor keluarga

Pernyataan sangat sering sering jarang tidak pernah

f(%) f(%) f(%) f(%)

1. Saya cemas apabila salah satu anggota keluarga tidak

berkomunikasi dengan saya.

40 (48,8%) 24 (29,3%) 11 (13,4%) 7 (8,5%)

2. Saya cemas apabila salah satu anggota keluarga tidak

mengunjungi saya.

46 (56,1%) 21 (25,6%) 12 (14,6%) 3 (3,7%)

3. Saya cemas tinggal bersama dengan anak dan cucu saya.

4 (4,9%) 15 (18,3%) 22 (26,8%) 41 (50,0%)

4. Saya cemas mengurusi cucu dan anak saya.

3 (3,7%) 9 (11,0%) 9 (11,0%) 61 (74,4%)


(48)

5. Dukungan sosial

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 28,1% responden menyatakan “sangat sering” dengan pernyataan cemas karena dukungan sosial dan 16,45% responden menyatakan “jarang” cemas terhadap dukungan sosial. Perincian faktor dukungan sosial diperlihatkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan faktor dukungan sosial

2. Pembahasan

Dalam bab ini diuraikan pembahasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung.

Pernyataan sangat sering sering jarang tidak pernah

f(%) f(%) f(%) f(%)

1. Saya cemas teman saya semakin berkurang karena saya sudah tua.

16 (19,5%) 18 (22,0%) 12 (14,6%) 36 (43,9%)

2. Saya cemas apabila bertemu dengan rekan kerja saya yang dahulu.

2 (2,4%) 18 (22,0%) 17 (20,7%) 45 (54,9%)

3. Saya cemas memikirkan tetangga saya pindah.

32 (39,0%) 31 (37,8%) 13 (15,9%) 6 (7,3%)

4. Saya cemas apabila

menghadapi orang asing/orang yang baru dikenal.

42 (51,2%) 16 (19,5%) 12 (14,6%) 12 (14,6%)


(49)

2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia 2.1.1. Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa rata-rata responden sangat sering merasa cemas, ini dilihat dari nilai jawaban dari responden berdasarkan penyataan no. 4 yaitu 51 responden (62,2%) bahwa setelah lanjut usia maka pekerjaan bisa membuat cemas apabila terlalu banyak yang akan diselesaikan dan tidak yang tidak cemas ada 5 responden (6,1%), ini berkaitan juga dengan sekitar 48 responden telah lebih dari satu tahun pensiun. Hal ini sesuai dengan Maryam dkk. (2008) bahwa sisi aktivitas lansia menurun sesuai dengan penurunan fisik lansia secara fisiologis.

Pada pernyataan no. 2 dan pernyataan no. 3 masing-masing responden yang merasa sangat cemas ada 41 responden (50,0%) ini menggambarkan bahwa lansia tidak ingin pekerjaannya itu tidak selesai/tidak tuntas dan orang lain lebih baik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, ini sesuai dengan Hurlock (1999) bahwa sikap kerja sangat penting bagi semua tingkat usia terutama usia lanjut karena sikap kerja ini tidak hanya kualitas kerja yang mereka lakukan tetapi juga sikapnya terhadap masa pensiun yang akan datang.

Pernyataan no. 1 yaitu 54 responden (65,9%) menyatakan bahwa lansia tidak pernah merasa cemas terhadap waktu luang dan 8 responden (9,8%) yang merasa cemas, hanya saja tergantung pada lama atau tidaknya pensiun sehingga mampu menyesuaikan diri dengan waktu luang, hal ini


(50)

sesuai dengan penelitian Sugiyanto (2008) dengan judul “Pengaruh Self-Esteem Terhadap Penyesuaian Diri Pensiun pada Lansia” menunjukkan terdapat pengaruh secara positif self-esteem terhadap penyesuaian diri pensiun pada lansia dan menurut Hurlock (1999) bahwa masa pensiun seringkali dianggap sebagai suatu kondisi yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masa tiba mereka merasa cemas pada kehidupan yang akan dihadapinya.

Berdasarkan data yang diperoleh sebanyak 36 responden (43,9%) merasa sering cemas karena pekerjaannya dan 13 responden (15,85%) yang jarang cemas, ini didukung oleh data demografi yaitu 48 responden (58,5%) sudah tidak memiliki pekerjaan lebih dari 1 tahun sehingga mereka telah mampu menyesuaikan diri. Hal ini sesuai dengan penelitian Sugiyanto (2008) dengan judul “Pengaruh Self-Esteem Terhadap Penyesuaian Diri Pensiun pada Lansia” menunjukkan terdapat pengaruh secara positif self-esteem terhadap penyesuaian diri pensiun pada lansia.

2.1.2. Status kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa rata-rata responden sangat sering merasa cemas, ini dilihat dari nilai jawaban dari responden berdasarkan penyataan no. 1 yaitu 45 responden (54,9%), penyataan no.3 yaitu 29 responden (35,4%), dan penyataan no. 2 yaitu 25 responden (30,0%) bahwa setelah lanjut usia maka tubuh juga mengalami kelemahan tidak sekuat sewaktu muda dahulu sehingga mudah terjangkit penyakit-penyakit di lingkungan. Sesuai dengan Kunjoro (2002) bahwa


(51)

orang memasuki lanjut usia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat fisiologis berganda, misalnya tenaga berkurang, kulit makin keriput, gigi mulai rontok, tulang makin rapuh, dan lain-lain.

Pada pernyataan no. 4 responden yang merasa sangat cemas ada 31 responden (37,8%) ini menggambarkan bahwa lansia berfikir penyakitnya tidak akan kunjung sembuh, ini sesuai dengan Lydia (2010) bahwa kecemasan yang tersering pada lansia adalah tentang kematiannya. Orang mungkin menghadapi pikiran kematian dengan rasa putus asa dan kecemasan, bukan dengan ketenangan hati dan rasa integritas (“Erik Erikson”). Kerapuhan sistem saraf anotomik yang berperan dalam perkembangan kecemasan setelah suatu stressor yang berat.

Menurut Affandi (2008) bahwa faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kecemasan pada lansia yang mengalami penyakit kronis dalam menghadapi kematian diantaranya adalah selalu memikirkan penyakit yang dideritanya, kendala ekonomi, waktu berkumpul dengan keluarga yang dimiliki sangat sedikit karena anak-anaknya tidak berada satu rumah/berlainan kota dengan subyek, kepikiran anaknya yang belum menikah, sering merasa kesepian, kadang sulit tidur dan kurangnya nafsu makan karena selalu memikirkan penyakit yang dideritanya.

Berdasarkan data yang diperoleh sebanyak 33 responden (39,53%) merasa sering cemas karena penyakit yang diderita oleh lansia dan 6 responden (7,7%) yang tidak merasa cemas, ini didukung oleh data demografi yaitu yang memiliki penyakit kronis ada 22 responden (26,8%).


(52)

Hal ini sesuai dengan penelitian Sarinti (2007) dengan judul “Hubungan Jenis Penyakit dan Tingkat Kecemasan dengan Lama Rawat Pasien Gangguan Fungsi Jantung di Ruang ICCU RSU Tugurejo Semarang” yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dengan lama rawat.

2.1.3. Kehilangan pasangan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa rata-rata responden sering merasa cemas, ini dilihat dari nilai jawaban dari responden berdasarkan penyataan no. 2 yaitu 41 responden (50,0%), penyataan no.3 yaitu 25 responden (30,5%), dan penyataan no. 1 yaitu 22 responden (26,8%) bahwa kehilangan pasangan sangat mempengaruhi kecemasan pada lansia dikarenakan kehilangan pasangan berarti tidak akan ada lagi yang mengerti apa yang dibutuhkan, mendengarkan keluh kesah, dan mengurusi di rumah karena pasangan adalah orang yang telah bertahun-tahun hidup bersama dan pernyataan tersebut berhubungan juga dengan data yang diperoleh bahwa 37 responden adalah laki-laki. Sesuai dengan Hurlock (1999) penyesuaian utama yang harus dilakukan oleh lanjut usia adalah penyesuaian yang dilakukan karena kehilangan pasangan hidup. Kehilangan tersebut dapat disebabkan oleh kematian atau penceraian. Kondisi ini mengakibatkan gangguan emosional dimana lanjut usia akan merasa sedih akibat kehilangan orang yang dicintainya (Hidayat, 2004).


(53)

Pada pernyataan no. 4 yaitu 25 responden (30,5%) menyatakan cemas karena tinggal di rumah sendirian tanpa ada pasangan, hal ini sesuai dengan Maryam dkk. (2008) bahwa lansia biasanya sudah menyadari bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan normal, tetapi kesadaran akan kematian tidak berarti bahwa pasangan yang ditinggalkan akan menemukan penyesuaian kematian dengan mudah. Sesuai juga dengan penelitian Juniarti (2008) dengan judul “Gambaran Jenis dan tingkat Kesepian pada Lansia di Balai Panti Sosial Tresna Werdha Pakutandang Ciparay Bandung” yang menyatakan bahwa 49,4% lansia mengalami kesepian emosional.

Berdasarkan data yang diperoleh sebanyak 28 responden (34,45%) merasa cemas kehilangan pasangan dan 7 responden (9,78%) yang tidak merasa cemas, ini didukung oleh data demografi yaitu 64 responden (78,0%) masih memiliki pasangan. Sesuai dengan Maryam dkk. (2008) bahwa lansia biasanya sudah menyadari bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan normal, tetapi kesadaran akan kematian tidak berarti bahwa pasangan yang ditinggalkan akan menemukan penyesuaian kematian dengan mudah.

2.1.4. Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa rata-rata responden sangat sering merasa cemas, ini dilihat dari nilai jawaban dari responden berdasarkan penyataan no. 2 yaitu 46 responden (56,1%), penyataan no.1 yaitu 40 responden (48,8%), bahwa kelurga adalah


(54)

segala-galanya bagi lanjut usia, mereka sangat senang berkumpul dengan keluarga. Oleh karena itu, lansia sangat cemas apabila salah satu anggota keluarganya tidak berkomunikasi dengannya dan tidak pernah mengunjunginya. Sesuai dengan Maryam, dkk (2008) bahwa keluarga merupakan suppot system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain manjaga atau marawat lansia, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia.

Pada pernyataan no. 4 responden merasa tidak cemas ada 61 responden (74,4%), dan pernyataan no. 3 yaitu 41 responden (50,0%) menggambarkan bahwa lansia tidak cemas karena harus tinggal bersama keluarganya dan menjaga cucu-cucunya, mereka senang hidup bersama-sama keluarga dan tidak mau tinggal sendirian. Hal ini sesuai dengan penelitian Nurdin (2009) dengan judul “Hubungan Perubahan Psikososial Lanjut Usia dan Perpisahan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Lansia di Panti Werdha Pucang Gading Semarang” yang menyatakan bahwa Mayoritas lanjut usia sebesar 55,6% merasa berpisah dengan keluarganya dan menurut hasil penelitian Istiati dengan judul “Hubungan fungsi Keluarga dengan Kecemasan pada Lanjut Usia” menunjukkan ada hubungan antara fungsi keluarga dan kecemasan pada lanjut usia.

Berdasarkan data yang diperoleh sebanyak 23 responden (28,4%) menyatakan sangat sering cemas dan 14 responden (16,45%) jarang


(55)

cemas. Hal ini sesuai dengan Istiati dengan judul “Hubungan fungsi Keluarga dengan Kecemasan pada Lanjut Usia” menunjukkan ada hubungan antara fungsi keluarga dan kecemasan pada lanjut usia.

2.1.5. Dukungan sosial

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa rata-rata responden sangat sering merasa cemas, ini dilihat dari nilai jawaban dari responden berdasarkan penyataan no. 4 yaitu 42 responden (51,2%), penyataan no.3 yaitu 32 responden (39,0%) bahwa lansia sulit dalam menghadapi orang asing dan tetangganya yang pindah ini sesuai dengan penelitian Hayati (2009) dengan judul “Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesepian pada Lansia” yang menyatakan bahwa 13,7% lansia mengalami kesepian disebabkan kurangnya dukungan sosial.

Pada penyataan nomor 2 yaitu 45 responden (54,9%), pernyataan nomor 1 yaitu 36 responden (43,9%) bahwa lanjut usia tidak merasa cemas apabila bertemu dengan rekan kerjanya yang terdahulu dan tidak pernah terfikir bahwa semakin usia lanjut maka teman akan berkurang, ini sesuai dengan menurut Stanley dan Patricia (2006) ketika individu dewasa mencapai usia lanjut, jaringan pendukung sosial mereka mulai terpecah ketika teman meninggal atau pindah. Kekuatan dan kenyamanan yang diberikan oleh teman-temannya ini, yang membantu individu menahan atau mengatasi kehilangan, tidak ada lagi. Kehilangan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya penyakit fisik dan mental pada masa tua.


(56)

Berdasarkan data yang diperoleh sebanyak 23 responden (28,4%) merasa sangat cemas karena dukungan sosial dan 13 responden (16,45%) yang jarang merasa cemas, ini didukung oleh data demografi yaitu 38 responden (46,3%) hanya lulusan SD. Hal ini sesuai dengan penelitian Hayati (2009) dengan judul “Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesepian pada Lansia” yang menyatakan bahwa 13,7% lansia mengalami kesepian disebabkan kurangnya dukungan sosial.


(57)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan kesimpulan dan saran sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian. Pada bagian pertama akan berisi rangkuman hasil penelitian yang berdasarkan analisa. Pada bagian akhir akan dikemukakan saran-saran yang mungkin dapat berguna bagi penelitian yang akan datang dengan tema yang sama.

1. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecemasan lansia berdasarkan beberapa faktor yaitu faktor pekerjaan, faktor status kesehatan, faktor kehilangan pasangan, faktor keluarga, dan faktor dukungan sosial. Jumlah responden yang cemas dari berbagai faktor tersebut berbeda-beda. Seperti pada faktor pekerjaan responden yang cemas ada 36 responden, pada faktor status kesehatan responden yang mengalami kecemasan ada 33, dari faktor kehilangan pasangan ada 28 responden yang mengalami kecemasan, dari faktor keluarga ada 23 responden yang mengalami kecemasan, dan berdasarkan faktor dukungan sosial responden yang mengalami kecemasan ada 23.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut yang paling tinggi persentasenya adalah faktor pekerjaan yaitu 43,9% dan sesuai menurut Sutarto dan Cokro (2009) pada umumnya setelah orang memasuki lansia, ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian, dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku


(58)

lansia menjadi semakin lambat. Sementara fungsi psikomotor (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak, seperti gerakan, tindakan, dan koordinasi, yang mengakibatkan lansia kurang cekatan. Persentase terendah 6 responden (7,7%) tidak pernah cemas pada faktor status kesehatan, karena menurut Smeltzer dan Brenda (2001) kebanyakan individu lansia menganggap dirinya dalam keadaan sehat, namun empat dari lima mereka menderita paling tidak satu penyakit kronis.

2. Saran

2.1.Untuk Pendidikan Keperawatan

Dalam pendidikan keperawatan khususnya keperawatan gerontik perlu diberikan materi khusus tentang kecemasan pada lansia dan faktor-faktornya. Sehingga perawat dapat memberikan pendidikan dan penyuluhan pada para lansia dan keluarga tentang kecemasan tersebut.

2.2.Untuk Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan kecemasan para lansia, disarankan untuk menganalisis faktor-faktor kecemasan lansia.

2.3.Untuk Keluarga

Untuk kelurga yang memiliki lansia di rumah diharapkan bisa menjaga dan mengerti permasalahan yang terjadi di usia lanjut seperti gangguan kecemasan tersebut.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Imam. (2008). Kecemasan Dalam Menghadapi Kematian Pada

LansiaYang Menderita Pengakit Kronis. Diambil tanggal 10 Nopember

2010 dari

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Daradjat, Zakiah. (2001). Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.

Ghozali, Imam. (2002). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hadi, Pranowo. (2004). Depresi dan Solusinya. Yogyakarta: Tugu Publisher. Hasan, M. Labal. (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan

Aplikasinya. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hawari, Dadang. (2001). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indosnesia.

Hayati. (2009). Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesepian pada Lansia. Diambil pada tanggal 26 Mei 2011 dari

Hidayat, A. Aziz. Alimul. (2004). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Hurlock, E. B. (1999). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga

Kosasih, E. N. (2004). Peran Antioksidan Pada Lanjut Usia. Jakarta: Pusat Kajian Nasional Masalah Lanjut Usia.

Kuntjoro, Zainuddin, Sri. (2002). Kategori Lanjut Usia. Diambil tanggal 10

Nopember 2010 dari

Marlindawani, Jenny, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Maryam, R. Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.


(60)

Mersetio, Mardiono dan Arjatmo Tjokronegoro. (1991). Kelanggengan Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Mubarak, Wahit Iqbal, Chayatin, Nurul, Santoso, Bambang Adi. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.

Notosoedirdjo, Moeljono dan Latipun. (2005). Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan. Malang: Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang. Potter, Patricia A. dan Anne G. Perry. (2009). Fundamental Keperawatan Buku 1

Ed. 7. Jakarta: Salemba Medika.

Polit, D. F. & Hungler, B. P. (1995). Nursing research: principle and methol (5th edition). Philadelphia: J. B Lippincontt Company

Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2., Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. dan Brenda G. Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Edisi 8., Jakarta: EGC.

Stockslager, Jaime L dan Liz Schaeffer. (2007). Asuhan Keperawatan Geriatrik, Edisi 2., Jakarta:EGC.

Sundari, Siti. (2005). Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Sugiyanto. (2008). Pengaruh Self-Esteem Terhadap Penyesuaian Diri Pensiun pada Lansia. Diambil pada tanggal 26 Mei 2011 dari

Sutarto, J. Tito dan C. Ismul Cokro. (2009). Pensiun Bukan Akhir Segalanya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Tamher, S. dan Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Edisi 3., Jakarta: Salemba Medika.


(61)

(62)

(63)

(64)

(65)

Lampiran 4 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan pada Lansia di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung

Oleh: Istik Laila Sari

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan USU Medan, yang sedang melakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan pada Lansia di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung.

Saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Partisipasi Bapak/Ibu bersifat sukarela. Bapak/Ibu berhak untuk menolak menjadi responden tanpa sanksi apapun. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas maupun pendapat yang Bapak/Ibu berikan, dan informasi yang didapat hanya akan digunakan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kecemasan pada lansia, tidak akan digunakan untuk maksud lain.

Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden pada penelitian ini, silahkan menandatangani kolom di bawah ini. Terima kasih.

Medan, Pebruari 2011

Peneliti Responden


(66)

Lampiran 5

Kode responden :

Tanggal/jam pengambilan data :

Instrumen Penelitian

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung

1. Kuesioner Data Demografi

Petunjuk Pengisian:

a. Bapak/Ibu diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang tersedia

dilembar kuesioner.

b. Isilah titik-titik untuk melengkapi pertanyan dibawah.

c. Tuliskan tanda check list ( √ ) pada kotak untuk pilihan jawaban yang

menurut saudara benar.

1. Nama (Inisial) : ...

2. Usia : ...

3. Jenis Kelamin :

( ) Laki-laki ( ) Perempuan

4. Status Perkawinan :

( ) Menikah ( ) Janda ( ) Duda

5. Suku bangsa :

( ) Batak ( ) Jawa ( ) Melayu

( ) Minang ( ) Lain-lain, sebutkan...

6. Agama :

( ) Islam ( ) Katolik ( ) Protestan


(67)

7. Pendidikan terakhir :

( ) Tidak sekolah ( ) SD ( ) SMP/Sederajat

( ) SMU/Sederajat ( ) Diploma ( ) Sarjana

8. Lama Pensiun :

( ) < 1 tahun ( ) > 1 tahun

9. Riwayat Penyakit Kronis :

( ) Ya ( ) Tidak


(68)

Lampiran 6 2. Kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia

Berikut ini adalah pernyataan-pernyataan tentang apa saja yang menyebabkan

anda cemas beberapa bulan yang lalu. Tuliskan tanda check list ( √ ) pada kolom

yang tersedia untuk pilihan jawaban yang tepat menurut saudara. Keterangan:

SS : Sangat Sering

S : Sering

J : Jarang

TP : Tidak Pernah

No. Pertanyaan SS S J TP Faktor Pekerjaan

1. Saya cemas karena terlalu banyak waktu

luang yang saya alami.

2. Saya cemas jika pekerjaan yang saya

lakukan tidak tuntas.

3. Saya cemas apabila orang lain lebih baik

dalam mengerjakan suatu pekerjaan.

4. Saya cemas terlalu banyak pekerjaan

yang harus saya selesaikan.

Faktor Status Kesehatan

5. Saya cemas karena merasa tubuh saya

tidak sekuat dahulu terhadap penyakit.

6. Saya cemas terkena penyakit menular

yang ada dilingkungan tempat saya tinggal.

7. Saya cemas karena penyakit yang saya

alami membuat saya tidak berdaya.


(69)

tidak akan pernah sembuh.

Faktor Kehilangan Pasangan

9. Saya cemas pasangan saya tidak ada

sehingga tidak ada yang mengurus saya lagi.

10. Saya cemas karena tidak ada yang akan

mengerti apa yang saya butuhkan.

11. Saya cemas karena tidak ada lagi yang

mendengarkan keluh kesah saya.

12. Saya cemas sendirian di rumah.

Faktor Keluarga

13. Saya cemas apabila salah satu anggota

keluarga tidak berkomunikasi dengan saya.

14. Saya cemas apabila salah satu anggota

keluarga tidak mengunjungi saya.

15. Saya cemas apabila tinggal bersama

dengan anak dan cucu saya karena merasa membebani mereka.

16. Saya cemas mengurusi cucu dan anak

saya sendirian.

Dukungan Sosial

17. Saya cemas teman saya semakin

berkurang karena saya sudah tua.

18. Saya cemas apabila bertemu dengan

rekan kerja saya yang dahulu.

19. Saya cemas memikirkan tetangga saya

pindah.

20. Saya cemas apabila menghadapi orang


(70)

Lampiran 7 Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100.0

Excludeda 0 .0

Total 10 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized

Items N of Items

.770 .749 20

Item Statistics

Mean

Std.

Deviation N

01 3.1000 1.19722 10

02 2.8000 1.03280 10

03 2.4000 1.07497 10

04 3.5000 .70711 10

05 2.8000 1.31656 10

06 3.2000 .63246 10

07 3.0000 1.05409 10

08 3.0000 1.15470 10

09 2.8000 1.22927 10


(71)

11 3.5000 .52705 10

12 2.9000 1.10050 10

13 3.0000 1.24722 10

14 3.2000 1.03280 10

15 2.8000 .91894 10

16 3.7000 .94868 10

17 3.0000 .94281 10

18 3.4000 .69921 10

19 3.2000 .63246 10

20 2.2000 1.13529 10

Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range

Maximum /

Minimum Variance N of Items


(72)

Lampiran 8 Frequensi

Statistics

Usia

N Valid 82

Missing 0

Mean 1.5122

Median 1.0000

Std. Deviation .68932

Minimum 1.00

Maximum 3.00

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 60-69 tahun 49 59.8 59.8 59.8

70-79 tahun 24 29.3 29.3 89.0

80-89 tahun 9 11.0 11.0 100.0

Total 82 100.0 100.0

Statistics

jenis_kelamin

N Valid 82

Missing 0

Mean 1.5488

Median 2.0000

Std. Deviation .50068

Minimum 1.00


(73)

jenis_kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 37 45.1 45.1 45.1

perempuan 45 54.9 54.9 100.0

Total 82 100.0 100.0

Statistics

status_perkawinan

N Valid 82

Missing 0

Mean 1.3049

Median 1.0000

Std. Deviation .62240

Minimum 1.00

Maximum 3.00

status_perkawinan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid menikah 64 78.0 78.0 78.0

janda 11 13.4 13.4 91.5

duda 7 8.5 8.5 100.0


(74)

Statistics

Suku

N Valid 82

Missing 0

Mean 2.0854

Median 2.0000

Std. Deviation 1.26882

Minimum 1.00

Maximum 5.00

suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid batak 35 42.7 42.7 42.7

jawa 26 31.7 31.7 74.4

melayu 6 7.3 7.3 81.7

minang 9 11.0 11.0 92.7

lainnya 6 7.3 7.3 100.0

Total 82 100.0 100.0

Statistics

Agama

N Valid 82

Missing 0

Agama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid islam 70 85.4 85.4 85.4

katolik 4 4.9 4.9 90.2

protestan 8 9.8 9.8 100.0


(75)

Statistics

pendidikan

N Valid 82

Missing 0

Mean 2.6463

Median 2.0000

Std. Deviation 1.07004

Minimum 1.00

Maximum 6.00

pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak sekolah 8 9.8 9.8 9.8

SD 38 46.3 46.3 56.1

SMP 14 17.1 17.1 73.2

SMA 20 24.4 24.4 97.6

Diploma 1 1.2 1.2 98.8

Sarjana 1 1.2 1.2 100.0

Total 82 100.0 100.0

Statistics

Pensiun

N Valid 82

Missing 0

Mean 1.5854

Median 2.0000

Std. Deviation .49569

Minimum 1.00


(76)

pensiun

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 1 tahun 34 41.5 41.5 41.5

> 1 tahun 48 58.5 58.5 100.0

Total 82 100.0 100.0

Statistics

penyakitkronis

N Valid 82

Missing 0

Mean 1.7317

Median 2.0000

Std. Deviation .44580

Minimum 1.00

Maximum 2.00

penyakitkronis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 22 26.8 26.8 26.8

tidak 60 73.2 73.2 100.0


(77)

Faktor Pekerjaan

Statistics

soal1 soal2 soal3 soal4

N Valid 82 82 82 82

Missing 0 0 0 0

Mean 3.2927 3.2561 3.3415 3.3659

Median 4.0000 3.5000 3.5000 4.0000

Std. Deviation 1.10541 .85795 .75718 .93640

Minimum 1.00 1.00 1.00 1.00

Maximum 4.00 4.00 4.00 4.00

soal1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat sering 11 13.4 13.4 13.4

sering 8 9.8 9.8 23.2

jarang 9 11.0 11.0 34.1

tidak pernah 54 65.9 65.9 100.0

Total 82 100.0 100.0

soal2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 2 2.4 2.4 2.4

jarang 16 19.5 19.5 22.0

sering 23 28.0 28.0 50.0

sangat sering 41 50.0 50.0 100.0


(78)

soal3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 1 1.2 1.2 1.2

jarang 11 13.4 13.4 14.6

sering 29 35.4 35.4 50.0

sangat sering 41 50.0 50.0 100.0

Total 82 100.0 100.0

soal4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 5 6.1 6.1 6.1

jarang 11 13.4 13.4 19.5

sering 15 18.3 18.3 37.8

sangat sering 51 62.2 62.2 100.0

Total 82 100.0 100.0

Faktor Status Kesehatan

Statistics

soal 1 soal 2 soal 3 soal 4

N Valid 82 82 82 82

Missing 0 0 0 0

Mean 3.2439 2.9756 3.0122 2.8902

Median 4.0000 3.0000 3.0000 3.0000

Std. Deviation .97577 .86031 .88183 1.07733

Minimum 1.00 1.00 1.00 1.00


(1)

soal 1 soal 2 soal 3 soal 4

N Valid 82 82 82 82

Missing 0 0 0 0

Mean 3.1829 3.3415 3.2195 3.5610 Median 3.0000 4.0000 3.5000 4.0000 Std. Deviation .97027 .86381 .91657 .83293

Minimum 1.00 1.00 1.00 1.00

Maximum 4.00 4.00 4.00 4.00

soal 1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 7 8.5 8.5 8.5

jarang 11 13.4 13.4 22.0

sering 24 29.3 29.3 51.2

sangat sering 40 48.8 48.8 100.0

Total 82 100.0 100.0

soal 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 3 3.7 3.7 3.7

jarang 12 14.6 14.6 18.3

sering 21 25.6 25.6 43.9

sangat sering 46 56.1 56.1 100.0


(2)

soal 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat sering 4 4.9 4.9 4.9

sering 15 18.3 18.3 23.2

jarang 22 26.8 26.8 50.0

tidak pernah 41 50.0 50.0 100.0

Total 82 100.0 100.0

soal 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat sering 3 3.7 3.7 3.7

sering 9 11.0 11.0 14.6

jarang 9 11.0 11.0 25.6

tidak pernah 61 74.4 74.4 100.0

Total 82 100.0 100.0

Faktor Dukungan Sosial

Statistics

soal 1 soal 2 soal 3 soal 4

N Valid 82 82 82 82

Missing 0 0 0 0

Mean 2.8293 3.2805 3.0854 3.0732 Median 3.0000 4.0000 3.0000 4.0000 Std. Deviation 1.19469 .89269 .91895 1.11975

Minimum 1.00 1.00 1.00 1.00


(3)

Valid sangat sering 16 19.5 19.5 19.5

sering 18 22.0 22.0 41.5

jarang 12 14.6 14.6 56.1

tidak pernah 36 43.9 43.9 100.0

Total 82 100.0 100.0

soal 2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sangat sering 2 2.4 2.4 2.4

sering 18 22.0 22.0 24.4

jarang 17 20.7 20.7 45.1

tidak pernah 45 54.9 54.9 100.0

Total 82 100.0 100.0

soal 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 6 7.3 7.3 7.3

jarang 13 15.9 15.9 23.2

sering 31 37.8 37.8 61.0

sangat sering 32 39.0 39.0 100.0


(4)

soal 4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 12 14.6 14.6 14.6

jarang 12 14.6 14.6 29.3

sering 16 19.5 19.5 48.8

sangat sering 42 51.2 51.2 100.0


(5)

(6)

Lampiran 10 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Istik Laila Sari

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/17 Agustus 1989

Agama : Islam

Alamat : Jln. Jamin Ginting Gg. Haji Arif, Medan Riwayat Pendidikan :

1. SDN 173092 Tebing Tinggi (1995-2001) 2. SLTPN 2 Tebing Tinggi (2001-2004) 3. SMAN 2 Tebing Tinggi (2004-2007)