Museum Sejarah dan Seni Medan

(1)

MUSEUM SEJARAH DAN SENI MEDAN

( ARSITEKTUR METAFORA )

LAPORAN PERANCANGAN TKA 490 - TUGAS AKHIR

SEMESTER A TAHUN AJARAN 2011 / 2012

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur

Oleh

TRI SUSANTO SEMBIRING

070406064

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2012


(2)

MUSEUM SEJARAH DAN SENI MEDAN

( ARSITEKTUR METAFORA )

Oleh :

TRI SUSANTO SEMBIRING 07 0406 064

Medan, Juli 2012

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. N Vinky Rahman, MT NIP. 196606221997021001

Ir. N. Vinky Rahman, MT Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc, Ph.D


(3)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR (SHP2A)

Nama : Tri Susanto Sembiring

NIM : 07 0406 064

Judul Proyek Tugas Akhir : Museum Sejarah Dan Seni Medan

Tema : Arsitektur Metafora

Rekapitulasi Nilai :

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :

No. Status

Waktu Pengumpulan

Laporan

Paraf Pembimbing I

Paraf Pembimbing II

Koordinator TKA-490

1. Lulus Langsung

2. Lulus Melengkapi

3. Perbaikan Tanpa Sidang

4. Perbaikan Dengan Sidang

5. Tidak Lulus

Medan, Juli 2012

A

B+

B

C+

C

D

E

Ketua Departemen Arsitektur,

Ir. N Vinky Rahman, MT NIP: 196606221997021001

Koordinator TGA-490,

DR. Ir.Nelson Siahaan , Dipl. TP , M.Arch NIP: 195811271987011001


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Yesus Kristus dan Roh Kudus, pengurus semesta alam. Saya sampaikan puji dan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi karunia kepada saya atas anugerah yang luar biasa.Terima kasih yang sebesar-besarnya buat kedua orang tua saya Alm. Selamat Sembiring dan H.sirait yang telah merawat dan membesarkan saya sampai sekarang. Tiada kata yang dapat menggambarkan betapa luar biasanya kebaikan mereka pada saya. Terima kaih kepada Eka Susanti Sembiring, Amd, Hendra Sembiring, S.Sos, Ita Lina Sembiring, Novita Sembiring , dan Jimmy sembiring saudara dan saudari saya yang mendukung saya selama ini

Tugas akhir ini mengambil judul: Museum Sejarah Dan Seni Medan, yang merupakan syarat wajib bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.

Pencapaian ini dapat diraih penulis atas peran serta, dukungan, dan motivasi dari berbagai pihak. Dengan tulus dan kerendahan hati pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan sebesar-besarnya atas peran dari:

1. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan kebijakan, arahan dan nasehat-nasehat, teknis dan non teknis dari awal hingga akhir proses Tugas Akhir ini.

2. Ibu Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc, Ph.D. selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan, masukan, nasehat, ktitik dan saran untuk mengarahkan kepada hasil yang maksimal. 3. Bapak Ir. Samsul Bahri. MT selaku Dosen Penguji atas kritik dan saran yang

membangun.

4. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT, Bapak DR. Ir. Nelson Siahaan, Dipl. TP, M.Arch. dan Bapak Wahyu Abdilah, ST selaku Dosen Koordinator Tugas Akhir Semester A Th.20012 ,atas kebijakan-kebijakannya selama masa tugas akhir.

5. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT selaku Kepala Jurusan Departemen Arsitektur 6. Bapak Imam Faisal Pane ST, MT selaku Sekretaris Jurusan Departemen Arsitektur 7. Staff Pengajar dan Tata Usaha di lingkungan Departemen Arsitektur Fakultas Teknik

USU.

8. Teman-teman angkatan 2007 Udel, Ucup, Guntur, Imam, Raha, Emir, Angga, Grady, Bembeng, Ricky,Faisal, Udin, Rebbeca, Oci, Dewi, Fandha, dan teman-teman lain yang tidak disebutkan namanya satu persatu.


(5)

9. Adik-adik 2010 Fikar, Abjo, Gema, Caki, Aldo, Kakek, Nehe, Doni, Pentol Korek, dan yang lain yang tidak disebut namanya satu persatu

10. Seluruh Mahasiswa Arsitektur USU.

11. Teman tak terlupakan Jenda imbau, Jery imbau, Jeck imbau. Teman dekat Bob, Hary SPD, Topan, Gle, Bay, Bleck.

12. Seluruh teman-teman peserta Tugas Akhir Semester A Th. 20012 atas kekeluargaan dan kebersamaan.

Kiranya Tuhan memberikan dan melimpahkan berkah dan rahmah-Nya bagi mereka atas segala yang telah diperbuat untuk penulis.

Penulis sungguh menyadari bahwa tugas akhir ini masih mempunyai banyak kekurangan. Karena itu penulis membuka diri terhadap kritikan dan saran bagi penyempurnaan tugas akhir ini. Dan, akhirnya penulis berharap tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.


(6)

DAFTAR ISI

SURAT HASIL PENGESAHAN PROYEK AKHIR ... i

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR PUSTAKA ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 LATAR BELAKANG ... 1

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN PERENCANAAN ... 2

1.3 MASALAH PERANCANGAN ... 3

1.4 PENDEKATAN ... 3

1.5 SASARAN/LINGKUP PELAYANAN ... 3

1.6 ASUMSI... 3

1.7 KERANGKA BERPIKIR ... 4

1.8 SISTEMATIKA LAPORAN ... 4

BAB 2 DESKRIPSI PROYEK ... 6

2.1 TERMINOLOGI JUDUL ... 6

2.2 TINJAUAN UMUM ... 6

2.2.1 Museum ... 6

2.2.2 Sejarah Permusuman Di Indonesia ... 8

2.2.3 Garis Besar Kebijakan Permuseuman di Indonesia 1984-1989 ... 10

2.2.4 Landasan Kebijaksanaan ... 11

2.2.5 Luasan Area Museum ... 12

2.2.6 Perkembangan Seni Di Indonesia ... 12

2.2.7 Pentingnya Sejarh Dan Seni ... 19

2.3 TINJAUAN KASUS PROYEK ... 19

2.4 TINJAUAN KELAYAKAN ... 19

2.4.1 Tinjauan Fungsional ... 19

2.4.2 Kelayakan Proyek ... 20


(7)

2.5 TINJAUAN FUNGSI ... 21

2.5.1 Usulan Lokasi 1 : Jln. A.H. Nasution ... 21

2.5.2 Usulan Lokasi 2 : Jln. Perintis Kemerdekaan ... 22

2.5.3 Usulan Lokasi 3 : Jln. Gedung Arca ... 23

2.6 TINJAUAN PENGGUNA ... 25

2.6.1 Tinjauan Fungsi Pengguna dan Kegiatan ... 25

2.6.2 Kebutuhan Ruang ... 26

2.6.3 Skema Sirkulasi Pengguna ... 28

2.7 STUDI BANDING PROYEK SEJENIS ... 30

2.7.1 Museum Nasional Indonesia ... 30

2.7.2 Milwaukee Art Museum ... 31

2.7.3 Aceh Tsunami Musuem ... 33

BAB III ELABORASI DAN INTERPRETASI TEMA ... 35

3.1 ELABORASI TEMA ... 35

3.2 DESKRIPTIF TEMA ... 36

3.2.1 Intangible Methapor ... 36

3.2.2 Tangible Methapor ... 37

3.2.3 Combination ... 37

3.3 INTREPRETASI TEMA ... 38

3.4 KETERKAITAN TEMA DENGAN JUDUL... 38

3.5 STUDI BANDING TEMA SEJENIS ... 39

3.5.1 Explanade Theathers On The Bay ... 39

3.5.2 Lyon TGV Station ... 41

3.5.3 Salomon Guggenheim Museum ... 43

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN ... 46

4.1 ANALISIS TAPAK DAN LINGKUNGAN... 46

4.2 ANALISIS FUNGSIONAL ... 53

4.2.1 Program Ruang Dalam ... 53

4.2.2 Program Ruang Luar ... 61


(8)

BAB V KONSEP PERANCANGAN ... 63

5.1 KONSEP RUANG LUAR ... 63

5.2 KONSEP RUANG DALAM ... 65

5.3 Konsep Bentukan Massa ... 66

5.4 KONSEP STRUKTUR ... 67

5.5 KONSEP UTILITAS ... 69

BAB VI HASIL PERANCANGAN ... 71

6.1 GAMBAR KERJA ... 71

6.2 TAMPAK TAPAK SITE ... 86

6.3 PERSPEKTIF EKSTERIOR... 87


(9)

DAFTAR TABEL

2.1 Tabel Luas Area Museum... 12

2.5 Tabel Perbandingan lokasi... 25

4.1 Tabel Analisa Perancangan ... 46

4.2.1 Tabel Perkembangan Jumlah Penduduk ... 53

4.2.2 Tabel Pengunjung Museum Sumatera Utara ... 53

4.2.3 Tabel Pengunjung Museum Kota Medan ... 54

4.2.4 Tabel Pengunjung Museum Kota Medan Tingkat Umur ... 54

4.2.3 Tabel Pengunjung Museum Kota Medan Tingkat Sekolah ... 54

4.2.4 Tabel Pengunjung Museum Kota Medan ... 54

4.2.5 Tabel Program Ruang Dalam ... 56

4.2.3 Tabel Program Ruang Luar ... 61

5.1 Tabel Konsep Ruang Luar ... 63

5.2 Tabel Konsep Ruang Dalam ... 65

5.4 Tabel Konsep Struktur ... 67


(10)

DAFTAR GAMBAR

1.1 Diagram Kerangka Berfikir ... 4

2.5.1 Lokasi Jln. A.H. Nasution ... 21

2.5.2 Batas Lokasi. ... 22

2.5.3 Batas Lokasi ... 22

2.5.4 Lokasi Jln. Perintis Kemerdekaan ... 23

2.5.5 Batas Lokasi ... 23

2.5.6 Lokasi Jln. Gedung Arca ... 24

2.6.1 Skema Pengunjung. ... 28

2.6.2 Skema Pengelola ... 29

2.6.3 Skema Service ... 29

2.7.1.1 Museum Nasional Indonesia ... 30

2.7.1.2 Museum Nasional Indonesia ... 31

2.7.2.1 Milwaukee Art Museum ... 32

2.7.3.1 Tsunami Museum Aceh ... 33

3.2.1 Nagoya City Art Museum ... 36

3.2.2 Lyon TGV Station ... 37

3.2.3 EX Plaza ... 38

3.5.1.1 Ezplanade Theathers On The Bay ... 39

3.5.1.2 Konsep Ezplanade Theathers On The Bay ... 40

3.5.2.1 Lyon TGV Station ... 41

3.5.2.2 Interior Lyon TGV Station ... 42

3.5.3.1 Guggenheim Museum... 44

3.5.3.2 Interior Guggenheim Museum ... 45

4.2 Organisasi Antar Ruang ... 62

5.3 Konsep Massa ... 66

5.6 Penerapan Tema ... 70

6.1 Site Plan ... 71

6.2 Ground Plan ... 72

6.3 Denah Lantai 1 - 2 ... 73

6.4 Denah Lantai 3 - 4 ... 74

6.5 Tampak Depan dan Samping Kiri ... 75


(11)

6.7 Potongan A-A dab B-B ... 77

6.8 Rencana Pondasi Dan Atap ... 78

6.9 Rencana Pembalokan Lantai 1 dan 2 ... 79

6.10 Rencana Pembalokan Lantai 3 dan 4 ... 80

6.11 Rencana Elektrikal ... 81

6.12 Rencana Mekanikal ... 82

6.13 Aksono Elektrikal ... 83

6.14 Aksono Mekanikal ... 84

6.15 Detail ... 85

6.16 Tampak Tapak Site ... 86

6.17 Perspektif Eksterior ... 87


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri, mereka hidup bersama-sama membentuk sebuah kelompok untuk hidup berdampingan satu dengan yang lainnya. Setiap manusia di seluruh dunia memiliki kebiasaan hidup yang berbeda-beda begitu pula dengan kehidupan sosial dan budayanya. Tidak terkecuali di Indonesia, masyarakat di Indonesia terdiri dari beragam etnis di 13.487 pulau yang tersebar di nusantara. Seiring waktu Indonesia memiliki perkembangan sejarah dan seni yang tumbuh di antara masyarakatnya.

Setiap manusia memiliki kebiasaan hidup dikarenakan kegiatan mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Selain kebutuhan utama seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal, mereka juga memiliki kebutuhan integratif yaitu kebutuhan untuk menikati keindahan agar bisa menenangkan suasana hati mereka.

Salah satu kebutuhan manusia yang tergolong dalam kebutuhan integratif adalah menikmati keindahan, mengapresiasi dan mengungkapkan perasaan keindahan. Kebutuhan ini muncul disebabkan adanya sifat dasar manusia yang ingin mengungkapkan jati dirinya sebagai makhluk hidup yang bermoral, berselera, berakal, dan berperasaan. Kebutuhan estetik serupa dengan pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder yang dilakukan manusia melalui kebudayaannya. Dalam memenuhi kebutuhan estetik ini, kesenian menjadi bagian integral yang tak terpisahkan dengan kebudayaan. Kesenian merupakan unsur pengikat yang mempersatukan pedoman-pedoman bertindak yang berbeda menjadi suatu desain yang utuh, menyeluruh, dan operasional, serta dapat diterima sebagai hal yang bernilai.

Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreatifitas manusia. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, bahwa masing-masing individu artis memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu, dan suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain masa lalu, dan juga beberapa


(13)

garis pedoman sudah muncul untuk mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk.

Estetika dan sistem simbol sebagai bagian dari kesenian, merupakan pedoman hidup bagi masyarakat dalam melakukan kegiatan yang isinya adalah perangkat model kognisi, sistem simbolik atau pemberian makna yang terjalin secara menyeluruh dalam simbol-simbol yang ditransmisikan secara grafis. Model kognisi atau sistem simbol ini digunakan secara selektif oleh masyarakat untuk berkomunikasi, melestarikan tradisi, menghubungkan pengetahuan, serta bersikap dan bertindak untuk memenuhi kebutuhan integratifnya yang bertalian dengan pengungkapan atau penghayatan estetiknya, meskipun tuntutan akan keindahan itu sangat sederhana.

Sebagai salah satu daerah kunjungan wisata di Sumatera Utara, Medan memiliki keunikan tersendiri karena merupakan daerah wisata yang didominasi oleh tujuan wisata bisnis, sekaligus kota Medan juga merupakan pintu gerbang bagian barat daerah tujuan wisata di Indonesia (termuat dalam Tap MPR No.11/MPR/1983). Dalam era globalisasi sekarang ini, Medan yang berpendudukan relatif sekuler dan telah berpikir maju, belum memiliki sebuah sarana pendidikan yang berfungsi untuk menyediakan sarana umum untuk tempat menyimpan barang-barang bersejarah dan karya-karya seni yang akan dapat meningkatkan nilai jual pariwisata kota Medan.

Karena itu sangat diperlukan museum tersebut untuk menambah daya tampung untuk memyimpan benda-benda bersejarah tersebut mengingat benda-benda itu sangan penting karena selain memiliki nilai sejarah, juga merupakan kilas balik sejarah kita.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dari proyek ”Museum Sejarah dan Seni” ini adalah 1. Tujuan Sosial

- Ikut serta dalam menunjukkan sejarah dan seni yang berkembang di Indonesia pada masyarakat luas.

- Sebagai usaha untuk memajukan program pemerintah dalam mendidik masyarakat Indonesia.

- Meningkatkan minat masyarakat untuk mengetahui perkembangan sejarah dan seni sekaligus juga menambah pendapatan daerah dengan menyediakan sarana umum di Medan.


(14)

- Menyediakan bangunan untuk sarana pendidikan secara umum.

- Mendirikan museum sejarah dan seni yang memiliki nilai arsitektural (fungsional, struktural, dan estetis).

3. Tujuan Ekonomi

- Menambah pendapatan daerah Medan.

- Menambah lowongan pekerjaan secara umum.

1.3. MASALAH PERENCANAAN

Adapun masalah-masalah yang timbul dalam proses perancangan Museum Sejarah Dan Seni ini adalah:

1. Bagaimana membuat desain yang dapat menciptakan suasana menambah semangat dan daya tarik masyarakat agar dating ke museum.

2. Bagaimana membuat desain bangunan yang sesuai dengan jumlah pengunjung dengan ruang yang terbentuk.

3. Bagaimana mendesain sirkulasi yang baik di dalam museum maupun di luar museum

1.4. PENDEKATAN

Pendekatan yang dipakai dalam proyek ini adalah arsitektur ikonik, dimana bentuk yang di desain menjadi ikon dari bangunan itu sendiri. Dengan mengekspose bentuk bangunan menjadi ikon bangunan itu sehingga menjadi jelas bahwa bentuk bangunan menujukkan fungsi bangunan.

1.5. SASARAN / LINGKUP PELAYANAN

sasaran dari proyek Museum Sejarah Dan Seni ini adalah masyarakat di Medan dan sekiatarnya.

1.6. ASUMSI

 Diasumsikan bahwa kondisi lahan dalam keadaan kosong / layak bangun.  Diasumsikan kepemilikan museum ini adalah pihak Pemko Medan.  Diasumsikan sumber dana yang diperoleh dari Pemko Medan


(15)

1.7. KERANGKA BERPIKIR

1.8. SISTEMATIKA LAPORAN

Adapun sistematika pembahasan pada laporan ini adalah sebagai berikut :

Bab I pendahuluan, Keterangan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, masalah perancangan, pendekatan masalah dan metodenya, ruang lingkup pembahasan, asumsi – asumsi perancangan, kerangka berpikir dan sistematika laporan.

Bab II deskripsi proyek, pembahasan pada bab ini difokuskan pada tinjauan umum, definisi secara umum yang berkaitan dengan kasus proyek dan tinjauan khusu yang menerangkan secara mendetail tentang kasus proyek. Program kegiatan, kebutuhan ruang, dan stud banding proyek sejenis.

Bab III elaborasi tema, berisikan uraian tema, interpretasi tema serta studi banding tema sejenis.

POTENSI

MASALAH PROSPEK

KONSEP DESAIN AKHIR

LATAR BELAKANG

MAKSUD DAN TUJUAN

IDENTIFIKASI MASALAH

PERUMUSAN MASALAH

PENGUMPULAN DATA

STUDI LITERATUR

SURVEY DATA PUSTAKA

ANALISA


(16)

Bab IV analisis

 Berisikan analisis-analisis Fungsional (organisasi ruang, program ruang, persyaratan teknis ).

 Analisis Kondisi Lingkungan ( lokasi, kondisi dan potensi lahan, peraturan, bangunan sekitar, prasarana, karakter lingkungan, pemandangan, orientasi, lalu lintas, sirkulasi dan lain-lain).

 Kesimpulan.

Bab V konsep perancangan, konsep perancangan akan diuraikan pada bab ini yang merupakan awal dari proses pengerjaan gambar pra-rancangan dari kasus proyek.

Bab VI hasil rancangan, berupa gambar - gambar hasil rancangan site plan,ground plan,denah-denah, tampak bangunan, potongan, dan detail strukturanl & arsitektural serta foto - foto maket dari hasil rancangan tersebut.

Daftar Pustaka, berisi daftar pustaka yang digunakan sebagai literatur selama proses perencanaan dan perancangan kasus proyek.


(17)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK 2.1 TERMINOLOGI JUDUL

Judul proyek yang direncanakan adalah “Museum Sejarah Dan Seni Medan”. Pengertian kata demi kata judul proyek ini adalah :

Museum : gedung yg digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu; tempat menyimpan barang kuno

Sejarah : pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau; ilmu sejarah

Seni : karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa, seperti tari, lukisan, ukiran; seniman tari sering juga menciptakan -- susastra yang indah.

Medan : ibukota provinsi Sumatera Utara.

Jadi Museum Sejarah dan Seni Medan adalah suatu bangunan yang mewadahi karya-karya di masa lampau baik dalam bentuk, suara, rupa (visual) yang memiliki nilai sejarah yang tinggi agar masyarakat khususnya masyarakat Medan dapat berkunjung di museum ini.

2.2 TINJAUAN UMUM 2.2.1 Museum

Menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia, Museum adalah institusi permanen dalam hal melayani dan mengembangkan masyarakat, terbuka untuk umum yang mempelajari, mengawetkan, melakukan penelitian, melakukan penyampaian kepada masyarakat dan pameran untuk tujuan pembelajaran, pendidikan, rekreasi, dan memberikan tahukan asset-aset

barang berharga yang nyata dan “tidak nyata” tentang lingkungannya kepada masyarakat.

Menurut Association of Museum (1998) definisi tentang museum adalah museum membolehkan orang untuk melakukan penelitian untuk inspirasi, pembelajaran, dan kesenangan. Museum adalah badan yang mengumpulkan, menyelamatkan dan menerima artefak dan specimen dari orang yang dipercaya oleh badan museum.

Definisi yang terdahulu menurut Association of Museum “Museum merupakan sebuah badan yang mengumpulkan, mendokumentasikan, melindungi, memamerkan dan menunjukkan materi bukti dan memberikan informasi demi kepentingan umum.”


(18)

Secara Etimologi kata museum berasal dari bahasa latin yaitu “museum” (“musea”).

Aslinya dari bahasa Yunani mouseion yang merupakan kuil yang dipersembahkan untuk Muses (dewa seni dalam mitologi Yunani), dan merupakan bangunan tempat pendidikan dan kesenian, khususnya institut untuk filosofi dan penelitian pada perpustakaan di Alexandria yang didirikan oleh Ptolomy I Soter 280 SM.

Museum mengumpulkan dan merawat benda-benda ilmu pengetahuan alam, bendabenda seni, dan benda-benda yang memiliki sejarah penting agar tampak bernilai dan untuk dipamerkan kepada masyarakat umum melalui pameran permanen atau temporer.

Museum besar terletak di kota besar dan museum lokal berada di kota kecil. Kebanyakan museum menawarkan program dan kegiatan yang menjangkau seluruh pengunjung, termasuk orang dewasa, anak-anak, seluruh keluarga, dan tingkat profesi lainnya. Program untuk umum terdiri dari perkuliahan atau pelatihan dengan staf pengajar, orang-orang yang ahli, dengan film, musik atau pertunjukan tarian, dan demontrasi dengan teknologi.

Museum memiliki berbagai tipe dilihat dari jenis koleksi yang dimilikinya. Kategorinya meliputi barang-barang kesenian (seni lukis, patung) , arkeologi, antropologi, etnologi, sejarah, sejarah militer,spesialisasi, virtual, numismatis, botani, zoology, prangko. Juga ada museum dengan kategori khusus seperti museum seni modern, museum sejarah lokal, museum penerbangan, pertanian, atau geologi.

Jenis-jenis museum berdasarkan jenis koleksi yang dimilikinya antara lain :

1. Museum Seni juga dikenal sebagai sebuah galeri seni , merupakan sebuah ruang untuk pameran seni , biasanya merupakan seni visual , dan biasanya terdiri dari lukisan , ilustrasi , dan patung . Koleksi dari lukisan dan dokumen lama biasanya tidak dipamerkan didinding , akan tetapi diletakkan di ruang khusus .

2. Museum Sejarah merupakan museum yang memberikan edukasi terhadap sejarah dan relevansinya terhadap msa sekarang dan masa lalu . Beberapa museum sejarah menyimpan aspek kuratorial tertentu dari sejarah dari daerah lokal tertentu . Museum jenis ini memiliki koleksi yang beragam termasuk dokumen , artefak , seni, benda arkeologi .

3. Museum Maritim merupakan museum yang menspesialisasi terhadap objek yang berhubungan dengan kapal , dan perjalanan di laut dan danau .


(19)

5. Museum sejarah alam merupakan museum yang memamerkan dunia alam yang memiliki fokus di alam dan budaya . Pada umumnya memberi edukasi yang berfokus pada dinosaurus , sejarah kuno , dan antropologi .

6. Museum Open Air merupakan museum yang mengkoleksi dan membangun kembali bangunan tua di daerah terbuka luar . Biasanya bertujuan untuk menciptakan kembali bangunan dan suasana lansekap masa lalu.

7. Science Museum merupakan museum yang membahas tentang seputar masalah scientific , dan sejarahnya . Untuk menjelaskan penemuan-penemuan yang kompleks , pada umumnya digunakan media visual . Museum jenis ini memmungkinkan memiliki studioIMAX yang merupakan studio visual tiga dimensi

8. Museum Spesialisasi merupakan museum yang menspesialisasikan pada topic tertentu . Contoh museum ini adalah museum musik , museum anak , museum gelas, dsb .Museum ini pada umumnya memberi edukasi dan pengalaman yang berbeda dibandingkan museum lainnya .

9. Museum Virtual merupakan museum yang berada di dunia maya berupa internet dimana tidak memiliki fisik museum dan isinya hanya berupa data .

Dalam kongres majelis umum ICOM (International Council of Museums) sebuah organisasi internasional di bawah UNESCO, menetapkan definisi museum sebagai berikut: “Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan dalam melayani masyarakat, terbuka untuk umum, memperoleh, mengawetkan, mengkomunikasikan dan memamerkan barang-barang pembuktian manusia dan

lingkungan untuk tujuan pendidikan, pengkajian dan hiburan.” Kedudukan museum di Indonesia sekarang di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

2.2.2 Sejarah Permuseuman di Indonesia

Berdirinya suatu museum di Indonesia dimulai tahun 1778 dengan didirikannya Museum Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Westenschappen di Batavia (sekarang Jakarta). Karena mulai dilakukannya penelitian benda-benda warisan budaya di Indonesia yang telah dikumpulkan. Pada tahun 1915 didirikannya Museum Sono Budoyo diYogyakarta. Jumlah museum yang terdapat di Indonesia kurang lebih 30 buah sampai akhir Perang Dunia II. Jumlah itu terus bertambah setelah kemerdekaan Indonesia dan tujuan pendiriannya berubah dari tujuan untuk kepentingan pemerintah penjajah menjadi untuk kepentingan masyarakat dalam usaha pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.


(20)

Pada tahun 1964 urusan museum ditingkatkan menjadi Lembaga Museum-museum Nasional, kemudian pada tahun 1966 Lembaga Museum-museum Nasional diganti menjadi Direktorat Museum dalam lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan. Dalam rangka pembinaan dan pengembangan permuseuman di Indonesia maka:

 Pada tahun 1971 Direktorat Permuseuman mengelompokan museum-museummenurut jenis koleksinya menjadi tiga jenis yaitu Museum Umum, Museum Khusus dan Museum Lokal.

 Pada tahun 1975 pengelompokan itu diubah menjadi Museum Umum, dan Museum Khusus, dan Museum Pendidikan.

 Pada tahun 1980 pengelompokan itu disederhanakan menjadi Museum Umum, dan Museum Khusus.

Berdasarkan tingkat kedudukan Direktorat Permuseuman mengelompokan Museum Umum dan Museum Khusus menjadi Museum tingkat Nasional, Museum Regional(propinsi) dan Museum tingkat Lokal (kodya/kabupaten). Menurut catatan, pada tahun 1981 di Indonesia terdapat 135 buah museum.

Dalam era pembangunan program pengembangan permuseuman dilakukan melalui:  PELITA I dengan proyek rehabilitasi dan perluasan museum pada museum pusat

(Museum Nasional) dan Museum Bali (Denpasar).

 PELITA II sampai tahun kedua (1975/1976) program proyek dilanjutkan padasebelas lokasi dan sampai tahun kelima mencapai 26 lokasi (propinsi).

 Pada PELITA II proyek rehabilitasi dan perluasan diganti menjadi proyek pengembangan permuseuman dengan tugas yang lebih luas yaitu selain membina dan mengembangkan museum yang dikelola oleh swasta dan museum pemerintah daerah. Pembinaan dan pengembangan permuseuman di Indonesia Khususnya museum dilingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan meliputi bidang kolekasi, fisik bangunan, ketenagaan, sarana penunjang, fungsionalisasi dan peranan museum sebagai museum pembinan museum daerah dan swasta.

2.2.3 Garis Besar Kebijakan Permuseuman di Indonesia 1984-1989

Rencana induk permuseuman di Indonesia adalah perwujudan hasil pemikiran dibidang pembinaan dan pengembemangan permuseuman secara garis besar sebagailandasan dan pedoman pengembangan Museum nasional, Museum Umum, dan Museum Khusus di Indonesia.


(21)

Rencana induk permuseuman ini mencakup kebijaksanaan program-program pegembangan Museum Nasional, Museum Umum, dan Museum Khusus dengan penekanan pada REPELITA IV, dan dengan berpedoman kepada sasaran yang ingin dicapai pada akhir

REPELITA V, yaitu kesiapan “tinggal landas”. Pengembangan permuseuman di Indonesia pada kurun waktu REPELITA IV pada dasarnya merupakan kelanjutan dan peningkatan usaha penekanan pada pembinaan REPELITA sebelumnya dan memberi tekanan pada pembinaan dan pengembangan suatu sistem permuseuman nasional yang dijiwai falsafah Pancasila dan berdasarkan kepadaUndang-Undang Dasar 1945.

Kebijakan permuseuman mencakup kebijaksanaan pengembangan Museum Nasional, Museum Umum, dan Museum Khusus dalam bidang-bidang koleksi, fisik,ketenagaan, sarana penunjang, dan fungsionalisasi. Untuk Museum Nasional dan Museum Propinsi dikembangkan pula peranannya sebagai museum pembina. Kebijakan pengembangan permuseuman Indonesia juga berpegang kepada rumusan ICOM mengenai fungsi museum yaitu:

 Mengumpulkan dan pengamanan warisan alam dan budaya  Dokumentasi dan penelitian ilmiah

 Konservasi dan preservasi

 Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum  Pengenalan dan penghayatan kesenian

 Pengenalan kebudayaan antar daerah dan bangsa  Visualisasi warisan alam dan budaya

 Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia

 Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

Fungsi di atas menunjukan bahwa warisan sejarah budaya dan warisan sejarah alam perlu dipelihara dan diselamatkan dengan demikian dapat dibina nilai-nilai budaya nasional yang dapat memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal harga diri dan kebanggaan nasional serta memperkokoh kesatuan nasional.

2.2.4 Landasan Kebijaksanaan

1. Landasan Idial

Landasan Idial permuseuman adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari landasan idial pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional yaitu Landasan idial Pancasila, yang tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945. “….dan untuk memajukan


(22)

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban

dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial….”

2. Landasan Konstitusional

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31:

(1). Tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran

(2). Pemerintahan mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur oleh undang-undang. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 32: “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia” hal ini mengandung arti seperti disebut dalam penjelasan pasal tersebut.

3. Landasan Operasional

Sejalan dengan Garis-Garis Besar haluan Negara (Ketetapan MPR No.II/MPR/1983) landasan operasional pembinaan dan pengembangan kebudayaan termasuk pembinaan penghayatan Kepercayaan Terhadap Yang Maha Esa, antara lain menyebutkan.

• Nilai budaya Indonesia yang mencerminkan nilai tukar bangsa harus dibina dan dikembangkan guna memperkuat penghayatan dan pengamalan pancasila, memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebangsaan nasional serta memperkokoh jiwa persatuan.

• Kebudayaan nasional terus dibina dan diarahkan pada penerapan nilai-nilai kepribadian bangsa yang berlandaskan pancasila.

• Dengan tumbuhnya kebudayaan yang berkeribadian nasional maka sekaligus dapat dicegah dengan nilai-nilai social budaya yang bersifat feudal dan kedaerahan yang sempit serta ditanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang negative sedang dilain pihak ditimbulkan.

2.2.5 Luas Area Museum

Museum merupakan bangunan publik . Oleh karena itu luasan museum diukur dari banyaknya penduduk lokal daerah tersebut . Walupun begitu , juga terdapat beberapa museum yang luas di daerah dengan penduduk yang sedikit , begitu juga sebaliknya Pendistribusian luas areal museum baru harus sesuai dengan pembagian yang merata, dimana luas areal untuk kuratorial ditambah administrasi dan servis harus seluas areal


(23)

pameran. Menurut Laurence Vail Coleman dalam Mueum Buildings Standar luasan museum berdasarkan jumlah penduduk lokal adalah :

2.2.6 Perkembangan Seni di Indonesia

Perkembangan kesenian Indonesia mencakup berbagai bentuk, gerak,suara dan rupa (visual). Menurut Hegel, perkembangan seni mengakibatkan tumbuhnya bermacam-macam seni. Seni adalah cerminan jiwa yang menyatukan kehidupan cipta yang dibatasi oleh ruang yang terwujud menjadi benda-benda kasat mata(Suwaji B. 1990:36).

A. Sifat – Sifat Umum Seni Rupa Indonesia 1. Bersifat tradisional/statis

Dengan adanya kebudayaan agraris mengarah pada bentuk kesenian yang berpegang pada suatu kaidah yang turun temurun

2. Bersifat Progresif

Dengan adanya kebudayaan maritim. Kesenian Indonesia sering dipengaruhi kebudayaan luar yang kemudian di padukan dan dikembangkan sehingga menjadi milik bangsa Indonesia sendiri

3. Bersifat Kebinekaan

Indonesia terdiri dari beberapa daerah dengan keadaan lingkungan dan alam yang berbeda, sehingga melahirkan bentuk ungkapan seni yang beraneka ragam

4. Bersifat Seni Kerajinan

Dengan kekayaan alam Indonesia yang menghasilkan bermacam – macam bahan untuk membuat kerajinan

5. Bersifat Non Realis

Dengan latar belakang agama asli yang primitif berpengaruh pada ungkapan seni yang

Populasi Luas area museum

10.000 jiwa 650m2 - 1300m2

25.000 jiwa 1115m2 - 2230m2

50.000 jiwa 1800m2 – 3600m2

50.000 jiwa 2700m2 – 5500m2

250.000 jiwa 4830m2 – 9800m2

500.000 jiwa 7600m2 – 15000m2

>1.000.000 jiwa 12000m2 – 23500m2


(24)

selalu bersifat perlambangan / simbolisme

B. Seni Rupa Prasejarah Indonesia

Jaman prasejarah (Prehistory) adalah jaman sebelum ditemukan sumber – sumber atau dokumen – dokumen tertulis mengenai kehidupan manusia. Latar belakang kebudayaannya berasal dari kebudayaan Indonesia yang disebarkan oleh bangsa Melayu Tua dan Melayu Muda. Agama asli pada waktu itu animisme dan dinamisme yang melahirkan bentuk kesenian sebagai media upacara (bersifat simbolisme) Jaman prasejarah Indonesia terbagi atas: Jaman Batu dan Jaman Logam.

1. Seni Rupa Jaman Batu

Jaman batu terbagi lagi menjadi: jaman batu tua (Palaeolithikum), jaman batu menengah (Mesolithikum), Jaman batu muda (Neolithikum), kemudian berkembang kesenian dari batu di jaman logam disebut jaman megalithikum (Batu Besar) Peninggalan – peninggalannya yaitu:

a. Seni Bangunan

Manusia phaleolithikum belum meiliki tempat tinggal tetap, mereka hidup mengembara (nomaden) dan berburu atau mengumpulkan makanan (food gathering) tanda – tanda adanya karya seni rupa dimulai dari jaman Mesolithikum. Mereka sudah memiliki tempat tinggal di goa – goa. Seperti goa yang ditemukan di di Sulawesi Selatan dan Irian Jaya. Juga berupa rumah – rumah panggung di tepi pantai, dengan bukti – bukti seperti yang ditemukan di pantai Sumatera Timur berupa bukit – bukit kerang (Klokkenmodinger) sebagai sisa – sisa sampah dapur para nelayan Kemudian jaman Neolithikum, manusia sudah bisa bercocok tanah dan berternak (food producting) serta bertempat tinggal tinggal di rumah – rumah kayu / bambu. Pada jaman megalithikum banyak menghasilkan bangunan – bangunan dari batu yang berukuran besar untuk keperluan upacara agama, seperti punden, dolmen, sarkofaq, meja batu, dll.

b. Seni Patung

Seni patung berkembang pada jaman Neolithikum, berupa patung – patung nenek moyang dan patung penolak bala, bergaya non realistis, terbuat dari kayu atau batu. Kemudian jaman megalithikum banyak itemukan patung – patung berukuran besar bergaya statis monumental dan dinamis piktural


(25)

Dari jaman Mesolithikum ditemukan lukisan – lukisan yang dibuat pada dinding gua seperti lukisan goa di Sulawesi Selatan dan Pantai Selatan Irian Jaya. Tujuan lukisan untuk keperluan magis dan ritual, seperti adegang perburuan binatang lambing nenek moyang dan cap jari. Kemudian pada jaman neolithikum dan megalithikum, lukisan diterapkan pada bangunan – bangunan dan benda – benda kerajinan sebagai hiasan ornamentik (motif geometris atau motif perlambang).

2. Seni Rupa Jaman Logam

Jaman logam di Indonesia dikenal sebagai jaman perunggu, Karena banyak ditemukan benda – benda kerajinan dari bahan perunggu seperti ganderang, kapak, bejana, patung dan perhiasan, karya seni tersebut dibuat dengan teknik mengecor (mencetak) yang dikenal dengan 2 teknik mencetak:

o Bivalve, ialah teknik mengecor yang bisaa di ualng berulang

o Acire Perdue, ialah teknim mengecor yang hany satu kali pakai (tidak bisa diulang)

C. Seni Rupa Indonesia Hindu

Kebudayaan Hindu berasal dari India yang menyebar di Indonesia sekitar abad pertama Masehi melalui kegiatan perdagangan, agama dan politik. Pusat perkembangannya di Jawa, Bali dan Sumatra yang kemudian bercampur (akulturasi) dengan kebudayaan asli Indonesia (kebudayaan istana dan feodal). Prose akulturasi kebudayan India dan Indonesia berlangsung secara bertahap dalam kurun waktu yang lama, yaitu dengan proses:

o Proses peniruan (imitasi) o Proses Penyesuaian (adaptasi) o Proses Penguasaan (kreasi)

1. Ciri – Ciri Seni rupa Indonesia Hindu

a. Bersifat Peodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai medi pengabdian Raja (kultus Raja)

b. Bersifat Sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama

c. Bersifat Konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu pedoman pada sumber hukum agama (Silfasastra)


(26)

2. Karya Seni Rupa Indonesia Hindu  Bangunan Candi

Candi berasala dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu Dewa kematian

(Dugra). Karenanya candi selalu dihubungkan dengan mnumen untuk memuliakan Raja yang meninggal contohnya candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati.  Bangunan pura

Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang banyak didirikan di Bali. Pura merupakan komplek bangunan yang disusun terdiri dari tiga halaman pengaruh dari candi penataran.

 Bangunan Puri

Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan pusat

keagamaan. Bangunan – bangunan yang terdapat di komplek puri antara lain: Tempat kepala keluarga (Semanggen), tempat upacara meratakan gigi (Balain Munde) dsb.

D. Seni Rupa Indonesia Islam

Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke 7 M oleh para pedagang dari India, Persia dan Cina. Mereka menyebarkan ajaran Islam sekligus memperkenalkan kebudayaannya masing – masing, maka timbul akulturasi kebudayaan.Seni rupa Islam juga dikembangkan oleh para empu di istana – istana sebagai media pengabdian kepada para penguasa (Raja/Sultan) kemudian dalam kaitannya dengan penyebaran agama Islam, para walipun berperan dalam mengembangkan seni di masyarakat

pedesaan, misalnya da’wah Islam disampaikan dengan media seni wayang.

1. Ciri – Ciri Seni Rupa Indonesia Islam

a. Bersifat feodal, yaitu kesenian yang bersifat di istana sebagai media pengabdian kepada Raja / sultan

b. Bersumber dari kesenian pra Islam (seni prasejarah dan seni Hindu Budha) c. Berperan

2. Karya Seni Rupa Indonesia Islam A. Seni Bangunan

 Mesjid

Pengaruh hindu tampak pada bagian atas mesjid yang berbentuk limas bersusun ganjil (seperti atap Balai Pertemuan Hindu Bali), contohnya atap mesjid Agung Demak dan Mesjid Agung Banten


(27)

 Istana

Istana / keraton berfungsi sebagai tempat tinggal Raja, pusat pemerintahan. Pusat kegiatan agama dan budaya. Komplek istana bisaanya didirikan di pusat kota yang dikelilingi oleh dinding keliling dan parit pertahanan.

 Makam

Arsitektur makam orang muslimin di Indonesia merupakan hasil pengaruh dari tradisi non muslim. Pengaruh seni prasejarah tampak pada bentuk makam seperti punden berundak. Sedangkan pengaruh hindu tampak pada nisannya yang diberi hiasan motif gunungan atau motif kala makara. Adapun pengaruh dari Gujarat India yaitu pada makam yang beratap sungkup.

B. Seni Kaligrafi

Seni kaligrafi atau seni khat adalah seni tulisan indah. Dalam kesenian Islam menggunakan bahasa arab. Sebagai bentuk simbolis dari rangkaian ayat – ayat suci Al

–Qur’an. Berdasarkan fungsinya seni kaligrafi dibedakan menjadi, yaitu:

 Kaligrafi terapan berfungsi sebagai dekorasi / hiasan  Kaligrafi piktural berfungsi sebagai pembentuk gambar

 Kaligrafi ekspresi berfungsi sebagai media ungkapan perasaan seperti kaligrafi karya AD. Pireus dan Ahmad Sadeli

C. Seni Hias

Seni hias islam selalu menghindari penggambaran makhluk hidup secara realis, maka untuk penyamarannya dibuatkan stilasinya (digayakan) atau diformasi (disederhanakan) dengan bentuk tumbuh – tumbuhan.

E. Seni Rupa Indonesi Modern

Istilah “modern” dalam seni rupa Indonesia yaitu betuk dan perwujudan seni

yang terjadi akibat dari pengaruh kaidah seni Barat / Eropa. Dalam perkembangannya sejalan dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan.

 Aliran – Aliran Seni Lukis

Aliran seni lukis muncul di eropa pada abd ke 19 yang dipengaruhi oleh pesatya perkembangan di bidang ilmu dan teknologi. Penemuan teori – teori baru itu


(28)

kemudian dijadikan kaidah seni yang berlaku dalam ikatan kelompok pendukungnya, maka lahirlah suatu aliran atau faham dalam seni:

1. Kalsisisme, cirinya: Objek lukisan seperti dibuat – buat dekoratif, berkesan indah dan elok. Tokohnya: Watteau, Ringaud, Viee Lebrun, Fragnorad dan Marisot Boucher 2. Neoklasisisme, cirinya objek lukisan sekitar lingungan istana dan tokoh agama,

bersifat intelektual dan akademis. Semua bentuk dibatasi dengan garis nyata, berkesan tenang dan agung. Pelopornya Louis Davis kemudian dilanjutkan oleh Ingres

3. Romantisme, cirinya: bertemakan tentang cerita yang dahsyat atau kegemilangan sejarah dan peristiwa yang menggugah perasaan, emosional kaya dengan warna dan kontras cahaya, kesan gerak lebih menonjol bahkan melebihi kejadian sebenarnya. Tokohnya: Teodore Gericault, Delaxroix, Cemille Corot, Rouseau. Millet dll

4. Realisme, cirinya: mengungkapkan kejadian yang sebenarnya dengan objek lukisan tentang rakyat jelata, kemiskinan atau kepahitan hidup, penderitaan dan kesibukan – kesibukan, tokohnya Gustave Courbet dan George Hendrik Breitner

5. Naturalisme, cirinya: melukis objek alam / pemandangan secara visual (forografis) tanpa ada penafsiran lain. Pelukisnya; Rudolf Bonnet, Le Mayeur, R. Locatelli dab Albercth Durer

6. Improsionisme, cirinya: melukis kesan alam secara langsung dan cepat berdasarkan kaidah hukum cahaya, garis kontur / blabar dan kaya dengan warna, pelukisnya : Claude Monet, Degas, Pisarro dll

7. Pointilisme, cirinya: melukis dengan teknik bintik – bintik kecil untuk menampilkan efek cahaya dan warna, pelukisnya Seurat

8. Ekspresionisme, cirinya : hasil ungkapan emosi dan perasaan objeknya menyimpang dari bentuk alam, spontanitas dan kecepatan dalam melukis dana menggunakan warna secara murni. Pelopornya ialah Vincent, Van Gogh dan para pengikutnya: Emil Nolde, Karl Scmidt dan Mondesohn

9. Kubisme, ada dua jenis yaitu Kubisme Analitis cirinya objek lukisan menyerupai susunan balok / kubus yang berkesan 3 dimensi, dan kubisme sintesis cirinya objek lukisan menyerupai susunan bidang trasparan yang berkesan 2 dimensi. Pelukisnya Pablo Picasso, George Braque, Jan Gris, dan Fernand Leger

10.Futurisme, cirinya: menampilkan kesan gerak pada objek dengan cara pengulangan bentuk yang berubah - rubah arah. Pelukisnya: G. Balla, Severini, dan Carlo Carra


(29)

11.Abstrak, cirinya melukis hasil ungkapan batin yang tidak ada identifikasinya di dunia nyata dengan mempergunakan kesatuan garis, bidang, warna dan unsur seni rupa lainnya. Pelukisnya : Wassily Kadinsky, Piet Mondrin dan Malevich

12.Dadaisme, cirinya: lukisan seperti kekanak – kekanakan, nihilistic, naïf, lucu, menolak hukum seni dan keindahan. Pelopornya Paul Klee

13.Surrealisme, cirinya: objek lukisan tampak aneh dan asing seolah – olah hanya terdapat di alam impian , pelukisnya Salvador dali, Marc Ghagall Joan Miro dll. 14.Pop Art, cirinya: berkesan seolah – olah sindiran, karikatur, humor dan apa adanya

dari objek aa saja dapat ditampilkan walaupun tidak lajim dalam karya seni, senimannya Tom Waselman, Cristo dan lain – lain

15.Optical Art, cirinya: termasuk seni non objektif dengan menampilkan bentuk – bentuk geometris atau garis – garis yang diulang secara teratur rapih dan terperinci dengan warna – warna cemerlang pelukisnya: Jackson Pollok, William de Kooning dan Andy Warhol.

2.2.7 Pentingnya Sejarah dan Seni

“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau

adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.”

(Pidato HUT Proklamasi 1966, Soekarno). Dari kutipan berikut jelas bahwa sejarah adalah titik tolak ukur untuk menghadapi masa depan agar kita selalu menjadikan masa lalu sebagai pengalaman yang berharga. Arsitektur terkait dengan seni baik secara bentuk, structural dan rupa. Oleh karena itu, perlu sebuah tempat atau wadah untuk menunjukkan sejarah dan seni Indonesia pada masyarakat dengan menyediakan museum untuk dijadikan tempat berkunjung dan mencari pengetahuan.

2.3 TINJAUAN KASUS PROYEK

Museum sejarah pada umumnya berbeda dengan museum seni karena museum sejarah lebih bersifat edukatif sedangkan museum seni lebih bersifat kreatif dan rekreatif. Tetpai keduanya memiliki kesamaan yang paling mendasar yaitu sebagai tempat mengoleksi benda-benda yang memiliki nilai sejarah dan seni yang cukup tinggi untuk dipamerkan pada pengunjung.

Sebuah museum tidak hanya sebagai tempat untuk berkunjung melihat benda-benda, tetapi juga sebagai sarana umum yang bersifat mendidik dan tempat untuk meneliti benda-benda yang bebilai sejarah untuk dipublikasikan ke khalayak umum agar semua


(30)

orang dapat merasakan dan melihat benda-benda tersebut secara langsung.

Faktor keamanan merupakan faktor penting dalam museum agar dapat menjamin keamanan benda-benda yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, perlu ditingkatkan keamanan museum dengan membuat sistem kamera cctv dan penjagaan yang ketat.

2.4 TINJAUAN KELAYAKAN

2.4.1 Kelayakan Fungsional

Keberadaan museum saat ini sangat diperlukan di Medan dapat membawa keuntungan besar bagi Pemerintahan Medan itu sendiri, tidak hanya itu, warga Kota Medan juga sangat merasa senang dengan keberadaan museum itu sebab selain menambah ilmu pengetahuan mereka juga dapat menikmati rekreatif dengan melihat sejarah Negara kita terkhusus sejarah Kota Medan.

Minat warga untuk datang ke museum tidak terlalu tertarik dikarenakan unsur tertentu misalnya, sarana museum yang kurang memadai, pusat pencarian data dan penelitian tidak tersedia, fasilitas pendukung yang tidak tersedia, dan ruang luar yang kurang baik. Hal ini yang membuat masyarakat lebih memilih browsing internet untuk mencari data dari pada dating ke museum.

Kegiatan yang diharapkan terjadi di museum adalah:

- Dapat melihat secara langsung benda-benda dan karya-karya sejarah dan benilai seni. - Pusat penelitian dan penyimpanan data yang kongkrit

- Menjadi salah satu tempat wisata yang bersifat edukatif

- Dapat menikmati ruang luar yang bisa digunakan untuk fasilitas lain

Pengelolaan Museum Sejarah dan Seni Medan ini sangat diharapkan kepada pemerintah dan warga untuk saling menjaga sarana kita bersama untuk kepentingan bersama.

2.4.2 Kelayakan Proyek

Sebagai salah satu daerah kunjungan wisata di Sumatera Utara, Medan memiliki keunikan tersendiri karena merupakan daerah wisata yang didominasi oleh tujuan wisata bisnis, sekaligus kota Medan juga merupakan pintu gerbang bagian barat daerah tujuan wisata di Indonesia (termuat dalam Tap MPR No.11/MPR/1983). Dalam era globalisasi sekarang ini, Medan yang berpendudukan relatif sekuler dan telah berpikir maju, belum


(31)

memiliki sebuah sarana pendidikan yang berfungsi untuk menyediakan sarana umum untuk tempat menyimpan barang-barang bersejarah dan karya-karya seni yang akan dapat meningkatkan nilai jual pariwisata kota Medan.

Hal tersebut yang menjadi dasar dalam perencanaan Museum Sejarah dan Seni Medan yang akan menampung benda-benda dan karya seni yang ada di Medan. Dengan demikian sangat peting bagi warga dan pemerintah Medan terhadap perencanaan museum ini.

Beberapa alas an untuk memperkuat perencanaan museum ini didirikan di Medan adalah:

- Museum di Medan saat ini telah berkurang peminatnya

- Sarana dan prasarana di bidang edukatif di Medan ini masih belum memadai

- Pelaksanaan tujuan wisata ke daerah Sumatera Utara yang termuat dalam Tap MPR No.11/MPR/1983.

-2.4.3 Kelayakan Lokasi

Pemilihan lokasi merupakan hal yang sangat penting dalam menempatkan sebuah museum di mudan dikarenakan bangunan ini memerlukan lahan yang luas dan sebisa mungkin mudah untuk dijangkau oleh semua warga di belahan kota Medan. Hal yang dijadikan prinsip pemilihan lokasi antara lain :

- Berada di daerah yang sesuai dengan peruntukan site dan strategis baik dalam pencapaian dan prasarana

- Berada di kawasan kota Medan yang sudah di pertimbangkan untuk pencapaian - Dapat mengakomodasi kegiatan yag akan terjadi di dalam dan di luar museum - Memiliki luas tapak yang dapat dikembangkan kearah vertikal maupun horizontal.


(32)

2.5 TINJAUAN LOKASI

Ada pun lokasi-lokasi yang diusulkan untuk menjadi site proyek adalah :

2.5.1. Usulan Lokasi 1 : Jln. A.H. Nasution

Data Site:

 Luas Site : ± 7 Ha

 Peruntukkan Lahan: Lahan Kosong  Batas-batas:

- Utara : Jln. A.H. Nasution - Selatan : Pemukiman

- Timur : Asrama Haji Medan - Barat : Jln. Karya Budi

Gambar 2.5.1 : Lokasi Jalan A.H Nasution Sumber : CAD Medan 2008

Gambar 2.5.2 : Batas Lokasi Sumber : Google Earth 2009


(33)

Gambar 2.5.4 : Lokasi Jl. Perintis Kemerdekaan

Sumber : Cad Medan 2008

2.5.2. Usulan Lokasi 2 : Jalan Perintis Kemerdekaan

Batas- batas:

- Utara : Jalan Perintis Kemerdekaan

- Timur : Jalan Timor

- Selatan : Rumah Penduduk

- Barat : Jalan Gaharu

Luas Lahan : ± 5 Ha

Posisi terhadap Struktur Ruang Kota:

- Berada pada kecamatan Medan Timur

- Berdasarkan WPP E dengan fungsi permukiman, pendidikan, perkantoran, perdagangan, konservasi, rekreasi, lapangan golf dan hutan kota.

Gambar 2.5.3 : Batas Lokasi Sumber : Google Earth 2009


(34)

Gambar 2.5.5 : Batas Lokasi Jl. Perintis Kemerdekaan

Sumber : Google Earth 2009

Gambar 2.5.6 : Lokasi Jl. Gedung Arca Sumber : Cad Medan 2008

2.5.3. Usulan Lokasi 3 : Jalan Gedung Arca, Teladan

Batas- batas:

- Utara : Jalan H.M. Joni

- Timur : Pernukiman warga

- Selatan : Kampus ITM Medan

- Barat : Permukiman warga

Luas lahan : ± 2.5 Ha Posisi terhadap Struktur Ruang Kota:

- Berada di kawasan Medan perjuangan

- Berdasarkan WPP C dengan fungsi perdagangan, pendidikan, rekreasi dan permukiman.


(35)

Karakteristik lokasi

Lokasi

Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3

Tata Guna Lahan - Permukiman, pendidikan, jasa, rekreasi, perdagangan (3) - pendidikan, perkantoran, perdagangan, konservasi, rekreasi, lapangan golf dan hutan kota. (3) - perdagangan, pendidikan, rekreasi dan permukiman. (3)

Luas Lahan ± 7 Ha

(3)

± 5 Ha

(3)

± 2.5 Ha

(2)

Tingkatan Jalan Jalan Primer

(3)

Jalan Primer

(3)

Sub jalan / arteri jalan

(3)

Aksesbilitas Kendaraan pribadi, angkutan umum, pejalan kaki (3) Kendaraan pribadi, angkutan umum, pejalan kaki (3) Kendaraan pribadi, angkutan umum, pejalan kaki (3)

Pencapaian Jalan A.H. Nasution

(3)

Jalan Perintis Kemerdekaan

(3)

Jalan Sm. Raja dan Jalan Gedung Arca

(3)

Tingkat kemacetan Sedang

(2)

Sedang

(2)

Tinggi

(1)

Tingkat Kebisingan Sedang

(2) Rendah (3) Sedang (2) Pengembangan Sesuai RUTRK Sesuai (3) sesuai (3) Sesuai (3)

Kontur Datar

(3)

Datar

(3)

Datar

(3)

Total 25 26 23

Dengan demikian Site yang diambil adalah lokasi 2 yaitu Jalan Perintis Kemerdekaan.


(36)

2.6 TINJAUAN PENGGUNA

2.6.1 Tinjauan Fungsi Pengguna dan Kegiatan

a. Pelaku Kegiatan

Pelaku dan pengguna museum sejarah dan seni ini adalah :

 Pengunjung

 Pengelola

 Peneliti

 Service

b. Kegiatan

 Kegiatan Utama adalah kegiatan yang mendasar yang dilakukan oleh pelaku kegiatan. Beberapa kegiatan yang terjadi berdasarkan sifatnya adalah :

- Edukatif : bersifat lebih mendidik dan menambah pengetahuan. - Rekreatif : bersifat lebih menghibur (refreshing).

- Kreatif : bersifat menambah kemampuan otak leih aktif.

 Kegiatan Pendukung adalah kegiatan yang menunjang kegiatan utama sebagai fasilitas tambahan untuk mendukung kegiatan utama. Beberapa kegiatan pendukung adalah :

- Pameran

- Souvenir dan Reatil

- Pusat data dan penelitian umum - Taman dan Ruang luar

2.6.2 Kebutuhan Ruang

Kebutuhan ruang yang ada timbul dari aktivitas yang berlangsung di dalam bangunan. Dan aktivitas yang dilakukan dikelompokkan berdasarkan fungsi yang tersedia. Fungsi yang terdapat pada bangunan ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu fasilitas utama dan pendukung. Fasilitas utama melayani fungsi utama yang direncanakan akan diakomodasi oleh manajemen museum ini sedangkan fasilitas pendukungnya melayani fungsi utama dan fungsi lain yang diperhitungkan akan mampu menyokong keberhasilan fungsi utama.

Kebutuhan ruang dari museum sejarah dan seni ini adalah : 1. Ruang Pameran


(37)

Ruang untuk meletakkan benda-benda sejarah dan seni untuk dipamerkan. Beberapa ruang yang dibutuhkan adalah :

- Ruang galeri - Ruang simpan

- Ruang pembersihan dan perawatan

2. Ruang Pengelola

Ruang pengelola adalah area tempat kerja buat pengawas, karyawan yang bekerja di museum tersebut. Beberapa ruang yang dibutuhkan adalah :

- Ruang Manager

- Ruang Sekretaris Manager - Ruang Karyawan

- Ruang Rapat - Ruang tunggu - Loker

- Ruang istirahat - Ruang ganti

3. Ruang Diskusi

Ruang untuk melakukan diskusi, workshop, dan pembahasan materi yang didiskusikan. Ruang yang dibutuhkan adalah:

- Ruang diskusi - Ruang workshop - Ruang fotografi

- Ruang penyimpanan bahan materi - gudang

4. Ruang Penelitian Umun dan Pusat Data

Ruang penelitian umum untuk meneliti benda-benda yang berkaitan dengan bahan materi ilmiah yang didiskusikan sehingga menjadi penelitian yang dapat dimasukkan dalam penyimpanan data. Penyimpanan data merupakan database


(38)

untuk dijadikan pusat pencarian data yang akurat. Beberapa ruang yang dibutuhkan adalah :

- Ruang penyimpanan buku - Ruang pencarian (komputer) - Ruang penelitian

- Ruang ganti

- Ruang penyimpanan - Loker

5. Ruang Service

Ruang yang mendukung fasilitas utama dengan fasilitas tambahan dan pelayanan yang dapat men-suport semua kegiatan di museum. Beberapa ruang yang dibutuhkan adalah :

- Kamar mandi - Toilet

- Janitor

- Ruang Penyimpanan alat - Ruang Mesin

- Ruang alat - Ruang Genset

6. Ruang Keamanan

Ruang keamanan untuk membantu keamanan museum. Beberapa ruang yang dibutuhkan adalah :

- Ruang kontrol - Ruang security - Ruang ganti - Ruang istirahat - Ruang cctv


(39)

Gambar 2.6.1: Skema Pengunjung Sumber : asumsi

Gambar 2.6.2: Skema Pengelola Sumber : asumsi

2.6.3 Skema Sirkulasi Pengguna

1. Pengunjung

2. Pengelola

Parkir

Souvenir Cafe Ticketing

Hall/Gallery Zone Entrance

Lobby Tangga

Toilet

Food court

Out

Entrance

Parkir

Kantor

Souvenir Cafe

Toilet R. Pertemuan

Restauran


(40)

Gambar l 2.7.1.1 : Museum Nasional Indonesia Sumber : Google.com

Gambar 2.6.3: Skema Service Sumber : asumsi

3. Service

2.7 STUDI BANDING PROYEK SEJENIS

Beberapa studi banding proyek sejenis adalah :

2.7.1. Museum Nasional Indonesia

 Lokasi : Jl. Medan Merdeka Barat 12, Jakarta Pusat, DKI Jaya, Indonesia

 Berdiri tanggal : 24 april 1778

Museum Nasional Republik Indonesia adalah salah satu wujud pengaruh Eropa, terutama semangat Abad Pencerahan, yang muncul pada sekitar abad 18. Gedung ini dibangun pada tahun 1862 oleh Pemerintah Belanda di bawah Gubernur-Jendral JCM Radermacher sebagai respons adanya perhimpunan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang bertujuan menelaah riset-riset ilmiah di Hindia Belanda. Museum ini diresmikan pada tahun 1868, tapi secara institusi cikal bakal Museum ini lahir tahun 1778, tepatnya tanggal 24 April, pada saat pembentukan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen oleh pemerintah Belanda. Radermacher menyumbang sebuah gedung yang

Entrance

Parkir

R. Panel

Ruang Alat

Gudang Side Lobby


(41)

Gambar l 2.7.1.2 : Museum Nasional Indonesia Sumber : Google.com

bertempat di Jalan Kalibesar beserta dengan koleksi buku dan benda-benda budaya sehingga menjadi dasar untuk pendirian museum.

Di masa pemerintahan Inggris di bawah pimpinan Sir Thomas Stamford Raffles (1811-1816), yang juga berlaku sebagai Direktur dari Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen memerintahkan pembangunan gedung baru yang terletak di Jalan Majapahit No.3. Gedung ini digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary Society (dahulu bernama "Societeit de Harmonie".) Gedung ini sekarang berada di kompleks Sekretariat Negara.

Pada tahun 1862, setelah koleksi memenuhi museum di Jalan Majapahit, pemerintah Hindia-Belanda mendirikan gedung baru yang berlokasi di Jalan Merdeka Barat No.12. Gedung ini dibuka untuk umum pada tahun 1868.

Museum Nasional dikenal sebagai Museum Gajah sejak dihadiahkannya patung gajah perunggu oleh Raja Chulalongkorn dari Thailand pada 1871. Tetapi pada 28 Mei 1979, namanya resmi menjadi Museum Nasional Republik Indonesia. Kemudian pada 17 September 1962, Lembaga Kebudayaan Indonesia yang mengelolanya, menyerahkan Museum kepada pemerintah Republik Indonesia. Sejak itu pengelolaan museum resmi oleh Direktorat Jendral Sejarah dan Arkeologi, di bawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Tetapi mulai tahun 2005, Museum Nasional berada di bawah pengelolaan Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.


(42)

Gambar l 2.7.2.1 : Milwaukee Art Museum Sumber : Google.com

2.7.2. Milwaukee Art Museum

Judul Proyek : Milwaukee Art Museum Lokasi : Milwaukee, USA

Arsitek : Santiago Calatrava Fungsi : Museum Seni

Milwaukee Art Museum (MAM) berlokasi di dekat Danau Michigan, Wisconsin. Dimulai sekitar 1872, ketika beberapa organisasi sepakat untuk menghadirkan sebuah museum seni ke Milwaukee, pada saat kota tersebut mulai berkembang, namun tidak memiliki satupun gallery seni. Pada tahun 1881, diadakan eksebisi seni di alun-alun kota Milwaukee yang memang menjadi tempat utama dalam penyelenggaraan berbagai event pada saat itu. Tak lama setelah itu, Alexander Mitchell mendonasikan seluruh koleksinya untuk membangun sebuah museum seni permanen di kota tersebut.

Calatrava mengajukan desain di depan danau. Hal itu membentuk hubungan antara kota Milwaukee dengan danau Michigan dan perluasan jalan Wisconsin hampir ke danau. Perluasan bangunan Calatrava dengan memanfaatkan pencahayaan alami dan terbuka sehingga dapat melihat view danau dari dalam gedung. Selasar penghubung yang rendah dan transparan sehingga terjadi penghubung bangunan baru dan bangunan lama.


(43)

Di dalam bangunan, pintu masuk hall sangat spektakuler. Permainan cahaya yang melalui panel-panel kaca atapnya tidak membuat orang jenuh dan dari dalam kita dapat memulai pandangan kita terhadap karya Calatrava sampai mendetail.

Interior bangunan menampilkan bentuk-bentuk yang sederhana, detail dan finishingnya berulang-ulang. Bentuknya organik dan terus mengubah pandangan orang yang berada di dalamnya. Berdiri di akhir pintu masuk, kita hampir merasakan mengambang di atas danau.

Pintu masuk utama berbentuk parabolic, kaca yang menutupi aula dengan langit-langit 90 kaki. The Burke Brise Soleil-nya dapat bergerak, sayap seperti Sun Screen dengan kisi-kisi 72 baja, yang bertahan di atas kaca pada atap aula penerima dan dapat mengendalikan cahaya pada bangunan. Kisi-kisi panjangnya dari 26 kaki sampai 105 kaki, jika sayap brise soleil-nya melebar pada titik terlebar panjangnya mencapai 217 kaki, dan beratnya 90 ton.

Desain Calatrava's sering terinspirasi oleh alam, yang menampilkan kombinasi dari bentuk-bentuk organik dan inovasi teknologi. Milwaukee Art Museum ekspansi menggabungkan beberapa elemen terinspirasi oleh lokasi danau Museum. Di antara banyak unsur maritim dalam desain Calatrava adalah: kisi-kisi baja bergerak terinspirasi oleh sayap burung.

Kesimpulan:

 Berada di depan sebuah danau

 Terbuka dan memanfaatkan cahaya matahari  Selasar didesain rendah dan transparan

 Berkesan organic dan berkombinasi teknologi  Entrance berbentuk parabolic

 Terinspirasi bentuk perahu layar dan burung

2.7.3. Aceh Tsunami Museum

Judul Proyek : Aceh Tsunami Museum Lokasi : Indonesia

Arsitek : Ridwan Kamil Fungsi : Museum


(44)

Gambar l 2.7.3.1 : Tsunami Aceh Museum Sumber : Google.com

Aceh Tsunami Museum berlokasi di kota Banda Aceh NAD yang didesain sebagai simbol untuk memperingati bencana gempa dan tsunami di Samudera Hindia tahun 2004, dan juga sebagai pusat pendidikan dan tempat perlindungan untuk berjaga-jaga jika area tersebut terkena tsumani lagi di kemudian hari.

Museum Tsunami ini dirancang oleh arsitek Ridwan Kamil dengan luas 2.500 m2 dan memiliki ketinggian empat lantai, berbentuk dinding melengkung dihiasi relief geometric. Di dalam museum dibuat koridor diantara dua dinding air untuk melambangkan kepanikan dan bencana pada saat tsunami terjadi. Dinding dihiasi gambar penari Saman tarian khas Aceh. Pada bagian atap berbentuk seperti ombak lautan, sementara di lantai dasar menyerupai rumah tinggi tradisional Aceh. Secara keseluruhan bangunan ini lebih menyerupai bentuk kapal, seolah menggambarkan kapal yang terdampar di tengah daratan setelah terhantam tsunami.

Kesimpulan:

 Beberntuk menyerupai pusaran air laut  Dinding melengkung dengan relief geometric  Terdapat koridor diantara dinding air

 Dihiasi gambar penari Saman

 Dari jauh terlihat seperti kapal yang terdampar  Lantai dasar terinspirasi rumah tradisional Aceh


(45)

BAB III

ELABORASI DAN INTERPRETASI TEMA 3.1 ELABORASI TEMA

Arsitektur adalah :

 Lingkungan binaan

Adalah satuan ruangan yang diwujudkan, dibina, dan ditata menurut norma, kaidah, dan aturan tertentu yang berkembang menurut waktu dan tempatnya.

 Ilmu dalam merancang bangunan

Adalah suatu yang sengaja dirancang guna memenuhi kebutuhan para pemakai sebagai suatu pemecahan dari masalah yang ada dan harus memenuhi persyaratan fungsional.

 Seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan

Merupakan perwujudan fisik sebagai wadah kegiatan manusia yang kemudian diwujudkan dalam bentuk yang menarik, baik secara visual maupun sirkulasi yang teratur dan nyaman.

 Suatu hal yang membahas tentang fungsi, struktur, dan estetika

Yaitu pengolahan unsur-unsur bentuk dan ruang yang merupakan sarana pemecahan masalah sebagai tanggapan atas kondisi-kondisi dari fungsi, tujuan, dan ruang lingkupnya.

Metafora adalah :

 Pengertian Metafora

Istilah Metafora berasal dari bahasa latin yaitu “Methapherein” yang terdiri dari

dua buah kata yaitu “metha” yang berarti setelah, melewati dan “pherein” yang berarti

membawa. Secara etimologis diartikan sebagai pemakaian kata-kata bukan arti sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan dan perbandingan. Pada awal tahun 1970-an muncul ide untuk mengkaitkan arsitektur dengan bahasa, menurut Charles Jenks dalam bukunya “The Language of Post Modern” dimana Arsitektur dikaitkan dengan gaya bahasa, antara lain dengan cara metafora.


(46)

Gambar 3.2.1 : Nagoya City Art Museum Sumber : Google.com

Pengertian Metafora dalam Arsitektur adalah kiasan atau ungkapan bentuk, diwujudkan dalam bangunan dengan harapan akan menimbulkan tanggapan dari orang yang menikmati atau memakai karyanya.

Prinsip-prinsip Metafora dalam Arsitektur pada umumnya dipakai jika:

 mencoba atau berusaha memindahkan keterangan dari suatu subjek ke subjek lain.  mencoba atau berusaha untuk melihat suatu subjek seakan-akan sesuatu hal yang lain.  mengganti fokus penelitian atau penyelidikan area konsentrasi atau penyelidikan

lainnya (dengan harapan jika dibandingkan atau melebihi perluasan kita dapat menjelaskan subjek yang sedang dipikirkan dengan cara baru).

Kegunaan penerapan Metafora dalam Arsitektur sebagai salah satu cara atau metode sebagai perwujudan kreativitas Arsitektural, yakni sebagai berikut :

 Memungkinkan untuk melihat suatu karya Arsitektural dari sudut pandang yang lain.  Mempengaruhi untuk timbulnya berbagai interprestasi pengamat.

 Mempengaruhi pengertian terhadap sesuatu hal yang kemudian dianggap menjadi hal yang tidak dapat dimengerti ataupun belum sama sekali ada pengertiannya.

 Dapat menghasilkan Arsitektur yang lebih ekspresif.

3.2 DESKRIPTIF TEMA

Menurut Anthony C. Antoniades dalam bukunya, “Poetic of Architecture : Theory

of Design” , mengidentifikasi metafora arsitektur ke dalam 3 kategori, yakni:

3.2.1 Intangible metaphor (Metafora Abstrak) : Rancangan mengacu kepada hal-hal yang bersifat abstrak dan tidak dapat dibendakan. Metafora Abstrak dapat dilihat pada beberapa karya Arsitek Jepang, seperti Kisho

Kurokawa. Kisho Kurokawa

mengangkat konsep simbiosis dalam karya-karyanya. Kisho Kurokawa mencoba membawa elemen sejarah dan

budaya pada engawa (tempat peralihan sebagai ”ruang antara” pada bangunan:

antara alam dan buatan, antara masa lalu dan masa depan). Konsep ini dapat dilihat pada karya Kisho Kurokawa, salah satunya yaitu Nagoya City Art Museum.


(47)

Gambar 3.2.2 : Station TGV Airport Sumber : Google.com

Elemen sejarah dan budaya merupakan sesuatu obyek yang abstrak dan tidak dapat dibendakan (Intangible). Oleh karena itu, karya Kisho Kurokawa tergolong pada Metafora Abstrak.

3.2.2 Tangible metaphor (Metafora Konkrit) : Rancangan arsitektur yang mengacu kepada benda-benda atau objek nyata (Tangible) dan dapat dirasakan secara visual. Metafora Konkrit dapat dilihat pada karya Santiago Calatrava yaitu Lyon Satolas Airport TGV. Bandara TGV ini merupakan interpretasi dari Metafora bentuk seekor burung.

3.2.3 Combination : Rancangan arsitektur yang memiliki metafora abstrak dan konkrit didalamnya menghasilkan dan suatu bentuk penerapan yang tidak secara lansung menampilkan sebuah bentuk melainkan terdapat sebuah tahap transformasi didalamnya. Hal ini mengakibatkan adanya tanggapan yang berbeda dari setiap pengamat terhadap bangunan tersebut. Rancangan arsitektur yang menggunakan metafora ini adalah EX Plaza Indonesia karya Budiman Hendropurnomo yang menjadikan gaya kinetik pada mobil sebagai konsepnya, yang diterjemahkan menjadi gubahan masa lima kotak yang miring sebagai ekspresi gaya kinetik mobil, kolom-kolom penyangganya sebagai ban mobil.


(48)

Gambar 3.2.3 : EX Plaza Sumber : Google.com

Dari penjelasan di atas, perancangan Museum Sejarah dan Seni Medan mengambil tema Metafora konkrit (tangible metaphor).

3.3INTERPRETASI TEMA

Dalam melakukan perancangan terhadap Medan Museum Sejarah dan Seni Medan, digunakan tema Metafora Kombinasi, yang mana desain massa bangunan berasal dari bentuk komponen-komponen lokomotif serta memiliki beberapa konteks lokal dan budaya yang ada di Kota Medan pada umumnya, yang mengintrepetasikan fungsi dari bangunan yang merupakan stasiun dan mewakili mobilitas warga Medan dan sekitarnya.

3.4TERKAITAN TEMA DENGAN JUDUL

Keterkaitan tema dengan proyek adalah penjelasan mengenai hubungan yang ada antara tema dengan proyek yang akan di rancang. Tema untuk proyek ini adalah Arsitektur Metafora, sedangkan judul proyek ini adalah Museum Sejarah dan Seni Medan.

Museum ini merupakan tempat penyimpanan benda-benda bernilai sejarah dan tempat untuk pameran karya seni sehingga aktifitas di dalamnya sangat ramai. Bangunan ini mengambil bentukan-bentukan dari karya sejarah dan seni terkenal agar dapat diinterpretasikan dengan bangunan sehingga bangunannya memiliki identitas secara bentuk dan estetis. Bangunan ini mengedepankan keamanan dan kenyamanan agar pengunjung maupun pengelola tidak merasa kurang nyaman, tetapi pola sirkulasi tidak mengganggu bentuk bangunan dan estetis bangunan.


(49)

Gambar 3.5.1.1 : Esplanade Theatres on the Bay

Sumber : Google.com

3.5STUDI BANDING TEMA SEJENIS 3.5.1 Esplanade Theatres on the Bay

Judul Proyek : Esplanade Lokasi : Singapore

Arsitek : DP Architects dan Michael Wilford & Partners Fungsi : Concert Hall

Di tahun 1992, terpilih sebuah tim yang terdiri dari perusahaan lokal terkenal DP Architects (Singapura) dan Michael Wilford & Partners (Inggris) untuk memulai pekerjaan pembangunan pusat seni tersebut. Untuk mempertahankan keterkaitan antara masa lalu dan masa kini, pusat seni ini akhirnya dinamakan Esplanade – Theatres on the Bay. Di tahun 1992, terpilih sebuah tim yang terdiri dari perusahaan lokal terkenal DP Architects (Singapura) dan Michael Wilford & Partners (Inggris) untuk memulai pekerjaan pembangunan pusat seni tersebut. Untuk mempertahankan keterkaitan antara masa lalu dan masa kini, pusat seni ini akhirnya dinamakan Esplanade – Theatres on the Bay.


(50)

Gambar 3.5.1.2 : Konsep Esplanade Theatres on the Bay

Sumber : Google.com

Esplanade Thetres on the Bay adalah bangunan yang berlokasi di area waterfront pinggir laut yang memiliki luas kurang lebih enam hektar bersama dengan Marina Bay dan berada dekat dengan hilir sungai Singapura, didesain sebagai pusat pertunjukan seni Singapura. Bangunan ini merupakan Concert Hall dengan kapasitas 1.600 tempat duduk dan teater dengan kapasitas sekitar 2000 orang untuk pertunjukan. Selain itu terdapat perpustakaan di lantai tiga, dan berbagai fasilitas retail, foodcourt, mall, dan pertunjukan outdoor. Bangunan ini memiliki unsur metafora berupa bentuk buah durian yang di belah dua, di samping itu terdapat shading device menyerupai bentuk duri yang meruncing. Dari kejauhan, bangunan ini terlihat seperti sepasang mata lalat.

Kesimpulan:

 Didesain sebagai pusat pertunjukkan seni  Berbentuk seperti durian yang dibelah dua  Dari kejauhan terlihat seperti sepasang mata lalat  Shading device berbetuk segitiga

 Memiliki fasilitas retail, foodcourt, dan mall

3.5.2 Lyon TGV Station, Perancis

Lyon-Satolas station merupakan stasiun kereta super cepat TGV (Train a Grande Vitesse) sekaligus bandara internasional di kota Lyon, Perancis (Gambar 2.25). Salah satu karya arsitek kenamaan Santiago Calatrava, dengan luasan 495 x 60 m2.


(51)

Gambar 3.5.2.1 : Lyon TGV Airport

Sumber : Google.com

Gambar 3.5.2.2 : Interior Lyon TGV Airport

Sumber : Google.com

Calatarava terinspirasi oleh sebuah model seperti burung, dengan kaca-kacanya yang menyerupai sayap burung dan baja, di hall utamanya penuh muatan ekspresi gaya-gaya tarik, dan tekan. Namun bentuk ini ditentang oleh ahli yang berpendapat perluanya ekonomisasi unsur struktur.

Walaupun demikian kekuatan ekspresi kekuatan ekspresi Lyon membuat fasilitas ini menjadi atraksi pariwisata tersendiri. Calatarava memiliki karakter tersendiri menegenai desain yang ia buat, kemampuannya menyatukan seni mematung dengan prinsip-prinsip struktur fisika bangunan, membuat bangunan yang didesainnya memiliki karakter yang kuat, sehingga memiliki ekspresi tersendiri bagi orang yang melihat dan menggunakannya.

Kedalaman lipatan yang mirip kepak sayap (lihat Gambar 2.26) memperkokoh kehadiran empat busur pendukung yang terlihat amat ringan. Busur-busur itu

mencembung tepat di pangkal “pinggang” beton tunggal (lihat Gambar 2.27-2.28), yang membentangi bantalan jalur KA di bawahnya. Sementara itu, rusuk-rusuk baja memperkuat dinding-dinding jendela yang dibuat vertical berukuran raksasa.


(52)

Arus sirkulasi pada bangunan ini sangat sederhana. Dari peron kedatangan kereta api, penumpang bergerak naik ke hall utama. Di sini kita bebas memilih keluar menuju tempat parker atau naik ke lantai mezanin dan berjalan menuju terminal bandara. Memasuki hall utama akan terlihat mezanin yang menghubungkan stasiun dengan bandara. Kesan kombinasi unsur yang berkesan ringan dan mengalir pada atap lengkung dilapisi beton tuang di tempat yang membentangi level jalur tiga trave. Dari hall utama penumpang bergerak tepat di bawah titik pusat atap lengkung lipat untuk mencapai escalator menuju peron. Pergantian dari beton pada bagian bawah ke baja pada bagian atas merupakan hal yang sangat kompleks hingga pas satu dengan yang lain.

Peran arsitektur yang logis dan lugas sangat tercermin dalam karaya Calatrava ini. Arsitektur yang dimengertinya bukan merupakan sekadar estetika tinggi, namun logika yang melekat pada tektonis konstruksinya, serta material yang mewujudkannya. Sikap arsitektur seperti ini sama tuanya dengan usia pyramid di Mesir; selalu memiliki prinsip dasar The Art of Building. Tetapi dalam menginterpretasikannya Calatrava bekerja dengan beton, baja dan kaca, namun seperti kata orang Mesir, kita tidak mempunyai komponen-komponen itu dan membiarkan cahaya menyinarinya.

Dalam mendesain stasiun-bandara ini, Calatrava mempercayai pemahaman berarsitektur yang serupa dengan Frank Lloyd Wright dan Mies Van de Rohe. Ketepatan dalam menggunakan material dan kekagumannya terhadap teknologi kunci puitisasi pada karyanya. Teknik dan arsitektur yang menyuguhkan The Art of Construction..

Pendekatan yang dilakukannya merupakan sintesa artistic dan pragmatic, sehingga ia mengibaratkan arsitektur sebagai lukisan atau patung. Transformasi dari sesuatu yang Nampak dangkal dipermukaan menjadi sebuah karya seni bernilai tinggi. Filosofi ini mendasari upaya memasukkan karya arsitektur kedalam warisan budaya.

Kalau manusia menghargai sebuah lukisan sebagai penyangga dan penerus pesan budaya dari waktu ke waktu, demikian halnya pada staiun-bandara ini. Bahkan jika manusia tidak peduli terhadap lingkungannya, infrastruktur itu kelak mempengaruhi dan membentuk mereka.

Konsep Desain:

 Berbentuk seperti burung


(53)

 Ekonomisasi unsur struktur

 Menyatukan seni sculpture dan konstruksi bangunan  Kedalaman lipatan atap seperti kepakan sayap  Unsur berkesan ringan dan mengalir

 Memiliki prinsip dasar the art of building  Mengibaratkan arsitektur sebagai lukisan  Desain ekspresi namun fungsional  Terinspirasi alam

3.5.3 Solomon R. Guggenheim, New York

Judul Proyek : Solomon R. Guggenheim Museum

Lokasi : New York City

Arsitek : Frank Llyod Wright Concert Hall : Museum

Pada tahun 1940-an dan 1950-an adalah masa-masa terakhirnya Frank Llyod Wright dalam bereksperimen dan karya-karyanya yang mengagumkan sebelum dia beristirahat dalam ketenangan. Salah satu karyanya yang sangat terkenal adalah Solomon R. Guggenheim Museum yang erada pada jalan New York Fifth Avenue, New York City. Wright berjuang selama bertahun-tahun dengan pertempuran dengan zonasi kota dan revisi desain sampai pada konsep final dan salah satu bangunan terbesar pada awal tahun 1943.

Butuh15 tahun, 700 sketsa, dan enam set gambar kerja untuk membuat museum. Dari tahun 1943 hingga awal 1944, Wright menghasilkan empat sketsa berbeda untuk desain

Gambar 3.5.3.1 : Guggenheim Museum Sumber : 3d warehouse.com


(54)

awal. Salah satu rencana adalah bentuk heksagonal yang bertentangan dengan tiga sketsa lainnya melingkar. Ini adalah desain-satunya dari empat sampai memiliki lantai tingkat untuk galeri tanpa menggunakan satu jalan terus sekitar gedung. Dan pada desain akhir Wright memdesain museum dengan bentuk melingkar yang terispirasi dari bentuk pusaran angin. Dapat dilihat pada gambar di bawan ini.

Antara September 2005 dan Juli 2008, Museum Guggenheim mengalami restorasi eksterior signifikan. Pada tahap pertama proyek ini, tim arsitek restorasi, insinyur struktur, arsitektur dan konservator bekerja sama untuk menciptakan penilaian yang komprehensif dari kondisi saat ini bangunan yang menentukan struktur yang akan fundamental suara. Penilaian kondisi awal meliputi penghapusan dari 11 lapisan cat dari permukaan asli, mengungkapkan ratusan retakan yang disebabkan selama bertahun-tahun, terutama dari fluktuasi suhu musiman rinci pemantauan pergerakan retak dipilih lebih dari 17 bulan dampak-echo teknologi, di mana gelombang suara dikirim ke dalam beton dan rebound diukur dalam rangka untuk mencari rongga dalam dinding-dinding survei laser yang luas dari bagian luar dan permukaan interior, diyakini sebagai model laser terbesar yang pernah disusun pengeboran inti untuk mengumpulkan sampel dari beton asli dan bahan konstruksi lainnya.

Gambar 3.5.3.2 : Guggenheim Museum Sumber : google.com


(55)

Kesimpulan :

 Museum Guggenheim memiliki bentuk yang terinspirasi dari pusaran angin yang terdapat di bagian depan massa bangunan

 Sirkulasi melingkar yang di desain untuk area galeri  Menyatukan seni sculpture dan konstruksi bangunan  Desain ekspresi namun fungsional

 Sirkulasi dengan lekukan yang sederhana  Memaksimalkan cahaya dari atap


(56)

BAB IV

ANALISIS PERANCANGAN

Dalam merancang, bangunan yang dirancang harus memperhatikan tapak, lingkungan, dan manusia. Dalam hal tapak khususnya, analisis yang baik akan memberikan konsep dasar sebuah perancangan arsitektur.

4.1 ANALISIS TAPAK DAN LINGKUNGAN

Analisis tapak dan lingkungan ditunjukkan dalam tabel berikut:

NO JENIS

ANALISIS

HASIL ANALISIS

1 Lokasi tapak

2 Lokasi tapak dalam

lingkungan kawasan

 Terletak di zona WPP D

 Merupakan lahan kosong yang strategis karena berada di persimpangan jalan


(57)

3 Ukuran tapak

dan

batas-batas

4 Eksisting zoning dan

tata guna

lahan

Jalan Perintis kemerdekaan

Jalan Gaharu

Permukiman Jalan Timor

Univ. Nommensen

Permukiman

LUAS TAPAK : 5HA KDB: 60%

 Berada di WPP D : CBD , Pusat Pemerintahan, Hutan kota, pendidikan, rekreasi indoor, permukiman


(58)

5 View dari tapak

6 View menuju tapak

View ke arah Kantor dan permukiman

+++

View ke arah Jalan Perintis Kemerdekaan

+++ View ke arah perkantoran

+++

View ke arah permukiman - - - View ke arah

permukiman - - -

View ke arah universitas Nomensen

++

(+) Lokasi tapak dengan skala besar dapat menjadi view yang baik jika diolah dengan menarik, dari jalan utama, arah pandang sungai, dan jalan arteri.

() Bagian massa bangunan yang tidak memiliki view yang sesuai menjadi bagian bangunan yang melayani bagian servis dan parkir.

View dari arah Jalan Perintis Kemerdekaan.

+++

View kari arah Jalan Perintis Kemerdekaan.

++

View dari arah jalan Gaharu

++

View dari arah jalan Sena

---

View dari arah kampus Nomensen

---

-(+) Bagian massa bangunan yang berhadapan dengan view yang baik akan melayani pengembangan fungsi publik dan semi publik.


(59)

7 Sirkulasi Kendaraan

8 Sirkulasi Pejalan Kaki

Sirkulasi kendaraan di Jalan Merak jingga Sirkulasi kendaraan di Jalan Perintis Kemerdekaan Sirkulasi kendaraan di Jalan Arteri ( Jl. Gaharu dan Jalan Timor

 Jalur masuk dan keluar kendaraan dapat dibuat pada satu area. Memerlukan jalur sirkulasi untuk parkir kendaraan, menurunkan penumpang, dan servis.

 batas daerah kendaraan dengan pejalan kaki tidak sepadan.

Sirkulasi Pejalan kaki di sekitar Site

Sirkulasi Pejalan kaki di jalan artri (Jl. Timor dan Jl. Gaharu) Sirkulasi Pejalan kaki di Jalan Perintis Kemerdekaan

 Menghubungkan sistem jalan setapak eksisting ke dalam entrance bangunan. Mempertimbangkan tempat-tempat berhenti/beristirahat sebagai tempat melihat bangunan dan pemandangan.


(60)

9 Vegetasi dan Matahari

10 Angin

 Di sekitar site terdapat banyak pepohonan yang di jadikan sebagai buffer kebisingan, peneduh jalan dan shading dari panas matahari.

 Vegetasi sebagai pembentuk koridor Jalan Perintis Kemerdekaan

 Vegetasi pada eksisting sangat baik dan dipertahankan dalam perancangan

Matahari Barat baik untuk pencahayan sore hari tapi panas yang dihasilkan harus di atasi.

Matahari timur baik untuk pencahayan pagi tapi panas yang dihasilkan harus di atasi

Angin berhembus dari laut ke darat pada sore hari hingga pagi hari

Angin berhembus dari darat ke laut pada pagi hari hingga sore hari

 Memanfaatkan sirkulasi angin untuk proses penghawaan pada bangunan


(61)

11 Kebisingan

12 Hubungan antar bangunan (solid-void)

Kebisingan dari permukiman dan kantor ini sangat tinggi karena di daerah ini sangat banyak kegiatan.

Kebisingan dari

permukiman dan ruko ini cukup tinggi

Kebisingan dari

permukiman cukup tinggi

Kebisingan dari permukiman ini relative tinggi.

 Tinggkat kebisingan mempengaruhi kenyamanan di dalam bangunan sehingga sangat diperlukan pepohonan sebagai buffer kebisingan

 Bangunan dirancang berbeda dari massa sekitar sehingga menjadi landmark di daerah tersebut.


(62)

13 Pola Arsitektur massa sekitar

14 Utilitas

Bangunan 2-3 lantai dengan atap beton dan tropis

Bangunan 2-3 lantai dengan atap tropis

Bangunan 2-3 lantai dengan atap beton dan tropis

Bangunan 1-2 lantai dengan atap beton dan tropis

Merancang massa bangunan dengan pola arsitektur yang berbeda dengan lingkungannya sehingga dapat menjadi landmark lingkungan dan

kawasan.

Saluran air kotor berada di samping jalan pedestrian dan air bersih ditanam dalam tanah.

Jaringan listrik dan telepon dibuat di atas tanah agar mudah dalam perawatan dan pengawasan.

Tabel 4.1 : Tabel Analisa Perancangan Sumber : Asumsi


(63)

4.2 ANALISIS FUNGSIONAL

Berikut ini adalah analisis fungsional yang menunjukkan program ruang dalam, luar, dan hubungan antarruang.

4.2.1 Program Ruang Dalam

Berikut ini merupakan tabel yang menggambarkan perkembangan jumlah penduduk di kota Medan mulai tahun 2007-2010

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pertumbuhan penduduk kota medan setiap tahun rata-rata sebesar 0.90% per tahun. (pengurangan jumlah penduduk tahun 2009-2010 diabaikan)

Jumlah pengunjung Museum Daerah Sumatera Utara per tahun : Tahu

n

Pengunjung

SD SLTP SMA

Maha-siswa Umu m Wis-nus Wis-man Jumlah

2007 22.429 20.083 10.125 3.545 4.027 352 827 61.146

2008 27.420 24.687 13.810 2.442 3.826 257 590 73.032

2009 27.024 23.733 16.076 4.460 4.157 1693 1693 80.070

2010 27.280 20.087 18.906 1.818 2.931 530 499 81.036

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui kenaikan rata-rata pengunjung Museum Daerah Sumatera Utara pertahunnya adalah sebesar 9,73%. Pengunjung museum yang berasal dari sekolah mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan terdapat kerja sama antara pihak museum dan sekolah.

Tabel Data Pengunjung Museum di Medan

Tahun Jumlah

2007 2.083.156

2008 2.102.105

2009 2.121.053

2010 2.097.610

Tabel 4.2.1 : Tabel Perkembangan Jumlah Penduduk Sumber : BPS Kota Medan

Tabel 4.2.2 : Tabel Pengunjung Museum Sumatera Utara Sumber : BPS Kota Medan


(1)

(2)

TRI SUSANTO SEMBIRING 070406064

Gambar 6.17 : Eksterior Bangunan


(3)

(4)

TRI SUSANTO SEMBIRING 070406064

Gambar 6.19 : Foto Maket Gambar 6.18 : Interior Bangunan


(5)

(6)

TRI SUSANTO SEMBIRING 070406064

DAFTAR PUSTAKA

 Antoniades, Anthony C. , Poetic of Architecture : Theory of Design

 Engel, Heinrich, (1981), Structure System, Van Nostrand Reinhold Company.  Schodek, Daniel L, (1999), Struktur, Edisi Kedua, Penerbit Erlangga Jakarta.  White, Edward T, (1983), Site Analysis : Diagraming Information for Architectural

Design, Architectural Media.

 De Chiara.Joseph,and John Calender.1981.Time Saver Standart for Building Types.Mcgraw Hill Book Company.New York.

 Neufert, Ernst, (2006), Data Arsitek, Jilid 3 Edisi Ketiga, pdf.

 Neufert, Ernst dan Sjamsu Amril, (1995), Data Arsitek, Jilid 2 Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

 Neufert, Ernst dan Sunarto Tjahjadi, (1997), Data Arsitek, Jilid 1 Edisi 33, Penerbit Erlangga, Jakarta.

 Snyder, James C.& Catanese, Anthony J. (1989) Pengantar Arsitektur, Jakarta: Erlangga,  WJS Poerwadarminta, (1976) Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Badan Pusat Statistik Medan (2009) Medan Dalam Angka

www.wikipedia.com

www.greatbuildings.com

www.google.com

www.3dwarehouse.com