Pengungsi di Pulau Galang

BAB II PENANGANAN PENGUNGSI WARGA NEGARA ASING DI KOTA MEDAN

A. Sejarah Pengungsi Warga Negara Asing di Indonesia

1. Pengungsi di Pulau Galang

Indonesia secara geografis merupakan kawasan yang strategis bagi jalur lalu lintas pelayaran yang menghubungkan benua Asia, Australia ataupun Amerika yang juga menghubungkan dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Pasifik dan bukan merupakan tujuan utama para pengungsi dari benua Asia. Namun karena letak geografisnya, Indonesia menjadi kawasan persinggahan terutama para pengungsi yang berasal dari daratan Indo-Cina sebelum mereka meneruskan perjalanan ke negara-negara tujuan. Arus pengungsi Vietnam dimulai sejak jatuhnya ibukota Saigon Vietnam Selatan ke tangan Vietnam Utara, pada tanggal 10 Mei 1975, yang setahun kemudian membentuk Republik Sosialis Vietnam RSV yang resmi berdiri sejak 2 Juli 1976. Pengungsi Vietnam ini meninggalkan negaranya karena mendapat perlakuan kasar serta intimidasi di negara asalnya. Pengungsi ini meninggalkan Vietnam dengan menggunakan perahu, sehingga mereka disebut manusia perahu. 42 42 Sekarang ini baru diketahui tidak kurang satu juta orang Vietnam yang menemui ajal di laut. Jesse Raglmar-Subolmar.,November 30, 1998, dalam http:www… Universitas Sumatera Utara Arus pengungsi Vietnam ini terjadi beberapa gelombang dan dalam perjalanannya banyak terdampar di beberapa negara seperti Thailand, Singapura, Malaysia, Philipina, Indonesia dan Hongkong. Diperkirakan melebihi 500.000 orang tersebar di beberapa negara ASEAN dan Hongkong. Para pengungsi Vietnam ini ditempatkan di sebuah pulau bernama Pulau Galang, sebuah pulau kecil terletak di Kabupaten Kepulauan Riau. sebelah tenggara pulau Batam. Pulau ini memang telah diperuntukan oleh pemerintah Indonesia sejak tahun 1979 sebagai tempat penampungan pengungsi asal Indo-Cina. Pada bulan Agustus 1979, penghuni pertama telah datang sebanyak 46 orang dan menempati pulau Galang. Kemudian sejalan dengan dibangunnya fasilitas tambahan seperti rumah ibadah, vihara, gereja katholik dan protestan pada bulan September 1979 telah berdiri 140 barak untuk menampung pengungsi Vietnam sejumlah 5.320 orang. Pada akhir tahun 1979, sebagai penampungan dan tempat pemrosesan para manusia perahu, maka jumlah mereka yang pernah memanfaatkan dan tinggal di Pulau Galang mencapai lebih kurang 121.000 orang. Pada saat itu keseluruhan manusia perahu asal Vietnam tersebut adalah berstatus refugee dan merupakan titipan dari negara tetangga untuk diproses sebelum dikirim ke negara ketiga. Untuk mengatasi persoalan manusia perahu di Pulau Galang, pemerintah telah melakukan beberapa kebijakan antara lain: Operasi Universitas Sumatera Utara Kemanusiaan Galang 1996. Tujuan operasi ini adalah untuk mempercepat pengambalian manusia perahu dari Pulau Galang dan Tanjung Pinang ke Vietnam dan Kamboja. Dalam melaksanakan kegiatan ini pemerintah Indonesia bekerja sama dengan UNHCR. Perkambangan berikutnya adalah kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Indonesia dalam usaha untuk memulangkan kembali manusia perahu ke negara asal mereka. Ada kesan bahwa Negara asal mereka enggan untuk menerima kembali manusia perahu yang mungkin sudah terlanjur dicap sebagai penghianat misalnya mereka golongan keras militer dan polisi dan keterbatasan dana dari UNHCR untuk biaya pemulangan manusia perahu. Disamping masalah administrasi penyelesaiannya yang panjang dan rumit. Sikap keras manusia perahu menolak untuk dipulangkan pada umumnya disebabkan karena antara lain bagi eks militer dan polisi takut ditangkap dan diperlakukan negatif di negara asal mereka. Ada juga diantara mereka yang khawatir terhadap masa depan mereka mengingat tidak ada lagi harta benda di kampung negara asal sehingga mereka ingin mencari penghidupan lebih baik di luar negeri, adanya isu kesediaan negara ketiga masih mau menampung mereka. Tidak kalah menarik adalah karena para pengungsi Vietnam ini telah terbiasa dan cukup lama tujuh tahun menikmati bantuan dari UNHCR dan ada kelompok pengungsi yang telah berhasil di negara ketiga. Universitas Sumatera Utara

2. Peran Pemerintah Republik Indonesia dalam Penanganan Pengungsi