Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1 Opi Ropina, 2013 Analisis Kemunculan Unsur Savi Dalam Pembelajaran Guided Inquiry Pada Sub Konsep Fotosintesis Di SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar Berdasar Aktivitas BBA berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh atau pikiran terlibat dalam proses belajar. Gerakan fisik meningkatkan proses mental. Bagian otak manusia yang terlibat dalam gerakan tubuh korteks motor terletak tepat di sebelah bagian otak yang digunakan untuk berpikir dan memecahkan masalah. Oleh karena itu, menghalangi gerakan tubuh berarti menghalangi pikiran untuk berfungsi secara maksimal. Sebaliknya, melibatkan tubuh dalam belajar cenderung membangkitkan kecerdasan terpadu manusia sepenuhnya. Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh orang berdiri dan bergerak kesana kemari. Akan tetapi, menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Belajar SAVI merupakan belajar dengan melibatkan unsur- unsur somatik, auditori, visual, dan intelektual. Keempat cara belajar ini harus ada agar belajar berlangsung optimal. Karena unsur-unsur ini semuanya terpadu, belajar yang paling baik bisa berlangsung jika semuanya itu digunakan secara simultan Meier, 2002. SAVI ini dijabarkan sebagai berikut: unsur somatik, yaitu belajar dengan bergerak dan berbuat. Auditori, yaitu belajar dengan berbicara dan mendengar. Visual, yaitu belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Intelektual, yaitu belajar dengan memecahkan masalah dan merenung Meier 2002. Agar keempat unsur itu lebih mudah diingat, maka disingkat menjadi SAVI oleh Dave Meier dalam bukunya yang berjudul The Accelerated Learning Handbook. SAVI merupakan pendekatan yang digunakan untuk belajar dalam lingkungan Opi Ropina, 2013 Analisis Kemunculan Unsur Savi Dalam Pembelajaran Guided Inquiry Pada Sub Konsep Fotosintesis Di SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu accelerated learning, yang digunakan organisasi-organisasi di Amerika dalam melatih pegawai perusahan. Model pelatihan accelerated learning atau pembelajaran yang dipercepat ini telah membantu banyak pelatih profesional, dalam hal merancang program jauh lebih cepat, meningkatkan pembelajaran, membantu perkembangan para pegawai agar lebih kreatif dan produktif, dan menghemat banyak waktu dan uang untuk organisasi mereka. Accelerated learning didasarkan pada penelitian mutakhir mengenai otak dan belajar. Di sini dapat digunakan berbagai metode dan media. Sifatnya terbuka dan luwes. Pembelajar diajak terlibat sepenuhnya. Accelerated learning cocok dengan semua gaya belajar Meier, 2002. Penelitian yang dilakukan sejak 1979 oleh Dunn dan Dunn mengungkapkan “bahwa tiga-perlima gaya belajar bersifat genetis; sisanya, di luar ketekunan, bisa dikembangkan melalui pengalaman” Prashnig, 2007. Dalam sebuah kelas terdiri dari beragam individu yang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, sehingga Prashnig 2007 menjelaskan bahwa tidak ada satu cara terbaik, tidak ada satu gaya tunggal yang bisa menjamin keberhasilan proses belajar, penyerapan informasi, pemecahan masalah, dan penyelesaian tugas. Di antara semua unsur yang membentuk gaya seseorang secara keseluruhan, ada empat dari enam indra melihat, mendengar, menyentuh, dan merasa yang paling mempengaruhi penyerapan informasi, ingatan, dan proses belajar. Jika diterjemahkan ke dalam istilah teknis, keempat indra itu bisa digambarkan sebagai modalitas indrawi atau preferensi perseptual visual, auditori, taktil, dan kinestetik Prashnig, 2007. Hal ini pun terkandung dalam pendekatan SAVI untuk belajar. Apabila guru memperhatikan tentang gaya belajar ini, maka pembelajaran yang dilakukan harus dapat memfasilitasi kemampuan-kemampuan siswa. Pembelajaran harus berorientasi kepada siswa, sehingga kegiatan belajar pun menjadi lebih aktif. Unsur-unsur SAVI ini pun ada dalam pembelajaran aktif. Ramdhani 2009 mengemukakan bahwa, pembelajaran aktif active learning adalah proses Opi Ropina, 2013 Analisis Kemunculan Unsur Savi Dalam Pembelajaran Guided Inquiry Pada Sub Konsep Fotosintesis Di SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu belajar dimana siswa mendapat kesempatan untuk lebih banyak melakukan aktivitas belajar berupa hubungan interaktif dengan materi pelajaran, sehingga terdorong untuk menyimpulkan pemahaman daripada hanya sekedar menerima pelajaran yang diberikan. Meyer dan Jones 1993 mengemukakan bahwa pembelajaran aktif terjadi aktivitas berbicara dan mendengar, menulis, membaca, dan refleksi yang menggiring ke arah pemaknaan mengenai isi pelajaran, ide-ide, dan berbagai hal yang berkaitan dengan satu topik yang sedang dipelajari Ramdhani, 2009. Bila pembelajaran lebih aktif melibatkan siswa dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi yang diberikan. Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains BSNP, 2006. Biologi adalah ilmu yang secara empistomologi berkembang melalui pengalaman langsung anak pada flora dan fauna setempat sampai terbentuk konsep logic-matematik Seregeg dalam Redjeki, 2006. “Biology is a science in which the curriculum continuously changes ” Koba dan Tweed, 2009. Pengetahuan baru yang muncul dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada pengajaran sains, khususnya biologi, karena bertambahnya konsep-konsep baru yang harus dipahami. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru biologi untuk tidak hanya mengajarkan konsep biologi agar anak didik mengerti, tetapi juga harus dapat mengetahui cara yang tepat untuk mengajarkan konsep tersebut kepada anak didiknya. Pembelajaran di kelas harus lebih aktif melibatkan siswa dan memfasilitasi siswa dalam menerima materi ajar. Dalam Koba dan Tweed disebutkan ada lima topik biologi yang sulit untuk diajarkan, yaitu reproduksi, fotosintesis, seleksi alam, genetik molekuler, dan ekologi 2009. Ada dua alasan mengapa sulit mengajarkan topik biologi tersebut, “One, many biology lessons are highly conceptual and students can’t visualize what is taking place on a microscopic level. And two, some biology teachers are not aware of strategies that engage students with a scientific way of knowing. ” Banilower et al. 2008; Lederman, 2007 dalam Koba dan Tweed, Opi Ropina, 2013 Analisis Kemunculan Unsur Savi Dalam Pembelajaran Guided Inquiry Pada Sub Konsep Fotosintesis Di SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2009. Oleh karena itu, sesuai dengan apa yang telah dipaparkan diatas oleh Badan Standar Nasional Pendidikan BSNP, bahwa sebaiknya pembelajaran IPA atau sains yang mana terkandung biologi didalamnya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah scientific inquiry. Dalam NRC 1996 pembelajaran sains yang berorentasi inkuiri akan bersifat lebih aktif melibatkan siswa, belajar secara “hands-on” dan eksperimen, belajar berdasarkan aktivitas, menggabungkan inkuiri dengan pendekatan diskoveri, mengembangkan keterampilan proses melalui metode ilmiah Anggraeni, 2006. Hasil penelitian Schlenker, dalam Joyce dan Weil 1992, menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisa informasi Trianto, 2007. Melalui pembelajaran inkuiri ini diharapkan dapat mengatasi dua alasan yang telah dikemukakan sebelumnya tentang sulitnya mengajarkan materi biologi. Trowbridge, et al. Anggraeni, 2006 mengajukan tiga tahap pembelajaran berbasis inkuiri. Tahap pertama adalah belajar diskoveri, guru yang menyusun masalah dan proses tetapi mengijinkan siswa untuk mengidentifikasi hasil alternatif. Tahap berikutnya yang lebih kompleks adalah inkuiri terbimbing guided inquiry, guru mengajukan masalah dan siswa menetukan penyelesaian dan prosesnya. Ketiga, suatu level yang sangat dibutuhkan adalah inkuiri terbuka open inquiry, guru hanya memberikan konteks masalah sedangkan siswa mengidentifikasi dan memecahkannya. Telah disebutkan sebelumnya bahwa salah satu topik yang sulit untuk diajarkan dan dipahami, yaitu fotosintesis. “Photosynthesis is one of the most difficult topics to teach, partly because it is such a broad and conceptually complex topic ” Koba dan Tweed, 2009. Materi fotosintesis ini semakin diperdalam pemahaman konsepnya di jenjang SMP. Dimana katarakteristik siswa SMP yang telah menginjak masa remaja ini penuh keingintahuan yang tinggi, sudah mampu berpikir abstrak dan berpikir kritis, maka harus dipilihkan Opi Ropina, 2013 Analisis Kemunculan Unsur Savi Dalam Pembelajaran Guided Inquiry Pada Sub Konsep Fotosintesis Di SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan materi yang kompleks seperti fotosintesis. Pembelajaran inkuiri terbimbing guided inquiry dapat membantu guru dalam mengajarkan materi fotosintesis dan siswa akan menemukan pengetahuan mengenai materi yang dipelajari lewat pengalamannya sendiri. Menurut Coburn dalam anonymouse Anggraeni, 2006, menyatakan bahwa inkuiri terbimbing itu guru hanya memberikan bahan-bahan dan permasalahan untuk diinvestigasi, siswa mencari cara penyelesaiannya sendiri. Pembelajaran guided inquiry dapat melatih siswa mengembangkan daya kreatif, menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, dan bersikap ilmiah. Hal ini dapat memfasilitasi rasa keinginahuan siswa SMP yang besar tanpa harus membuat siswa tersebut merasa jenuh dalam belajar. Pembelajaran guided inquiry ini merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa student centered approach. Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini siswa memegang peranan yang sangat dominan dalam proses pembelajaran DEPDIKNAS, 2008. Oleh karena itu, proses belajar yang terfokus pada siswa student center lebih sesuai dalam memfasilitasi kemampuan-kemampuan siswa dan kegiatan belajar pun menjadi lebih aktif active learning. Pembelajaran aktif maupun belajar berdasar aktivitas akan melibatkan seluruh tubuh dan semua indra untuk belajar, yaitu melibatkan unsur somatik, auditori, dan visual, serta intelektual siswa dalam belajar. Unsur SAVI pun terkandung dalam pembelajaran aktif active learning dan pembelajaran sains yang berorientasi inkuiri. Semua pembelajaran tersebut telah terbukti dapat membantu siswa belajar dan meningkatkan pemahaman mereka. Namun, kemunculan unsur SAVI dalam pembelajaran kurang terlihat, karena tidak dijabarkannya unsur-unsur tersebut dalam setiap tahap pembelajaran. Berdasarkan beberapa pernyataan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dirancanglah suatu penelitian untuk menganalisis kemunculan unsur SAVI dalam pembelajaran guided inquiry pada sub konsep fotosintesis di SMP. Bila unsur SAVI terdapat dalam pembelajaran, maka pembelajaran akan lebih menyenangkan, membuat Opi Ropina, 2013 Analisis Kemunculan Unsur Savi Dalam Pembelajaran Guided Inquiry Pada Sub Konsep Fotosintesis Di SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu siswa lebih aktif, tubuh dan otak senatiasa beraktivitas, dan hasil pembelajaran optimal. Hal ini dilihat kemunculannya dalam pembelajaran guided inquiry agar diketahui pembelajaran dapat memfasilitasi siswa dan cocok dengan semua gaya belajar siswa.

B. Rumusan Masalah