Pembentukan Setjen DPD RI

6 sebagai satu kesatuan sistem pendukung pelayanan kerja parlemen secara terpusat. Setjen DPD RI dibentuk melalui Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2005 yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Sekretaris Jenderal DPD RI Nomor 1 tanggal 21 Desember 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal DPD RI. Selanjutnya dengan meningkatnya beban kerja dan perubahan mekanisme kegiatan Dewan, dilakukan pengembangan struktur organisasi Setjen DPD RI yang ditetapkan dalam Peraturan Sekretaris Jenderal DPD RI Nomor 1 Tahun 2008. Dengan adanya perubahan nomenklatur dan tambahan Alat Kelengkapan DPD RI serta dibentuknya struktur organisasi di ibu kota provinsi yang memerlukan peningkatan fungsi pengawasan maka dilakukan perubahan struktur organisasi, atas persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor B2008M.PAN-RB062012 tanggal 28 Juni 2012 maka ditetapkan Peraturan Sekretaris Jenderal DPD RI Nomor 02 Tahun 2012 tentang Perubahan Pertama Peraturan Sekretaris Jenderal DPD RI Nomor 01 Tahun 2008. Undang-Undang MPR, DPR, dan DPD UU MD3 mengatur bahwa Anggota DPD RI dalam menjalankan tugasnya berdomisili di daerah pemilihannya dan mempunyai kantor di ibu kota provinsi daerah pemilihannya, selanjutnya berdasarkan Surat Kemenpan dan RB Nomor B2230M.PAN-RB092011 tanggal 21 September 2011 telah ditetapkan Peraturan Sekretaris Jenderal DPD RI Nomor 01 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor DPD RI di Provinsi.

D. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi

Setjen DPD RI merupakan unsur pendukung kerja DPD RI yang berkedudukan sebagai kesekretariatan lembaga negara. Ketentuan mengenai Setjen DPD RI ini diatur dalam ketentuan Pasal 413 sampai dengan Pasal 417 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MD3 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014. 7 Tugas dan fungsi Sekretariat Jenderal DPD RI secara rinci diatur dalam Peraturan DPD RI tentang Tata Tertib, antara lain: a. memberi dukungan teknis, administratif, dan keahlian; b. melaporkan secara tertulis pelaksanaan tugasnya selama tahun sidang sebelumnya kepada pimpinan pada setiap permulaan tahun sidang dalam Sidang Paripurna. Dukungan teknis administratif meliputi: a. penyelenggaraan administrasi dan keprotokolan lembaga dan hal-hal yang berkaitan dengan dukungan kelembagaan, keanggotaan dan seluruh kegiatan DPD; b. perencanaan program dan anggaran untuk kegiatan DPD; c. pelaksanaan pengelolaan anggaran DPD; d. penyiapan seluruh dukungan dalam rangka kegiatan sidang dan rapat- rapat; e. pelaksanaan tata kelola kearsipan dan risalah; f. pemberian dukungan referensi dan jaringan kerja; g. pengelolaan dan pemberian informasi sesuai kebutuhan masyarakat berkenaan dengan informasi kegiatan DPD seperti hasil-hasil keputusan DPD, penerimaan kunjungan anak sekolah, dan masyarakat yang ingin mengetahui tentang DPD dan lain-lain yang relevan dalam ruang lingkup tugas Sekretariat Jenderal; h. penyiapan dukungan pelaksanaan tugas berupa fasilitas gedung, ruang rapat, dan peralatan yang dikoordinasikan dengan Badan Pengelola Fasilitas Parlemen; i. penyiapan dukungan teknologi informasi; j. penyiapan materi atau bahan bagi pimpinan dalam rangka koordinasi pimpinan DPR, DPD dan MPR tentang gedung dan fasilitas fisik; dan 8 k. tugas lain-lain menurut kebutuhan pimpinan dan lembaga sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dukungan keahlian meliputi: a. penampungan hasil diskusi, curah pendapat, atau penjelasan idegagasan mengenai perlunya disusun rancangan undang-undang; b. pengkajian dan penelusuran informasi yang diperlukan melalui diskusi, seminar, aspirasi masyarakat, lokakarya, dan bentuk-bentuk pertemuan lainnya; c. penyusunan draft naskahdokumen akademik; d. penyusunan draft rancangan undang-undang sesuai dengan ide atau gagasan dari pemrakarsa; e. pemberian dukungan keahlian kepada Alat Kelengkapan pada saat sidang-sidang atau rapat-rapat pembahasan di DPD dan DPR; dan f. pelaksanaan tugas keahlian lainnya dalam rangka pelaksanaan tugas dan wewenang DPD. Dalam melaksanakan dukungan fungsi teknis, administrasi dan keahlian, berdasarkan persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor: B2008M.PAN-RB062012 tanggal 28 Juni 2012, telah diatur dalam Peraturan Sekretaris Jenderal DPD RI Nomor 02 Tahun 2012 tentang Perubahan Pertama Peraturan Sekretaris Jenderal Nomor 1 Tahun 2008 bahwa struktur organisasi Setjen DPD RI meliputi 10 Eselon II yang terdiri dari 6 enam Biro, 3 tiga Pusat dan 1 satu Inspektorat, 35 BagianBidang, dan 80 SubbagianSubbidang. Selain itu, melalui persetujuan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi melalui surat nomor: B2230M.PAN- RB092011 tanggal 21 September 2011 telah disusun Peraturan Sekretaris Jenderal DPD RI Nomor 01 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia di Provinsi dengan