Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru
Di Madrasah Tsanawiyyah Mts Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi perilaku organisasi organization behavior yang merupakan pencerminan dari perilaku behavior
dan sikap attitude orang-orang yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan. Oleh karena itu guru adalah salah satu kunci keberhasilan untuk
mencapai tujuan sekolah, dalam hal ini mutu pendidikan terutama di Madrasah Tsanawiyyah MTs se-kota Sukabumi. Keberhasilan pencapaian tujuan
organisasi akan bergantung pada keadaan dan kemampuannya dalam mengoptimalkan unit-unit kerja yang terdapat pada organisasi bersangkutan.
Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Sisdiknas ditegaskan bahwa pendidikan adalah sebagai berikut:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2013 tentang penyelenggaran pendidikan madrasah pada Bab I Pasal 1, ditegaskan
mengenai jenjang pada pendidikan Madrasah Tsanawiyyah, sebagai berikut: Madrasah tsanawiyyah yang selanjutnya disingkat MTs adalah satuan
pendidikan formal yang me nyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama islam yang terdiri dari 3 tiga tingkat pada jenjang
pendidikan dasar sebagai lanjutan dari Sekolah Dasar, MI, atau bentuk lain yang sederajat, diakui sama atau setara Sekolah Dasar atau MI
Madrasah Tsanawiyyah MTs merupakan bentuk satuan pendidikan di departemen agama yang menyelenggarakan program pendidikan tiga tahun
setelah sekolah dasarmadrasah ibtidaiyah SDMI. Madrasah Tsnawiyyah MTs berada dibawah naungan Kementrian Agama. Tujuan SLTPMTs sebagaimana
tertuang dalam keputusan Mendikbud No.054U1993, Bab II Pasal 2 adalah:
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru
Di Madrasah Tsanawiyyah Mts Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Sekolah Lanjutan Pertama SLTPMTs bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar yang merupakan perluasan serta peningkatan
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di sekolah dasar yang bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi,
anggota masyarakat, dan warga negara sesuai dengan tingkat perkembangannya serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti
pendidikan menengah.
Pernyataan diatas mengandung arti, bahwa Madrasah Tsanawiyyah MTs berfungsi sebagai sarana untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada
peserta didik untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggora umat manusia, serta mempersiapkan
peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Madrasah Tsanawiyyah MTs sebagai lembaga pendidikan yang
mengedepankan moralitas dan nilai-nilai keagamaan sebagai basis konsentrasi pengembangan pendidikannya, dewasa ini orang tua mulai memilih untuk
menyekolahkan putra-putri mereka ke madrasah yang dianggap lebih mampu menciptakan manusia berilmu sekaligus bermoral. Dirjen Pendis Kemenag, 2001,
hlm.1. Karena pendidikan pada hakikatnya adalah proses pembentukan watak individu, maka lembaga pendidikan sudah semestinya menjadi lingkungan positif
bagi pertumbuhan dan watak generasi bangsa ini. Berkaitan dengan peningkatan mutu di Madrasah Tsanawiyyah MTs
yang perlu diperhatikan adalah kualitas guru, karena mengingat bahwa guru adalah kunci utama dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam UU Guru dan
Dosen No.14 Tahun 2005 pasal 8, “Dosen dan guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional ”. Guru yang
berkualitas akan mampu mengembangkan strategi-strategi baru dalam menghadapi lembaga pesaing sehingga tetap dapat menjadi yang terdepan dalam
bidang pendidikan yang digarapnya. Kekuatan daya saing dalam pendidikan dewasa ini sangat perlu didukung SDM yang memiliki disiplin kerja yang tinggi
sehingga berpengaruh pada peningkatan kinerja guru, khususnya Guru di Madrasah Tsanawiyyah se-kota Sukabumi.
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru
Di Madrasah Tsanawiyyah Mts Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Guru merupakan salah satu komponen penting dalam proses pendidikan yang ikut berperan dalam pembentukan Sumber Daya Manusia
SDM. Peran guru dalam pendidikan tidak hanya sebatas dalam pembelajaran, tetapi sebagai informator, organisator, motivator, fasilitator,
mediator, inisiator, dan evaluator. Untuk mencapai tujuan pendidikan sangat dibutuhkan guru yang mempunyai potensi, rasa pengabdian yang tinggi dan
bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas profesinya. Moh. Uzer Usman 2007, hlm.7 menyatakan bahwa,
“Tugas guru sebagai profesi meliputi, mendidik, mengajar, dan melatih”. Mendidik berarti meneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti
mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. Mencermati uraian di atas, terlihat besarnya peran guru dalam
membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Guru memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian, akhlak,
mentalitas, dan moral anak. Dengan demikian dapat dikatakan tercapainya tujuan pendidikan di sekolah sangat dipengaruhi oleh sikap guru dalam
melaksanakan tugas profesinya. Kenyataan inilah yang mengharuskan guru memiliki disiplin yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,
karena guru adalah tokoh yang menjadi panutan bagi peserta didik dan lingkungannnya. Tulus Tuu 2004, hlm.31 berpendapat tentang disiplin sebagai
berikut: Disiplin sebagai ketaatan terhadap peraturan dan norna kehidupan
masyarakat berbangsa dan bernegara yang berlaku, yang dilaksanakan secara sadar dan ikhlas, lahir bathin. sehingga timbul rasa malu
apabila terkena sangsi dan rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku tersebut diikuti berdasarkan dan keyakinan bahwa hal itulah
yang benar, dan keinsyafan bahwa hal itu bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. Pada sisi lain, disiplin adalah alat untuk menciptakan
perilaku dan tata tertib manusia sebagai kelompok masyarakat. Oleh sebab itu, disiplin berarti hukuman atau sangsi yang berbobot mengatur
dan mengendalikan perilaku.
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru
Di Madrasah Tsanawiyyah Mts Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Kedisiplinan adalah fungsi MSDM yang terpenting dan menjadi tolak ukur untuk mengukurmengetahui apakah fungsi-fungsi MSDM lainnya secara
keseluruhan telah dilaksanakan dengan baik atau tidak. Menurut Davis dan Werther 2004,hlm.120 dalam Marwansyah 2012, hlm.411 disiplin kerja bisa
diartikan sebagai bentuk dari ketaatan atas perilaku seseorang di dalam mematuhi peraturan-peraturan dan ketentuan tertentu yang ada kaitannya dengan pekerjaan.
Bedjo Siswanto 2003,hlm.97 menambahkan bahwa kedisiplinan guru mutlak diperlukan agar seluruh aktivitas yang sedang dan akan dilaksanakan
berjalan sesuai mekanisme yang telah ditentukan. Kedisiplinan karyawan yang baik mencerminkan bahwa fungsi-fungsi MSDM lainnya telah dilaksanakan
sesuai dengan rencana. Sebaliknya, jika kedisiplinan karyawan kurang baik, berarti penerapan fungsi-fungsi MSDM kurang baik. Kedisiplinan adalah fungsi
operatif yang paling penting karena semakin baik suatu kedisiplinan guru maka semakin tinggi pula kinerja guru. Kedisiplinan merupakan kunci terwujudnya
tujuan organisasi. Disiplin sangat penting bagi guru dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pendidik dan pengajar. Dengan disiplin, guru dapat melaksanakan tugas profesinya. Masalah disiplin kerja erat kaitannya dengan sikap dan
perilaku seseorang dalam melaksanaan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ada beberapa faktor yang diduga turut mempengaruhi disiplin kerja
guru, yang merupakan bagian dari perilaku setiap individu dalam menjalankan aktivitas pekerjaannya. Pendapat Veithzal Rivai 2008, hlm.167
menyatakan sebagai berikut: Disiplin kerja guru dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor
internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat seseorang, seperti motivasi kerja, semangat
kerja, dan inisiatif kerja. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari lingkungan seperti tingkat kesejahteraan, kepemimpinan
kepala sekolah, ketegasan, pengawasan, dan insentif.
Disiplin kerja harus ditanamkan secara terus menerus kepada guru. Penanaman yang terus menerus menyebabkan disiplin tersebut menjadi
kebiasaan bagi guru. Orang-orang yang berhasil dalam bidangnya masing-
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru
Di Madrasah Tsanawiyyah Mts Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
masing, pada umumnya mempunyai kedisplinan yang tinggi. Sebaliknya orang yang gagal, umumnya tidak disiplin.
Beberapa indikator yang bisa digunakan dalam mengukur tinggi atau rendanya disiplin kerja guru di madrasah tsanawiyyah MTs, Bedjo Siswanto
2003, hlm.190 membagi dimensi disiplin kerja guru sebagai berikut : afrekuensi kehadiran; b Ketaatan pada prosedur kerja; c Tingkat
kewaspadaan; d ketaatan pada peraturan. Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas dalam mencapai tujuan sekolah, maka
diperlukan guru yang penuh kesetiaan dan ketaatan pada peraturan yang berlaku dan sadar akan tanggung jawabnya untuk menyelenggarakan tujuan sekolah.
Dengan kata lain kedisiplinan para guru sangat diperlukan dalam mencapai tujuan sekolah.
Hal ini sejalan dengan penelitian Zesbendri dan Aryanti 2009,hlm.23, menyeb
utkan bahwa “Disiplin merupakan modal utama yang mempengaruhi tingkat kinerja karyawan.
” Untuk itu, menerapkan disiplin merupakan hal yang sangat penting. Dengan kedisiplinan di dalam mengajar, proses pembelajaran
akan terlaksana secara efektif dan efisien. Pengertian diatas, memberikan gambaran pentingnya menerapkan disiplin
kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah MTs se-kota Sukabumi. Karena tanpa disiplin kerja maka tujuan sekolah tidak akan tercapai dengan optimal. Tanpa
adanya disiplin kerja, guru hadir tidak tepat waktu, mengajar tidak sesuai jam pelajaran, kurang memahami mekanisme kerja dan lain sebagainya.
Ketidakdisiplinan guru akan berdampak pada proses belajar mengajar dan berdampak pada prestasi siswa. Siswa kurang mendapatkan materi pelajaran
dengan baik dan mempengaruhi hasil belajar siswa. Dalam hal ini, disiplin kerja perlu mendapatkan perhatian serius dan diterapkan dengan baik oleh guru.
Berdasarkan data dari Kantor Kementerian Agama Kota Sukabumi pada bulan Agustus 2014, di wilayah Kota Sukabumi terdapat 22 Madrasah
Tsanawiyyah MTs, yaitu meliputi; 1 MTs berstatus Negeri dan 21 MTs berstatus Swasta. Dengan jumlah total guru 448 orang.
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru
Di Madrasah Tsanawiyyah Mts Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Dalam meningkatkan disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah MTs se-kota Sukabumi, tentunya mengalami beberapa kendala, diantaranya :
Pertama,Kurangnya disiplin dalam frekuensi kehadiran. Berdasarkan data dari Kementerian Agama Kota Sukabumi mengenai rekapitulasi kehadiran guru
Madrasah Tsanawiyyah MTs se-Kota Sukabumi tahun 2009-2014 mengalami presentasi kenaikan dan penurunan. Adapun persentase kehadiran guru sebagai
berikut; Periode tahun 2009-2010, frekuensi kehadiran guru sebesar 68; tahun 2010-2011 sebesar 63, ; tahun 2011-2012 sebesar 60; tahun 2012-2013
mengalami kenaikan menjadi 80; tahun 2013-2014 sebesar 88. Data tersebut menunjukan bahwa frekuensi kehadiran guru dari tahun 2009-2012 mengalami
penurunan setiap tahunnya. Mulai tahun 2012-2014 mengalami kenaikan dikarenakan pemerintah mulai memberlakukan sistem finger print sidik jari.
Tentunya upaya pemerintah sangat membantu dalam meningkatkan frekuensi kehadiran guru. Kepala sekolah MTs.Syamsul ulum dan MTs Baiturrahman
mengemukakan kendala dari penggunaan finger print, yaitu ada beberapa guru yang datang ke sekolah hanya untuk absensi kehadiran dengan menggunakan
finger print, setelah itu guru pulang atau melakukan kegiatan lain di luar sekolah. Demikian pula halnya pada jam pulang kerja. Sehingga pada permasalahan ini
terlihat bahwa penggunaan finger print, kurang menimbulkan kesadaran guru untuk menerapkan disiplin kehadiran dengan baik. Tetapi dikarenakan hanya
untuk memenuhi tuntutan pekerjaan, dikarenakan sanksi yang diterima guru jika tidak mengisi kehadiran dengan sistem finger print, yaitu ada pemotongan gaji
uang makan. Oleh karena itu dibutuhkannya peran kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi dari dalam diri guru agar guru memiliki kesdaran untuk
menerapkan disiplin kerja. Kedua, Kepala sekolah yang belum melaksanakan fungsinya secara
maksimal seperti fungsi supervisi yang jarang dilaksanakan akibatnya dorongan untuk meningkatkan disiplin dan kinerja guru menjadi terabaikan. Hal ini
dikemukakan oleh guru-guru MTs.Syamsul ulum dan MTs.Baiturrahman pada 25 November 2014. Hal ini tentunya perlu diperhatikan dengan seksama dan
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru
Di Madrasah Tsanawiyyah Mts Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
perlunya kesadaran kepala sekolah untuk melakukan supervisi dan controling yang baik terhadap disiplin kerja guru yang berdampak pada kinerja guru
Ketiga, kurangnya disiplin guru dalam berpakaian rapih, dan rambut yang rapih. Permasalahan indisipliner ini dipaparkan oleh wakil kepala sekolah Persis
68 Warudoyong pada 28 November 2014, bahwa ada guru yang tidak menggunakan pakaian sesuai dengan harinya, berpakaian kurang rapih ketika
berpapasan atau ketika di kantor guru. Hal ini dikarenakan guru tersebut terburu- buru datang ke sekolah sehingga tidak memperhatikan dengan seksama, ataupun
sedang jam istirahat. Selain itu, ada guru yang memiliki potongan rambut kurang rapihgondrong untuk guru laki-laki ketika berpapasan atau bertemu di kantor
guru, dikarenakan guru tersebut belum sempat atau baru akan memotong rambutnya. Untuk permasalahan indisipliner ini, ketika guru ditegur sebagian
besar guru tersebut langsung merapihkan pakaiannya, ataupun langsung memotong rambutnya ketika pulang kerja. Sehingga permasalahan indisipliner ini
dapat segera diatasi. Keempat, kurangnya disiplin guru dalam waktu mengajar. Berdasarkan
pemaparan kepala sekolah MTs. syamsul „ulum dan Kabag.kurikulum
MTs.Jamiyatul Mutta‟alimin pada 25 November 2014, bahwa beberapa guru terlambat masuk kelas dan memberikan materi ajar di kelas. Hal ini dikarenakan
guru terlambat datang ke sekolah atau masih berdiskusi di kantor guru. Dalam hal ini, kabag. kurikulum bertanggungjawab agar guru mengajar sesuai dengan
jamnya. Untuk permasalahan indisipliner ini, guru tersebut langsung mendapatkan teguran dari kabag kurikulum atau kepala sekolah dan tidak boleh mengulangi
kesalahan yang sama. Sebagian besar guru tidak mengulangi kesalahan atau tindakan indisipliner setelah mendapatkan teguran.
Kelima, kurangnya guru dalam menjaga dan memelihara peralatan kantor peralatan kerja dengan baik. Seperti dikemukakan oleh Kabag kurikulum
MTs.Warudoyong pada 29 November 2014, bahwa ada beberapa guru yang kurang memelihara kelengkapan kerja seperti infokus,komputer dan printer di
ruang kantor guru. Hal ini dikarenakan banyaknya guru yang menggunakan fasilitas tersebut dan tidak merapihkan kembali ke tempatnya. Dalam hal ini, guru
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru
Di Madrasah Tsanawiyyah Mts Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
harus menjaga kelengkapan kerja agar dapat digunakan dalam jangka panjang. Sikap hati-hati dalam menggunakan peralatan kantor, dapat menunjukkan
bahwa seseorang memiliki disiplin kerja yang baik, sehingga peralatan kantor dapat terhindar dari kerusakan.
Keenam, reward dan punishment sebagai ciri dari organisasi yang baik belum dilaksanakan dengan baik. Hal ini diungkapkan oleh guru-guru Al-Fatah
dan MTs.At-Tafsiriyah pada 28 November 2014. Dengan kurang tegasnya reward dan punishment, sehingga dorongan untuk meningkatkan disiplin kerja menjadi
sangat terbatas. Spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja guru merupakan
bagian penting dari disiplin kerja. Keduanya merupakan hal yang membantu dalam menerapkan disiplin kerja guru. Dalam menerapkan disiplin kerja guru dan
agar guru dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan disiplin yang tinggi, maka diantaranya harus menekankan faktor organisasi kepemimpinan dan faktor
psikologis motivasi. Dokmauliate Gultom 2013,hlm.5 dalam penelitiannya menyebutkan
bahwa, “Kepemimpinan kepala sekolah mempengaruhi tinggi rendahnya disiplin kerja guru
”. Hal ini diperkuat oleh Penelitian Hallinger dan Lithwood 2006, hlm.7 menyimpulkan bahwa
“Organisasi sekolah yang efektif senantiasa dipimpin oleh kepala sekolah yang efektif pula.
” Kedua penelitian tersebut didasarkan asumsi bahwa pemimpin merupakan agen perubahan yang terpenting.
Seorang pemimpin dituntut untuk mampu mengelola organisasi, mempengaruhi secara konstruktif orang lain, dan menunjukan perilaku benar yang harus
dikerjakan bersama-sama serta mempengaruhi semangat kerja dan disiplin kerja kelompok.
Mengacu pada jurnal diatas bahwa, dengan kepala sekolah yang efektif maka akan mempengaruhi guru untuk menerapkan disiplin kerja yang baik
sehingga terciptanya sekolah yang efektif. Dalam menerapkan disiplin kerja guru, tentunya membutuhkan kepemimpinan kepala sekolah yang tepat. Kepemimpinan
kepala madrasah harus mampu mengoptimalkan tingkat disiplin kerja guru
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru
Di Madrasah Tsanawiyyah Mts Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
melalui kebijakan dan teladan pimpinan sehingga dapat mengilhami dan membangkitkan kesadaran guru agar memiliki disiplin kerja yang tinggi dan agar
tujuan sekolah dapat dicapai. Sehingga dalam penelitian ini difokuskan pada spiritual leadership kepala sekolah.
Hendrick dan Ludeman dalam Masaong dan Tilome, 2011,hlm.114 mengemukakan bahwa spiritual leadership kepemimpinan berbasis spiritual
kepala sekolah adalah kepemimpinan yang mampu mengilhami , membangkitkan, mempengaruhi dan menggerakan melalui keteladanan, pelayanan, kasih sayang
dan implementasi nilai dalam tujuan, proses, budaya dan perilaku kepemimpinan. Ratna Pujiastuti 2014,hlm.2
mengemukakan dalam jurnalnya “Karakteristik Spiritual Leadership Perangkat Desa di kabupaten Banyumas Berdasarkan Teori
Spiritual Ledearship Fry ” mengemukakan bahwa “Teori kepemimpinan spiritual
merupakan pendekatan teori yang meletakan jiwa dalam setiap tindakan kepemimpinannya. Teori ini dirancang untuk menciptakan motivasi intrinsik yang
terdiri dari nilai, sikap dan perilaku untuk memotivasi orang lain. Suryana, 2013,hlm.56 mengemukakan bahwa :
Kepemimpinan berbasis spiritual menjunjung nilai-nilai kebenaran, kejujuran, integritas, kredibilitas, kebijaksanaan, belas kasih , yang
membentuk akhlak dan moral diri sendiri dan orang lain. Spiritual Leadership adalah kepemimpinan yang mengedepankan moralitas,
kepekaan sensitivitas, keseimbangan jiwa, kekayaan batin dan etika dalam berinteraksi dengan orang lain.
Spiritual leadership
kepala sekolah
mampu mengilhami
dan mempengaruhi guru dengan keteladanan perilakunya, sehingga guru merasa
terpanggil dan menerapkan disiplin dengan sepenuh hati dan menjadikan disiplin menjadi bagian dari dirinya. Jika hanya mengandalkan hukuman dan pujian dalam
menerapkan disiplin, maka sewaktu-waktu disiplin dapat dilanggar, oleh karena itu pentingnya spiritual leadership kepala sekolah, agar dapat mengajak,
mempengaruhi dan memberikan teladan kepada guru agar secara terus menerus menerapkan disiplin kerja dan menjadikannya suatu kebiasaan, sehingga dapat
menanamkan kesadaran dalam diri guru untuk menerapkan disiplin kerja.
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru
Di Madrasah Tsanawiyyah Mts Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Kepala sekolah yang memiliki peranan penting dalam menerapkan disiplin kerja guru. Sejalan dengan hal tersebut Rivai dan Murni 2009, hlm. 198
mengemukakan bahwa : Agar kepala sekolah berhasil memberdayakan segala sumber daya sekolah
untuk mencapai tujuan, diperlukan kepemimpinan kepala sekolah yang profesional, yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dan spiritual
sebagai nilai dasar dalam menjalankan kepemimpinannya, selain itu kepala sekolah juga harus memiliki kompetensi kepribadian, keahlian dasar,
pengalaman, pelatihan dan pengetahuan profesional, serta kompetensi administrasi dan pengawasan.
Serangkaian strategi kepemimpinan kepala sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan meliputi cara membina, membimbing, mengembangkan, memotivasi,
bekerjasama, berkomunikasi, memantau, dan mengevaluasi seluruh komponen di sekolah khususnya kompetensi guru sangat diperlukan untuk terciptanya kinerja
mengajar guru yang baik Wahjosumidjo, 2004,hlm.105 Kepemimpinan dengan pendekatan dan perilaku yang sesuai sangat
dibutuhkan untuk menghadapi perubahan yang sangat cepat, baik di luar maupun di dalam lingkungan sekolah. Dengan demikian, perilaku kepemimpinan kepala
madrasah harus
mampu mengembangkan
gerakan inovatif,
mampu memberdayakan staf dan sekolah sebagai organisasi pendidikan ke dalam suatu
perubahan cara berfikir, pengembangan visi, pengertian dan pemahaman yang terus menerus melalui pengolahan aktivitas kerja dengan memanfaatkan bakat,
keahlian, kemampuan, ide, dan pengalaman sehingga semua guru merasa terlibat dan bertanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya. Diharapkan perilaku
kepemimpinan kepala madrasah di MTs di Kota Sukabumi dapat menfasilitasi guru untuk memperbaiki, meningkatkan disiplin kerja guru, serta mampu
memotivasi kinerja guru. Penelitian berjudul Going Deep: Exploring Spirituality in Life and
Leadership Percy, 2003, hlm.7 menyimpulkan bahwa para direktur dan Chief of Excutive Officer CEO yang efektif dalam hidup dan kepemimpinannya
memiliki nilai spiritual yang tinggi dan menerapkan gaya kepemimpinan spiritual. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa “Kepemimpinan yang efektif
yaitu dengan menerapkan nilai-nilai spiritual dan keteladanan dalam
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru
Di Madrasah Tsanawiyyah Mts Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
kepemimpinanya ”. Spiritualitas membantu membangun karakter dalam diri
sehingga mempengaruhi dalam pola kepemimpinan yang dijalankan. Pemimpin yang berbasis spiritual, mereka berusaha untuk mengintegrasikan nilai-nilai
spiritual dalam aspek kehidupannya Tobroni,2010, hlm.46. Kepemimpinan spiritualitas, bukanlah tentang kecerdasan dan keterampilan dalam memimpin
saja. Namun juga menjunjung nilai-nilai kebenaran, keadilan, tanggung jawab, integritas, kredibilitas, kebijaksanaan, yang membentuk akhlak dan moral diri
sendiri dan orang lain. Selanjutnya Zohar dan Ian Marshall 2004, hlm.88 mengemukakan
bahwa, “kepemimpinan yang efektif harus bersumber pada kepemimpinan yang
berakar pada nilai-nilai, moral dan spiritual. ” Dalam hal ini, spiritual leadership
kepala sekolah merupakan kepemimpinan yang tepat dalam menerapkan disiplin kerja guru. Dalam meningkatkan disiplin kerja guru dibutuhkan kepala sekolah
yang memiliki sifat teladan, yang mampu mempengaruhi guru dengan perilaku teladannya. Karena disiplin jika hanya dengan paksaan, tidak akan ada disiplin
yang efektif tetapi perlu adanya kesadaran dari dalam diri guru. Kepala sekolah tidak hanya mengajak dan mengayomi ke arah yg lebih baik tetapi juga
peningkatan dan kecintaan serta kesadaran akan pentingnya disiplin kerja sehingga menghasilkan kinerja yang optimal.
Faktor lain yang juga mempengaruhi disiplin kerja guru adalah motivasi kerja. Menurut Sadirman 2011, hlm.54 motivasi adalah suatu sikap
atau dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Pentingnya motivasi kerja disampaikan oleh Handoko
2001, hlm.86, sebagai kekuatan pendorong yang dapat mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan dan kepuasan dirinya. Shadare, Oluseyi dan
Hammed 2009,hlm.11 dalam penelitiannya menyebutkan, “motivasi karyawan
merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan disiplin karyawan. ”
Karena pentingnya motivasi maka dalam suatu organisasi maupun perusahaan diperlukan adanya motivasi yang baik demi tercapainya tujuan
perusahaan.
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru
Di Madrasah Tsanawiyyah Mts Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Dari beberapa pernyataan diatas, mengindikasikan adanya hubungan antara spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap disiplin
kerja guru. Penelitian yang relevan dengan ini sebelumnya dilakukan oleh Muhammad Syukri 2012, hlm.15, dengan judul
“Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Disiplin Kerja Guru SMK
Negeri Kabupaten Lima Puluh Kota ”. Hasil penelitian menunjukan bahwa
kontribusi kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap disiplin kerja guru berada pada kategori kuat. Ini berarti bahwa terdapat hubungan
positif antara kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap disiplin kerja guru. Selain itu, hasil penelitian tesis Yoiz Shofwa tahun 2012
dengan judul “Pengaruh Motivasi dan Kepemimpinan Spiritual Terhadap
Disiplin Kerja Dosen dan Karyawan STAIN Purwokerto”
.
Penelitian korelasional ini menemukan bahwa motivasi dan kepemimpinan spiritual memberikan
pengaruh terhadap disiplin kerja dosen. Dalam hal ini, motivasi dan kepemimpinan spiritual berpengaruh terhadap disiplin kerja dosen. Semakin
tinggi motivasi dari dalam diri, maka semakin tinggi pula penerapan disiplin kerja. Selain itu, spiritual leadership pemimpin dibutuhkan agar dosen
menerapkan disiplin kerja dengan baik dan dengan kesadaran dari dalam diri, bukan karena peraturan atau paksaan.
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyyah MTs se-kota Sukabumi. Penelitian ini lebih menekankan pada spiritual leadership kepala
sekolah dan motivasi kerja guru terhadap disiplin kerja guru. Berdasarkan hal tersebut di atas, saya sangat tertarik untuk mengetahui apakah spiritual leadership
kepala sekolah dan motivasi kerja berpengaruh terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah MTs se-kota Sukabumi. Oleh karena itu, penulis tertarik
untuk meneliti tentang “Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah dan
Motivasi Kerja terhadap Disiplin Kerja Guru di Madrasah Tsanawiyyah MTs se- Kota Sukabumi.”
Nur Hasanah Ismatullah, 2015 Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru
Di Madrasah Tsanawiyyah Mts Se-Kota Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah