68 dilakukan oleh pengkhitan tradisional dan 32 dilakukan oleh tenaga kesehatan, terutama bidan. Di kota Padang dan Padang Pariaman sunat perempuan lebih banyak
dilakukan oleh bidan 89 dan 68, dan di Sulawesi Selatan paling banyak dilakukan oleh dukun sunat 70 Gani, 2007.
Di Indonesia pada 31 Mei sampai 1 Juni 2005 telah diselenggarakan Lokakarya Pencegahan dan Penanganan Kekerasan terhadap Perempuan berkaitan dengan sunat.
Peserta lokakarya terdiri atas Menteri Pemberdayaan Perempuan, Depkes, Depag, Institusi Pendidikan Fakultas Kedokteran, Sekolah Kebidanan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Islam Negeri, organisasi profesi IBI, IDAI, POGI, ormas perempuan termasuk agama, media massa, yayasan yang berkaitan dengan pelayanan
medis, dan institusi penelitian. Kesimpulan yang dihasilkan yaitu sunat perempuan tidak memiliki landasan ilmiah dan lebih didasari pada tradisi dan budaya, tidak ada landasan
agama. Penelitian menunjukkan bahwa sunat perempuan lebih banyak membawa dampak buruk dari pada manfaatnya dan ternyata mendikalisiasi FGM yang cenderung
ke arah mutilasi bertentangan dengan hukum yang berlaku PERSI, 2007. Berdasarkan hasil surve yang dilakukan peneliti dari 6 oarang ibu yang memiliki
anak perempuan yang berusia 0-1 tahun, 5 orang melakukan sunat dan hanya 1 orang yang tidak melakuakan sunat.
Dari studi pendahuluan dan data yang diperoleh peneliti tertarik meneliti tentang Faktor- faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Sunat Perempuan pada Anak di
Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut maka yang menjadi
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Faktor- faktor apa saja yang
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi terjadinya sunat perempuan pada anak di Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasikan faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya sunat perempuan pada anak di Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi terjadinya sunat
perempuan pada anak berdasarkan psikoseksual
b. Untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi terjadinya sunat
perempuan pada anak berdasarkan sosiologi
c. Untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi terjadinya sunat
perempuan pada anak berdasarkan hygiene
d. Untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi terjadinya sunat
perempuan pada anak berdasarkan mitos
e. Untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi terjadinya sunat
perempuan pada anak berdasarkan agama
Universitas Sumatera Utara
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Khususnya Jurusan D-IV Bidan Pendidik USU, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam pengembangan penelitian
selanjutnya. 2.
Bagi Petugas Kesehatan Penelitian ini digunakan agar petugas kesehatan dapat memberikan informasi dan
edukasi tentang sunat perempuan pada anak di masyarakat. 3.
Bagi Peneliti yang Lain hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar dalam melakukan penelitian lebih
lanjut terutama mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya sunat perempuan pada anak.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sunat Perempuan 1. Pengertian Sunat Perempuan
Banyak konsep yang digunakan untuk menjelaskan tentang sunat perempuan. Dalam Islam khitan atau sunat berasal dari bahasa arab “Al-khitan” yang merupakan
isim masdar dari kata kerja “Khatana” yang berarti memotong. Khitan pada perempuan dilakukan dengan cara memotong bagian atas klentit dari kemaluan faraj Jendrius,
dkk.2005. Hal 3. Khitan perempuan adalah memotong sedikit kulit labia minora atau preputium
clitoridis di atas uretra di farji atau kemaluan. Kata lain yang sering digunakan adalah sunat dan istilah lain yang kurang dikenal yaitu khifad yang berasal dari kata khafd ,
istilah ini khusus untuk khitan perempuan Gani, 2007. ¶ 3. Secara internasional sunat perempuan dikenal dengan istilah female genital
cutting FGC atau genital mutilation. Genital cutting adalah pemotongan alat kelamin sedangkan genital mutilation identik dengan perusakan alat kelamin. FGC merupakan
segala prosedur menghilangkan sebagian atau seluruh bagian alat kelamin luar perempuan atau perlukaan organ genital perempuan baik karena didasari oleh alasan
kebudayaan atau alasan nonmedis lainnya Juli, 2006 Aide Medicale Internationale, hal 39.
Universitas Sumatera Utara
2. Tipe-tipe Sunat Perempuan WHO mengklasifikasikan bentuk FGC dalam 4 tipe, yaitu :
a Tipe I : Clitoridotomy, yaitu eksisi dari permukaan prepuce klitoris, dengan
atau tanpa eksisi sebagian atau seluruh klitoris. Dikenal juga dengan istilah “hoodectomy”.
b Tipe II : Clitoridectomy, yaitu eksisi sebagian atau total dari labia minora.
Banyak dilakukan di Negara-negara bagian Afrika Sahara, Afrika Timur, Mesir, Sudan, dan Peninsula.
c Tipe III: InfibulasiPharaonic CircumcisionKhitan ala Firaun, yaitu eksisi
sebagian atau seluruh bagian genitalia eksterna dan penjahitan untuk menyempitkan mulut vulva. Penyempitan vulva dilakukan dengan hanya
menyisakan lubang sebesar diameter pensil, agar darah saat menstruasi dan urine tetap bisa keluar.
d Tipe IV: Tidak terklarifikasi, termasuk di sini adalah menusuk dengan jarum
baik di permukaan saja ataupun sampai menembus, atau insisi klitoris dan atau labia; meregangkan stretching klitoris dan atau vagina; kauterisasi klitoris dan
jaringan sekitarnya; menggores jaringan sekitar introitus vagina angurya cuts atau memotong vagina gishiri cut, memasukkan benda korosif atau tumbuh-
tumbuhan agar vagina mengeluarkan darah, menipis, dan menyempit. Tipe I dan III adalah tipe yang paling sering dilakukan di berbagai negara. Di
Indonesia, berdasarkan penelitian Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM di Madura dan Yogyakarta 2002, prosedur yang paling sering dilakukan
adalah tipe II dan tindakan yang sering dilakukan oleh tenaga medis adalah tipe IV Juli, 2006 Aide Medicale Internationale, hal 39.
Universitas Sumatera Utara
Prosedur penyunatan yang umum dilakukan dalam praktek sunat perempuan di antaranya:
a. Memotong sedikit puncak klitoris
b. Mencongkel atau melukai klitoris
c. Mengorek lender atau selaput kulit klitoris
d. Menusuk dengan jarum atau ujung pisau untuk mengeluarkan setetes darah
Jendrius, 2005.
3. Pelaksanaan Sunat Perempuan
Pelaksaan sunat perempuan sangat bervariasi, mulai dilakukan oleh tenaga medis perawat, bidan, maupun dokter, dukun bayi dan dukuntukang sunat dengan
menggunakan alat-alat tradisional seperti pisau, sembilu, bambu, kaca dan kuku, hingga alat modern seperti gunting dan skapula, pelaksanaannya dengan atau tanpa anastesi.
Usia pelaksanaannya juga bervariasi mulai dari neonatus, anak usia 6-10 tahun, remaja, hingga dewasa. Masyarakat di Indonesia melakukan sunat perempuan pada usia
anak 0- 18 tahun, tergantung budaya setempat. Namun pada umumnya sunat perempuan dilakukan pada bayi setelah dilahirkan. Di Jawa dan Madura, sunat perempuan 70
dilaksanakan pada anak usia kurang dari satu tahun Juliansyah, 2009.
4. Alasan Pelaksanaan Sunat Perempuan
Sunat perempuan merupakan perpaduan budaya dan tradisi yang timbul sejak dahulu dari berbagai nilai, khususnya nilai agama dan nilai budaya. Alasan- alasan yang
menyebabkan terpelihara dan tetap berlangsungnya sunat perempuan yaitu agama, adat, mengurangi hasrat seksual, kesehatan, keindahan dan kesuburan. Secara umum
Universitas Sumatera Utara
perempuan yang masih memelihara praktek sunat pada perempuan adalah perempuan yang hidup dalam masyarakat tradisional di wilayah pedalaman Coomaraswamy, 2000.
WHO Dalam Juliansyah, 2009 membedakan alasan pelaksanan sunat perempuan menjadi lima kelompok, yaitu:
a Psikoseksual
Pemotongan klitoris diharapkan akan mengurangi libido pada perempuan, mengurangi atau menghentikan masturbasi, menjaga kesucian dan keperawanan
sebelum menikah, kesetiaan sebagai istri, dan meningkatkan kepuasan seksual bagi laki- laki.
b Sosiologi
Melanjutkan tradisi, menghilangkan hambatan dan kesialan bawaan, sama peralihan pubertas atau wanita dewasa, dan lebih terhormat.
c Hygiene
Organ genitalia eksterna dianggap kotor dan tidak bagus bentuknya, sunat dilakukan untuk meningkatkan kebersihan dan keindahan.
d Mitos
Meningkatkan kesuburan dan daya tahan anak e
Agama Dianggap sebagai perintah agama, agar ibadahnya lebih diterima.
5. Resiko Sunat Perempuan
Menurut Koblinsky 1997 Resiko yang timbul akibat sirkumsisi pada wanita dapat berupa perdarahan, tetanus, infeksi yang disebabkan oleh alat yang digunakan
tidak steril, dan syok karena rasa nyeri saat dilakukan tindakan tanpa anastesi.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pandangan medis kegiatan sunat pada perempuan dapat membahayakan, karena menyangkut menghilangkan alat vital pada perempuan. Dari tindakan sunat
perempuan dapat mengakibatkan komplikasi yang bersifat jangka panjang pada perempuan seperti: Kesulitan menstruasi, infeksi saluran kemih kronis, kemandulan,
disfungsi seksual, kesulitan saat hamil dan persalinan, dan meningkatkan resiko tertular HIV. Selain berdampak secara medis, sunat perempuan juga dapat menimbulkan
dampak yang bersifat psikoseksual, psikologis, dan sosial Gani, 2007. Ditinjau dari segi medis dan kesehatan, sunat perempuan tidak ada manfaat dan
kegunaan. Berbeda dengan dengan sunat yang dilakukan pada laki- laki yaitu berguna untuk menjaga kebersihan dari alat kelamin luar Juli, 2006 Aide Medicale
Internationale, hal 39. Sehubungan dengan masalah tersebut, sebaiknya dilakukan program edukasi
tentang sunat pada anak perempuan di masyarakat. Namun, tentu harus mempertimbangkan faktor budaya dari masyarakat setempat Taufiq, 2010.¶ 5.
B. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Sunat Perempuan 1. Psikoseksual
Seksualitas dalam arti yang luas ialah semua aspek badaniah, psikologik dan kebudayaan yang berhubungan langsung dengan seks dan hubungan seks manusia
Rosidi dkk, 2008.
Klitoris adalah organ yang sangat sensitif seperti ujung zakar. Organ ini juga bisa ereksi, mampu meningkatkan libido dan nafsu birahi. Khitan yang dilakukan pada
perempuan diyakini dapat mengendalikan gejolak nafsu seksual, terutama pada masa
Universitas Sumatera Utara
pubertas yang merupakan fase usia paling berbahaya dalam kehidupan anak gadis Hindi, 2008.
Sunat pada perempuan berawal dari keinginan laki- laki untuk mengendalikan seksual wanita. Dalam tradisi masyarakat, laki- laki tidak akan menikahi wanita yang
belum disunat dan menganggap wanita tersebut akan gemar bersetubuh dengan siapa saja, tidak bersih dan tidak layak dipercaya secara seksual Koblinsky, 1997.
Female Genital Mutilation FGM dipercaya dapat mengurangi hasrat sksual seorang peempuan sehingga dapat mengurangi terjadinya praktek seksual diluar nikah. Dalam
masyarakat yang mempraktekkan sunat perempuan, seorang perempuan yang tidak disunat tidak akan mendapatkan jodoh dan kesetiaan perempuan yang tidak disunat
sangat diragukan oleh masyarakat Ana, 2009. Ada beberapa anggapan yang dipercayai masyarakat tentang manfaat khitan
perempuan yaitu: Mengurangi dan menghilangkan jaringan sensitif dibagian luar kelamin terutama klitoris agar dapat menahan keinginan seksualitas perempuan,
memelihara kemurnian dan keperawanan sebelum menikah, kesetiaaan di dalam pernikahan, dan menambah kenikmatan seksual laki- laki. Namun, manfaat tersebut
tidak didasari fakta ilmiah Gani, 2007. Perilaku seksualitas yang normal ialah yang dapat menyesuaikan diri bukan saja
dengan tuntutan masyarakat, tetapi dengan kebutuhan individu mengenai kebahagiaan dan pertumbuhan yaitu perwujudan diri sendiri atau peningkatan kemampuan individu
untuk mengembangkan kepribadian menjadi lebih baik Rosidi dkk, 2008. Menurut Ilyas 2009 dorongan seksual seorang perempuan tidak ditentukan oleh
sunat atau tidaknya seorang perempuan, tetapi karena faktor- faktor psikologis dan hormonal.
Universitas Sumatera Utara
2. Sosiologi
Allan Jahnson Herlinawati, 2010 mengatakan Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku,terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem
sosial dan bagai mana sisten tersebut mempengaruhi individu dan bagai mana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.
Secara sosiologis khitan pada perempuan merupakan bagian dari identifikasi warisan budaya, tahapan anak perempuan memasuki masa kedewasaan, integrasi sosial
dan memeliharaan kohesi sosial Gani, 2007 hal.4. Budaya dan tradisi merupakan alasan utama dilakukannya sunat perempuan.
Sunat menentukan siapa saja yang dapat dianggap sebagai bagian dari masyarakat, sehingga dianggap sebagai tahap inisiasi bagi perempuan untuk memasuki tahap dewasa.
Dalam masyarakat yang mempraktekkan sunat perempuan tindakan sunat dianggap sebagai hal yang biasa dan seorang perempuan tidak akan dianggap dewasa sebelum
melakukan sunat Heitman, 2003. Saadawi 2001 berpendapat Seorang gadis yang tidak disunat akan menjadi
bahan gunjingan oleh masyarakat, mendapat anggapan negative sebagai perempuan yang memiliki tingkah laku buruk, dan akan mengejar laki- laki. Bila datang saatnya
menikah, tidak ada laki- laki yang datang untuk meminang Saat ini khitan perempuan sebagai suatu kegitan yang menjadi tradisi di
masyarakat tentunya harus memiliki dasar yang kuat, bukan sekedar tradisi masa lalu. Sebagian masyarakat sejak jaman Nabi Ibrahim hingga saat ini masih melakukan tradisi
sunat perempuan dengan berlandaskan keagamaan dan taqwa kepada sang khaliq Gani, 2007.
Universitas Sumatera Utara
3. Hygiene
Menurut kamus keperawatan hygiene merupakan ilmu pengetahuan mengenai
cara-cara mempertahankan dan melestarikan kesehatan, khususnya melalui upaya
menggalakkan kebersihan Hinchuff, 1999. Alasan kebersihan, kesehatan dan keindahan merupakan dalih pembenaran yang
diakui oleh masyarakat untuk melakukan sunat perempuan. Pemotongan klitoris dikaitkan dengan tindakan penyucian dan pembersihan oleh masyarakat yang
mempraktekkan sunat perempuan. Seorang perempuan yang tidak disunat dianggap tidak bersih dan tidak diperkenankan menyentuh makanan atau air Lubis, 2006. Hal
499. Dalam beberapa budaya menganggap alat kelamin perempuan yang tidak disunat
di pandang jelek dan najis. Sunat diyakini sebagai prosedur membersihkan alat kelamin perempuan dan meningkatkan kondisi estetikanya. Sunat perempuan juga menjadi
alasan kesehatan, kebersihan, dan keindahan alat kelamin perempuan. Sunat perempuan melahirkan kebersihan dan kesucian. Kebersihan dan kesucian
di balik sunat, mencegah menumpuknya cairan lemak yang menjadi penyebab peradangan pada daerah sensitive, uretra dan pada sistem reproduksi, juga dapat
menyebabkan timbulnya penyakit- penyakit mematikan Hindi, 2008.
4. Mitos
Masalah lain dalam sunat perempuan yang perlu mendapat perhatian adalah mitos- mitos yang mendasari pelaksaan sunat perempuan. Masyarakat menyakini bahwa
bila anak perempuan yang tidak disunat kan menjadi nakal dan genit. Mitos lain yang berkembang dimasyrakat yaitu sunat perempuan akan menjadikan perempuan lebih
Universitas Sumatera Utara
feminin, mengontrol kegiatan seksual perempuan dan menjadikan perempuan selalu tunduk kepada laki-laki Aida, 2009.
Terdapat pula beberapa mitos yang menguatkan keberadaan sunat perempuan. Mitos tersebut menempatkan perempuan sebagai makhluk nomor dua yang yang tidak
pantas mengapresiasikan kebutuhan seksualnya, perempuan hanya sebagai pelengkap kepuasan seksual laki- laki. Untuk alsan tersebut praktek sunat perempuan yang
memotong organ seks yang paling sensitive pada perempuan dibenarkan Prafitri, 2008 hal. 78.
Tindakan Famale Genital Mutilation FGM atau sunat perempuan dipromosikan dapat meningkatkan kesehatan perempuan serta anak yang dilahirkannya, dikatakan
bahwa perempuan yang disunat akan lebih subur dan mudah melahirkan. Pendapat ini merupakan mitos yang dipercaya masyarakat dan tidak memiliki bukti medis Ana,
2009.
5. Agama
Dalam Islam khitan perempuan lazim menggunakan bahasa khitan yang diambil dari kata khatana yang berarti memotong, maksudnya adalah memotong kulit yang
menutup bagian ujung kemaluan dengan tujuan bersih dari najis atau disebut dengan thahur yang artinya membersihkan Umar, 2010. Hal. 51.
Masyarakat mengganggap bahwa sunat pada repempuan adalah bagian dari ajaran Islam, sama seperti laki- laki. Dalam Al-Quran tidak ada ketegasan hukum mengenai
sunat perempuan, tetapi terdapat dalam hadits. Beberapa kitab hadits dan fiqih memuat hadits- hadits yang berkaitan dengan sunat perempuan, diantara lain yang diriwayatkan
oleh Ahmad Bin Hanbal: “Khitan itu dianjurkan untuk laki- laki sunnah, dan kehormatan bagi perempuanmakromah”. Hadits lain yaitu dari Abu Daud
Universitas Sumatera Utara
meriwayatkan: “Potong sedikit kulit atas dan jangan potong terlalu dalam agar wajahnya lebih bercahaya dan lebih disukai oleh suaminya. Namun hadits- hadits tersebut
sanadnya tidak ada yang mencapai derajat shahih Gani, 2007 Dalam analisis dalil tidak ada hadits yang shahih sebagai dasar hukum sunat
pada perempuan. Ulama- ulama mazhab berisikeras menyatakan bahwa sunat pada perempuan adalah perbuatan mulia untuk tidak mengatakan wajib YPKP, 2004.
Beberapa ulama lain berpendapat, bahwa khitan perempuan sebagai kehormatan. Artinya, sebagai perbuatan mulia yang sangat baik untuk dikerjakan dan
meninggalkannya sama dengan mengundang penyakit dan keburukan. Mengikuti ajaran Islam dalam perkara keci maupun besar adalah satu- satunya jalan untuk
mendapat keselamatan dari kehinaan dunia dan azab akhirat Hindi, 2010. Landasan agama sebagai alasan pokok mengapa tradisi khitan pada perempuan
sampai sekarang masih dilaksanakan oleh sebagian masyarakat, di antaranya adalah adanya kewajiban dalam Islam walaupun sejarah menemukan sunat perempuan sudah
ada sebelum adanya Islam dan sebagai bagian dari proses mengislamkan, jika tidak dikhitan tidak diperkenankan membaca Al-Quran dan melakukan shalat lima waktu
Gani, 2007. Hal 4. Atas nama agama dan kemashalatan, sunat pada perempuan seharusnya tidak lagi
dilanjutkan. Karena tidak memiliki dasar hadist yang shahih, alasan medis yang kuat dan tidak sesuai dengan rasionalitis kesetaraan relasi laki- laki dan perempuan. Sunat
perempuan hanya diperbolehkan jika mendatangkan kemashalatan, bila tidak sama saja dengan melukai anggota tubuh perempuan YPKP, 2004. Hal. 26.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya sunat perempuan pada anak adalah faktor psikoseksual, faktor
sosiologi, faktor hygiene, faktor mitos, dan faktor agama di Kelurahan Ladang Bambu Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2011
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi :
- Psikoseksual
- Sosiologi
- Hygiene
- Mitos
- Agama
Sunat perempuan pada anak
Universitas Sumatera Utara
Definisi Operasional No
Variabel Definisi operasional
Alat ukur
Cara ukur Hasil
ukur Skala
ukur
1 Psikoseksual Aspek badaniah dan
psikologi yang berhubungan dengan
seks yang mempengaruhi sunat
perempuan pada anak kosioner
Pengisian koesioner oleh
responden Ya: 1
Tidak: 0 Nominal
2 Sosiologi
Perilaku yang mempengaruhi
kehidupan responden yang berkaitan dengan
dengan sistem sosial yang mempengaruhi
sunat perempuan pada anak
Koesioner Pengisian koesioner oleh
responden Ya: 1
Tidak: 0 Nominal
3 Hygiene
Alasan kebersihan dan kesehatan yang
mempengaruhi sunat perempuan pada anak
Koesioner Pengisian koesioner oleh
responden Ya: 1
Tidak: 0 Nominal
4 Mitos
Sumber informasi yang salah tetapi dianggap
benar oleh orang tua yang mempengaruhi
sunat perempuan pada anak
Koesioner Pengisian koesioner oleh
responden Ya: 1
Tidak: 0 Nominal
5 Agama
Landasan agama yang diyakini mempengaruhi
terjadinya sunat perempuan yang
mempengaruhi sunat perempuan pada anak
koesioner Pengisian koesioner oleh
responden Ya:1
Tidak: 0 Nominal
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian