Medan Music Museum(Arsitektursimbolisme)

(1)

( ARSITEKTURSIMBOLISME )

LAPORAN PERANCANGAN

TKA 490 - STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2011/2012

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

RININTA BATUBARA

08 0406 043

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

U N I V E R S I T A S S U M A T E R A U T A R A

2012


(2)

( ARSITEKTUR SIMBOLISME )

Oleh :

RININTA BATUBARA

08 0406 043

Medan, Juni 2012

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Arsitektur

Hajar Suwantoro, ST. MT.

NIP 197902032005011001

Ir.Nurlisa Ginting, MsC

NIP 196201091987012001

Pembimbing I

Pembimbing II

Ir. N Vinky Rahman, MT


(3)

Medan Music Museum

Rininta Batubara – 080406043 |Arsitektur Simbolisme i

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR

(SHP2A)

Nama : Rininta Batubara

NIM : 08 0406 043

Judul Proyek Tugas Akhir : Medan Music Museum

Tema : Arsitrektur Simbolisme

Rekapitlasi Nilai

A B+ B C+ C D E

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :

No Status

Waktu Pengumpulan

Laporan

Paraf Pembimbing

I

Paraf Pembimbing

II

Koordinator TKA-490

1 Lulus Langsung 2

Lulus Melengkapi 3

Perbaikan Tanpa Sidang 4

Perbaikan Dengan Sidang 5

Tidak Lulus

Medan, Juni 2012

Ketua Departemen Arsitektur Koordinator TKA-490

Ir. N Vinky Rahman, MT

NIP. 195811271987011001

Ir. Nelson M. Siahaan, Dipl.TP.M.Arch


(4)

Medan Music Museum

Rininta Batubara – 080406043 |Arsitektur Simbolisme ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat kuasanya saya dapat mengerjakan tugas akhir ini.

Tugas akhir ini mengambil judul:

Medan Music Museum

. Tugas akhir

ini merupakan syarat yang diwajibkan bagi mahasiswa untuk memperoleh

gelar Sarjana Teknik.

Pada kesempatan ini, dengan tulus dan kerendahan hati, penulis

menyampaikan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan

sebesar-besarnya kepada pembimbing tugas akhir ibu

Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc.

dan

kepada

Hajar Suwantoro, ST. MT.

sebagai pembimbing tugas akhir, atas

kesediaannya membimbing, brain storming, motivasi, pengarahan dan waktu

beliau kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Rasa hormat dan terima kasih yang sama juga penulis tujukan kepada:

1.

Bapak Ir. Vinky Rachman, MT. selaku Ketua Departemen Arsitektur,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

2.

Bapak Ir. Nelson M. Siahaan, Dipl.TP.M.Arch dan Wahyu Abdillah ST.

selaku koordinator Tugas Akhir, Departemen Arsitektur, Fakultas

Teknik, Universitas Sumatera Utara.

3.

Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas

Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4.

Orang tua saya yang tercinta, Bapak Ir. H. Zaini Batubara dan Ibu Hj.

Elya Wahyuni atas segala doa, support, kesabaran dan segala

pengorbanannya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan

Tugas Akhir ini.

5.

Adik-adik saya tercinta, Doli Iskandar Batubara dan Nabila Batubara

serta Irwin Fachdiyanto yang memberikan motivasi, serta perhatiannya.

6.

Bang Harry Sijabat (2005), Bang Irfan, Bang Syahril (2007), Bang

Syahrul (2007) atas dukungan, pendapat dan dorongan kepada

penulis selama proses pengerjaan tugas akhir ini.


(5)

Medan Music Museum

Rininta Batubara – 080406043 |Arsitektur Simbolisme iii

7.

Semua teman - teman stambuk 2008 maupun Studio Tugas Akhir

Semester B TA 2011 / 2012, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik,

Universitas Sumatera Utara, khususnya Ilham, Erwin, Anggie, Hardi,

Rahma, Tari, Nabila, Eka, Tity, Ema, Rara, Chaca, Mora, Abdie, Adit,

Mansur, Romy, atas dukungan, pendapat dan dorongan

kepada

penulis selama proses pengerjaan tugas akhir ini.

9.

Adik

adik stambuk 2009 - 2011, Departemen Arsitektur, Fakultas

Teknik, Universitas Sumatera Utara.

10. Semua teman-teman Reindi, Rya, Ayu, Onya, Keryn, Vivi, Ahong,

Anggi yang telah memberikan support dan doa kepada penulis

selama proses pengerjaan tugas akhir.

Penulis sungguh menyadari bahwa tugas akhir ini mungkin masih

mempunyai banyak kekurangan. Karena itu penulis membuka diri terhadap

kritikan dan saran bagi penyempurnaan tugas akhir ini. Dan, akhirnya penulis

berharap tulisan ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.

Medan, 25 Juni 2012 Hormat saya,

RININTA BATUBARA NIM 080406043


(6)

Rininta Batubara – 080406043 |Arsitektur Simbolisme iii

DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR (SHP2A)

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR TABEL xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1

1.2 Maksud dan Tujuan Perancangan 5

1.3 Masalah Perancangan dan Batasan Proyek 5

1.4 Pendekatan Perancangan 6

1.5 Asumsi 7

1.6 Kerangka Berpikir 8

1.7 Sistematika Laporan 9

BAB II DESKRIPSI PROYEK

2.1 Terminologi Judul 10

2.2 Tinjauan Umum 12

2.2.1Tinjauan Terhadap Museum 12

2.2.1.1 Jenis dan Kedudukan Museum di Indonesia 14

2.2.1.2 Sejarah Permuseuman Indoesia 15

2.2.1.3 Struktur Organisasi Museum 18

2.2.1.4 Prinsip Dasar Museum 19

2.2.1.4.1 Luas 19

2.2.1.4.2 Pencahayaan 20

2.2.1.4.3 Ruang Pameran 21

2.2.1.4.4 Organisasi Ruang 23

2.2.2 Tinjauan Terhadap Musik 28

2.2.2.1 Pengertian Musik 29

2.2.2.2 Sejarah Musik 32

2.2.2.2.1 Sejarah Musik Dunia 32

2.2.2.2.2 Sejarah Musik Indonesia 36

2.2.2.2.3 Pengaruh Medan Dalam Sejarah 37

2.2.2.3 Jenis-Jenis Alat Musik ...38

2.2.2.4 Jenis-Jenis Musik 38

2.3 Tinjauan Proyek 41

2.3.1 Deskripsi Proyek 41


(7)

Rininta Batubara – 080406043 |Arsitektur Simbolisme iv

2.3.2.2 Persyaratan dan Kriteria Lokasi 44

2.3.2.3 Kriteria Desain Tapak 47

2.3.2.4 Analisa Pemilihan Lokasi 49

2.3.2.5 Pemilihan Lokasi 49

2.3.2.6 Deskripsi Lokasi Tapak Rancangan 53

2.3.3 Kegiatan Pemakai dan Pengunjung 53

2.3.3.1 Manajemen Koleksi 54

2.3.3.2 Skema Aktivitas Pemakai 55

2.3.3.3 Program Kebutuhan Ruang 56

2.3.3.3.1 Failitas yang Dibutuhkan 56

2.3.3.3.2 Pembagian Ruang Tujuan Proyek 57

2.3.3.3.3 Pembagian Ruang Jenis Kegitan 58

2.3.3.3.4 Klasifikasi Koleksi 63

2.3.4 Studi Banding 64

BAB III ELABORASI TEMA

3.1 Pengertian Arsitektur Simbolisme 71

3.1.1 Arsitektur 71

3.1.2 Simbolisme 71

3.1.3 Arsitektur Simbolisme 74

3.2 Intreprestasi Tema 78

3.3 Keterkaitan Tema dengan Proyek 79

3.4 Studi Banding Tema Sejenis 79

BAB IV ANALISA

4.1 Analisa Eksisting 88

4.1.1 Analisa Lokasi Terhadap Kota 88

4.1.2 Kondisi Eksisting Lahan 89

4.1.3 Tata Guna Lahan 90

4.1.4 Bulk 92

4.1.5 Sarana Dan Prasarana 95

4.1.6 Skyline 96

4.1.7 Eksisting Bangunan Sekitar Site 97

4.2 Analisa Potensi Dan Kondisi Site 98

4.2.1Analisa Sirkulasi 98

4.2.2 Analisa Pencapaian 101

4.2.3 Analisa View 105

4.2.3 Analisa Matahari Dan Vegetasi 107

4.2.4 Analisa Kebisingan 108

4.2.5 Analisa Sirkulasi Angin 109

4.3 Analisa Bangunan

4.3.1.Bentuk 111


(8)

Rininta Batubara – 080406043 |Arsitektur Simbolisme v

4.3.3.Sirkulasi dan Penzoningan 112

4.3.4.Struktur 118

4.4 Analisa Fungsional 131

4.4.1 Kebutuhan Ruang berdasarkan Jenis Kegiatan 131

4.4.2 Pola Kegiatan 136

4.4.3 Analisa Jumlah Pengunjung 137

4.4.4 Besaran Ruang 141

4.4.5 Kebutuhan Areal Parkir 147

BAB V KONSEP PERANCANGAN

5.1 Penerapan Tema Banguna 148

5.2 Konsep Site 149

5.3 Konsep Bangunan 150

5.3.1 Massa Bangunan 152

5.3.2 Sirkulasi Bangunan 153

5.3.3 Zoning Bangunan 154

BAB VI HASIL PERANCANGAN

6.1 Gambar Kerja 2D 156

6.2 3D Bangunan 178

6.3 Interior Bangunan 182

6.4 Hasil Maket 185


(9)

Medan Music Museum

Rininta Batubara – 080406043 |Arsitektur Simbolisme vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisme 18

Gambar 2. Contoh Susunan Ruang Pameran 22

Gambar 3. Susunan Sirkulasi Ruang Pamer 23

Gambar 4. Organisasi Ruang Museum 23

Gambar 5. Contoh Susunan Areal Service 28

Gambar 6. Grafik Sejarah Musik Dunia 32

Gambar 7. Gambar Peta Kota Medan dan WPP 49

Gambar 8. Peta Alternatif 1 50

Gambar 9. Peta Alternatif 2 50

Gambar 10. Peta Alternatif 3 51

Gambar 11. Diagram Koleksi 54

Gambar 12. Skema Aktivitas Pengelola/Karyawan 55

Gambar 13. Skema Aktivitas Pengunjung 55

Gambar 14. Skema Aktivitas Servis 55

Gambar 15. Exterior Experience Music Project 64

Gambar 16. Pintu masuk EMP 65

Gambar 17. Interior Atrium EMP 65

Gambar 18. Interior Main Lobby EMP 65

Gambar 19. Interior Galeri EMP 66

Gambar 20. Exterior Rock and Roll Hall of Fame 66

Gambar 21. Exterior Rock and Roll Hall of Fame malam hari 67


(10)

Medan Music Museum

Rininta Batubara – 080406043 |Arsitektur Simbolisme vii

Gambar 23. Exterior Piazza Rock and Roll Hall of Fame 67

Gambar 24. Exterior Bayernhof Music Museum 68

Gambar 25. Interior galeri Bayernhof Music Museum 68

Gambar 26. Interior galeri Bayernhof Music Museum 68

Gambar 27. Exterior National Music 69

Gambar 28. Exterior National Music Museum 69

Gambar 29. Segitiga Semiotik Charles Jencks 73

Gambar 30. site mall di Washington DC 76

Gambar 31. Obelsik dan Eiffel 76

Gambar 32. Pentagon 76

Gambar 33. Piramid Louvre 77

Gambar 34. Exterior Notre Dame du Haut 80

Gambar 35. Exterior Notre Dame du Haut 80

Gambar 36. Interior Notre Dame du Haut 81

Gambar 37. Interior Notre Dame du Haut 81

Gambar 38. Exterior Clyde Auditorium 81

Gambar 39. Sketsa Clyde Auditorium 82

Gambar 40. Pintu masuk Danish Jewish Museum 82

Gambar 41. Simbol Metzvah 82

Gambar 42. Exterior Danish Jewish Museum 82

Gambar 43. Interior Danish Jewish Museum 83


(11)

Medan Music Museum

Rininta Batubara – 080406043 |Arsitektur Simbolisme viii

Gambar 45. Sydney Opera House Main Entrance 84

Gambar 46. Sydney Opera House from ship 84

Gambar 47. Exterior Museum Guggenheim, Bilbao 84

Gambar 48. Exterior Museum Guggenheim, Bilbao 85

Gambar 49. Interior galeri museum Guggenheim, Bilbao 85

Gambar 50. Tampak bangunan museum Guggenheim, Bilbao 85

Gambar 51. Denah museum Guggenheim, Bilbao 86

Gambar 52. Potongan bangunan museum Guggenheim, Bilbao 86

Gambar 53. Interior Atrium museum Guggenheim, Bilbao 86

Gambar 54. Analisa Lokasi Site 88

Gambar 55. Analisa Kondisi Sekitar Site 89

Gambar 56. peta tata guna lahan 91

Gambar 57. Massa Bangunan Potensial Sekitar Site 92

Gambar 58. Peruntukan Lahan Berasarkan Fungsinya 93

Gambar 59. Analisa Batas Site 94

Gambar 60. Analisa Sarana dan Prasarana Pada Site 95

Gambar 61. Skyline 96

Gambar 62. analisa bangunan eksisting sekitar site 97

Gambar 63. analisa sirkulasi sekitar site 98

Gambar 64. Potongan jalan 99

Gambar 65. Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki 100

Gambar 66. Analisa Pencapaian Ke Site 101


(12)

Medan Music Museum

Rininta Batubara – 080406043 |Arsitektur Simbolisme ix

Gambar 68. Analisa view ke luar site 104

Gambar 69. Analisa view ke dalam site 106

Gambar 70. Konsep View Vertikal 106

Gambar 71. Analisa Vegetasi dan Matahari 107

Gambar 72. analisa kebisingan 108

Gambar 73 Penanganan Kebisingan 108

Gambar 74. Analisa Sirkulasi Angin 109

Gambar 75. Contoh Gambar Pencahayaan Dalam Galeri 123

Gambar 76. Bagan Sistem Deteksi Kebakaran 125

Gambar 77. Bagan Sistem Listrik 126

Gambar 78. Sistem Dinding Ganda Pada Auditorium 129

Gambar 79. Sistem Dinding Belakang Panggung 129

Gambar 80. Sistem Plafon Beratap 130

Gambar 81. Skema Kedalaman Balkon 130

Gambar 82. Skema aktivitas pengelola/karyawan 136

Gambar 83. Skema aktivitas pengunjung 136

Gambar 84. Skema aktivitas servis 136

Gambar 85. Perspektif Massa Bangunan 149

Gambar 86. Konsep Sirkulasi Pada Site 150

Gambar 87. Konsep Zoning Pada Site 150

Gambar 88. Konsep Landscape & Vegetasi 151

Gambar 89. Konsep Kunci G 152

Gambar 90. Konsep Bentukan Gitar 152


(13)

Medan Music Museum

Rininta Batubara – 080406043 |Arsitektur Simbolisme x

Gambar 92. Konsep Media Fasade 153

Gambar 93. Sirkulasi Lantai 1 153

Gambar 94. Sirkulasi Lantai 2 153

Gambar 95. Sirkulasi Vertikal 154

Gambar 96. Konsep Zoning 154

Gambar 97. Zoning Lantai 1 155

Gambar 98. Zoning Lantai 2 155

Gambar 99. Siteplan 156

Gambar 100. Ground Plan 157

Gambar 101. Denah Lt. 1 158

Gambar 102.Denah Lt. 2 159

Gambar 103. Tampak Utara & Selatan 160

Gambar 104. Tambak Timur & Barat 161

Gambar 105. Potongan A-A & B-B 162

Gambar 106. Renc. Pondasi 163

Gambar 107. Renc,Pembalokan 164

Gambar 108. Renc. Atap 165

Gambar 109. Renc. Elektrikal 166

Gambar 110. Renc. Plumbing 167

Gambar 111. Renc. Sistem Kebakaran 168

Gambar 112. Renc. Sistem Tata Udara 169

Gambar 113. Renc. Telfon & CCTV 170

Gambar 114. Detail Pondasi 171

Gambar 115. Detail Pondasi 172

Gambar 116. Detail Pondasi 173


(14)

Medan Music Museum

Rininta Batubara – 080406043 |Arsitektur Simbolisme xi

Gambar 118. Detail Atap 175

Gambar 119. Detail Atap 176

Gambar 120. Perspektif 177

Gambar 121. Perspektif Eksterior 178

Gambar 122. Perspektif Eksterior 178

Gambar 123. Perspektif Eksterior dari Sungai Deli 179

Gambar 124. Perspektif Eksterior dasi Jl. Adam Malik bag. Barat 179

Gambar 125. Perspektif Mata Burung 180

Gambar 126. Perspektif Amphi Theater 180

Gambar 127. Perspektif Eksterior Malam 181

Gambar 128. Perspektif Eksterior Malam 181

Gambar 129. Perspektif R. Pamer Aerofon 182

Gambar 130. Perspektif R. Pamer Aerofon 182

Gambar 131. Perspektif R. Pamer Elektrofon 182

Gambar 132. Perspektif R. Pamer Kardofon 183

Gambar 133. Perpsektif R. Resepsionis 183

Gambar 134. Perspektif R. Edukasi 183

Gambar 135. Perspektif R. Perpustakaan 184

Gambar 136. Perspektif R. Hall of Fame 184

Gambar 137. Maket Tampak Utara 185

Gambar 138. Maket Pespektif Tampak 185

Gambar 139. Maket Perspektif Tampak 185

Gambar 140. Maket Pespektif Tampak Timur 186

Gambar 141. Maket Perspektif 186


(15)

Medan Music Museum

Rininta Batubara – 080406043 |Arsitektur Simbolisme xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbandingan Museum yang didirikan 17

Tabel 2. Standar luas museum 19

Tabel 3. Potensi pengembangan wilayah kota Medan 43

Tabel 4. Keriteria pemilihan lokasi 45

Tabel 5. Fasilitas museum musik 56

Tabel 6. Pembagian ruang berdasarkan tujuan proyek 57

Tabel 7. Kebutuhan ruang berdasarkan jenis kegiatan 58

Tabel 8. Perbandingan contoh museum musik 70

Tabel 9. Tabel perbandingan bangunan dengan tema sejenis 87

Tabel 10. Kondisi eksisting sekitar site 90

Tabel 11. Bangunan eksisting sekitar site 97

Tabel 12. Keadaan jalan eksisting sekitar site 99

Tabel 13. Keterangan analisa sirkulasi pejalan kaki 100

Tabel 14. Keterangan analisa pencapaian ke site 101

Tabel 15. Analisa pencapaian terhadap inti kota 101

Tabel 16. Jenis angkutan kota yang melewati site 103

Tabel 17. Keterangan penempatan entrance berdasarkan analisa pencapaian 103

Tabel 18. Keterangan analisa view ke luar site 105

Tabel 19. Keterangan vegetasi sekitar site 107

Tabel 20. Keterangan analisa kebisingan 108

Tabel 21. Kesimpulan Analisa 110

Tabel 22. Perbandingan bentuk dasar bangunan 111

Tabel 23. Jenis sirkulasi 113

Tabel 24. Jenis sirkulasi pameran 114


(16)

Medan Music Museum

Rininta Batubara – 080406043 |Arsitektur Simbolisme xii

Tabel 26. Struktur bawah 118

Tabel 27. Bahan Struktur 120

Tabel 28. Analisa Penagkal Petir 128

Tabel 29. Kebutuhan Ruang Berdasarkan Jenis Kegiatan 131

Tabel 30. Jumlah Penduduk Kota Medan 137

Tabel 31. Jumlah pengunjung museum Daerah Sumatera Utara 137

Tabel 32. Jumlah Pengunjung Museum di Medan 138

Tabel 33. Perbandingan Golongan Usia 138

Tabel 34. Pertumbuhan jumlah siswa dan guru SD di Kota Medan 138

Tabel 35. Pertumbuhan Jumlah Siswa SLTP, SMA & SMK Kota Medan 140

Tabel 36. Besaran ruang unit pelayanan umum 142

Tabel 37. Besaran ruang unit penunjang 145


(17)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 1

Bab I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang.

Musik merupakan sebuah seni dan pengetahuan terhadap suara yang terorganisasi. Hal ini memanifest didalam setiap kebudayaan. Pada awal mulanya , musik merupakan sebuah penyertaan terhadap ritual yang memulai suatu usaha ilmiah . Musik dapat memiliki arti yang special menurut waktu dan tempat tertentu .

―Music is the noblest arts to be used only for the glorification of God ― ( Andreas Werckmeister,c.1690) , ― Music is an entertainment … an innocent luxury ― ( Charles Burney , c.1776 ). Dari kedua pernyataan tersebut dapat kita ketahui bahwa pada abad XVII, Musik digunakan sebagai alat untuk mengagungkan Tuhan , Sedangkan pada abad XVIII, dimana masa revolusi industri bermula, terlihat bahwa musik merupakan sarana hiburan. Pada zaman sekarang , musik merupakan sebuah seni suara dalam waktu tertentu yang mana mengekspresikan ide dan emosi didalam bentuk yang signifikan melalui elemen-elemen dari ritme, melodi, harmoni, dan warna.

Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam budaya . Secara tidak langsung, Indonesia memiliki budaya musik yang cukup beragam . Budaya Musik tersebut dapat berupa musik traditional maupun musik modern . Indonesia memiliki industri musik yang cukup sukses baik di dalam negeri hingga ke luar negeri. Hal ini dapat terlihat dari industri musik Indonesia yang telah merambah negeri Jiran seperti Malaysia, Singapura. Bahkan Industri Musik Indonesia juga telah Mencapai Australia, dan Jepang.

Sejarah Musik Indonesia bermula dari musik tradisional yang bermula pada zaman pra modern, dimana musik pada masa ini merupakan bagian dari budaya, dan pada umumnya digunakan dalam ritual, maupun upacara adat tertentu. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia mulai mengenal musik klasik yang diperkenalkan oleh bangsa Belanda pada masa kolonialisasi Belanda. Perkembangan industri musik modern Indonesia dimulai pada masa tahun 1950an dimana merupakan massa sesudah kemerdekaan ,dan setelah agresi militer Belanda selesai.

Perkembangan musik Indonesia pada umumnya dipengaruhi oleh industri musik negeri barat. Hal ini terlihat ketika musik hard rock sedang berjaya, di


(18)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 2

Indonesia lahir kelompok musik God Bless, lalu ketika The Beatles muncul ke permukaan, di Indonesia pun lahir Koes Plus, ketika ada Nirvana, maka di Indonesia Pupen. Terdapat beberapa tonggak penting dalam perkembangan musik Indonesia , bermula dari tahun 70 an oleh God Bless dan Koes Plus, tahun 80-an dengan Krakatau, Karimata, dan Fariz RM, sedangkan pada 80-an ditandai dengan lahirnya Iwan Fals yang melambung lewat album Sarjana Muda, era 90-an muncul grup Dewa 19, Sheila on 7, Slank, Kantata Takwa, atau Swami, pada era 2000-an lahir Peterpan, Pas Band, Humania, dan pada era 2005 lahir grup Superman Is Dead, Changcuters, Killing Me Inside dan lainnya. Selain itu juga terdapat album-album yang kurang terkenal , akan tetapi memberikan pengaruh terhadap musik Indonesia, Seperti Guruh Gypsy yang amat ciamik memadukan unsur musik modern dengan musik tradisional dari Bali. Tidak hanya itu, musik tradisonal Batak juga dapat dikembangkan dan dipadukan dengan musik modern, seperti yang dilakukan Vicky

Sianipar dengan lagu ‗Pisau Surit‘, mempersembahkan musik modern tanpa

meninggalkan unsur musik tradisonal, yaitu musik tradisonal batak. Juga ada album Benny Soebardjo ketika masih bergabung dalam grup Shark atau ada kelompok musik Arista Birawa. Selain jenis musik diatas , juga mulai berkembang jenis musik Indie yang memiliki gaya dan ekspresi yang lepas.

Jenis musik yang berkembang di Indonesia cukup beragam . Jenis musik yang berkembang di Indonesia diantaranya Jenis musik Rock , Pop , R&B , Blues, Jazz , dsb . Selain jenis musik diatas , juga berkembang jenis musik dangdut yang cukup populer di dalam masyarakat.

Selain didalam negeri, perkembangan musik Indonesia telah cukup sukses berkembang di negara tetangga. Hal ini terlihat dari dominasi para insan musik Indonesia pada penghargaan musik yang bersifat regional antara negara-negara yang serumpun ,seperti Malaysia , Singapura , dan Brunei Darussalam. Selain itu juga terdapat beberapa insan musik Indonesia yang telah mencapai dunia international , seperti Anggun C. Sasmi.

Walaupun Indonesia memiliki sejarah musik yang cukup menarik dan jenis musik yang berkembang, masih banyak masyarakat Indonesia yang kurang mengenal sejarah musik Indonesia. Oleh karena kurangnya pengenalan sejarah musik, dan jenis musik yang berkembang di Indonesia, maka banyak terjadi kasus pembajakan musik Indonesia oleh masyarakat luar negeri. Perkembangan musik


(19)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 3

Indonesia yang cukup cepat menuntut diperlukan suatu wadah untuk menghargai musik Indonesia dengan menyimpan catatan sejarah musik Indonesia, dan jenis musik yang telah berkembang di Indonesia. Selain itu juga diperlukan suatu wadah yang dapat memberikan edukasi tentang musik Indonesia kepada masyarakat lokal maupun masyarakat International, sehingga sejarah musik Indonesia tidak dilupakan , dan dapat semakin berkembang hingga ke dunia international.

Sejak lama, musisi Indonesia menginginkan tempat yang bisa merekam dan mendokumentasikan sejarah musik negeri ini. Bagi musisi, museum musik merupakan suatu keharusan. Setidaknya, untuk membuktikan dan menyimpan lagu-lagu yang pernah dibuat putra bangsa. "Lagu Rasa Sayange tidak akan diakui negara lain jika kita punya bukti. Dan bukti itu ada di museum musik," kata pengamat musik Bens Leo saat jumpa pers Dokumenter 100 Tahun Kebangkitan Nasional Astro Awani, di Gedung Joeang 45, Senin, 12/5-2008. Di negara maju, ungkap Bens, terutama Eropa, museum musik selalu tersedia. Di sana lah tersimpan berbagai dokumen yang khusus menyimpan data-data musikal. "Dulu data musik Indonesia banyak disimpan oleh RRI (Radio Republik Indonesia--Red) sempat dibuat meski belum lengkap. Tapi kemudian setelah peristiwa kebakaran, semua data musik itu hilang." Hingga kini, sejak peristiwa kebakaran di RRI, belum ada lagi pihak yang berinisiatif untuk membangun kembali museum musik. "Sudah waktunya memang segera dibangun. Karena dari waktu ke waktu banyak negara lain yang tahu kalau Indonesia tidak punya bank data tentang musik. Bayangkan saja jika tiba-tiba ada negara lain mengakui lagu Bengawan Solo. Sementara kita tidak bisa melawan karena tidak punya bukti," tutur Bens. Kalaupun ada dokumen yang bisa menjadi bukti sejarah musik Indonesia, kata Bens, saat ini pemiliknya perorangan. "Belum ada kata terlambat untuk membangun museum musik sekarang," imbaunya.

Museum adalah institusi permanen dalam hal melayani dan

mengembangkan masyarakat, terbuka untuk umum yang mempelajari,

mengawetkan, melakukan penelitian, melakukan penyampaian kepada masyarakat dan pameran untuk tujuan pembelajaran, pendidikan, rekreasi, dan memberikan

tahukan asset-aset barang berharga yang nyata dan ―tidak nyata‖ tentang


(20)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 4

Kota Medan merupakan kota terbesar ke tiga di Indonesia merupakan Ibu kota propinsi Sumatera Utara yang terletak antara 3⁰30‘ - 3⁰43‘ Lintang Utara , dan 98⁰35‘ - 98⁰44‘ Bujur Timur. Kota Medan memiliki jumlah penduduk 2.097.610 jiwa dan tingkat kepadatan 7.681(Jiwa/KM²), merupakan pintu gerbang utama menuju Indonesia Barat . Hal ini dikarenakan letaknya yang cukup strategis , dimana memiliki letak yang cukup dekat dengan Negri Jiran Seperti Malaysia dan Singapura .

Medan sebagai kota ketiga terbesar dan ibukota propinsi Sumatera Utara memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam sejarah musik Indonesia . Pada masa kemerdekaan, terdapat salah satu komposer lagu wajib national yang berasal dari Sumatera Utara, yakni L . Simanjuntak pengarang lagu Maju Tak Gentar . Selain itu juga terdapat seorang tokoh pemain biola yang terkenal di Indonesia yang berasal dari Sumatera Utara yang bernama Lily Suhairy . Di dalam bidang musik piano terdapat seorang tokoh yang bernama Amir Pasaribu.

Pengaruh Medan terhadap musik modern adalah band kota Medan merupakan pioneer yang muncul pada tahun 1970an berupa grup band The

Mercy‘s, yang sangat terkenal di masa itu dan menjadi panutan di dunia musik populer masa itu . Di bidang musik Jazz, terdapat tokoh yang bernama Dian Pramana Poetra yang cukup berpengaruh. Selain itu juga terdapat pengaruh musik melayu pada musik Dangdut yang merupakan musik paling populer di kalangan masyarakat pekerja.

Meninjau dari letak kota Medan yang cukup strategis sebagai pintu gerbang Indonesia bagian barat dan berdekatan dengan negri Jiran , serta melihat dari sejarah musik Indonesia, dan perkembangan industri musik Indonesia,dan pengaruh Sumatera Utara yang cukup penting terhadap sejarah musik Indonesia terutama sebagai akar musik modern, maka diperlukan suatu wadah yang dapat memberi edukasi, dan memperkenalkan musik Indonesia kepada dunia. Wadah tersebut dapat berupa Museum Musik, diamana museum dapat menyimpan sejarah musik Indonesia sekaligus memberikan edukasi tentang Musik Indonesia kepada masyarakat umum, dan International.


(21)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 5

I.2 Maksud dan Tujuan Proyek .

Maksud dan tujuan merancang Museum Musik Medan di kota Medan adalah:

 Membuat wadah penelitian terhadap musik Indonesia , baik musik

modern maupun musik tradisional .

 Menjadi wadah untuk menyampaikan informasi jenis musik, dan

sejarah musik yang telah berkembang di Indonesia kepada masyarakat agar masyarakat lebih mengenal keanekaragaman musik di Indonesia .

 Menjadi wadah untuk menyampaikan edukasi tentang budaya ,

terutama budaya musik Indonesia kepada masyarakat agar masyarakat lebih mengenal budaya musik Indonesia .

 Memberikan sarana edutainment kepada masyarakat dengan

fasilitas audiovisual yang memutarkan film tentang musisi dan musik dari zaman pra modern hingga zaman sekarang .

 Memberikan sarana entertainment berupa auditorium yang

memberikan pertunjukan musik secara live , baik musik traditional , klasik , dan modern .

 Sebagai alternatif tempat wisata baik bagi masyarakat lokal , maupun

masyarakat international .

 Menyediakan wadah bagi pecinta musik untuk bersosialisasi .

I.3 Perumusan Masalah dan Batasan Proyek .

Pada kasus proyek ini memiliki batasan dalam fungsi bangunan yaitu sebagai lembaga penelitian, pendidikan, serta memberikan informasi tentang budaya musik Indonesia yang telah berkembang di Indonesia . Informasi yang disampaikan berupa jenis musik yang berkembang di Indonesia , alat musik , dan sejarah musik yang berkembang di Indonesia.

Sedangkan permasalahan yang dihadapi pada kasus ini diantaranya:

 Bagaimana mewujudkan desain bangunan pada judul proyek ini

sehingga sesuai dengan peruntukkan fungsi bangunan dan kelayakan studi proyek sesuai dengan kebutuhan pada lokasi proyek.


(22)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 6

 Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip tema yang diambil untuk

diterapkan dalam desain bangunan agar sesuai dengan fungsi bangunan dan prinsip-prinsip estetika dalam teori arsitektur.

 Pemilihan lokasi proyek agar sesuai dengan peruntukan fungsi

bangunan berdasarkan literatur dan tata ruang pada kawasan lokasi. Lingkup batasan proyek yang menjadi batasan perancangan dalam proyek ini adalah:

 Menyangkut masalah pemilihan lokasi site, dan peraturan pemerintah

yang berlaku disekitar site.

 Fokus perancangan dikaitkan dengan aspek fisik dan non fisik

perancangan yang menyangkut pemakai, pemgunjung, struktur, kebutuhan ruang, sirkulasi dalam dan luar. Perancangan tapak, massa bangunan, serta potensi pada lokasi.

 Secara umum akan memadukan perancangan bangunan edukatif

dan rekreatif .

 Secara khusus museum yang dirancang akan memiliki fungsi untuk

memamerkan jenis musik traditional daerah Sumatera Utara, dan musik modern yang berkembang di Indonesia .

I.4. Pendekatan.

Pendekatan-pendekatan dalam penyelesain masalah pada perancangan dilakukan dengan berbagai cara diantaranya:

 Studi literatur dengan mempelajari permasalahan yang ada serta

pemecahan masalah berdasarkan referensi-referensi yang dianggap relevan dan mendukung dalam proses perancangan seperti buku panduan, standar bangunan maupun standar keselamatan pada bangunan sesuai dengan fungsi proyek dan kelayakannya.

 Studi banding dengan melakukan pendekatan permasalah dan fungsi

bangunan yang memiliki kesamaan dalam proyek sejenis maupun tema dalam judul proyek ini yang diambil dari berbagai sumber seperti buku, internet, media cetak lainnya, dan sumber-sumber yang dianggap penting.

 Survey lapangan dalam pemilihan lokasi dengan menganalisa


(23)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 7

 Mendapatkan informasi dari instansi-instansi terkait untuk

memperoleh data yang dibutuhkan untuk mendukung kelayakan studi proyek, baik dengan instansi pemerintah maupun swasta.

I.5. Asumsi Asumsi.

Proyek pada judul ini bersifat fiktif, maka asumsi-asumsi yang diperlukan untuk mendukung proses perencanaan dan proses perancangan antara lain:

 Kepemilikan bangunan disumsikan sebagai milik pemerintah daerah

yang diperuntukan sebagai lembaga penelitian, pendidikan, dan hiburan yang berada dibawah naungan departemen kebudayaan.

 Kegiatan pendidikan Musik semakin meningkat dengan kerjasama

antara pemerintah dan instansi pendidikan seperti universitas maupun sekolah .

 Lokasi tapak diasumsikan berupa lahan kosong dan memenuhi

persyaratan fungsi bangunan sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan.

 Kesadaran masyarakat terhadap budaya musik Indonesia semakin

meningkat.

 Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya sejarah musik Indonesia

semakin meningkat

 Pemerintah mendukung penelitian, dan pemeliharaan sejarah musik


(24)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 8

Data Perencanaan:

Data Tapak

Studi Literatur

Studi Banding

Survei Lapangan

Wawancara.

I.6. Kerangka Berpikir.

Latar Belakang:

Industri musik Indonesia cukup berkembang di dunia Internasional

Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap sejarah musik Indonesia

Banyaknya pembajakan terhadap musik Indonesia

Berlum terdapat waddah untuk mencatat dan memberikan infomasi kepada publik tentang sejarah musik Indonesia

Maksud Tujuan

Membuat waddah penelitian terhadap musik Indonesia

Waddah untuk menyampaikan informasi jenis musik, dan sejarah musik yang telah berkembang di Indonesia.

Waddah menyampaikan edukasi tentang budaya Indonesia

Memberikan sarana entertaiment kepada masyarakat yang berhubungan dengan dunia musik Indonesia

Menyediakan waddah bagi pecinta musik untuk bersoasialisasi

Sebagai alternatif tempat wisata

Judul dan Tema Proyek

Judul Perancangan: Medan Music Museum

Tema Perancangan: Arsitektur Simbolis

Perumusan Masalah

Bagaimana menciptakan desain bangunan pada judul proyek sesuai dengan peruntukan fungsi bangunandan kelayakan studi proyek sesuai dengan kebutuhan pada lokasi proyek.

Bagaimana menerapkan prinsip-prinsip tema yang diambil untuk diterapkan dalam desain bangunan.

Pemilihan lokasi proyek agar sesuai dengan peruntukan fungsi bangunan.

Analisa

Analisa kondisi tapak

Analisa fungsional

Analisa teknologi

Konsep Perancangan

Konsep dasar

Konsep perancangan tapak

Konsep perancangan bangunan

Konsep struktur bangunan

Konsep utilitas bangunan Pra-Perancangan

Pendekatan struktur

Pendekatan teori arsitektur


(25)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 9

I.7. Sistematika Laporan. BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang kajian latar belakang, maksud dan tujuan, perumusan masalah dan batasan, pendekatan, asumsi-asumsi, kerangka berpikir, dan sistematika laporan.

BAB II DESKRIPSI PROYEK

Berisi tentang deskripsi proyek, tinjauan lokasi proyek, serta studi banding proyek sejenis, tinjauan Umum, pengertian secara umum, secara khusus, serta faktor pendukung proyek secara umum.

BAB III ELABORASI TEMA

Berisi tentang kajian mengenai pengertian, interpretasi, dan keterkaitan tema dengan judul serta studi banding terhadap bangunan-bangunan yang menerapkan tema yang sejenis.

BAB IV ANALISIS

Berisi tentang kajian analisis terhadap lokasi tapak perancangan, masalah, potensi, prospek dan kondisi lingkungan, pemakai dan aktivitasnya.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Berisi tentang konsep gubahan massa, konsep struktur, serta penzoningan baik luar maupun dalam.

BAB VI PERANCANGAN ARSITEKTUR

Berisi gambar hasil perancangan berupa foto maket maupun gambar kerja. DAFTAR PUSTAKA

Berisi daftar pustaka yang digunakan sebagai literatur selama proses


(26)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 10

Bab II

DESKRIPSI PROYEK

II.1 Terminologi Judul.

Judul dari proyek ini adalah Medan Music Museum. Berikut ini merupakan penjelasan terhadap judul kasus proyek tersebut:

Medan

Medan (daerah tingkat II berstatus kotamadya) adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya, dengan luas 265,10 km² atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara yang terdiri dari 21 Kecamatan. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter diatas permukaan laut yang mengakibatkan Medan memiliki iklim tropis (Poerwadarminta, 1991).

Music

 Menurut kamus besar bahasa inggris memiliki arti musik. Secara etimologi,

kata musik berasal dari bahasa yunani ‗maisike‘ yang berarti sebagai

segalasegala jenis seni ataupun pengetahuan yang diatur oleh muses.

Musik dalam bahasa latin ‗musica‘ pada abad ke-5 terbagi dala tiga major, yaitu musica universalis ( yang termasuk order dari dunia dimana Tuhan menciptakan dalam ; ukuran, angka, dan berat); musica human (mendisain dari pada proporsi tubuh manusia); dan musica instrumentalis (musik sebagai suara yang dihasilkan dalam keteraturan). (wikipedia.com)

Musik adalah suatu karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang menggungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu

dan ekspresi sebagai satu kesatuan. (Jamalus – 1988,1)

Musik, dalam buku kamus besar indonesia, dapat diartikan sebagai nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan. Musik merupakan sebuah seni dan pengetahuan terhadap suara yang terorganisasi. Hal ini memanifest didalam kebudayaan. (wikipedia.com)


(27)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 11

Museum

 Museum adalah institusi permanen dalam hal melayani dan

mengembangkan masyarakat, terbuka untuk umum yang mempelajari, mengawetkan, melakukan penelitian, melakukan penyampaian kepada masyarakat dan pameran untuk tujuan pembelajaran, pendidikan, rekreasi, dan memberikan tahukan aset-aset barang berharga yang nyata

dan ―tidak nyata‖ tentang lingkungannya kepada masyarakat.

 Secara etimologis, museum berasal dari bahasa Yunani, mouseion, yang

sebenarnya merujuk kepada nama kuil untuk sembilan Dewi Muses, anak-anak Dewa Zeus yang melambangkan ilmu dan kesenian. Museum berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan manusia semakin membutuhkan bukti-bukti otentik mengenai catatan sejarah kebudayaan.

 Dalam kongres majelis umum ICOM (International Council of Museums)

sebuah organisasi internasional di bawah UNESCO, menetapkan definisi

museum sebagai berikut: ―Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat

tetap, tidak mencari keuntungan dalam melayani masyarakat, terbuka untuk umum, memperoleh, mengawetkan, mengkomunikasikan dan memamerkan barang-barang pembuktian manusia dan lingkungan untuk

tujuan pendidikan, pengkajian dan hiburan.‖

Medan Music Museum merupakan museum yang termasuk dalam jenis museum spesialisasi, dimana memberikan pengalaman yang berbeda dibandingkan museum lainnya. Museum Musik memiliki definisi sebagai berikut : suatu lembaga yang berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan, merawat, dan melestarikan sejarah musik di Indonesia , baik berupa alat musik , maupun catatan sejarah , dan catatan lagu yang dilengkapi dengan data ilmiah guna sarana pendidikan, penelitian, sumber informasi, inspirasi dan rekreasi. Serta menjdai pusat wisata kota Medan.


(28)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 12

II.2 Tinjauan Umum.

Tinjauan umum membahas tentang museum secara keseluruhan dan musik secara umum.

II.2.1. Museum

Museum adalah institusi permanen dalam hal melayani dan mengembangkan masyarakat, terbuka untuk umum yang mempelajari, mengawetkan, melakukan penelitian, melakukan penyampaian kepada masyarakat dan pameran untuk tujuan pembelajaran, pendidikan, rekreasi, dan memberikan tahukan asset-aset barang

berharga yang nyata dan ―tidak nyata‖ tentang lingkungannya kepada masyarakat.

Menurut Association of Museum (1998) definisi tentang museum adalah

Museum membolehkan orang untuk melakukan penelitian untuk inspirasi, pembelajaran, dan kesenangan. Museum adalah badan yang mengumpulkan, menyelamatkan dan menerima artefak dan specimen dari orang yang dipercaya oleh badan museum.

Definisi yang terdahulu menurut Association of Museum―Museum merupakan

sebuah badan yang mengumpulkan, mendokumentasikan, melindungi,

memamerkan dan menunjukkan materi bukti dan memberikan informasi demi

kepentingan umum.‖

Secara Etimologi kata museum berasal dari bahasa latin yaitu ―museum‖ (―musea‖). Aslinya dari bahasa Yunani mouseion yang merupakan kuil yang dipersembahkan untuk Muses (dewa seni dalam mitologi Yunani), dan merupakan bangunan tempat pendidikan dan kesenian, khususnya institut untuk filosofi dan penelitian pada perpustakaan di Alexandria yang didirikan oleh Ptolomy I Soter 280 SM.

Museum mengumpulkan dan merawat benda-benda ilmu pengetahuan alam, benda-benda seni, dan benda-benda yang memiliki sejarah penting agar tampak bernilai dan untuk dipamerkan kepada masyarakat umum melalui pameran permanen atau temporer. Museum besar tereletak di kota besar dan museum lokal berada di kota kecil. Kebanyakan museum menawarkan program dan kegiatan yang menjangkau seluruh pengunjung, termasuk orang dewasa, anak-anak, seluruh keluarga, dan tingkat profesi lainnya. Program untuk umum terdiri dari perkuliahan atau pelatihan dengan staf pengajar, orang-orang yang ahli, dengan film, musik atau pertunjukan tarian, dan demontrasi dengan teknologi.


(29)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 13

Museum memiliki berbagai tipe dilihat dari jenis koleksi yang dimilikinya. Kategorinya meliputi barang-barang kesenian (seni lukis, patung) , arkeologi, antropologi, etnologi, sejarah, sejarah militer,spesialisasi, virtual, numismatis, botani, zoology, prangko. Juga ada museum dengan kategori khusus seperti museum seni modern, museum sejarah lokal, museum penerbangan, pertanian, atau geologi.

Jenis-jenis museum berdasarkan jenis koleksi yang dimilikinya antara lain :  Museum Seni juga dikenal sebagai sebuah galeri seni , merupakan

sebuah ruang untuk pameran seni , biasanya merupakan seni visual , dan biasanya terdiri dari lukisan , ilustrasi , dan patung . Koleksi dari lukisan dan dokumen lama biasanya tidak dipamerkan didinding , akan tetapi diletakkan di ruang khusus .

Museum Sejarah merupakan museum yang memberikan edukasi terhadap sejarah dan relevansinya terhadap masa sekarang dan masa lalu . Beberapa museum sejarah menyimpan aspek kuratorial tertentu dari sejarah dari daerah lokal tertentu . Museum jenis ini memiliki koleksi yang beragam termasuk dokumen , artefak , seni , benda arkeologi .  Museum Maritim merupakan museum yang menspesialisasi terhadap

objek yang berhubungan dengan kapal , dan perjalanan di laut dan danau .

Museum Otomotif merupakan museum yang memamerkan kenderaan .

Museum sejarah alam merupakan museum yang memamerkan dunia alam yang memiliki fokus di alam dan budaya. Pada umumnya memberi edukasi yang berfokus pada dinosaurus , sejarah kuno, dan antropologi.  Museum Open Air merupakan museum yang mengkoleksi dan

membangun kembali bangunan tua di daerah terbuka luar. Biasanya bertujuan untuk menciptakan kembali bangunan dan suasana lansekap masa lalu.

Science Museum merupakan museum yang membahas tentang seputar masalah scientific, dan sejarahnya. Untuk menjelaskan penemuan-penemuan yang kompleks, pada umumnya digunakan media visual. Museum jenis ini memmungkinkan memiliki studioIMAX yang merupakan studio visual tiga dimensi.


(30)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 14

Museum Spesialisasi merupakan museum yang menspesialisasikan pada topik tertentu. Contoh museum ini adalah museum musik , museum anak , museum gelas, dsb .Museum ini pada umumnya memberi edukasi dan pengalaman yang berbeda dibandingkan museum lainnya .

Museum Vir tual merupakan museum yang berada di dunia maya berupa internet dimana tidak memiliki fisik museum dan isinya hanya berupa data.

Dalam kongres majelis umum ICOM (International Council of Museums) sebuah organisasi internasional di bawah UNESCO, menetapkan definisi museum

sebagai berikut: ―Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak

mencari keuntungan dalam melayani masyarakat, terbuka untuk umum, memperoleh, mengawetkan, mengkomunikasikan dan memamerkan barang-barang pembuktian manusia dan lingkungan untuk tujuan pendidikan, pengkajian dan

hiburan.‖

Kedudukan museum di Indonesia sekarang di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

II.2.1.1 Jenis dan Kedudukan Museum di Indonesia Berdasarkan jenis koleksi, museum terbagi atas:

1. Museum Umum

Koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan seni, disiplin ilmu dan teknologi.

2. Museum Khusus

Koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan salah satu cabang disiplin ilmu dan teknologi.

Berdasarkan Kedudukannya, museum terbagi atas:

1. Museum Nasional

Koleksinya terdiri atas kumpulan benda yang mewakili seluruh wilayah Indonesia.


(31)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 15

Koleksinya terdiri atas kumpulan benda yang mewakili dalam satu provinsi.

3. Museum Lokal

Koleksinya terdiri atas kumpulan benda yang mewakili dalam satu wilayah kabupaten atau kotamadya.

Berdasarkan Pengelolanya, museum terbagi atas:

1. Museum Pemerintah

Museum yang dikelola oleh pemerintah

2. Museum Swasta

Museum yang dikelola oleh pihak swasta. II.2.1.2 Sejarah Permuseuman di Indonesia

Berdirinya suatu museum di Indonesia dimulai tahun 1778 dengan didirikannya Museum Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Westenschappen di Batavia (sekarang Jakarta). Karena mulai dilakukannya penelitian benda-benda warisan budaya di Indonesia yang telah dikumpulkan. Pada tahun 1915 didirikannya Museum Sono Budoyo di Yogyakarta. Jumlah museum yang terdapat di Indonesia kurang lebih 30 buah sampai akhir Perang Dunia II.

Jumlah itu terus bertambah setelah kemerdekaan Indonesia dan tujuan pendiriannya berubah dari tujuan untuk kepentingan pemerintah penjajah menjadi untuk kepentingan masyarakat dalam usaha pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pada tahun 1964 urusan museum ditingkatkan menjadi Lembaga Museum-museum Nasional, kemudian pada tahun 1966 Lembaga Museum-Museum-museum Nasional diganti menjadi Direktorat Museum dalam lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Dalam rangka pembinaan dan pengembangan permuseuman di Indonesia maka:

 Pada tahun 1971 Direktorat Permuseuman mengelompokan

museum-museum menurut jenis koleksinya menjadi tiga jenis yaitu Museum Umum, Museum Khusus dan Museum Lokal.


(32)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 16

 Pada tahun 1975 pengelompokan itu diubah menjadi Museum Umum, dan

Museum Khusus, dan Museum Pendidikan.

 Pada tahun 1980 pengelompokan itu disederhanakan menjadi Museum

Umum, dan Museum Khusus.

Berdasarkan tingkat kedudukan Direktorat Permuseuman mengelompokan Museum Umum dan Museum Khusus menjadi Museum tingkat Nasional, Museum Regional (propinsi) dan Museum tingkat Lokal (kodya/kabupaten). Menurut catatan, pada tahun 1981 di Indonesia terdapat 135 buah museum.

Dalam era pembangunan program pengembangan permuseuman dilakukan melalui:

1. PELITA I dengan proyek rehabilitasi dan perluasan museum pada museum pusat (Museum Nasional) dan Museum Bali (Denpasar).

2. PELITA II sampai tahun kedua (1975/1976) program proyek dilanjutkan pada sebelas lokasi dan sampai tahun kelima mencapai 26 lokasi (propinsi).

3. Pada PELITA II proyek rehabilitasi dan perluasan diganti menjadi proyek pengembangan permuseuman dengan tugas yang lebih luas yaitu selain membina dan mengembangkan museum yang dikelola oleh swasta dan museum pemerintah daerah.

Pembinaan dan pengembangan permuseuman di Indonesia, khususnya museum dilingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan meliputi bidang kolekasi, fisik bangunan, ketenagaan, sarana penunjang, fungsionalisasi dan peranan museum sebagai museum pembinan museum daerah dan swasta.

Perbandingan antara museum yang didirikan sebelum kemerdekaan dengan museum yang didirikan setelah kemerdekaan dapat dilihat pada tabel berikut:

Museum Sebelum Kemerdekaan Museum Setelah Kemerdekaan

Didirikan untuk kepentingan ilmu pengetahuan yang menunjang.

 Didirikan untuk kepentingan

pelestarian warisan budaya dalam

rangka pembinaan dan


(33)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 17

Pelaksaan politik kolonial dan pengembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

 Kebudayaan bangsa dan sebagai

sarana pendidikan non formal.

Beberapa museum mempunyai jumlah koleksi yang cukup besar, sebagian dipamerkan yang beroriantasi pada tata pameran museum-museum di Eropa.

 Jumlah kolekasi masih terbatas.

Sebagian besar bangunan tidak direncanakan untuk suatu museum, pada umumnya sudah tua dan tidak lagi memenuhi persyaratan bangunan modern.

 Bangunan museum pada umumnya

sudah direncanakan khusus untuk suatu museum dan mencerminkan suatu gaya arsitektur tradisional daerah tertentu.

Sebagian dari museum-museum ini tidak memiliki tenaga ilmiah yang berpengalaman, namun jumlahnya tidak memadai.

 Pada umunya masih kekurangan

tenaga ahli.

Sebagian sudah mempunyai bagian yang melayani bimbingan edukatif yang tidak terdapat pada zaman kolonial, sarana penunjang belum memadai.

 Struktur organisasai disesuaikan

dengan kebutuhan.

II.2.1.3 Struktur Organisasi Museum .

Struktur organisasi museum dapat dilihat seperti pada gambar 1:

Gambar 1 Struktur Organisasi Museum, Sumber: Museum Daerah

Kepala Museum

Bagian Pengelola

Koleksi /

Kuratorial

Bagian Pendidikan

Bagian Pengelola

Umum


(34)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 18

Tugas Kepala museum:

 Membuat program kegiatan meseum secara rutin/ khusus

 Menyediakan sarana/ fasilitas material untuk kegiatan museum

 Mengkoordinasikan karyawa-karyawan museum

 Mengusahakan peneyediaan dana/ sumber dana

Tugas Bagian Pengelola Koleksi/ Kuratorial:

 Mengumpulkan, mendata, meneliti, dan mempelejari koleksi serta

menyiapkan konsepsi yang berhubungan dengan presentasi/ tulisan ilmiah

 Preparasi: Mempersiapkan penyajian koleksi dan pameran.

 Reproduksi: Memproduksi karya-karya seni dan kerajinan.

 Konservasi: Merawat dan mencegah kerusakan koleksi.

 Pengadaan, penelitian, dan regristrasi (mengumpulkan materi pameran,

meneliti, dan mencatat koleksi materi.

Tugas Bagian Pendidikan:

 Mengadakan penjelasan bagi rombongan anak-anak/ pelajar dan

kelompok-kelompok.

 Memberikan bimbingan untuk pengenalan, menanamkan daya apresiasi dan

penghayatan nilai koleksi. Tugas Bagian Pengelolaan Umum:

Mengurus urusan rumah tangga museum, urusan administrasi, keamanaan, dan mengurus personalia.

II.2.1.4 Prinsip Dasar Museum .

Prinsip dasar museum meliputi luas, pencahayaan,ruang pameran, dan organisasi ruang secara umum .

II.2.1.4.1 Luas .

Museum merupakan bangunan publik. Oleh karena itu luasan museum diukur dari banyaknya penduduk lokal daerah tersebut. Walaupun begitu, juga terdapat beberapa museum yang luas di daerah dengan penduduk yang sedikit , begitu juga sebaliknya. Pendistribusian luas areal museum baru harus sesuai dengan


(35)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 19

pembagian yang merata, dimana luas areal untuk kuratorial ditambah administrasi dan servis harus seluas areal pameran. Standar luasan museum berdasarkan jumlah penduduk lokal adalah :

Tabel2 : Standar luas museum

Populasi Total luas areal museum

10.000 jiwa 650m2 - 1300m2

25.000 jiwa 1115m2 - 2230m2

50.000 jiwa 1800m2– 3600m2

100.000 jiwa 2700m2– 5500m2

250.000 jiwa 4830m2 – 9800m2

500.000 jiwa 7600m2 – 15000m2

>1.000.000 jiwa 12000m2 – 23500m2

II.2.1.4.2 Pencahayaan .

Pencahayaan pada bangunan museum pada umumnya sama dengan bangunan lainnya kecuali pada areal pameran. Pada areal pameran, pada umumnya pencahayaan terdistribusi secara tidak merata. Pada umumnya pencahayaan menggunakan pencampuran antara cahaya buatan dan cahaya matahari. Akan tetapi pada museum science hanya menggunakan pencahayaan buatan. Hal ini dikarenakan pencahayaan buatan dapat lebih memberikan efek yang lebih bagus pada benda yang dipamerkan dibandingkan pencahayaan alami. Akan tetapi, seorang manusia pada umumnya lebih memilih keberadaan cahaya alami walaupun sedikit. Hal ini dikarenakan efek cahaya matahari yang berkesan hidup dibandingkan cahaya buatan yang berkesan mati .

Seorang arsitek diharapkan dapat mendesain bangunan museum dengan pencampuran antara cahaya buatan dan cahaya alami. Hal ini dikarenakan untuk keseimbangan antara penglihatan dan perasaan dalam suatu bangunan. Pencampuran pencahayaan tersebut diharapkan dapat mengurangi kerugian

masing-masing pencahayaan . Permasalahan tersebut adalah seperti : ―The natural

partner in the combination varies widely in chromaticity and quantity, from day to day , and season to season , and frequently will change in both color and quanity in


(36)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 20

Warna pencahayaan, merupakan faktor yang sangat penting. Menurut penelitian, pencahayaan dalam bangunan exhibisi diperlukan dua jenis cahaya. Ruangan dapat diterangi secara tidak langsung dengan cahaya fluorescent 4500o. Objek yang dipamerkan mendapat pencahayaan dengan cahaya lampu incandescent tanpa filter dengan suhu 2800o – 3100o memberi pencahayaan spot pada objek individual, maupun pencahayaan flood di lokasi tertentu.

Pencahayaan ruangan diharapkan tidak melebihi terangnya pencahayaaan terhadap objek . Akan tetapi pencahayaan ruangan juga tidak diharapkan terlalu gelap sehingga objek yang dipamerkan terlalu kontrast.

Perletakan pencahayaan harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah efek silau, dan pantulan dari silau. Usaha untuk mencegah efek silau ini dilakukan dengan memberikan lapisan kaca difusi. Oleh karena itu pada umumnya dilakukan pencahayaan secara tidak langsung pada areal pameran di dalam sebuah museum. Pemanfaatan skylight cukup membantu dalam hal ini. Penggunaan refleksi cahaya juga mendapat peran yang cukup penting dalam hal ini .

II.2.1.4.3 Ruang Pameran .

Ruang Pameran didalam sebuah museum pada umumnya terbagi atas dua jenis, yakni ruang pamer tetap, dan ruang pamer tidak tetap. Didalam ruang pameran terdapat ketentuan dalam pembuatan partisi sebagai pembatas tempat pameran dan tempat untuk meletakkan benda untuk dipamerkan. Pada umumnya ruang pameran disarankan menggunakan partisi yang fleksibel, dan dapat dipindah-pindah. Perubahan dinding pada ruang pameran diharapkan tidak mengganggu struktur utama bangunan dan menggunakan biaya yang sedikit.

Ukuran dan proporsi ruang pameran pada masa modern diciptakan lebih intimate dibandinkan bangunan lama yang mengandalkan hall yang besar. Pada umumnya tinggi langit-langit ruang pameran telah berkurang antara 17 hingga 25 kaki dibandingkan ruang pameran bangunan lama yang mencapai 34 kaki .

Terdapat Pengelompokan ruang dalam areal pameran. Terdapat beberapa susunan yang cukup familiar dalam pengelompokan ruang yakni :

Susunan ruang ke ruang merupakan susunan dengan ruang yang terletak pada kamar yang saling berhubungan secara menerus. Pada


(37)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 21

umumnya terdapat pada bangunan dengan ruang pameran satu lantai dan bersebalahan dengan ruang lobby . Keuntungan dari susunan ini adalah pengelompokannya yang simpel , dan ruang yang cukup ekonomis . Kelemahan dari susunan ini adalah memungkinkannya terdapat satu ruangan yang tidak dilalui walaupun dikelilingi oleh ruang lainnya.

Susunan koridor ke ruang sering disebut sebagai susunan ruang dan koridor merupakan susunan dimana setiap ruang dapat diakses melalui sebuah koridor .Keuntungan dari susunan ini adalah setiap ruang dapat diakses secara langsung, oleh karena itu dapat ditutup tanpa memberikan pengaruh pada ruangan lainnya. Kelemahan dari susunan ini adalah hilangnya ruang sebagai ruang koridor, walaupun dapat diminimalisir dengan menjadikan ruang koridor sebagai ruang pameran juga.

Susunan lingkaran pusat merupakan susunan yang berpusat pada suatu ruangan dengan terdapat ruang-ruang kecil disekelilingnya. Keuntungan dari susunan ini adalah susunanya yang paling fleksibel. Kekurangan dari susunan ini adalah ruang kecil yang berada di sekeliling ruang utama menjadi tidak terlalu sering dikunjungi ataupun terlalu exclusive.

Gambar 2 Contoh susunan ruang pameran, Sumber: Data arsitek jilid 2

Sirkulasi dalam ruang pameran memiliki peran yang sangat penting. Sirkulasi ini biasanya tercipta sesuai dengan bentuk layout bangunan. Pengarahan terhadap sirkulasi dapat dilakukan agar kegiatan pameran dapat berjalan lebih menarik. Pengkontrolan pada susunan koridor ke ruang, dan susunan lingkaran terpusat dapat lebih baik dibandingkan susunan ruang ke ruang. Contoh-contoh susunan partisi yang mempengaruhi jalur sirkuasi pengunjung:


(38)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 22

Gambar 3 Susunan sirkulasi ruang pameran, Sumber: Times Saver Standards

Pada gambar A dan B memiliki cakupan sirkulasi yang kurang. Pada gambar C memilik cakupan sirkulasi yang maksimal, akan tetapi memiliki pergerakan yang terlalu banyak. Pada gambar D dan E memiliki sirkulasi dan cakupan yang baik.

II.2.1.4.4 Organisasi Ruang .

Gambar 4 Organisasi Ruang Museum Sumber Data Arsitek Jilid 2

Ruang

penerimaan

Restorasi

Pendaftaran

Gudang

R. Penelitian

Kurator

Galeri

R. Belajar


(39)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 23

Ruang-ruang yang diperlukan didalam sebuah museum haruslah tersusun dengan baik agar memudahkan penggunaannya oleh publik. Ruang-ruang yang dibutuhkan oleh museum diantaranya :

Ruang Lobby dan ruang umum

o Ruang Vestibule merupakan ruang yang pertama kali ditemui oleh

pengunjung yang berfungsi sebagai ruang transisi dari ruang luar menuju lobby utama. Pada bangunan yang tidak memiliki ruang Vestibule disarankan penggunaan revolving door. Akan tetapi penggunaan revolving door cukup menyusahkan bagi orang tua. Oleh karena itu penggunaan rolling door mulai dikurangi.

o Ruang Lobby merupakan ruang kontrol terhadap pengunjung museum.

Ruang lobby harus luas, atraktif, memiliki pencahayaan yang bagus, dan memiliki penghawaan yang baik. Ruang Lobby harus mampu menampung jumlah pengunjung dan memiliki tempat duduk bagi pengunjung. Ruang lobby harus menjadi ruang untuk mengkontrol ruang kanor, ruang edukasi, ruang auditorium, ruang pameran, ruang perpustakaan, dan ruang kuratorial, serta ruang untuk menjual aksesories .

o Ruang Toilet dibutuhkan dengan besaran yang proporsional terhadap

ukuran bangunan. Ruang toilet disarankan berhubungan langsung dengan ruang lobby agar dapat melayani kebutuhan publik .

o Ruang kafetaria pada umumnya ditemukan pada bangunan museum yang

cukup luas. ruang kafetaria pada umumnya berhubungan langsung dengan ruang lobby .

Ruang Pameran

o Ruang Pameran Temporer biasanya digunakan pada bangunan museum

seni yang mayoritas benda yang dipamerkan berupa lukisan. Pada museum science dan sejarah, jarang sekali memamerkan bendanya yang bersifat temporer. Akan tetapi kadang kala juga terdapat pameran temporer untuk menarik minat pengunjung pada event tertentu. Posisi yang tepat untuk ruang pamer temporer biasanya berada pada lantai pertama, dan terpisah dari lobby. Ruangan ini disusun dengan terpisah dari bagian museum lainnya. Disarankan tidak terdapat batasan yang permanen antara bagian ini dengan bagian lain yang berhubungan .

o Ruang Pameran Permanent lebih baik memiliki pemisahan antara jenis


(40)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 24

museum zaman sekarang, pameran untuk publik diletakkan dekat dengan lobby. Hal ini dimaksudkan agar pameran yang bertujuan untuk publik diletakkan pada posisi yang lebih strategis, dan pameran untuk pendidikan ataupun penelitian diletakkan lebih tidak strategis.

Ruang pendidikan

o Ruang Perpustakaan merupakan ruang yang disarankan untuk memenuhi

kenyamanan publik maupun staf museum. Perpustakaan disarankan terletak tidak terlalu jauh dari pintu masuk, dan mendapat pengawalan dari lobby. Akan tetapi karena untuk memenuhi kenyamanan publik , kadang-kadang kenyamanan staff sedikit terganggu. Oleh karena itu, pada museum yang cukup besar, biasanya terdapat perpustakaan terpisah bagi staff. Ruang-ruang yang termasuk dalam bagian ruang perpustakaan adalah ruang membaca, meja penjaga perpustakaan, tempat bekerja, dan tempat menyimpan buku.

o Ruang Membaca pada umumnya dapat mengikuti standar perpustakaan

umum, dimana diberikan areal minimal 25 kaki persegi untuk setiap satu orang pembaca. Ruang baca haruslah sepi tanpa banyak ganguan suara. Oleh karena itu biasanya material lantai dari ruang baca biasanya terbuat dari linoleum, maupun karet.

o Stacks (Ruang tempat buku) harus mengikuti standar desain

perpustakaan umum. Pada perpustakaan yang kecil, ruang ini dapat menjadi bagia dari ruang baca, dan pada umumnya lemari buku terbuat dari besi dengan tinggi 7,5 kaki.

Ruang berkumpul

o Ruang Auditorium ataupun ruang untuk mengajar, harus dirancang

dengan memperhatikan faktor akustik. Biasanya permasalahan dari auditorium adalah letak, perlatan, dan desain interior dir ruang tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dari posisi auditorium, adalah letak dari auditorium disarankan berhubungan langsung dengan lobby utama, agar dapat digunakan terpisah dari ruang pameran.

o Ruang untuk musik tidak mengharuskan berada di dalam sebuah

auditorium, akan tetapi dapat berada di ruang terbuka berupa taman terbuka, maupun amphitheatre.


(41)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 25 o Ruang kelas dan studio biasanya muncul apabila museum merupakan

cabang dari institusi tertentu. Biasanya dilakukan pemisahan antara ruang kelas anak-anak, dan ruang kelas orang dewasa.

o Ruang museum untuk anak-anak merupakan bagian untuk menerima

pelajar yang datang bersama guru, dan berkelompok berdasarkan sekolahnya.

Ruang Kuratorial.

o Gudang penyimpanan sering juga disebut sebagai penyimpanan untuk

pembelajaran. Hal ini dikarenakan penyimpanannya yang dapat digunakan sebagai reverensi pekerjaan, dan penelitian yang penting untuk perkembangan museum.

o Rangkaian kamar Kurator terdiri dari ruang belajar, ruang kerja kurator,

dan gudang penyimpanan. Ruang pameran juga merupakan bagian dari ruang kuratorial, oleh karena itu perlu adanya hubungan antara ruang pameran dan ruang kuratorial. Sebaiknya ruang kuratorial berada di dekat ruang lobby utama agar mudah diakses .

Ruang Administrasi

o Ruang Kantor sebaiknya berdekatan dengan lobby, Hal ini diakarenakan

agar pengunjung yang bertujuan untuk urusan bisnis masuk melalui pintu utama ,menuju ke lobby, dan menuju ke kantor dengan pengawalan khusus, tanpa harus mengelilingi seluruh museum.

o Ruang rapat biasanya disediakan untuk rapat, akan tetapi pada

perpustakaan besar disarankan perletakannya berada di ruang kantor direktur. Walaupun terpisah dari ruang direktur, disarankan ruang ini memiliki akses langsung terhadap ruang direktur.

o Ruang kantor direktur memiliki standar yang sama dengan bangunan

perkantoran.  Bagian Servis.

o Pintu masuk servis harus langsung menuju keruang penerimaan dengan

area packing dan unpacking .Ruang servis biasanya dilalui oleh pekerja, pengantar barang, dsb. Ruang servis harus memiliki loading dock yang mampu menampung truk besar.

o Ruang penerimaan merupakan areal vokal dimana semua kiriman barang


(42)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 26

disarankan untuk berdekatan agar mempermudah pendistriusian barang di dalam bangunan.

o Ruang pengawas berada didekat pintu masuk servis, dan merupakan

ruang kontrol dari segala sesuatu yg terjadi di sini. Biasanya beradadi ruang tertentu dengan terdapat kaca yang dapat melihat keluar tanpa orang dapat melihat ke dalam ruangan.

o Lift barang memiliki posisi yang terbaik berada pas di samping ruang

penerimaan, haruslah berukuran besar, pelan, dan dioperasikan dengan tombol. Lift barang harus dapat mencapai semua tingkatan dimana barang yang diangkut akan dibawa menuju kesana

o Bilik Registrasi merupakan tempat membuat arsip barang milik museum

yang dipinjamkan maupun yang dipinjam. Begitu juga dengan barang yang akan dipamerkan dari ruang peyimpanan. Ruang ini juga berfungsi untuk mengarsipkan barang yang keluar masuk dari areal pameran, dan ruang kuratorial. Ruang ini harus dapat berkomunikasi secara bebas dengan ruang penerimaan, dan harus dirancang dengan memiliki pengamanan yang baik.

o Koridor servis merupakan pusat sirkulasi dari manusia pada basement .

Koridor ini haruslah bebas hambatan, dan harus memiliki jalur distribusi ke seluruh bagian bangunan .

o Ruang kerja fotografi biasanya diletakkan di basement agar pekerjaan

fotografi dapat diawasi dengan baik dengan cahaya buatan. Ruang ini harus memiliki penghawaan yang baik dan bebas dari getaran.

o Ruang kerja(shops) merupakan ruang yang dibutuhkan di setiap museum.

Ruang ini harus memiliki pencahayaan alami yang baik ,dan penghawaan yang baik. Ruang kerja ini merupakan tempat dimana pekerja museum mempersiapkan sebuah pameran,baik dekorasi, sistem elektrikal, dsb.

o Ruang preparasi ,dan ruang restorasi merupakan ruang kerja bagi para

ahli untuk memperbaiki artefak, maupun mengrestorasi benda-benda seni. Ruangan ini harus memiliki pencahayaan alami yang bagus, dan pencahayaan buatan yang memadai.

o Printing Shop merupakan ruang yang berfungsi untuk membuatlabel pada

benda yang akan dipamerkan .

o Ruang penyimpanan servis merupaakn tempat menyimpan alat kerja.


(43)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 27

peralatan kebersiahan, peralatan dapur ,peralatan kantor, dan peralatan pameran.

o Ruang pekerja pada umumnya dipisah menurut bidangnya masing-masing

seperti pengamanan, kebersihan, dsb .

o Garasi merupakan ruang tambahan yang biasanya digunakan untuk

menyimpan mobil truk museum, maupun mobil karyawan museum. Contoh susunan areal servis:

Gambar 5 Contoh Susunan Areal Service, Sumber: Times Saver Standards II.2.2 Tinjauan Terhadap Musik .

Tinjauan terhadap musik meliputi pengertian musik, sejarah musik, Jenis-jenis alat musik , dan jenis-jenis musik .


(44)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 28

II.2.2.1 Pengertian Musik .

Musik secara etimologi, kata musik berasal dari bahasa Yunani ―mousikê‖ yang berarti sebagai segala jenis seni ataupun pengetahuan yang diatur oleh muses. Musik dalam bahasa latin ―musica‖ pada abad ke V terbagi dalam tiga major, yaitu musica universalis ( yang termasuk order dari dunia dimana Tuhan

menciptakannya dalam ―ukuran, angka , dan berat); musica humana (mendesain

daripada proporsi tubuh manusia ); dan musica instrumentalis (musik sebagai suara

yang dihasilkan dalam keteraturan ).1

Musik, dalam buku kamus besar bahasa Indonesia ,dapat diartikan sebagai nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan. Musik Merupakan sebuah seni dan pengetahuan terhadap suara yang terorganisasi. Hal ini memanifest didalam setiap kebudayaan.

Pada awal mulanya, musik merupakan sebuah penyertaan terhadap ritual yang memulai suatu usaha ilmiah. Musik dapat memiliki arti yang special menurut

waktu dan tempat tertentu. ―Music is the noblest arts to be used only for the

glorification of God ― ( Andreas Werckmeister,c.1690), ― Music is an entertainment

… an innocent luxury ― ( Charles Burney, c.1776 ). Dari kedua pernyataan tersebut

dapat kita ketahui bahwa pada abad XVII , Music digunakan sebagai alat untuk mengagungkan Tuhan, Sedangkan pada abad XVIII , dimana masa revolusi industri bermula, terlihat bahwa musik merupakan sarana hiburan. Pada zaman sekarang, musik merupakan sebuah seni suara dalam waktu tertentu yang mana mengekspresikan ide dan emosi didalam bentuk yang signifikan melalui

elemen-elemen dari ritme, melodi, harmoni, dan warna .2

Terdapat beberapa definisi dari musik menurut beberapa ahli dalam bidang musik3, diantaranya :

 Thomas Clifton menyatakan musik sebagai : "an ordered

arrangement of sounds and silences whose meaning is presentative

rather than denotative. . . . This definition distinguishes music, as an end in itself, from compositional technique, and from sounds as purely physical objects." Hal ini menyebutkan bahwa musik

1

www.wikipedia.com

2

Cooper , Paul , 1981 , Perspectives In Music Theory : An Historical-Analytical Approach , Second Edition , New York :Harper & Row

3


(45)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 29

merupakan susunan suara dan keheningan, yang mana memiliki makna presentatif .4

 Jean Molino menyatakan :‖Music , often an art/entertainment, is a

total social fact whose definitions vary according to era and culture.‖ Dalam hal ini menyatakan bahwa musik merupakan fakta sosial yang memiliki arti yang berbeda tergantung zaman dan budaya .

 Jean-Jacques Nattiez menyatakan : ―The border between music and

noise is always culturally defined—which implies that, even within a single society, this border does not always pass through the same place; in short, there is rarely a consensus.... By all accounts there is no single and intercultural universal concept defining what music

might be" 5 Dalam Hal ini menyatakan bahwa batasan antara musik

dan suara ribut tergantung terhadap kebudayaan . Batasan tersebut tidaklah selalu sama .

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa musik merupakan suatu susunan yang terorganisasi antara suara dan keheningan yang merupakan salah satu cara untuk berkomunikasi, memiliki nilai estetis, diterima oleh masyarakat sebagai musik dimana tergantung kepada latar belakang kebudayaan masyarakat tersebut, dan terdapat unsur manusia didalam musik, sebagai pencipta, maupun sebagai bagiannya .

Material dasar pembentuk musik adalah suara dan waktu. waktu menawarkan dimensi daripada kegiatan musik yang terorganisasi . Suara merupakan seluruh lawan dari kesunyian, termasuk suara ribut, suara alam ( ombak laut , suara burung, dsb .) , dan juga suara musik. Hal ini telah di teliti dan dimaksudkan dalam ilmu pengetahuan gabungan yang bernama akustik.

Dalam komposisi musik ,terdapat dua aspek waktu yang penting bagi orang yang mempelajari musik. Dimensi musik yang direncanakan dalam waktu harus melibatkan suara dan keheningan. Waktu menjadi begitu berarti, ataupun penting dalam hubungan terhadap guideline yang dapat diamati, seperti : Silence-sound-event-climax-sound-silence.

4

(Clifton 1983, 1).

5


(46)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 30

Terdapat dua jenis waktu, yaitu real time ( waktu yang sebenarnya ) dan phychological time ( waktu psikologis ). Real time merupakan waktu yang dapat diukur, seperti menit, jam, detik,dsb. Phychological time merupakan waktu yang dirasakan oleh pendengar, kadangkala waktu dapat terasa lebih cepat ataupun lebih lambat.

Bentuk adalah bidang dari teori musik yang mengeksplor konsep daripada ilmu musik, didalam tingkat lokal maupun global. Didalam musik klasik dan musik populer, terdapat beberapa bentuk, dan desain yang abstrak. Bentuk musik klasik pada umumnya terbagi atas bagian-bagian, seperti : Intro, Exposition, Verse, Chorus, Bridge (Pre Chorus ), Interlude Break, Conclusion, dan Fadeout. Susunan ini dapat berbeda-beda tanpa ada suatu susunan yang pasti . Akan tetapi Susunan ini dipastikan berawal dari Intro, dan berakhir pada Fadeout.

Suara secara sistematis dijabarkan dalam ilmu pengetahuan terhadap akustik. terdapat beberapa hal yang penting dalam suara, diantaranya :

Frekwensi merupakan jumlah getaran per detik yang dialami bidang elastis ketika titik keseimbangan bidang tersebut mengalamim gangguan.

Amplitudo merupakan jumlah energi yang mempengaruhi getaran, yang mana mempengaruhi keras lembutnya suara .

Timbre merupakan kualitas, ataupun warna dari suara yang dihasilkan. Timbre alat musik yang satu pasti berbeda dari yang lain walaupun alat musik tersebut sama-sama menghasilkan pitch yang sama.

Consonance dan dissonance adalah istilah yang menunjukkan efek dari dua jenis suara yang dihasilkan secara bersamaan.

Resonance merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan transmisi suara dari suatu sumber ke yang lain.

Element musik merupakan komponen yang luas daripada sebuah suara yang terorganisasi, terdiri dari ritme, melodi, harmoni, dan warna. Beberapa penulis juga mengikut sertakan textur dan bentuk sebagai elemen musik. Elemen musik diantaranya :

 Rhythm ( ritme) merupakan istilah yang digunakan untuk


(47)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 31

 Melody ( Melodi ) merupakan turunan dari pitches, melodi tidak dapat

dipisahkan dari ritme.

 Harmony ( Harmoni ) merupakan resultan dari gabungan simultan

dari dua atau lebih suara musik.

 Color ( Warna ) merupakan istilah yang digunakn untuk

mengidentifikasi kualitas suara yang diproduksi oleh suara maupun instrumen musik.

 Texture ( textur ) menunjuk pada disposisi terhadap pitch dan timbre,

dan merupakan dimensi horizontal dan vertikal dari suara.

 Form ( Bentuk ) merupakan arsitektur dari suara ,peletakan dan

penyelangan dari event-event musik, merupakan desain suara terhadap waktu.

II.2.2.2 Sejarah Musik

Sejarah musik terdiri dari sejarah musik dunia, sejarah musik Indonesia, dan pengaruh Medan terhadap sejarah musik Indonesia.

II.2.2.2.1 Sejarah Musik Dunia .

Secara garis besar, sejarah musik dunia dapat dibagi seperti tabel berikut:

Gambar 6 Grafik Sejarah Musik Dunia

Prehistoric & Ancient ( sebelum 500 SM)

Musik kuno ( Ancient music ) merupakan musik yang berkembang dalam kebudayaan , dan menggantikan musik prasejarah . Musik kuno mengarah kepada sistem musik yang beragam yang berkembang melalui berbagai wilayah geografis seperti India , Cina, Persia, Yunani, Romawi, Mesir, dan Mesopotamia . Musik kuno , didesain melalui suara dasar , dan pada


(48)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 32

umumnya disebarkan secara oral , maupun tulisan . Istilah musik kuno juga diberikan untuk musik traditional , maupun musik rakyat , seperti musik adat yang ada di asia , dan sebagainya.

Masa Awal ( 500 M-1600 M )

 Medieval (500M-1400M)

Istilah musik Medieval merupakan musik eropa yang ditulis pada masa abad pertengahan . Masa ini bermula dari masa jatuhnya kekaisaran Romawi ( 476 M ) dan berakhir pada pertengahan abad ke XV . Pada permulaan masa ini , musik yang dihasilkan merupakan musik monophonic , dan homorhythmic , dimana hanya terdapat catatan tulisan lagu tanpa ada catatan untuk alat musik .Instrumen musik yang digunakan masih berupa seruling yang terbuat dari kayu , recorder , gemshorn, lute , mandora , gittern , dan psaltery . Pada masa ini juga terdapat alat musik serupa organ , trombone , dsb . Pada zaman ini , musik sangatlah bersifat sakral , dan sekuler.

 Renaissance ( 1400 M -1600 M )

Musik Renaissance merupakan musik eropa yang ditulis pada masa Renaissance yang bermula antara 1400M hingga 1600 M . Pergerakan humanis bangsa Italia untuk mengaplikasikan kembali estetiak bangsa Yunani kuno , dan bangsa Romawi kuno , memberi pengaruh terhadap gaya musik pada zaman in . Instrumen musik cukup berkembang pada zaman ini. Kebanyakan alat musik ini digunakan untuk musik sekuler , yang sering juga disebut sebagai musik untuk para pekerja , dan untuk gereja katolik . Instrumen musik pada zaman ini terbagi atas empat kategori , yaitu : Brass(sejenis terompet ) , strings ( alat musik senar ), percussion ( alat musik perkusi) , dan alat musik tiup ( sejenis seruling ). Jenis musik pada zaman ini pada umumnya hanya digunakan untuk upacara keagamaan, dan upacara di gerej, serta muncul musik-musik opera.

Masa Common Practice (1600M – 1910M )

 Baroque ( 1600M-1760M)

Musik Baroque mendeskribsikan musik klasik eropa yang berkembang pada masa antara 1600M hingga 1750 M. Masa ini bermula setelah


(49)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 33

masa Raenaissance, dan sebelum masa musik kasik .Pada masa ini , teori musik, diatonic tonality, dan counterpoint imitative mulai berkembang .Notasi musik mulai betambah baik , penggunaan alat musik lebih maju . Pertunjukan musik menjadi semakin kompleks , dan munculnya opera sebagai pertunjukan musik mulai dilakukan . Karakteristik yang umum pada zaman ini adalah emosi musik yang lebih menyatu , ornamentasi , dan ritme yang kontras dengan improvisasi . Melodinya pada umumnya memiliki gerakan garis yang berlanjut .Pada masa ini, jenis musik yang berkembang pesat pada masa ini adalah musik opera yang merupakan musik yang berkembang pada masa Reinassance . Pada masa ini juga berkembang instrumental sonata , dan mulai diperkenalkan penggunaan pakaian menari di musik opera . Pada masa ini muncul seorang tokoh musik dunia yang mendapat sebutan sebagai bapak musik dunia , yakni Johann Sebastian Bach.

 Classical (1730M – 1820M)

Masa klasik di dunia barat muncul antara tahun 1750 M hingga 1820 M . Komposer lagu yang paling terkenal pada masa ini adalah Joseph Haydn, Wolfgang Amadeus Mozart ,dan Ludwig Van Beethoven . Era ini seringkali disebut juga sebagai masa Classicism . Pada masa ini musik terpengaruh oleh masa revolusi industri , dimana struktur harus memiliki axis yang jelas , tersusun, dan terartikulasi . Oleh karena itu , musik pada zaman ini memiliki gaya musik yang merupakan kombinasi dari melody dan harmony yang disebut juga sebagai homophony .Oleh karena itu struktur nada pada zaman ini lebih mudah untuk didengar. Karakteristik utama musik pada zaman ini adalah musik yang lebih ringan , texture yang lebih bersih dari musik Baroque , dan lebih sederhana .Pada masa ini terdapat tekanan yang lebih kuat pada keanggunan , dan keindahan dari melody dan bentuk , proporsi , balance , moderasi , kontrol , lebih elegan dalam karakter dengan lebih expresive , dan bentuk yang formal dan seimbang . Variasi dan kontras dalam musik lebih tampak . Pada masa ini muncul alat musik piano. Hal penting yang muncul pada musik instrumental adalah munculnya Sonata, Trio , String Quartet , Symphony , concerto , serenade , dan divertimento.


(1)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 181 VI.3 3D Interior Bangunan

Gambar 129. Perspektif R. Pamer Aerofon

Gambar 130. Perspektif R. Pamer Aerofon


(2)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 182 Gambar 132. Perspektif R. Pamer Kardofon

Gambar 133. Perspektif Resepsionis


(3)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 183 Gambar 134. Perspektif R. Edukasi

Gambar 135. Perspektif R. Perpustakaan


(4)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 184 Gambar 137. Maket Persepktif Tampak Utara

Gambar 138. Maket Persepktif Tampak


(5)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 185 Gambar 140. Maket Persepktif Tampak Timur

Gambar 141. Maket Persepktif


(6)

Rininta Batubara - 080604043 | Arsitektur Simbolisme 186

Pembinaan Permuseuman Jakarta, Jakarta, 1999.

2. Panggabean Herlan, Drs,

Pameran Tetap Museum NegeriSumatera

Utara Dept. P&K Dirj. Kebudayaan Bagian Proyek Pembinaan

Permuseuman Propinsi Sumatera Utara, Medan, 1995.

3. Lukman Sinar Tengku, SH,

Sejarah Medan Tempoe Doeloe, Sumatra

Research, Jakarta, 1991.

4.

Ilmu Pengetahuan Konservasi, Jakarta, Juli 1989.

5. Fielden B.M, Design of Museum for Conservation of Cultur Property,

Australian National Comission for Unesco, 1979.