Lembaga Pemasyarakatan, lembaga pemasyarakatan yang selanjutnya Tindak Pidana Korupsi, Tindak pidana korupsi merupakan tindak pidana

Melisa, 2014 Pembinaan Narapidana Tindak Pidana Korupsi Untuk Mengembangkan Watak Kewarganegaraan Civic Disposition Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Soekarno menempati kamar tahanan nomor 233 Blok Timur Lantai 2. Sekarang, sel tersebut bernomor TA01 yang merupakan singkatan dari Timur Atas 01.

2. Subjek Penelitian

Menurut Arikunto 1998a, hlm. 122 “Subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti”. Dalam penelitian kualitatif, subjek penelitian dikatakan sebagai informan yaitu orang yang memberikan informasi. Penentuan responden sebagai subjek penelitian dilakukan dengan cara purposif, hal ini merujuk pada pendapat Nasution 2003a, hlm. 11 bahwa dalam metode naturalistik tidak menggunakan sampling random atau acak dan tidak menggunakan populasi dan sample yang banyak. Sample biasanya sedikit dan dipilih menurut tujuan purpose penelitian. Berdasarkan hal di atas, responden yang akan dijadikan subjek penelitian berjumlah 11 sebelas orang dengan perincian sebagai berikut:: a Delapan Warga binaan pemasyarakatan tindak pidana korupsi berdasarkan tingkat pendidikannya dimulai dari yang berpendidikan terakhir SMA sampai yang S3 b Tiga Petugas Lembaga Pemasyarakatan Klas I Sukamiskin Bandung yaitu Kepala dan staf Bimbingan Kemasyarakatan BIMKEMASY.

C. Definisi Oprasional

1. Lembaga Pemasyarakatan, lembaga pemasyarakatan yang selanjutnya

disebut Lapas adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan, sesuai dengan Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan. 2. Narapidana Tindak Pidana Korupsi, adalah terpidana yang menjalani pidana kasus korupsi di Lembaga Pemasyarakatan. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan. Pasal 1 Ayat 7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. Maksud dari hilangnya kemerdekaan yaitu Warga Binaan Pemasyarakatan harus berada dalam Lapas untuk jangka waktu tertentu, sehingga mempunyai kesempatan penuh untuk memperbaikinya. Selama di Lapas narapidana tetap memperoleh hak-hak yang lain seperti layaknya Melisa, 2014 Pembinaan Narapidana Tindak Pidana Korupsi Untuk Mengembangkan Watak Kewarganegaraan Civic Disposition Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Tindak Pidana Korupsi, Tindak pidana korupsi merupakan tindak pidana

khsusus yang diatur dalam Undang-Undang hukum pidana yang khusus, yaitu Undang-Undang No. 31 tahun 1999 kemudian diubah menjadi Undang- Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi UU Nomor 20 Tahun 2001. Ciri-ciri hukum pidana khusus, terutama, yaitu menyimpang dari asas-asas yang diatur dalam Undang-Undang hukum pidana umum. 4. Pembinaan, adalah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan pada Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa “pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani narapidana dan anak didik pemasyarakatan” Usaha yang diselenggarakan oleh Lembaga Pemasyarakatan dalam membentuk sikap, akhlak, susila serta budi pekerti terhadap tindak pidana agar mereka menjadi manusia seutuhnya menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat di terima kembali oleh lingkungan masyarakat. 5. Watak Kewarganegaraan Civic Disposition, watak kewarganegaraan Civic Dispositions, merupakan sifat-sifat yang harus dimiliki setiap warga negara untuk mendukung efektivitas partisipasi politik, berfungsinya sistem politik yang sehat, berkembangnya martabat dan harga diri dan kepentingan umum. D. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri. Seperti halnya diungkapkan oleh Sugiono 2005, hlm. 59 bahwa dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat peneliti adalah peneliti itu sendiri. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Creswell 1998b, hlm. 261 bahwa “peneliti berperan sebagai instrumen kunci researcher as key instrument atau yang utama” para peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi perilaku atau wawancara. Human Instrument ini dibangun atas dasar pengetahuan dan menggunakan metode yang sesuai dengan tuntutan penelitian. Melisa, 2014 Pembinaan Narapidana Tindak Pidana Korupsi Untuk Mengembangkan Watak Kewarganegaraan Civic Disposition Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hal tersebut sesuai dengan ciri-ciri penelitian kualitatif sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen 1982, hlm. 33-36 yaitu: “Riset kualitatif mempunyai latar alami karena yang merupakan alat penting adalah adanya sumber data yang langsung dari perisetnya. Riset kualitatif itu bersifat deskriptif. Periset kualitatif lebih memperhatikan proses ketimbang hasil atau produk semata. Periset kualitatif cenderung menganalisis datanya secara induktif. Makna merupakan soal essensial untuk rancangan kualitatif” Sebagaimana pendapat Creswell 2010, hlm. 264 bahwa peneliti terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus menerus dengan para partisipan. Instrumen utama dalam penelitian adalah peneliti sendiri yang terjun langsung ke lapangan untuk mencari informasi melalui observasi dan wawancara. Didalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan antar manusia, artinya selama proses penelitian peneliti akan lebih banyak mengadakan kontak dengan orang-orang di sekitar lokasi penelitian yaitu Lembaga pemasyarakatan narapidana tindak pidana korupsi. Dengan demikian peneliti lebih leluasa mencari informasi dan data yang terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian.

E. Prosedur Penelitian

Dokumen yang terkait

Kedudukan Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pelaksanaan Rehabilitasi Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Dan Psikotropika

1 53 162

ANALISIS PEMBERIAN REMISI BAGI NARAPIDANA TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PERSPEKTIF PEMBEANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

1 46 52

PEMBINAAN TOLERANSI DAN PEDULI SOSIAL DALAM UPAYA MEMANTAPKAN WATAK KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA :Studi Kasus di SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur:.

2 14 68

PEMBINAAN TOLERANSI DAN PEDULI SOSIAL DALAM UPAYA MEMANTAPKAN WATAK KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA.

2 8 49

PEWARISAN NILAI-NILAI TARAWANGSA UNTUK MENGEMBANGKAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE).

0 0 49

PEMBINAAN TOLERANSI DAN PEDULI SOSIAL DALAM UPAYA MEMANTAPKAN WATAK KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA :Studi Kasus di SMAN 4 Balikpapan Kalimantan Timur: - repository UPI T PKN 1201099 Title

0 0 4

PEMBINAAN NARAPIDANA TINDAK PIDANA KORUPSI UNTUK MENGEMBANGKAN WATAK KEWARGANEGARAAN(CIVIC DISPOSITION) - repository UPI T PKN 1202056 Title

0 0 4

PEMBINAAN TOLERANSI DAN PEDULI SOSIAL DALAM UPAYA MEMANTAPKAN WATAK KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA - repository UPI T PKN 1201235 Title

0 0 4

PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBINA WATAK KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA (Studi Deskriptif Analisis Terhadap Siswa SMK Negeri 2 Purwokerto) - repository perpustakaan

0 1 16

PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMBINA WATAK KEWARGANEGARAAN (CIVIC DISPOSITION) SISWA (Studi Deskriptif Analisis Terhadap Siswa SMK Negeri 2 Purwokerto) - repository perpustakaan

0 1 33