Prosedur Internal Sinus Lifting

Gambar 9. Teknik External Sinus Lifting. 1. Area edentulus dipersiapkan sebagai tempat pemasangan implan. 2. Jaringan lunak dikuakan untuk mengekspos dinding lateral dari sinus maksilaris. 3. Pembuangan tulang hingga mengekspos membran Schneiderian. 4. Membran dilepaskan dari kavitas sinus. 5. Membran telah dilepaskan dari kavitas sinus, terlihat dasar sinus tanpa ada membran. 6. Ruangan baru yang ter- cipta antara kavitas tulang dengan sinus diisi dengan bahan pencangkokan tulang yang kemudian dipadatkan . Anonymous. External sinus lifting http:en.wikipedia.orgwikiMaxillary_sinus_floor_ augmentation_procedure 1 Jan 2012

4.2 Prosedur Internal Sinus Lifting

Teknik internal sinus lifting digunakan ketika hanya beberapa mm tambahan tulang yang diinginkan untuk mengaumentasikan tulang alveolar. Dimana pengeburan awal dilakukan untuk meletakkan atau menglokasikan implan yang dilakukan hanya hingga 1-2mm sebelum dasar sinus. Teknik ini biasanya disebut dengan blind technique karena teknik ini tidak dapat mengakses membran Schneiderian secara langsung. 1-3,5,18 Pasien diberikan antibiotik amoxicillin 500mg selama 5 hari sebelum menjelang dilakukannya pembedahan untuk mencegah terjadinya infeksi. Pembedahan dilakukan dibawah anastesi lokal. 1-3 Insisi dibuat pada bagian palatal dari daerah tidak bergigi yang diikuti insisi intrasulkular dan kemudian dilakukan pembukaan flep dengan hati-hati. Pengeburan tulang dengan menggunakan trephine bur di tempat yang akan dipasangkan implan hingga kedalaman 1-2mm sebelum dasar sinus hingga terbentuklah suatu soket. 1,2,26,28 Kemudian dengan menggunakan osteotome yang tajam untuk memperlebar soket dengan cara mendorong osteotome ke dalam soket. Sisa 1-2mm tulang tadi akan didorong secara perlahan-lahan dan sangat hati-hati dengan sinus lift osteotome untuk mengangkat dasar sinus ke atas hingga mencapai ketinggian yang diinginkan untuk pemasangan implan. Setelah mencapai ketinggian yang diinginkan, ruang kosong yang tercipta akan diisi dengan bahan pencangkokan tulang secukupnya dan kemudian dapat langsung dilakukannya pemasangan implan. 26,28 Gambar 10. Teknik internal sinus lifting. Metodi Abadzhiev. Alternative sinus lift techniques. J of IMAB 2009;2:24

BAB 5 KESIMPULAN

Dental implan dapat didefinisikan sebagai suatu alat atau benda yang diletakkan di antara gusi dan tulang alveolar pada maksila atau mandibula, yang dapat dipasangkan secara permanen atau sebagai gigi tiruan untuk mendukung rekonstruksi prostetik yang dapat dilepaskan satu per satu atau keseluruhan. Dental implan merupakan pilihan yang ideal bagi mereka dengan keadaan rongga mulut yang sehat namun kehilangan satu gigi atau beberapa gigi yang disebabkan oleh penyakit periodontal, terluka atau kecelakaan, atau alasan-alasan lainnya. Meskipun dental implan memberikan kenyamanan yang tinggi, namun ada beberapa kondisi dari rongga mulut pasien yang tidak memungkinkan pasien untuk memasang restorasi implan. Salah satu keadaan yang tidak memungkinkan dilakukannya pemasangan implan pada posterior rahang atas adalah luasnya sinus maksilaris. Bagi pasien yang tidak dapat dipasangkan restorasi implan karena adanya keadaan anatomi sinus yang terlalu luas atau rendah hingga tidak memungkinkannya dilakukan pemasangan implan pada bagian posterior rahang atas, dapat dilakukan teknik pengangkatan dasar sinus untuk mempersempit rongga sinus sehingga tercipta ruangan yang cukup untuk pemasangan implan dimana rongga yang telah tercipta tadi akan dimasukkan bahan pencangkokan tulang yang biasa disebut dengan teknik sinus lifting. Teknik sinus lifting ini secara umum dibagi menjadi dua teknik yaitu teknik External sinus lifting atau lebih dikenal dengan teknik Lateral Window Approach dan teknik Internal sinus lifting. Teknik External sinus lifting telah digunakan untuk mengaugmentasikan tulang pada sinus maksilaris dengan derajat kesuksesan yang cukup tinggi dan hasil yang mudah diprediksi. Namun demikian, teknik ini melibatkan prosedur pembedahan yang relatif lama dengan insiden terjadinya komplikasi yang cukup tinggi juga seperti terjadinya pembengkakan, sakit, terjadi perforasi membran Schneiderian dan lain-lain. Karena hal inilah diciptakan suatu modifikasi dari teknik ini, yaitu teknik Internal sinus lifting. Berbeda dengan teknik External sinus lifting yang dapat melihat membran Schneiderian secara langsung, teknik ini tidak dapat melihat membran Schneiderian secara langsung. Teknik ini menggunakan osteotome yang menimimalisir kemungkinan terjadinya perforasi membran Schneiderian karena keterbatasannya dalam pengangkatan dasar sinus. Teknik ini juga dapat dilakukan dengan flep mukoperiosteal yang lebih kecil dibandingkan dengan teknik External sinus lifting dan komplikasi seperti adanya rasa sakit, terjadinya pembengkakan dan rasa tidak nyaman lebih kecil. DAFTAR PUSTAKA