commit to user 32
B. Latar Belakang Masalah
Pengembangan bidang usaha dalam suatu perusahaan merupakan suatu usaha
meningkatkan profitabilitas
perusahaan sekaligus
untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Dalam perkembangan
tersebut mengakibatkan pengawasan manajemen puncak semakin bertambah. Keterbatasan kemampuan manajemen puncak dalam melakukan pengawasan
secara langsung, menyebabkan perusahaan perlu melakukan pendelegasian wewenang. Dengan demikian pengambilan keputusan dapat dilakukan lebih
cepat oleh pihak-pihak yang lebih dekat dengan aktivitas tersebut. Banyak informasi yang khas tentang suatu aktivitas tertentu yang hanya diketahui oleh
pihak-pihak yang dekat dengan aktivitas tersebut. Divisionalisasi merupakan suatu bentuk pendelegasian wewenang
yang lebih besar kepada manajer operasional di mana manajer tersebut mempunyai tanggung jawab terhadap pengambilan keputusan tentang
besarnya pendapatan dan kos di dalam unit kerjanya, sehingga pihak kantor pusat tidak perlu lagi memikirkan keputusan-keputusan yang terlalu rinci.
Namun yang perlu diperhatikan oleh pihak kantor pusat adalah keselarasan antara tujuan divisi yang ada dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan.
Dalam suatu divisi, profitabilitas merupakan pertimbangan penting di dalam penilaian prestasinya. Dalam melakukan transaksi baik itu dengan
divisi lain maupun dengan pihak luar perusahaan diharapkan akan dapat mencapai keuntungan yang optimal bagi divisinya.
commit to user 33
Dalam penilaian prestasi pusat laba timbul beberapa masalah yang harus diselesaikan, antara pendapatan bersama dengan kos bersama,
pemakaian konsep laba, penentuan harga transfer dan pemakaian konsep investasi. Khusus bagi harga transfer yang sering menimbulkan masalah antar
divisi, maka perlu adanya kesepakatan di antara divisi dalam menentukan metode penetapan harga transfer.
Menurut Simamora 1999:273, tujuan penentuan harga transfer adalah untuk mentransmisikan data keuangan di antara divisi-divisi perusahaan pada
waktu mereka saling menggunakan produk satu sama lain. Selain itu, menurut dia tujuan lain dari penentuan harga transfer adalah untuk mengevaluasi
kinerja segmen dan, dengan demikian, memotivasi manajer divisi penjualan dan divisi pembelian menuju keputusan-keputusan yang serasi dengan tujuan
perusahaan secara keseluruhan. Adanya berbagai tujuan manajemen akan menyulitkan perusahaan dalam menentukan harga transfer yang adil dan
wajar. Metode penentuan harga transfer dapat dipilih jika tujuan utama dari penggunaan informasi tentang transfer barang sudah ditetapkan. Harga
transfer mempunyai pengaruh terhadap perhitungan rugi laba suatu divisi, yaitu sebagai elemen pendapatan bagi divisi penjual dan sebagai elemen kos
bagi divisi pembeli. Menurut Anthony dan Govindarajan 2004:284, prinsip dasarnya adalah bahwa harga transfer sebaiknya serupa dengan harga yang
akan dikenakan seandainya produk tersebut dijual ke konsumen luar atau dibeli dari pemasok luar. Pelaksanaan prinsip ini merupakan hal yang sulit
karena adanya fakta bahwa terdapat banyak pertentangan dalam literatur
commit to user 34
mengenai bagaimana harga jual ke pihak luar ditentukan. Menurut Mulyadi 1993:289 harga tranfer memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Masalah harga transfer timbul jika divisi yang terkait diukur kinerjanya berdasarkan laba yang diperoleh dan harga transfer merupakan unsur
yang signifikan dalam membentuk kos penuh produk yang diproduksi di divisi pembeli.
2. Harga transfer selalu mengandung unsur laba. 3. Harga transfer merupakan alat mempertegas diversifikasi dan sekaligus
mengintegrasikan divisi yang dibentuk. Penentuan harga transfer yang ideal bagi divisi penjual maupun divisi pembeli
merupakan masalah penting yang harus dihadapi baik oleh manajer divisi maupun kantor pusat. Apabila terjadi pengambilan keputusan yang kurang
tepat tentang penentuan harga transfer, maka dapat mengakibatkan salah satu divisi mengalami kerugian. Hal tersebut berarti kinerja manajer pusat laba
turun sehingga tujuan perusahaan secara keseluruhan tidak optimal. Terdapat dua metode yang digunakan untuk menentukan harga transfer, yaitu:
1. Harga Transfer Berdasar Kos Cost-Based Transfer Price 2. Harga Transfer Berdasar Pasar Market-Based Transfer Price
Berdasarkan uraian, dapat disimpulkan bahwa terdapat kaitan yang erat antara harga transfer dengan penentuan laba dan penilaian kinerja pada suatu
divisi. Manajer pusat laba diukur prestasinya berdasarkan laba yang diperolehnya. Penentuan harga transfer yang ideal bagi divisi penjual maupun
divisi pembeli merupakan masalah penting yang harus dihadapi baik oleh manajer divisi maupun kantor pusat. Harga transfer yang adil bagi kedua
divisi dapat memotivasi manajer pusat laba dalam mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan. Apabila terjadi pengambilan keputusan yang kurang tepat
commit to user 35
tentang penentuan harga transfer, maka dapat mengakibatkan salah satu divisi mengalami kerugian dan mungkin tujuan perusahaan secara keseluruhan
belum tercapai. PT Kusumaputra Santosa divisi Spinning merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang pembuatan benang. Dalam penjualan hasil produksi berupa benang PT Kusumaputra Santosa divisi Spinning menjual 70
produknya ke Departemen Weaving PT Kusumahadi Santosa dan 30 lainnya dijual ke luar. Proses penjualan dari PT Kusumaputra Santosa ke PT
Kusumahadi Santosa menurut manajemen perusahaan disebut dengan transfer barang. Transfer barang pada PT Kusumaputra Santosa bertujuan untuk
menyediakan bahan baku bagi PT Kusumahadi Santosa. Metode yang dipakai PT Kusumaputra Santosa dalam menentukan harga transfer adalah
berdasarkan kos. Hal tersebut dirasa kurang adil bagi divisi penjual karena divisi penjual tidak memperhitungkan unsur laba dalam mentranfer barang ke
PT Kusumahadi Santosa. Hal tersebut yang menarik untuk dikaji, maka dalam penyusunan tugas akhir ini penulis mengambil judul:
“Analisis Penentuan Harga Transfer pada PT Kusumaputra Santosa”
C. Perumusan Masalah