PENGARUH SPIRITUAL LEADERSHIP KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI MADRASAH TSANAWIYYAH (MTs) SE-KOTA SUKABUMI.

(1)

PENGARUH SPIRITUAL LEADERSHIP KEPALA SEKOLAH

DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU

DI MADRASAH TSANAWIYYAH (MTs) SE-KOTA SUKABUMI

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

Nur Hasanah Ismatullah NIM 1201299

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

Pengaruh

Spiritual Leadership

Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja

Terhadap Disiplin Kerja Guru di

Madrasah Tsanawiyyah (MTs)

Se-Kota Sukabumi

Oleh

Nur Hasanah Ismatullah S.Pd.i UPI Bandung, 2015

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan

Indonesia

© Nur Hasanah Ismatullah 2015

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia April 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

NUR HASANAH ISMATULLAH

PENGARUH SPIRITUAL LEADERSHIP KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI MADRASAH TSANAWIYYAH (MTs) SE-KOTA SUKABUMI

disetujui dan disahkan oleh pembimbing : Pembimbing I

Dr. H. Danny Meirawan, M.Pd. NIP. 196205041988031002

Pembimbing II

Dr. Asep Suryana, M.Pd. NIP. 197203211999031002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana

Dr. Aan Komariah, M.Pd NIP. 1970005241994022001


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi perilaku organisasi (organization behavior) yang merupakan pencerminan dari perilaku (behavior) dan sikap (attitude) orang-orang yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan. Oleh karena itu guru adalah salah satu kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan sekolah, dalam hal ini mutu pendidikan terutama di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. Keberhasilan pencapaian tujuan organisasi akan bergantung pada keadaan dan kemampuannya dalam mengoptimalkan unit-unit kerja yang terdapat pada organisasi bersangkutan. Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) ditegaskan bahwa pendidikan adalah sebagai berikut:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa.

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2013 tentang penyelenggaran pendidikan madrasah pada Bab I Pasal 1, ditegaskan mengenai jenjang pada pendidikan Madrasah Tsanawiyyah, sebagai berikut:

Madrasah tsanawiyyah yang selanjutnya disingkat MTs adalah satuan pendidikan formal yang me nyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama islam yang terdiri dari 3 (tiga) tingkat pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari Sekolah Dasar, MI, atau bentuk lain yang sederajat, diakui sama atau setara Sekolah Dasar atau MI

Madrasah Tsanawiyyah (MTs) merupakan bentuk satuan pendidikan di departemen agama yang menyelenggarakan program pendidikan tiga tahun setelah sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI). Madrasah Tsnawiyyah (MTs) berada dibawah naungan Kementrian Agama. Tujuan SLTP/MTs sebagaimana tertuang dalam keputusan Mendikbud No.054/U/1993, Bab II Pasal 2 adalah:


(5)

Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP/MTs) bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar yang merupakan perluasan serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di sekolah dasar yang bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warga negara sesuai dengan tingkat perkembangannya serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.

Pernyataan diatas mengandung arti, bahwa Madrasah Tsanawiyyah (MTs) berfungsi sebagai sarana untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggora umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.

Madrasah Tsanawiyyah (MTs) sebagai lembaga pendidikan yang mengedepankan moralitas dan nilai-nilai keagamaan sebagai basis konsentrasi pengembangan pendidikannya, dewasa ini orang tua mulai memilih untuk menyekolahkan putra-putri mereka ke madrasah yang dianggap lebih mampu menciptakan manusia berilmu sekaligus bermoral. (Dirjen Pendis Kemenag, 2001, hlm.1). Karena pendidikan pada hakikatnya adalah proses pembentukan watak individu, maka lembaga pendidikan sudah semestinya menjadi lingkungan positif bagi pertumbuhan dan watak generasi bangsa ini.

Berkaitan dengan peningkatan mutu di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) yang perlu diperhatikan adalah kualitas guru, karena mengingat bahwa guru adalah kunci utama dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam UU Guru dan

Dosen No.14 Tahun 2005 pasal 8, “Dosen dan guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Guru yang berkualitas akan mampu mengembangkan strategi-strategi baru dalam menghadapi lembaga pesaing sehingga tetap dapat menjadi yang terdepan dalam bidang pendidikan yang digarapnya. Kekuatan daya saing dalam pendidikan dewasa ini sangat perlu didukung SDM yang memiliki disiplin kerja yang tinggi sehingga berpengaruh pada peningkatan kinerja guru, khususnya Guru di Madrasah Tsanawiyyah se-kota Sukabumi.


(6)

Guru merupakan salah satu komponen penting dalam proses pendidikan yang ikut berperan dalam pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM). Peran guru dalam pendidikan tidak hanya sebatas dalam pembelajaran, tetapi sebagai informator, organisator, motivator, fasilitator, mediator, inisiator, dan evaluator. Untuk mencapai tujuan pendidikan sangat dibutuhkan guru yang mempunyai potensi, rasa pengabdian yang tinggi dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas profesinya. Moh. Uzer Usman (2007, hlm.7) menyatakan bahwa, “Tugas guru sebagai profesi meliputi,

mendidik, mengajar, dan melatih”. Mendidik berarti meneruskan dan

mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.

Mencermati uraian di atas, terlihat besarnya peran guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Guru memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian, akhlak, mentalitas, dan moral anak. Dengan demikian dapat dikatakan tercapainya tujuan pendidikan di sekolah sangat dipengaruhi oleh sikap guru dalam melaksanakan tugas profesinya. Kenyataan inilah yang mengharuskan guru memiliki disiplin yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, karena guru adalah tokoh yang menjadi panutan bagi peserta didik dan lingkungannnya. Tulus Tu'u (2004, hlm.31) berpendapat tentang disiplin sebagai berikut:

Disiplin sebagai ketaatan terhadap peraturan dan norna kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara yang berlaku, yang dilaksanakan secara sadar dan ikhlas, lahir bathin. sehingga timbul rasa malu apabila terkena sangsi dan rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku tersebut diikuti berdasarkan dan keyakinan bahwa hal itulah yang benar, dan keinsyafan bahwa hal itu bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. Pada sisi lain, disiplin adalah alat untuk menciptakan perilaku dan tata tertib manusia sebagai kelompok masyarakat. Oleh sebab itu, disiplin berarti hukuman atau sangsi yang berbobot mengatur dan mengendalikan perilaku.


(7)

Kedisiplinan adalah fungsi MSDM yang terpenting dan menjadi tolak ukur untuk mengukur/mengetahui apakah fungsi-fungsi MSDM lainnya secara keseluruhan telah dilaksanakan dengan baik atau tidak. Menurut Davis dan Werther (2004,hlm.120) dalam Marwansyah (2012, hlm.411) disiplin kerja bisa diartikan sebagai bentuk dari ketaatan atas perilaku seseorang di dalam mematuhi peraturan-peraturan dan ketentuan tertentu yang ada kaitannya dengan pekerjaan. Bedjo Siswanto (2003,hlm.97) menambahkan bahwa kedisiplinan guru mutlak diperlukan agar seluruh aktivitas yang sedang dan akan dilaksanakan berjalan sesuai mekanisme yang telah ditentukan. Kedisiplinan karyawan yang baik mencerminkan bahwa fungsi-fungsi MSDM lainnya telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Sebaliknya, jika kedisiplinan karyawan kurang baik, berarti penerapan fungsi-fungsi MSDM kurang baik. Kedisiplinan adalah fungsi operatif yang paling penting karena semakin baik suatu kedisiplinan guru maka semakin tinggi pula kinerja guru. Kedisiplinan merupakan kunci terwujudnya tujuan organisasi.

Disiplin sangat penting bagi guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar. Dengan disiplin, guru dapat melaksanakan tugas profesinya. Masalah disiplin kerja erat kaitannya dengan sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanaan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ada beberapa faktor yang diduga turut mempengaruhi disiplin kerja guru, yang merupakan bagian dari perilaku setiap individu dalam menjalankan aktivitas pekerjaannya. Pendapat Veithzal Rivai (2008, hlm.167) menyatakan sebagai berikut:

Disiplin kerja guru dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat seseorang, seperti motivasi kerja, semangat kerja, dan inisiatif kerja. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari lingkungan seperti tingkat kesejahteraan, kepemimpinan kepala sekolah, ketegasan, pengawasan, dan insentif.

Disiplin kerja harus ditanamkan secara terus menerus kepada guru. Penanaman yang terus menerus menyebabkan disiplin tersebut menjadi kebiasaan bagi guru. Orang-orang yang berhasil dalam bidangnya


(8)

masing-masing, pada umumnya mempunyai kedisplinan yang tinggi. Sebaliknya orang yang gagal, umumnya tidak disiplin.

Beberapa indikator yang bisa digunakan dalam mengukur tinggi atau rendanya disiplin kerja guru di madrasah tsanawiyyah (MTs), Bedjo Siswanto (2003, hlm.190) membagi dimensi disiplin kerja guru sebagai berikut : (a)frekuensi kehadiran; (b) Ketaatan pada prosedur kerja; (c) Tingkat kewaspadaan; (d) ketaatan pada peraturan. Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas dalam mencapai tujuan sekolah, maka diperlukan guru yang penuh kesetiaan dan ketaatan pada peraturan yang berlaku dan sadar akan tanggung jawabnya untuk menyelenggarakan tujuan sekolah. Dengan kata lain kedisiplinan para guru sangat diperlukan dalam mencapai tujuan sekolah.

Hal ini sejalan dengan penelitian Zesbendri dan Aryanti (2009,hlm.23), menyebutkan bahwa “Disiplin merupakan modal utama yang mempengaruhi tingkat kinerja karyawan.” Untuk itu, menerapkan disiplin merupakan hal yang sangat penting. Dengan kedisiplinan di dalam mengajar, proses pembelajaran akan terlaksana secara efektif dan efisien.

Pengertian diatas, memberikan gambaran pentingnya menerapkan disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. Karena tanpa disiplin kerja maka tujuan sekolah tidak akan tercapai dengan optimal. Tanpa adanya disiplin kerja, guru hadir tidak tepat waktu, mengajar tidak sesuai jam pelajaran, kurang memahami mekanisme kerja dan lain sebagainya. Ketidakdisiplinan guru akan berdampak pada proses belajar mengajar dan berdampak pada prestasi siswa. Siswa kurang mendapatkan materi pelajaran dengan baik dan mempengaruhi hasil belajar siswa. Dalam hal ini, disiplin kerja perlu mendapatkan perhatian serius dan diterapkan dengan baik oleh guru.

Berdasarkan data dari Kantor Kementerian Agama Kota Sukabumi pada bulan Agustus 2014, di wilayah Kota Sukabumi terdapat 22 Madrasah Tsanawiyyah (MTs), yaitu meliputi; 1 MTs berstatus Negeri dan 21 MTs berstatus Swasta. Dengan jumlah total guru 448 orang.


(9)

Dalam meningkatkan disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi, tentunya mengalami beberapa kendala, diantaranya : Pertama,Kurangnya disiplin dalam frekuensi kehadiran. Berdasarkan data dari Kementerian Agama Kota Sukabumi mengenai rekapitulasi kehadiran guru Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-Kota Sukabumi tahun 2009-2014 mengalami presentasi kenaikan dan penurunan. Adapun persentase kehadiran guru sebagai berikut; Periode tahun 2009-2010, frekuensi kehadiran guru sebesar 68%; tahun 2010-2011 sebesar 63%, ; tahun 2011-2012 sebesar 60%; tahun 2012-2013 mengalami kenaikan menjadi 80%; tahun 2013-2014 sebesar 88%. Data tersebut menunjukan bahwa frekuensi kehadiran guru dari tahun 2009-2012 mengalami penurunan setiap tahunnya. Mulai tahun 2012-2014 mengalami kenaikan dikarenakan pemerintah mulai memberlakukan sistem finger print (sidik jari). Tentunya upaya pemerintah sangat membantu dalam meningkatkan frekuensi kehadiran guru. Kepala sekolah MTs.Syamsul ulum dan MTs Baiturrahman mengemukakan kendala dari penggunaan finger print, yaitu ada beberapa guru yang datang ke sekolah hanya untuk absensi kehadiran dengan menggunakan finger print, setelah itu guru pulang atau melakukan kegiatan lain di luar sekolah. Demikian pula halnya pada jam pulang kerja. Sehingga pada permasalahan ini terlihat bahwa penggunaan finger print, kurang menimbulkan kesadaran guru untuk menerapkan disiplin kehadiran dengan baik. Tetapi dikarenakan hanya untuk memenuhi tuntutan pekerjaan, dikarenakan sanksi yang diterima guru jika tidak mengisi kehadiran dengan sistem finger print, yaitu ada pemotongan gaji (uang makan). Oleh karena itu dibutuhkannya peran kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi dari dalam diri guru agar guru memiliki kesdaran untuk menerapkan disiplin kerja.

Kedua, Kepala sekolah yang belum melaksanakan fungsinya secara maksimal seperti fungsi supervisi yang jarang dilaksanakan akibatnya dorongan untuk meningkatkan disiplin dan kinerja guru menjadi terabaikan. Hal ini dikemukakan oleh guru-guru MTs.Syamsul ulum dan MTs.Baiturrahman pada 25 November 2014. Hal ini tentunya perlu diperhatikan dengan seksama dan


(10)

perlunya kesadaran kepala sekolah untuk melakukan supervisi dan controling yang baik terhadap disiplin kerja guru yang berdampak pada kinerja guru

Ketiga, kurangnya disiplin guru dalam berpakaian rapih, dan rambut yang rapih. Permasalahan indisipliner ini dipaparkan oleh wakil kepala sekolah Persis 68 Warudoyong pada 28 November 2014, bahwa ada guru yang tidak menggunakan pakaian sesuai dengan harinya, berpakaian kurang rapih ketika berpapasan atau ketika di kantor guru. Hal ini dikarenakan guru tersebut terburu-buru datang ke sekolah sehingga tidak memperhatikan dengan seksama, ataupun sedang jam istirahat. Selain itu, ada guru yang memiliki potongan rambut kurang rapih/gondrong (untuk guru laki-laki) ketika berpapasan atau bertemu di kantor guru, dikarenakan guru tersebut belum sempat atau baru akan memotong rambutnya. Untuk permasalahan indisipliner ini, ketika guru ditegur sebagian besar guru tersebut langsung merapihkan pakaiannya, ataupun langsung memotong rambutnya ketika pulang kerja. Sehingga permasalahan indisipliner ini dapat segera diatasi.

Keempat, kurangnya disiplin guru dalam waktu mengajar. Berdasarkan pemaparan kepala sekolah MTs.syamsul „ulum dan Kabag.kurikulum

MTs.Jamiyatul Mutta‟alimin pada 25 November 2014, bahwa beberapa guru terlambat masuk kelas dan memberikan materi ajar di kelas. Hal ini dikarenakan guru terlambat datang ke sekolah atau masih berdiskusi di kantor guru. Dalam hal ini, kabag. kurikulum bertanggungjawab agar guru mengajar sesuai dengan jamnya. Untuk permasalahan indisipliner ini, guru tersebut langsung mendapatkan teguran dari kabag kurikulum atau kepala sekolah dan tidak boleh mengulangi kesalahan yang sama. Sebagian besar guru tidak mengulangi kesalahan atau tindakan indisipliner setelah mendapatkan teguran.

Kelima, kurangnya guru dalam menjaga dan memelihara peralatan kantor/ peralatan kerja dengan baik. Seperti dikemukakan oleh Kabag kurikulum MTs.Warudoyong pada 29 November 2014, bahwa ada beberapa guru yang kurang memelihara kelengkapan kerja seperti infokus,komputer dan printer di ruang kantor guru. Hal ini dikarenakan banyaknya guru yang menggunakan fasilitas tersebut dan tidak merapihkan kembali ke tempatnya. Dalam hal ini, guru


(11)

harus menjaga kelengkapan kerja agar dapat digunakan dalam jangka panjang. Sikap hati-hati dalam menggunakan peralatan kantor, dapat menunjukkan bahwa seseorang memiliki disiplin kerja yang baik, sehingga peralatan kantor dapat terhindar dari kerusakan.

Keenam, reward dan punishment sebagai ciri dari organisasi yang baik belum dilaksanakan dengan baik. Hal ini diungkapkan oleh guru-guru Al-Fatah dan MTs.At-Tafsiriyah pada 28 November 2014. Dengan kurang tegasnya reward dan punishment, sehingga dorongan untuk meningkatkan disiplin kerja menjadi sangat terbatas.

Spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja guru merupakan bagian penting dari disiplin kerja. Keduanya merupakan hal yang membantu dalam menerapkan disiplin kerja guru. Dalam menerapkan disiplin kerja guru dan agar guru dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan disiplin yang tinggi, maka diantaranya harus menekankan faktor organisasi (kepemimpinan) dan faktor psikologis (motivasi).

Dokmauliate Gultom (2013,hlm.5) dalam penelitiannya menyebutkan

bahwa, “Kepemimpinan kepala sekolah mempengaruhi tinggi rendahnya disiplin kerja guru”. Hal ini diperkuat oleh Penelitian Hallinger dan Lithwood (2006, hlm.7) menyimpulkan bahwa “Organisasi sekolah yang efektif senantiasa dipimpin oleh kepala sekolah yang efektif pula.” Kedua penelitian tersebut didasarkan asumsi bahwa pemimpin merupakan agen perubahan yang terpenting. Seorang pemimpin dituntut untuk mampu mengelola organisasi, mempengaruhi secara konstruktif orang lain, dan menunjukan perilaku benar yang harus dikerjakan bersama-sama serta mempengaruhi semangat kerja dan disiplin kerja kelompok.

Mengacu pada jurnal diatas bahwa, dengan kepala sekolah yang efektif maka akan mempengaruhi guru untuk menerapkan disiplin kerja yang baik sehingga terciptanya sekolah yang efektif. Dalam menerapkan disiplin kerja guru, tentunya membutuhkan kepemimpinan kepala sekolah yang tepat. Kepemimpinan kepala madrasah harus mampu mengoptimalkan tingkat disiplin kerja guru


(12)

melalui kebijakan dan teladan pimpinan sehingga dapat mengilhami dan membangkitkan kesadaran guru agar memiliki disiplin kerja yang tinggi dan agar tujuan sekolah dapat dicapai. Sehingga dalam penelitian ini difokuskan pada spiritual leadership kepala sekolah.

Hendrick dan Ludeman (dalam Masaong dan Tilome, 2011,hlm.114) mengemukakan bahwa spiritual leadership (kepemimpinan berbasis spiritual) kepala sekolah adalah kepemimpinan yang mampu mengilhami , membangkitkan, mempengaruhi dan menggerakan melalui keteladanan, pelayanan, kasih sayang dan implementasi nilai dalam tujuan, proses, budaya dan perilaku kepemimpinan. Ratna Pujiastuti (2014,hlm.2) mengemukakan dalam jurnalnya “Karakteristik Spiritual Leadership Perangkat Desa di kabupaten Banyumas (Berdasarkan Teori Spiritual Ledearship Fry)” mengemukakan bahwa “Teori kepemimpinan spiritual merupakan pendekatan teori yang meletakan jiwa dalam setiap tindakan kepemimpinannya. Teori ini dirancang untuk menciptakan motivasi intrinsik yang terdiri dari nilai, sikap dan perilaku untuk memotivasi orang lain. Suryana, (2013,hlm.56) mengemukakan bahwa :

Kepemimpinan berbasis spiritual menjunjung nilai-nilai kebenaran, kejujuran, integritas, kredibilitas, kebijaksanaan, belas kasih , yang membentuk akhlak dan moral diri sendiri dan orang lain. Spiritual Leadership adalah kepemimpinan yang mengedepankan moralitas, kepekaan (sensitivitas), keseimbangan jiwa, kekayaan batin dan etika dalam berinteraksi dengan orang lain.

Spiritual leadership kepala sekolah mampu mengilhami dan mempengaruhi guru dengan keteladanan perilakunya, sehingga guru merasa terpanggil dan menerapkan disiplin dengan sepenuh hati dan menjadikan disiplin menjadi bagian dari dirinya. Jika hanya mengandalkan hukuman dan pujian dalam menerapkan disiplin, maka sewaktu-waktu disiplin dapat dilanggar, oleh karena itu pentingnya spiritual leadership kepala sekolah, agar dapat mengajak, mempengaruhi dan memberikan teladan kepada guru agar secara terus menerus menerapkan disiplin kerja dan menjadikannya suatu kebiasaan, sehingga dapat menanamkan kesadaran dalam diri guru untuk menerapkan disiplin kerja.


(13)

Kepala sekolah yang memiliki peranan penting dalam menerapkan disiplin kerja guru. Sejalan dengan hal tersebut Rivai dan Murni (2009, hlm. 198) mengemukakan bahwa :

Agar kepala sekolah berhasil memberdayakan segala sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan, diperlukan kepemimpinan kepala sekolah yang profesional, yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dan spiritual sebagai nilai dasar dalam menjalankan kepemimpinannya, selain itu kepala sekolah juga harus memiliki kompetensi kepribadian, keahlian dasar, pengalaman, pelatihan dan pengetahuan profesional, serta kompetensi administrasi dan pengawasan.

Serangkaian strategi kepemimpinan kepala sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan meliputi cara membina, membimbing, mengembangkan, memotivasi, bekerjasama, berkomunikasi, memantau, dan mengevaluasi seluruh komponen di sekolah khususnya kompetensi guru sangat diperlukan untuk terciptanya kinerja mengajar guru yang baik (Wahjosumidjo, 2004,hlm.105)

Kepemimpinan dengan pendekatan dan perilaku yang sesuai sangat dibutuhkan untuk menghadapi perubahan yang sangat cepat, baik di luar maupun di dalam lingkungan sekolah. Dengan demikian, perilaku kepemimpinan kepala madrasah harus mampu mengembangkan gerakan inovatif, mampu memberdayakan staf dan sekolah sebagai organisasi pendidikan ke dalam suatu perubahan cara berfikir, pengembangan visi, pengertian dan pemahaman yang terus menerus melalui pengolahan aktivitas kerja dengan memanfaatkan bakat, keahlian, kemampuan, ide, dan pengalaman sehingga semua guru merasa terlibat dan bertanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya. Diharapkan perilaku kepemimpinan kepala madrasah di MTs di Kota Sukabumi dapat menfasilitasi guru untuk memperbaiki, meningkatkan disiplin kerja guru, serta mampu memotivasi kinerja guru.

Penelitian berjudul Going Deep: Exploring Spirituality in Life and Leadership (Percy, 2003, hlm.7) menyimpulkan bahwa para direktur dan Chief of Excutive Officer (CEO) yang efektif dalam hidup dan kepemimpinannya memiliki nilai spiritual yang tinggi dan menerapkan gaya kepemimpinan

spiritual. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa “Kepemimpinan yang efektif yaitu dengan menerapkan nilai-nilai spiritual dan keteladanan dalam


(14)

kepemimpinanya”. Spiritualitas membantu membangun karakter dalam diri sehingga mempengaruhi dalam pola kepemimpinan yang dijalankan. Pemimpin yang berbasis spiritual, mereka berusaha untuk mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dalam aspek kehidupannya (Tobroni,2010, hlm.46). Kepemimpinan spiritualitas, bukanlah tentang kecerdasan dan keterampilan dalam memimpin saja. Namun juga menjunjung nilai-nilai kebenaran, keadilan, tanggung jawab, integritas, kredibilitas, kebijaksanaan, yang membentuk akhlak dan moral diri sendiri dan orang lain.

Selanjutnya Zohar dan Ian Marshall (2004, hlm.88) mengemukakan bahwa, “kepemimpinan yang efektif harus bersumber pada kepemimpinan yang berakar pada nilai-nilai, moral dan spiritual. Dalam hal ini, spiritual leadership kepala sekolah merupakan kepemimpinan yang tepat dalam menerapkan disiplin kerja guru. Dalam meningkatkan disiplin kerja guru dibutuhkan kepala sekolah yang memiliki sifat teladan, yang mampu mempengaruhi guru dengan perilaku teladannya. Karena disiplin jika hanya dengan paksaan, tidak akan ada disiplin yang efektif tetapi perlu adanya kesadaran dari dalam diri guru. Kepala sekolah tidak hanya mengajak dan mengayomi ke arah yg lebih baik tetapi juga peningkatan dan kecintaan serta kesadaran akan pentingnya disiplin kerja sehingga menghasilkan kinerja yang optimal.

Faktor lain yang juga mempengaruhi disiplin kerja guru adalah motivasi kerja. Menurut Sadirman (2011, hlm.54) motivasi adalah suatu sikap atau dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Pentingnya motivasi kerja disampaikan oleh Handoko (2001, hlm.86), sebagai kekuatan pendorong yang dapat mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan dan kepuasan dirinya. Shadare, Oluseyi dan Hammed (2009,hlm.11) dalam penelitiannya menyebutkan, “motivasi karyawan merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan disiplin karyawan.” Karena pentingnya motivasi maka dalam suatu organisasi maupun perusahaan diperlukan adanya motivasi yang baik demi tercapainya tujuan perusahaan.


(15)

Dari beberapa pernyataan diatas, mengindikasikan adanya hubungan antara spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru. Penelitian yang relevan dengan ini sebelumnya dilakukan oleh Muhammad Syukri (2012, hlm.15), dengan judul “Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Disiplin Kerja Guru SMK Negeri Kabupaten Lima Puluh Kota”. Hasil penelitian menunjukan bahwa kontribusi kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap disiplin kerja guru berada pada kategori kuat. Ini berarti bahwa terdapat hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap disiplin kerja guru. Selain itu, hasil penelitian tesis Yoiz Shofwa tahun 2012 dengan judul “Pengaruh Motivasi dan Kepemimpinan Spiritual Terhadap Disiplin Kerja Dosen dan Karyawan STAIN Purwokerto”. Penelitian korelasional ini menemukan bahwa motivasi dan kepemimpinan spiritual memberikan pengaruh terhadap disiplin kerja dosen. Dalam hal ini, motivasi dan kepemimpinan spiritual berpengaruh terhadap disiplin kerja dosen. Semakin tinggi motivasi dari dalam diri, maka semakin tinggi pula penerapan disiplin kerja. Selain itu, spiritual leadership pemimpin dibutuhkan agar dosen menerapkan disiplin kerja dengan baik dan dengan kesadaran dari dalam diri, bukan karena peraturan atau paksaan.

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. Penelitian ini lebih menekankan pada spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap disiplin kerja guru. Berdasarkan hal tersebut di atas, saya sangat tertarik untuk mengetahui apakah spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja berpengaruh terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Spiritual Leadership Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja terhadap Disiplin Kerja Guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs)


(16)

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Menerapkan disiplin kerja guru merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena berpengaruh pada kinerja guru. Disiplin merupakan kesediaan seseorang menaati semua peraturan dan norma-norma yang berlaku. Hasibuan (2012,hlm.194-198) mengungkapkan bahwa terdapat enam faktor yang mempengaruhi tingkat disiplin kerja karyawan pada suatu organisasi diantaranya: 1) Teladan pimpinan (spiritual leadership) ; 2) Tujuan dan kemampuan; 3)Kompensasi; 4) Pengawasan; 5)Loyalitas karyawan; 6)Ketegasan dan sanksi hukuman.

Beberapa faktor diatas dapat dijelaskan sebagai berikut; (1) Teladan pimpinan (spiritual leadership), teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya; (2) Tujuan dan kemampuan, tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan; (3) Kompensasi (Gaji dan Kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan, karena kompensasi akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan terhadap perusahaan/ pekerjaannya. (4)Pengawasan merupakan tindakan nyata dan efektif dalam mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan; (5) Loyalitas karyawan dapat diartikan dengan kesetiaan, kepatuhan dan ketaatan, yang didalamnya terdapat tanggung jawab untuk berusaha memberikan pelayanan dan perilaku yang terbaik; (6) Ketegasan dan sanksi hukuman. Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner karyawan akan berkurang;

Sedangkan Robbins (2007, hlm.137) menjelaskan tentang motivasi kerja. Motivasi merupakan proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi (situation) kerja di perusahaan . Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakan diri karyawan yang terarah atau


(17)

tertuju untuk mencapai tujuan organisasi. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerja untuk meningkatkan disiplin kerja guru.

Ketika spiritual leadership kepala sekolah berhasil dilaksanakan, maka akan mampu mempengaruhi guru untuk menerapkan disiplin kerja dengan baik. Disiplin tidak hanya menjadi sebuah kewajiban, tetapi menjadi kebutuhan guru untuk mencapai kinerja yang optimal. Guru akan menerapkan disiplin dengan penuh kesadaran tanpa paksaan, sehingga mampu meminimalisisr sikap indisipliner guru. Selain itu, motivasi kerja yang tinggi juga mempengaruhi disiplin kerja guru. Dengan adanya motivasi yang tinggi dalam diri seorang guru, maka disiplin guru pun akan meningkat. Namun jika guru tidak memiliki motivasi yang tinggi, maka disiplin kerja pun tidak diterapkan dengan baik di sekolah. Maka dari itu, yang mempengaruhi disiplin kerja guru dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1 Disiplin Kerja Guru

(Sumber: Adaptasi dari Hasibuan, 2012, hlm.194-198 dan Robbins, 2007, hlm.207) Disiplin

Kerja Guru Teladan pimpinan

(spiritual leadership)

Tujuan dan Kemampuan

Kompensasi

Pengawasan

Loyalitas karyawan

Ketegasan dan sanksi hukuman Motivasi kerja


(18)

Dari tujuh faktor yang menjadi indikator disiplin kerja guru, penulis akan mengambil dua dari faktor tersebut untuk dijadikan variabel , yaitu spiritual leadership dan motivasi kerja guru. Kurangnya guru dalam menerapkan disiplin kerja, yaitu dalam frekuensi kehadiran, keterlambatan guru dalam mengajar, pemahaman prosedur kerja, pemeliharaan peralatan kantor, kurangnya penerapan reward dan punishment, akan berdampak pada proses belajar mengajar dan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, memerlukan dorongan dan arahan dari kepala sekolah agar guru dapat menerapkan disiplin kerja dengan baik. Spiritual leadership kepala sekolah mampu mempengaruhi dan menggerakan guru melalui keteladanan, nilai-nilai dan moral sehingga mampu menumbuhkan kesadaran dalam diri guru untuk menerapkan disiplin kerja guru. Selain itu, dengan adanya motivasi kerja, maka guru akan memiliki kesadaran dalam dirinya untuk menerapkan disiplin kerja dengan baik. Motivasi yang tinggi memiliki peran penting untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas, dan disiplin dalam kehadiran, dan penyampaian materi ajar.

2. Rumusan Masalah

Agar permasalahan yang akan dibahas tidak terlampau luas ruang lingkupnya dan mampu memperoleh kejelasan mengenai masalah yang akan diteliti, secara umum rumusan masalahnya mengenai pengaruh spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. Adapun rumusan masalah secara khusus sebagai berikut:

1. Bagaimana spiritual leadership kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi?

2. Bagaimana motivasi kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi?

3. Bagaimana disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi?

4. Seberapa besar pengaruh spiritual leadership kepala sekolah terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi?


(19)

5. Seberapa besar pengaruh motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi?

6. Seberapa besar pengaruh spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis mengenai pengaruh spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. Adapun tujuan khususnya diantaranya adalah :

a. Terdeskripsikannya spiritual leadership kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi.

b. Terdeskripsikannya motivasi kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi.

c. Terdeskripsikannya disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi.

d. Teranalisanya pengaruh spiritual leadership kepala sekolah terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. e. Teranalisanya pengaruh motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru di

Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi.

f. Teranalisanya pengaruh spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi.

D. Manfaat Penelitian

Pada penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, sebagai berikut: 1) Dapat memberikan masukan bagi kepala sekolah tentang spiritual

leadership kepala sekolah dan motivasi kerja guru dalam upaya untuk meningkatkan disiplin kerja guru di MTs.


(20)

disiplin kerja guru, sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja dan mempengaruhi disiplin kerja guru pada Madrasah Tsanawiyyah (MTs) di kota sukabumi.

3) Sebagai masukan bagi para guru madrasah tsanawiyyah (MTs) di kota Sukabumi, bahwa spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja sangat berkaitan erat dengan disiplin kerja guru.

4) Acuan dan sumber inspirasi bagi peneliti lain yang akan memperdalam permasalahan yang berkaitan dengan spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru.

5) Memberikan pengalaman dan pembelajaran bagi peneliti. Karena penelitian ini merupakan hal yang baru dalam mengkaji ranah administrasi pendidikan.

E. Struktur Organisasi Tesis

Penulisan tesis ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan. Bab ini berisikan latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis.

BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian. Pada kajian pustaka berisikan: Konsep disiplin kerja guru, spiritual leadership kepala sekolah, motivasi kerja guru. Kerangka pemikiran, dan hipotesis.

BAB III Metode Penelitian. Bab ini berisikan metode penelitian, populasi, sampel, teknik pengumpulan data, definisi operasional, instrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas instrumen, teknik pengolahan data dan analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini menguraikan tentang analisis hasil penelitian dan pembahasan.

BAB V Kesimpulan dan rekomendasi. Bab ini berisikan kesimpulan dan rekomendasi.


(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat di mana penelitian dilakukan. karena tanpa adanya lokasi penelitian, maka penelitian ini tidak akan berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Penelitian ini dilaksanakan di 22 Madrasah Tsanawiyyah (MTs) negeri maupun swasta yang tersebar di kota Sukabumi. 2. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi Penelitian

Setiap penelitian membutuhkan sumber informasi dan data yang kebenarannya dapat dipercaya. Suharsimi Arikunto (2010, hlm. 108) mengemukan bahwa Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang terdiri dari elemen-elemen atau unsur-unsur tertentu (baik mahluk hidup maupun benda mati) yang memiliki satu atau lebih karakteristik yang dikehendaki. populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. (Sugiyono, 2010, hlm.80).

Jumlah Madrasah Tsanawiyyah (MTs) di kota Sukabumi seluruhnya adalah 22 sekolah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru-guru madrasah tsanawiyyah (MTs) negeri dan swasta se-Kota Sukabumi yang berjumlah 448 orang.

Tabel.3.1

Data Madrasah Tsanawiyyah (MTs) Negeri dan Swasta di Kota Sukabumi (Sumber: Kementrian Agama Kota Sukabumi, 2014)

No Nama Sekolah Status Akreditasi Jumlah Guru

1 MTs.Warudoyong Negeri A 48 orang

2 MTs.Syamsul „Ulum Swasta A 43 orang


(22)

No Nama Sekolah Status Akreditasi Jumlah Guru

4 MTs.Yayasan Ahmad Djuwaeni Swasta - 12 orang

5 MTs.Al-Musthofa Swasta B 15 orang

6 MTs.Muhammadiyah Swasta A 21 orang

7 MTs.2 Kota Sukabumi Swasta B 16 orang

8 MTs.Al-Istiqomah Swasta - 12 orang

9 MTs.Persis 68 Warudoyong Swasta B 17 orang

10 MTs.Jamiyatul Mutta‟alimin Swasta A 30 orang

11 MTs.Nurul Islam Swasta A 20 orang

12 MTs.Hidayatul Islamiyah Swasta B 16 orang

13 MTs.Darul Muta‟alimin Swasta B 13 orang

14 MTs.Al-Manshuriyah Swasta B 15 orang

15 MTs.YLPI Swasta A 33 orang

16 MTs.Baiturrahman Swasta A 17 orang

17 MTs. Amal Islam Swasta A 18 orang

18 MTs. Al-Fatah Swasta B 17 orang

19 MTs.Al-Mu‟awanah Swasta A 19 orang

20 MTs.At-Tafsiriyah Swasta B 16 orang

21 MTs.Ma‟arif Plus Assobariyah Swasta A 20 orang

22 MTs.Riyadhul Jannah Swasta - 12 orang

TOTAL 448 orang

b. Sampel

Sampel menurut Sugiyono (2010, hlm. 63) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Arikunto (2010, hlm.131) menjelaskan bahwa pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan kata lain, sampel harus dapat mewakili populasi. Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.


(23)

Karena jumlah populasi dalam penelitian ini jumlahnya cukup besar dan heterogen, maka penarikan sampel selanjutnya yaitu menggunakan teknik proportionale random sampling Akdon dan Riduwan (2009, hlm.87 )

Perhitungan sampel dengan teknik proportionale random sampling yaitu, sebagai berikut :

n =

Di mana:

n= Jumlah sampel N= Jumlah populasi

d= Presisi dalam hal ini ditetapkan 5% dengan tingkat kepercayaan 95%

Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan rumus di atas adalah sebagai berikut:

n =

=

= 211

Dari perhitungan di atas maka diperoleh jumlah sampel 211 responden. Selanjutnya untuk menentukan besaran sampel setiap sekolah maka peneliti menggunakan proporsionale sampling dari Sugiyono (2010, hlm.86) dengan menggunakan rumus yaitu sebagai berikut:

Keteranngan:

ni = Ukuran sampel yang harus diambil dari stratum ke-i

Ni = Ukuran stratum ke-i

N = Ukuran populasi

d2 = Ukuran sampel keseluruhan yang dialokasikan

Dari rumus di atas maka rincian perhitungan sampel setiap sekolah dapat dilihat seperti tabel di bawah ini:


(24)

Tabel 3.2

Jumlah Sampel Setiap Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi

No Sekolah Ni = N x n Sampel

1 MTs.Warudoyong 48 : 448 x 211 25

2 MTs.Syamsul „Ulum 43 : 448 x 211 23

3 MTs.Ulul Albab 17 : 448 x 211 8

4 MTs.Yayasan Ahmad Djuwaeni 12 : 448 x 211 5

5 MTs.Al-Musthofa 15 : 448 x 211 7

6 MTs.Muhammadiyah 21 : 448 x 211 9

7 MTs.2 Kota Sukabumi 16 : 448 x 211 8

8 MTs.Al-Istiqomah 12 : 448 x 211 5

9 MTs.Persis 68 Warudoyong 17 : 448 x 211 8 10 MTs.Jamiyatul Mutta‟alimin 30 : 448 x 211 14

11 MTs.Nurul Islam 20 : 448 x 211 9

12 MTs.Hidayatul Islamiyah 16 : 448 x 211 8 13 MTs.Darul Muta‟alimin 13 : 448 x 211 6

14 MTs.Al-Masturiyah 15 : 448 x 211 7

15 MTs.YLPI 33 : 448 x 211 15

16 MTs.Baiturrahman 17 : 448 x 211 8

17 MTs. Amal Islam 18 : 448 x 211 8

18 MTs. Al-Fatah 17 : 448 x 211 8

19 MTs.Al-Mu‟awanah 19 : 448 x 211 8

20 MTs.At-Tafsiriyah 16 : 448 x 211 8

21 MTs.Ma‟arif Plus Assobariyah 20 : 448 x 211 9

22 MTs.Riyadhul Jannah 12 : 448 x 211 5

TOTAL 211

B. Desain Penelitian

Menurut Akdon dan Riduwan (2009, hlm. 237) desain penelitian pada dasarnya untuk menentukan metode apa saja yang akan dipergunakan dalam penelitian. Desain penelitian merupakan gambaran mengenai pendugaan pengujian hipotesis serta untuk mengetahui apakah ada atau tidak hubungan antara variabel spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap disiplin kerja guru. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu spiritual leadership kepala sekolah (X1) dan


(25)

motivasi kerja guru (X2), sedangkan variabel terikat adalah disiplin kerja guru(Y).

Hubungan antar variabel tersebut dapat dijelaskan dengan gambar di bawah ini: Gambar 3.1

Hubungan antar Variabel X1, X2 dan Y

r1

r3 R

r2

(Sumber: Sugiyono, 2010, hlm.44)

Keterangan :

X1 = Spiritual Leadership Kepala Sekolah

X2 = Motivasi kerja guru

Y = Disiplin kerja guru r = korelasi dan

C. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan dan menyusun data serta analisis dan interprestasi mengenai arti data yang diteliti. Sugiyono (2010, hlm.18) menyatakan bahwa metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dengan kata lain, metode penelitian merupakan langkah yang ditempuh oleh seorang peneliti dalam memperoleh data yang akurat terhadap permasalahan yang diteliti dengan menggunakan alat pengumpul data yang pada akhirnya data tersebut akan diolah dan dianalisis demi mendapatkan tujuan penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dan asosiatif. Metode deskriptif digunakan untuk mendapat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang

X1

X2

Y Є


(26)

kepala sekolah, motivasi kerja dan disiplin kerja guru di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-kota Sukabumi. Metode asosiatif digunakan untuk menganalisis pengaruh spiritual leadership kepala sekolah terhadap disiplin kerja guru, motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru, dan spiritual leadership kepala sekolah dan motivasi kerja terhadap disiplin kerja guru.

Menurut Sugiyono (dalam Agus, 2011, hlm.98) menyatakan definisi metode deskriptif analisis merupakan metode penelitian dengan cara mengumpulkan data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data-data-data tersebut disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang ada. Sugiyono (2010, hlm.7) juga mengemukakan bahwa pendekatan kuantitatif diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, dan data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.

Dengan demikian, metode deskriptif analitik dan asosiatif dengan pendekatan kuantitatif cocok untuk digunakan dalam penelitian ini karena sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh spiritual leadership kepala sekolah (X1) dan motivasi kerja (X2)

terhadap disiplin kerja guru (Y) di Madrasah Tsanawiyyah (MTs) se-Kota Sukabumi.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna dari setiap variabel penelitian. Definisi operasional memberikan informasi yang diperlukan untuk mengukur var iabel yang akan diteliti. Berikut ini adalah definisi operasional dari setiap variabel penelitian, yaitu seperti tabel di bawah ini:

1. Disiplin kerja guru

Wursanto (2003,hlm.98) menyatakan disiplin kerja merupakan suatu sikap ketaatan seseorang terhadap aturan/ketentuan yang berlaku dalam organisasi, yaitu menggabungkan diri dalam organisasi atas dasar kesadaran, bukan unsur paksaan.

Davis & Werther (1996,hlm.410) mengemukakan bahwa disiplin adalah tindakan manajemen yang mendorong terciptanya ketaatan pada standar-standar


(27)

organisasi. Sedangkan Siagian dalam Hasibuan (2004, hlm.25) mendefinisikan bahwa disiplin kerja adalah sikap mental yang tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku seseorang, kelompok masyarakat berupa ketaatan (obedience) terhadap peraturan, norma yang berlaku dalam masyarakat.

Dengan demikian dapat disebutkan bahwa disiplin kerja merupakan suatu sikap dan perilaku yang mentaati segala peraturan organisasi yang didasarkan atas kesadaran diri untuk menyesuaikan dengan peraturan organisasi.

Adapun untuk mengukur disiplin kerja guru pada penelitian ini, yaitu dengan menggunakan indikator : 1) frekuensi kehadiran; 2)ketaatan pada prosedur kerja; 3) tingkat kewaspadaan; dan 4)ketaatan pada peraturan (Bedjo Siswanto, 2003, hlm.290). Sikap dan perilaku dalam disiplin kerja ditandai oleh berbagai inisiatif, kemauan, dan kehendak untuk mentaati peraturan. Artinya, orang yang dikatakan mempunyai disiplin yang tinggi tidak semata-mata patuh dan taat terhadap peraturan secara kaku, tetapi juga mempunyai kehendak untuk menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan organisasi.

2. Spiritual Leadership Kepala Sekolah

Menurut Robbins (2007, hlm.145) kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju tercapainya sasaran. Dalam Oxford

Advanced Learner’s Dictionary (2005, hlm.845), istilah spirit antara lain memiliki cakupan makna: jiwa, arwah / roh, semangat, moral dan tujuan atau makna yang hakiki.

Pengertian spiritual leadership dalam penelitian ini, menurut Fry (2003,hlm.297), kepemimpinan spiritual (Spiritual leadership) adalah,”comprises the values, attitudes, and behaviors that are necessary to intrinsically motivate

one’s self and others so they have a sense of spiritual survival through calling and

membership”. Suatu kumpulan nilai-nilai, sikap dan perilaku yang diperlukan untuk memotivasi diri sendiri maupun orang lain secara intrinsik, sehingga setiap anggota organisasi mengikutinya. Gay Hendricks dan Kate Ludeman (2003, hlm.28) mengemukakan bahwa kepemimpinan spiritual adalah kepemimpinan yang mampu mengilhami, membangkitkan, mempengaruhi dan menggerakan


(28)

bawahan melalui keteladanan dan implementasi nilai dalam tujuan, proses dan perilaku kepemimpinannya.

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa Spiritual Leadership Kepala Sekolah merupakan kepemimpinan yang mampu mengilhami, mempengaruhi, dan menggerakkan bawahannya melalui implementasi nilai dalam tujuan, proses dan perilaku teladan kepemimpinannya, yaitu keadilan, tanggung jawab, kecerdasan emosional, dan menjadi Inspirational motivation bagi bawahan (guru).Dengan sikap teladan pimpinan, kepala sekolah mampu menciptakan lingkungan akademis yang positif.

3. Motivasi Kerja Guru

Sondang (2002, hlm.102) mengemukakan bahwa motivasi merupakan daya dorong seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi mencapai tujuannya. Sedangkan Luthans (2006, hlm.127) menyatakan bahwa motivasi adalah suatu dorongan yang ditunjukan untuk memenuhi tujuan tertentu.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi kerja guru adalah daya dorong yang berpengaruh, membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku seorang guru untuk melakukan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar dengan segala kemampuan dan keahliannya guna mewujudkan tujuan pendidikan yang telah ditentukan.

Motivasi kerja merupakan sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja, dimana kuat lemahnya motivasi tersebut ikut menentukan tinggi rendahnya prestasi kinerjanya. Motivasi kerja guru adalah kemauan guru untuk mengerjakan tugas-tugasnya.

Adapun dalam penelitian ini, motivasi dipengaruhi oleh motif, harapan dan insentif (Robbins,2007,hlm.383).Tinggi rendahnya motivasi kerja guru sangat mempengaruhi performasinya dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. motivasi terdiri dari dua bentuk dasar, yakni motivasi intrinsik (motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang) dan motivasi ekstrinsik (motivasi yang berasal dari luar diri seseorang).


(29)

E. Instrumen Penelitian

“Instrumen adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam

maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel

penelitian” (Sugiyono, 2010, hlm.102). Pengembangan instrumen ditempuh melalui beberapa cara, yaitu (a)menyusun indikator variabel penelitian; (b) menyusun kisi-kisi instrumen; (c)melakukan uji coba instrumen; dan melakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen.

Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran interval mengingat angket yang disebar menggunakan skala likert dalam bentuk daftar check list (  ) dengan lima alternatif jawaban dari sangat mendekati sampai dengan sangat tidak mendekati kondisi ril yang terjadi yaitu dengan rentang skor 1-5 (Ridwan, 2011, hlm. 13). Angket yang digunakan untuk mengukur spiritual leadership kepala sekolah, motivasi kerja dan disiplin kerja guru berbentuk angket tertutup yang mengacu pada 5 skala interval berikut ini:

Tabel 3.3 Skala Interval

Alternatif Jawaban Skor Pernyataan

Selalu (SL) 5

Sering (SR) 4

Kadang-Kadang (KD) 3

Jarang (JR) 2

Tidak Pernah (TP) 1

Adapun penyusunan kisi-kisi dari variabel spiritual leadership kepala sekolah, motivasi kerja guru, dan disiplin kerja guru dipaparkan sebagai berikut:

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Variabel Definisi Operasional Sub Variabel Indikator Item Spiritual

Leadership Kepala Sekolah (X1)

kepemimpinan yang mampu mengilhami, mempengaruhi dan menggerakkan bawahannya melalui keteladanan, dan implementasi nilai

Keadilan 1. Memperlakukan bawahan dengan adil.

2. Adil dalam

memberikan reward dan punishment kepada bawahan.

1,2


(30)

dan perilaku kepemimpinannya. Tanggung jawab Kecerdasan Emosi Inspirational motivation bawahan dalam mengambil keputusan.

1. Menunjukan kinerja profesional dalam melaksanakan tugas. 2. Mengemban tugas

dengan penuh tanggungjawab. 3. Menyelesaikan

tugas.

1. Mampu menyikapi permasalahan dengan cerdas. 2. Memahami dan

memperhatikan kebutuhan bawahan. 3. Cerdas dalam

mengambil keputusan

4. Mereflesikan diri untuk memperhatikan serta menindaklanjuti keluhan bawahan,siswa atau orangtua. 5. Mudah menyesuaikan diri 1. Memberikan

pengakuan atas kerja guru dalam bentuk pujian secara personal.

2. Mengkomunikasikan harapan yang tinggi kepada bawahan 3. Menjadi motivator

bagi bawahan 8,9,10 11,12 13,14 15,16,17 18,19,20 21,22 23,24 25,26 27,28,29 30,31 32,33


(31)

Menciptakan lingkungan akademis yang positif

1.Sebagai model dan pendorong perilaku positif. 2.Mengefektifkan kehadiran 34,35 36,37 Motivasi Kerja Guru (X2)

Daya dorong yang berpengaruh, membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku seorang guru untuk melakukan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar dengan segala kemampuan dan keahliannya. Motif Harapan Insentif

1. Kesempatan untuk maju.

2. Pengakuan sebagai individu.

3. Keamanan bekerja. 4. Tempat kerja yang

baik.

5. Penerimaan oleh kelompok. 6. Perlakuan yang

wajar.

7. Pengakuan atas prestasi.

1. Kondisi kerja yang baik.

2. Perasaan ikut

“terlibat”.

3. Pendisiplinan yang bijaksana.

4. Penghargaan penuh atas persoalan-persoalan pribadi. 5. Loyalitas pimpinan

terhadap guru. 6. Pemahaman yang

simpatik.

7. Jaminan pekerjaan. 1. Upah yang adil dan

layak.

2. Jaminan kesehatan. 3. Pemberian bonus. 4. Jaminan hari tua.

1,2,3 4,5 6 7,8 9,10 11,12 13,14,15 16,17 18,19,20 21,22 23,24 25,26 27,28,29 30,31 32,33 34 35,36 37 Disiplin Kerja Guru (Y)

Suatu sikap dan perilaku yang mentaati segala peraturan organisasi yang didasarkan atas kesadaran diri untuk menyesuaikan dengan

Frekuensi Kehadiran

1. Memahami

ketentuan jam kerja. 2. Datang dan pulang

tepat waktu.

3. Waktu bekerja sesuai dengan jam kerja. 4. Mengisi daftar hadir

1,2,3 4,5 6,7,8 9,10,11


(32)

peraturan organisasi. Ketaatan terhadap prosedur kerja Tingkat kewaspadaan Ketaatan terhadap peraturan

dan daftar pulang.

1. Memahami bidang tugas.

2. Menjalankan mekanisme kerja 3. Mengggunakan cara

kerja yang inovatif

1. Memelihara dan menjaga

kelengkapan kerja 2. Menjalin kerjasama

yang baik

3. Menjaga lingkungan kerja

1. Menjalankan tata tertib, peraturan kedinasan

2. Patuh pada aturan kerja 12,13,14 15,16,17 18,19, 20 21,22,23 24,25 26,27,28 29,30,31 32,33

F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas Instrumen

Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti (Sugiyono, 2010, hlm.121). Validitas menurut Arikunto (2012, hlm.168) adalah “suatau ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument”. Suatu instrument yang valid atau sahih, mempunyai validitas tinggi, begitupun sebaliknya instrument yang tidak valid memiliki validitas rendah.

Untuk mengetahui validitas setiap butir item angket atau alat pengukur data penulis menggunakan teknik korelasi Product Moment dari pearson dengan bantuan program SPSS 20 For Windows. Adapun rumus Product Moment yang digunakan adalah sebagai berikut:


(33)

Keterangan:

N = Jumlah responden

ΣXY = Jumlah perkalian X dan Y

ΣX = Jumlah skor tiap butir

ΣY = Jumlah skor total

ΣX2

= Jumlah skor-skor X yang dikuadratkan

ΣY2

= Jumlah skor-skor Y yang dikuadratkan

Kriteria yang digunakan untuk menentukan suatu instrumen itu valid atau

tidak, menggunakan distribusi (Tabel r) untuk α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk=n-1) sehingga diperoleh nilai rtabel = 0,148. Adapun kaidah yang digunakan

adalah apabila nilai rhitung lebih besar dari nilai rtabel atau nilai rhitung ˃ nilai rtabel,

maka item tersebut adalah valid.

Berdasarkan perhitungan hasil uji coba angket yang telah dilakukan, maka validitas setiap item untuk semua variabel diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Validitas Variabel X1 (Spiritual Leadership Kepala Sekolah)

Hasil perhitungan variable X1 tentang Spiritual leadership kepala sekolah

terdiri dari 37 pernyataan dan seluruhnya valid. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel X1 (Spiritual Leadership Kepala Sekolah)

No. Item r hitung r tabel Keputusan Keterangan

1 0,587 0,148 Valid Digunakan

2 0,655 0,148 Valid Digunakan

3 0,532 0,148 Valid Digunakan

4 0,509 0,148 Valid Digunakan

5 0,296 0,148 Valid Digunakan

6 0,686 0,148 Valid Digunakan

7 0,622 0,148 Valid Digunakan

8 0,683 0,148 Valid Digunakan

� = � −


(34)

No. Item r hitung r tabel Keputusan Keterangan

9 0,592 0,148 Valid Digunakan

10 0, 362 0,148 Valid Digunakan

11 0,476 0,148 Valid Digunakan

12 0,452 0,148 Valid Digunakan

13 0,700 0,148 Valid Digunakan

14 0,434 0,148 Valid Digunakan

15 0,461 0,148 Valid Digunakan

16 0,500 0,148 Valid Digunakan

17 0,616 0,148 Valid Digunakan

18 0,638 0,148 Valid Digunakan

19 0,705 0,148 Valid Digunakan

20 0,748 0,148 Valid Digunakan

21 0,652 0,148 Valid Digunakan

22 0,522 0,148 Valid Digunakan

23 0,619 0,148 Valid Digunakan

24 0,617 0,148 Valid Digunakan

25 0,300 0,148 Valid Digunakan

26 0,605 0,148 Valid Digunakan

27 0,573 0,148 Valid Digunakan

28 0,510 0,148 Valid Digunakan

29 0,592 0,148 Valid Digunakan

30 0,473 0,148 Valid Digunakan

31 0,407 0,148 Valid Digunakan

32 0,720 0,148 Valid Digunakan

33 0,433 0,148 Valid Digunakan

34 0,498 0,148 Valid Digunakan

35 0,326 0,148 Valid Digunakan

36 0,335 0,148 Valid Digunakan

37 0,201 0,148 Valid Digunakan

b. Validitas Variabel X2 (Motivasi Kerja Guru)

Hasil perhitungan variable X2 tentang Motivasi kerja guru terdiri dari 37

pernyataan. 36 pernyataan dinyatakan valid, dan 1 item pernyataan dinyatakan tidak valid, yaitu item no.34. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:


(35)

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel X2 (Motivasi Kerja Guru)

No. Item r hitung r tabel Keputusan Keterangan

1 0,433 0,148 Valid Digunakan

2 0,546 0,148 Valid Digunakan

3 0,421 0,148 Valid Digunakan

4 0,474 0,148 Valid Digunakan

5 0,362 0,148 Valid Digunakan

6 0,587 0,148 Valid Digunakan

7 0,541 0,148 Valid Digunakan

8 0,457 0,148 Valid Digunakan

9 0,454 0,148 Valid Digunakan

10 0,444 0,148 Valid Digunakan

11 0,520 0,148 Valid Digunakan

12 0,331 0,148 Valid Digunakan

13 0,543 0,148 Valid Digunakan

14 0,418 0,148 Valid Digunakan

15 0,497 0,148 Valid Digunakan

16 0,520 0,148 Valid Digunakan

17 0,495 0,148 Valid Digunakan

18 0,476 0,148 Valid Digunakan

19 0,593 0,148 Valid Digunakan

20 0,616 0,148 Valid Digunakan

21 0,428 0,148 Valid Digunakan

22 0,415 0,148 Valid Digunakan

23 0,487 0,148 Valid Digunakan

24 0,533 0,148 Valid Digunakan

25 0,357 0,148 Valid Digunakan

26 0,509 0,148 Valid Digunakan

27 0,341 0,148 Valid Digunakan

28 0,450 0,148 Valid Digunakan

29 0,516 0,148 Valid Digunakan

30 0,355 0,148 Valid Digunakan

31 0,309 0,148 Valid Digunakan


(36)

No. Item r hitung r tabel Keputusan Keterangan

33 0,407 0,148 Valid Digunakan

34 0,122 0,148 Tidak Valid Diperbaiki

35 0,312 0,148 Valid Digunakan

36 0,367 0,148 Valid Digunakan

37 0,302 0,148 Valid Digunakan

c. Validitas Variabel Y (Disiplin Kerja Guru)

Hasil perhitungan variable Y tentang Disiplin kerja guru terdiri dari 33 pernyataan dan seluruhnya valid. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.7

Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Y (Disiplin Kerja Guru)

No. Item r hitung r tabel Keputusan Keterangan

1 0,214 0,148 Valid Digunakan

2 0,639 0,148 Valid Digunakan

3 0,340 0,148 Valid Digunakan

4 0,419 0,148 Valid Digunakan

5 0,493 0,148 Valid Digunakan

6 0,601 0,148 Valid Digunakan

7 0,580 0,148 Valid Digunakan

8 0,547 0,148 Valid Digunakan

9 0,507 0,148 Valid Digunakan

10 0,484 0,148 Valid Digunakan

11 0,259 0,148 Valid Digunakan

12 0,623 0,148 Valid Digunakan

13 0,712 0,148 Valid Digunakan

14 0,658 0,148 Valid Digunakan

15 0,694 0,148 Valid Digunakan

16 0,542 0,148 Valid Digunakan

17 0,482 0,148 Valid Digunakan

18 0,279 0,148 Valid Digunakan


(37)

No item r hitung r tabel keputusan keterangan

20 0,469 0,148 Valid Digunakan

21 0,152 0,148 Valid Digunakan

22 0,392 0,148 Valid Digunakan

23 0,556 0,148 Valid Digunakan

24 0,378 0,148 Valid Digunakan

25 0,364 0,148 Valid Digunakan

26 0,523 0,148 Valid Digunakan

27 0,279 0,148 Valid Digunakan

28 0,383 0,148 Valid Digunakan

29 0,434 0,148 Valid Digunakan

30 0,482 0,148 Valid Digunakan

31 0,511 0,148 Valid Digunakan

32 0,421 0,148 Valid Digunakan

33 0,462 0,148 Valid Digunakan

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas digunakan untuk mengetahui dan mengukur tingkat konsistensi

alat ukur”. Sebagaimana yang diungkapakan Cohen (2007, hlm. 146) “a reliable instrument for a piece of research will yield similar data from similar respondents

over time”. Hasil penelitian yang reliabel bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda (Sugiyono, 2010, hlm.121). Pengujian reliabilitas instrumen (angket) Variabel X1, X2 dan variabel Y dalam penelitian ini menggunakan

metode belah dua (Split Half Method) dengan cara pembelahan ganjil-genap melalui tahap berikut ini:

Menghitung korelasi Product Moment dengan rumus:

r

b

=

Kemudian masuk pada rumus korelasi Spearman Brown:

r

11

=


(38)

R 11 = nilai reliabilitas

R b = nilai koefisien korelasi product moment antara (ganjil-genap) atau

(awal-akhir)

Distribusi (r table) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2) Kaidah keputusan: Jika r hitung > r tabel berarti reliabel

Jika r hitung < r tabel berarti tidak reliabel

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dihitung dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package of Sosial Science) versi 20. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti di bawah ini:

a. Hasil Uji Reliabilitas Variabel X1 (Spiritual leadership Kepala Sekolah)

Tabel 3.8

Hasil Uji Reliabilitas Variabel X1

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Part 1 Value ,844 N of Items 16a

Part 2 Value ,860 N of Items 16b Total N of Items 29 Correlation Between Forms ,697

Spearman-Brown Coefficient Equal Length ,826 Unequal Length ,826 Guttman Split-Half Coefficient ,831

a. The items are: item1, item2, item3, item4, item5, item6, item7, item8, item9, item10, item11, item12, item13, item14, item15, item16, item17, item18, item19.

b. The items are: item20, item21, item22, item23, item24, item25, item26, item27, item28, item29, item30, item31, item32, item33, item34, item35, item36, item37, item38.

Pengujian reliabilitas pada variabel spiritual leadership kepala sekolah ini dengan melihat korelasi Guttman Split-Half Coefficient yaitu sebesar 0,831. Korelasi berada pada kategori sangat kuat. Bila dibandingkan dengan rtabel 0,148


(39)

maka rhitung lebih besar dari pada rtabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

item pertanyaan pada variabel spiritual leadership kepala sekolah (X1) reliabel.

b. Hasil Uji Reliabilitas Variabel X2 (Motivasi Kerja Guru)

Tabel 3.9

Hasil Uji Reliabilitas Variabel X2

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Part 1 Value ,869 N of Items 19a

Part 2 Value ,759 N of Items 18b Total N of Items 37 Correlation Between Forms ,575

Spearman-Brown Coefficient Equal Length ,731 Unequal Length ,731 Guttman Split-Half Coefficient ,719 a. The items are: item1, item2, item3, item4, item5, item6, item7, item8, item9, item10, item11, item12, item13, item14, item15, item16, item17, item18, item19.

b. The items are: item19, item20, item21, item22, item23, item24, item25, item26, item27, item28, item29, item30, item31, item32, item33, item34, item35, item36, item37.

Pengujian reliabilitas pada variabel motivasi kerja ini dengan melihat nilai korelasi Guttman Split-Half Coefficient yaitu sebesar 0,719. Korelasi berada pada kategori kuat. Bila dibandingkan dengan rtabel 0,148 maka rhitung lebih besar dari

pada rtabel. Dengan demikian disimpulkan bahwa item pertanyaan pada variabel


(40)

c. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y (Kepuasan Siswa) Tabel 3.10

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Part 1

Value ,884 N of Items 17a

Part 2

Value ,808 N of Items 16b Total N of Items 33 Correlation Between Forms ,724

Spearman-Brown Coefficient Equal Length ,840 Unequal Length ,840 Guttman Split-Half Coefficient ,837 a. The items are: item1, item2, item3, item4, item5, item6, item7, item8, item9, item10, item11, item12, item13, item14, item15, item16, item17.

b. The items are: item17, item18, item19, item20, item21, item22, item23, item24, item25, item26, item27, item28, item29, item30, item31, item32, item33.

Pengujian reliabilitas pada variabel disiplin kerja guru ini dengan melihat nilai korelasi Guttman Split-Half Coefficient yaitu sebesar 0,837. Korelasi berada pada kategori sangat kuat. Bila dibandingkan dengan rtabel 0,148 maka rhitung lebih

besar dari pada rtabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan

pada variabel kepuasan siswa (Y) reliabel.

Setelah angket diujicobakan dan hasil uji coba angket menunjukan bahwa instrumen tersebut telah memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas, selanjutnya adalah melaksanakan analisis data.

G. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan alat-alat pengukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian (Sugiyono,2010, hal.97). Data yang akan dikumpulan dapat berupa angka-angka keterangan tertulis, informasi lisan dan


(41)

berbagai ragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang akan diteliti. Berkaitan dengan pengertian teknik pengumpulan data dan wujud data yang akan dikumpulkan, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan dua alat pengumpul data berupa dokumentasi dan angket. Secara lebih rinci akan dijelaskan satu persatu di bawah ini:

1. Studi Kepustakaan

Teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Agus, 2011, hal.94) hal inilah yang dinamakan studi kepustakaan. Seorang peneliti perlu mengkaji bahan-bahan tertulis seperti: buku, laporan/makalah, jurnal, tesis maupun disertasi, dll yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

2. Angket (Kuesioner)

“Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya” (Sugiyono, 2010, hlm.142). Penggunaan angket sebagai alat pengumpulan data yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lengkap mengenai suatu masalah yang diteliti, di mana responden mengisi angket yang telah disiapkan peneliti dengan benar.

Penelitian ini menggunakan angket tertutup, agar jawaban responden dapat dijaga kerahasiaannya. Arikunto (2010, hlm.152) mengemukakan bahwa angket tertutup adalah angket yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga responden hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.

Dalam pengisian angket, responden tinggal memberi tanda checklist (√)

pada kolom yang tersedia dengan memilih jawaban yang sesuai dengan pendapat responden itu sendiri.

H. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah pengolahan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(42)

1. Perhitungan Rata-rata

Sugiyono (2010, hlm.147) mengemukakan bahwa analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Untuk mengetahui rata-rata kecenderungan umum jawaban responden terhadap variabel X1, X2 dan Y dapat menggunakan rumus:

̅= Di mana:

̅ = rata-rata

= jumlah seluruh skor X dalam sekumpulan data n = jumlah seluruh data

Untuk mengetahui kecenderungan rata-rata X1, X2 dan Y, maka dapat

dilakukan dengan tabel konsultasi hasil perhitungan Weighted Means Score (WMS), sebagai berikut:

Tabel 3.11

Tabel Konsultasi Hasil Perhitungan WMS Rentang Nilai Kriteria

4,01-5,00 Sangat Tinggi

3,01-4,00 Tinggi

2,01-3,00 Sedang

1,01-2,00 Rendah

0,01-1,00 Sangat Rendah Sumber : Sugiyono, 2010, hlm.147

2. Pengujian Hipotesis Penelitian

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan rumus: a. Analisis Korelasi

1. Rumus korelasi Pearson Product Moment:

r

hitung

=


(43)

Di mana:

rhitung = Koefisien korelasi

Xi = Jumlah skor item

ΣYi = Jumlah skor total (seluruh item)

n = Jumlah responden

Lambang korelasi Pearson Product Moment adalah r dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari (-1≤ r ≤ + 1). Jika nilai r = -1 artinya korelasi negatif sempurna, r = 0 artinya tidak ada korelasi. Sedangkan, r = 1 artinya korelasinya sangat kuat. b. Analisis Korelasi Ganda

Analisis korelasi ganda berfungsi untuk mencari besarnya pengaruh atau hubungan antara dua variabel bebas X atau lebih secara simultan (bersama-sama) dengan variabel terikat Y. Untuk menghitung korelasi ganda dapat menggunakan rumus (Sugiyono, 2010, hlm.233) di bawah ini:

Keterangan:

Ryx1x2 = Korelasi antara variabel X1 dengan X2 secara bersama-sama dengan

variabel Y

ryx1 = Korelasi product moment antara X1 dengan Y

ryx2 = Korelasi product moment antara X2 dengan Y

rx1x2 = Korelasi product moment antara X1 dengan X2

Kemudian untuk mengetahui tingkat kekuatan korelasi dari masing-masing hasil hitungan korelasinya dikonsultasikan dengan tabel Interpretasi Koefisien korelasi nilai r, sebagai berikut :


(44)

Tabel 3.12

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,80-1,000 Sangat kuat

0,60-0,799 Kuat

0,40-0,599 Sedang

0,20-0,399 Rendah

0,00-0,199 Sangat rendah

Sumber : Sugiyono dalam Winarno, 2012

c. Uji Signifikansi Korelasi

Untuk menguji signifikansi dapat menggunakan rumus:

Di mana: thitung = Nilai t

r = Nilai koefisien korelasi n = Jumlah sampel

Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk= n-2) maka kaidah keputusannya: Jika thitung > ttabel berarti signifikan

Jika thitung < ttabel berati tidak signifikan

d. Uji Signifikansi Korelasi Ganda

Untuk menguji signifikansi terhadap koefisien korelasi ganda dapat menggunakan rumus di bawah ini:

Fh =

Di mana:

R = Koefisien korelasi ganda k = Jumlah variabel independent n = Jumlah anggota sampel


(45)

kemudian nilai Fhitung dibandingkan dengan nilai Ftabel dengan derajat

kebebasan, dk pembilang = k dan dk penyebut = (n-k-1) dan taraf kesalahan 5% dengan ketentuan:

Jika Fhitung > Ftabel maka tolak Ho artinya signifikan

Jika Fhitung < Ftabel maka terima Ho artinya tidak signifikan

e. Analisis Regresi Sederhana

Regresi sederhana adalah suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang apa yang paling mungkin terjadi di masa yang akan datang berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahannya dapat diperkecil (Sarwono, 2014). Rumus persamaan regresi sederhana yaitu:

̂ = Keterangan:

̂ = Subjek variabel terikat yang diproyeksikan

X = Variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan a = Nilai konstanta harga Y jika X=0

b = Nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y

b =

a =

f. Analisis Regresi Ganda

Analisis regresi ganda adalah pengembangan dari analisis regresi sederhana. Kegunaannya yaitu untuk meramalkan nilai variabel terikat (Y) apabila variabel bebas minimal dua atau lebih (Sarwono, 2014). Rumus persamaan regresi ganda yaitu:

̂ = a + b1x1 + b2x2


(1)

Fahmi, Irham. (2013). Perilaku Organisasi : Teori, Aplikasi dan Kasus. Bandung: Alfabeta

Fairholm, Gilbert W. (1996). Spiritual Leadership : Fulfilling Whole Self Need at Work. Leaders Organizational Development Journal. Greenwich vol 14. Fillmore, Stanford H. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi revisi.

Yogyakarta : Erlangga

Flippo, Edwin B. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.Raja Grafindo

Frisdiantara, Christea. (2012). The Spiritual Leadership Dimension In Relation to Other Value-Based Leadership in Organisation. Jurnal Internasional Humanities and Social Science

Fry, L.W. (2005). Toward a theory of ethical and spiritual well-being, and corporate social responsibility through spiritual leadership. Greenwich, CT: Information Age Publishing.

Fry, Louis, Vitaci. (2005). Spiritual leadership and army transformation : Theory, Measures, and establishing a baseline. Jurnal Leadership Quartency Greenwich Vol.16.

Gibson, James. L., et al. (2012). Organisasi, Perilaku, Struktur, dan Proses. Alih Bahasa oleh Nunuk Andiarni, jilid 1 dan 2. Jakarta: Binarupa Aksara. Gomez-Mejia, R. Luis, dkk. (2001). Managing Human Resources. New Jersey:

Prentice Hall.

Gultom, Dokmauliate (2013). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Disiplin Kerja Guru di SMA Negeri 1 Sei Bamban. Jurnal Kepemimpinan Universitas Negeri Medan.

Hallinger, P. dan Leithwood, K. (2006). Introduction: Exploring The Impact of Principal Leadership School Effectiveness and School Improvement. Journal of Research, Policy and Practice.

Handoko, T.Hani. (2001). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Haji Masagung

Hartono, Djoko. (2013). Pengaruh Kepemimpinan Berbasis Spiritual terhadap Kinerja Guru. Jurnal kepemimpinan Universitas Negeri Malang.

Hasibuan, Malayu. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT.Bumi Aksara

Hersey dan Blanchard. (1982). Management of Organizational Behaviour (terj. Agus Dharma). Jakarta: Erlangga


(2)

Hoy, Wayne K dan Cecil G. Miskel. (2008). Educational Administration: Theory, Research, and Practice. New York: Mc Graw Hill.

Ivancevich, Konopaske, dan Matteson. (2007). Perilaku dan Manajemen Organisasi, Edisi Ketujuh. Penerbit Erlangga: Jakarta

Kartono, Kartini. 2003. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Keputusan Mendikbud No.054/U/1993, Bab II Pasal 2 tentang Penyelenggaraan Madrasah Tsanawiyyah (MTs)

Kouzes, James M dan Posner, Barry Z. 2004. The Leadership Challenge (Tantangan Kepemimpinan). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Levin, Michael. (2000). Spiritual Intellegence, Awakening the Power Of Your Spiritual and Intuitition. London : Hodder and Stoughton.

Lias, Azleen. (2010). Pengaruh Motivasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru di SMKN 1 Pemalang. Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) UNSRI

Ludeman, Kate dan Gay Hendricks. (2003). The Corporate Mystic : Sukses Berbisnis dengan Hati, terj. Fahmy Yamani. Bandung: PT.Mizan Pustaka Luthans, Fred. (2006). Perilaku Organisasi. Diterjemahkan oleh Vivin Andika

Yuwono dkk. Edisi Pertama. Yogyakarta: Andi

Ma’in, Abdul. (2009). The Spiritual Leadership. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Mangkunegara, Anwar Prabu. (2005). Evaluasi kinerja SDM. Bandung:

PT.Remaja Rosdkarya

Mangkunegara, Anwar Prabu. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

Marwansyah. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfabeta Masaong .K dan Tilome A. (2011). Kepemimpinan Berbasis Multiple Intellegence

(Sinergi Kecerdasan Intelektual, emosional dan Spiritual Untuk Meraih Sukses yang Gemilang). Bandung: Alfabeta

Mawardi. (2012). Teachers’s Discipline in Teaching Based On Principal’s Leadership Style. Jurnal kepemimpinan Universitas Negeri Malang

McGregor, Douglas. (1967). The Personal Management. New York: McGraw Hill.

Mirfani, Aceng Muhtaram. (2011). Faktor Kepemimpinan dalam Strategi. Jurnal FIP-UPI.


(3)

Mondy, R. Wayne and Robert M.Noe. (2005). Human Resource Management; Ninth Edition. USA: Prentice Hall.

Nawawi, Hadari. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Oxford Advanced Learner’s Dictionary. (2005). Oxford: Oxford University Press Peraturan Direktur Jendral Pendidikan Islam No.1 Tahun 2013 Tentang Disiplin

Kehadiran Guru di Lingkungan Madrasah

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2013 tentang penyelenggaran pendidikan madrasah pada Bab I Pasal 1

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Percy, Ian. (2003). Going Deep: Exploring Spirituality in Life and Leadership. Arizona : Inspired Production Press.

Permendiknas No. 15 Tahun 2005 Tentang Standar Pelayanan Pendidikan (SPM) pasal 2 Ayat 2

Pujiastuti, Ratna. (2014). Karakteristik Spiritual Leadership Perangkat Desa di Kabupaten Banyumas (Berdasarkan Teori Spiritual Ledearship Fry). Jurnal kepemimpinan Universitas Negeri Yogyakarta.

Razik, T.A dan Swanson,A.D. (1995). Fundamental Concept for Educational Leadership and Management. Ohio:Prentice Hall.

Rivai, Veithzal dan Sylviana Murni. (2009). Education Management: Analisis Teori dan Praktik. Jakarta : Rajawali Press.

Rivai, Veithzal. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Robbins, Steppen P. (2007). Perilaku Organisasi; Edisi Kesepuluh, Jakarta: Indeks.

Rohmalia. (2014) Pengaruh Motivasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Disiplin Kerja Guru SMP, MTs dan MA Takhassus Al-Qur’an Demak. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro

Rosmiaty dan Kurniady. (2009). Manajemen Pendidikan. Tim Dosen Jurusan Administasi Pendidikan UPI. Bandung: Alfabeta

Sagir, Suharsono.(2000). Membangun Manusia Karya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.


(4)

Sari, Intan Purnama. (2011). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kompensasi terhadap Disiplin Kerja Guru Akuntansi di SMK Program Bisnis dan Manajemen Se-Kabupaten Wonogiri. Jurnal Manajemen JIPP Sarwono,Jonathan. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif.

Yogyakarta; Graha Ilmu

Septi, Maria Magdalena. (2013). Analisis Disiplin Kerja Guru Honor SMA Negeri 1 Pontianak Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran (JIPP) Vol.2 No.3

Sergiovani, Thomas J. (1987). Educational Governance and Administration. United states: Prentice-Hall.

Shofwa, Yoiz. (2012). Pengaruh Motivasi dan Kepemimpinan Spiritual Terhadap Disiplin Kerja Dosen dan Karyawan STAIN Purwokerto. Jurnal Kepemimpinan STAIN Purwokerto

Siagian, Sondang. (2008) Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Simamora. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN Siswanto, Bedjo. (2003). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta:

PT.RajaGrafindo

Sperling, Abraham. (1987). Psychology. London: The Publisher W. H. Allen & Co. Ltd

Stoner, J.A.F.(1999).Management. Fifth Edition. Englewood Cliffs. New Jersey: Prentice Hall A Division of Simon & Schuster, Inc.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Surono, IG. (2011). Disiplin Pegawai dalam Era Global. Jakarta :Yayasan Kurmadiyah.

Suryana, Asep dan Jalaludin. (2013). Value Based Leadership. Bandung: Nurani Press.

Susanti, Aries. (2012). Pengaruh motivasi kerja dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Disiplin kerja Guru di SMA Negeri Bojonegoro.Jurnal kepemimpinan UNSRI

Sutermeister, Robert A. (2003). People and Productivity : Five Edition. New York: McGraw Hill Book Company


(5)

Syukri, Muhammad (2012). Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Disiplin Kerja Guru SMK Negeri Kabupaten Lima Puluh Kota. Jurnal Psikologi Universitas Negeri Padang. Tasmara, Toto. (2006). Spiritual Centered Leadership : Kepemimpinan Berbasis

Spiritual. Depok: Gema Insani Press

Taufik, Ahmad. (2009). Melejitkan Spiritual Question (SQ) Dengan Prinsip 99 Asmaul Husna. Jakarta : Mutiara Sumber Widya.

Terry, George R. & Leslie W.Rue. (2009). Dasar-Dasar Manajemen. Penerjemah G.A. Ticoalu. Jakarta: Bumi Aksara.

Tjahjono, Harry. (2003). Kepemimpinan Dimensi keempat; Selamat Tinggal Krisis kepemimpinan. Jakarta: Elek Media Komputindo

Tobroni. (2010). Spiritual Leadership The Problem Solver Krisis; Kepemimpinan Dalam Pendidikan Islam. Jurnal kepemimpinan UMM

Tobroni. (2010). The Spiritual Leadership. Jakarta: UMM Press

Tulus, Tu’u. (2004). Peran dan Disiplin Pada Prilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:PT.Grsindo

Undang-undang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 pasal 8 Tentang Guru dan Dosen.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Usman, Moh.Uzer. (2007). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

Wahjosumidjo. (2004). Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Werther, William B, dan Keith Davis. (2004). Human Resources and Personnel

Management, Sixthth edition. New York: McGraw-Hill, Inc.

Westerman dan Donoghue. (1992). Pengelolaan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Wexley dan Gary A. Yulk. (2003). Organizational Behavior and Personnel Psychology. Jakarta: Rineka Cipta

Wirawan. (2009). Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta : Erlangga. Woolfolk. (2004). Educational Psychology. Boston : Pearson Educational Wursanto, Ignatius.(2003). Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: Andi Yulk, Gary. (2010). Kepemimpinan dalam Organisasi, edisi Kelima. Jakarta:


(6)

Yuspratiwi , I. (1990). Hubungan antara Locus of Control dengan disiplin kerja Wiraniaga Obat-obatan di DIY. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM

Zesbendri dan Aryanti. 2009. Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai pada Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. ISSN 1858-1048. Vol 4 : 11-19.

Zohar, Danah dan Ian Marhall. (2004). SQ. Spiritual Intelligence, The Ultimate Intelligence, London: Bloomsbury


Dokumen yang terkait

Hubungan persepsi guru tentang komunikasi interpersonal kepala sekolah dengan disiplin kerja guru di MTs al-Awwabin Sawangan -Depok tahun 2010-2011

4 53 115

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN DISIPLIN KERJA GURU MELALUI PROGRAM Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Disiplin Kerja Guru Melalui Program Workshop Motivasi Kerja Di Mts Muhammadiyah Surakarta.

0 4 18

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN DISIPLIN KERJA GURU MELALUI PROGRAM Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Peningkatan Disiplin Kerja Guru Melalui Program Workshop Motivasi Kerja Di Mts Muhammadiyah Surakarta.

0 3 14

KONTRIBUSI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, BUDAYA ORGANISASI, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Di MTs Negeri Se-Kabupaten Sragen.

0 2 15

STUDY TENTANG KINERJA MENGAJAR GURU:Analisis Pengaruh Kepemimpinan Kepala Madrasah, Budaya Madrasah, Motivasi Kerja, dan Komitmen Kerja Terhadap Kinerja Mengajar Guru Madrasah Aliyah Se-Kota Bekasi.

0 10 94

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Guru di MTs Dinniyah Putri Lampung

1 12 120

PENGARUH SPIRITUAL LEADERSHIP KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI MADRASAH TSANAWIYYAH (MTs) SE-KOTA SUKABUMI - repository UPI T ADP 1201299 Title

0 0 3

171342591 TESIS PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU

2 3 147

PENGARUH KEPALA SEKOLAH SEBAGAI LEADER DAN PEMBERIAN MOTIVASI KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU SD

0 0 11

Pengaruh supervisi akademik kepala sekolah, iklim kerja sekolah dan disiplin kerja terhadap kepuasan kerja guru SLB se Kota Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014

0 0 9