Pengertian Indikasi Kontraindikasi SINUS LIFTING

Sebagai hasil dari resopsi tulang dan meningkatnya volume udara pada sinus maksilaris menyebabkan hanya sedikit ketinggian tulang yang tersisa antara batas tulang rahang dengan sinus maksilaris. Sehingga dalam perencanaan pemasangan implan pada posterior rahang atas, para dokter gigi harus menyisakan sekitar 1mm ketebalan tulang antara dasar sinus dengan implan. Hal ini diharapkan agar implan dapat terjangkar di dalam tulang kortikal. Jika ketinggian tulang tidak adekuat untuk pemasangan implan, maka diperlukan augmentasi tulang ke dalam sinus maksilaris yang biasa disebut dengan sinus lifting merupakan salah satu pertimbangan yang baik untuk mendapatkan kembal ketinggian tulang yang adekuat untuk pemasangan implan. 17 Untuk memperbaiki keadaan tersebut, membran Schnederian diangkat dan kemudian dimasukkan bahan pencangkokan tulang pada dasar sinus. Setelah tiga bulan, ketinggian tulang bertambah tanpa adanya bahaya akan penembusan ke dalam sinus perforasi. Prosedur unik inilah yang biasanya disebut dengan sinus lifting atau pengangkatan dasar sinus. 17

3.1 Pengertian

Sinus lifting adalah suatu proses atau teknik pengangkatan dasar sinus maksilaris dengan cara mengaugmentasikan tulang dan meletakkan bahan pecangkokan tulang bone graft ke dalam sinus dan kemudian mencangkok tulang sehingga dapat mendukung alveolar ridge. Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang baik untuk meningkatkan volume tulang pada tulang yang telah mengalami defisiensi, terutama pada bagian posterior maksila. Sinus lifting juga merupakan prosedur pembedahan yang relatif aman dan memiliki prevalensi komplikasi yang cukup rendah serta relatif mudah dilakukan dengan hasil yang bisa diprediksi. 2,3,4

3.2 Macam-macam Sinus Lifting

Pengangkatan dasar sinus maksilaris telah menjadi strategi yang terkenal diantara para dokter gigi. Hal ini disebabkan oleh hasil dari teknik ini yang mudah diprediksi, memiliki prevalensi komplikasi yang rendah dan merupakan teknik yang sederhana. 18 Pengangkatan dasar sinus dengan teknik sinus lifting dilakukan dengan tujuan untuk menambah volume tulang agar dapat dilakukan pemasangan implan. Namun, sinus lifting memiliki beberapa teknik yang dipilih berdasarkan anatomi, dan kasus- kasus individual pasien. Secara garis besar, hal ini yang mengakibatkan teknik sinus lifting dibagi menjadi dua teknik, yaitu Internal Sinus Lifting dan External Sinus Lifting Lateral Window Approach. 19,20

3.2.1 External Sinus Lifting Lateral Window Approach

Teknik ini merupakan teknik augmentasi sinus yang paling umum dilakukan. Teknik ini direkomendasikan untuk digunakan jika sisa ketinggian tulang alveolar kurang dari 4mm. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan akses langsung ke dalam sinus dengan membuat suatu jendela bony window pada sisi bukal lateral maksila untuk mendapatkan akses langsung ke dasar sinus, membran Schneiderian kemudian diangkat dan bahan pencangkokan tulang yang berupa campuran dari autogenous dan allograft dimasukkan dari jendela yang telah dibuat tersebut ke dalam sinus hingga mencapai ketinggian yang diinginkan. 2,19,20 Teknik ini digunakan karena keuntungannya yang berupa pandangan kerja yang langsung bagi dokter gigi, peletakkan bahan pencangkokan tulang yang akurat, volume bahan pencangkokan yang diperlukan lebih terprediksi dan akurat, dan pembukaan membran lebih mudah untuk dilakukan serta memiliki derajat keberhasilan yang cukup tinggi. 19,22,23 Walaupun teknik ini memiliki derajat keberhasilan yang cukup tinggi serta penatalaksanaan yang relatif mudah, tetapi teknik ini memiliki tingkat komplikasi yang relatif tinggi juga seperti terjadinya perforasi saat dilakukannya pembukaan jendela dan saat pengangkatan sinus, pembengkakan dan adanya rasa sakit. Teknik ini pun melibatkan pembuatan flep yang cukup besar di bawah mucogingival junction sehingga memerlukan bidang pembedahan yang cukup luas, teknik ini juga meliputi prosedur pembedahan yang panjang. 22-25

3.2.2 Internal Sinus Lifting

Internal sinus lifting merupakan satu teknik yang paling konservatif. Teknik ini digunakan ketika ketinggian tulang rahang masih cukup untuk dimasukkannya badan implan secara stabil dan hanya tinggal sedikit tulang yang tersisa 1-3mm yang diperlukan untuk mencegah terjadinya perforasi sinus. Prosedur ini cenderung memiliki trauma yang lebih kecil dibandingkan teknik external sinus lifting. Keuntungan lain dari teknik ini adalah dapat dilakukan bersamaan dengan pemasangan implan secara langsung tanpa memerlukan masa pasca pembedahan yang relatif panjang. 19,26 Internal sinus lift pertama sekali dikenalkan oleh Summer 1994, yang merupakan prosedur transeptal. Sejak saat itu, banyak teknik yang merupakan modifikasi dari teknik ini seperti, Crestal Core Elevation CCE oleh Toffler pada tahun 2001, Hydraulic Sinus Condensing oleh Chen dan Cha pada tahun 2005, dan Balloon Sinus Elevation oleh Kfir pada tahun 2007. 21

3.2.2.1 Crestal Core Elevation

Teknik ini merupakan salah satu modifikasi dari teknik internal sinus lifting dimana teknik ini cenderung lebih aman dibandingkan dengan teknik external sinus lifting yang memiliki banyak kekurangan. Teknik ini menawarkan keuntungan- keuntungan yang lebih konvensional, augmentasi yang lebih terlokalisir, dan derajat komplikasi yang lebih rendah. 20,24 Teknik ini merupakan pilihan lain dari teknik external sinus lifting ketika ditemukannya resopsi tulang alveolar maksila yang hebat pada bagian posterior dimana tidak terdapat ketinggian tulang yang adekuat untuk menstabilkan implan. 19,20 Tidak seperti teknik internal sinus lifting yang konvensional yang menggunakan trephine bur dengan kecepatan 700-1000 rpm dan irigasi yang banyak, teknik ini menggunakan trephine bur dengan kecepatan yang lebih rendah, 40-50 rpm tanpa irigasi yang terlalu banyak, sehingga kenyamanan pasien dan visualisasi dokter lebih terjaga. Jarak di antara alveolar crest dan dasar sinus ditandai sesuai dengan trephine bur. Kemudian trephine diposisikan pada alveolar crest dengan menyisakan jarak setidaknya 2mm tulang kortikal pada bagian bukal dan palatal antara trephine dengan gigi tetangga. Trephine akan memisahkan inti tulang dari tulang alveolar. Setelah inti tulang telah terpisah dari tulang alveolar, dari inti tulang akan diintrusikan ke dalam atau diketuk secara perlahan dengan menggunakan jari atau dengan core osteotome ke dalam soket sinus untuk mengangkat membran Schneiderian. Setelah itu dilakukan pengisian dan pemadatan bahan pencangkokan secukupnya tulang. 20,22,25 Alat-alat yang digunakan pada teknik ini berupa pointed trephine pada keceptan 50 rpm untuk menandai lokasi yang akan dilakukan pengeburan dan hanya akan penetrasi hingga tulang kortikal, trephine dengan adjustable stopper yang digunakan untuk menandai kedalaman yang ingin dicapai, mushroom elevator sebagai probe untuk merasakan dasar sinus, cobra elevator untuk mengangkat dasar sinus lebih jauh, dan core osteotome untuk mengetuk inti tulang dengan ketebalan 5mm dan bentuk lingkaran. 20,25 Gambar 6. Teknik CCE, A. Preparasi CCE dengan diameter 5mm dan 4mm . B. Kedua inti tulang didorong masuk ke dalam rongga yang tercipta. C. Pengisian bahan pencangkokan tulang hingga padat. D. Penyembuhan pasca operasi. Michael Toffler. The crestal core elevation : An alternative to lateral window. J of Oral Surgery 7 May 2010;152:372.

3.2.2.2 Hydraulic Sinus Condensing Technique

Teknik Hydraulic Sinus Condensing ini merupakan modifikasi dari teknik internal sinus lifting yang menggunakan tekanan hidrolik yang konstan untuk mengangkat membran Schneiderian. Teknik ini merupakan teknik yang unik untuk pemasangan implan karena dapat digunakan pada keadaan tinggi tulang alveolar yang sangat minim bahkan hingga tinggal 1mm tinggi tulang yang tersisa. Keuntungan teknik ini dibandingkan dengan teknik lainnya adalah hanya diperlukannya satu lubang kecil tepat pada area yang dipersiapkan untuk pemasangan implan, merupakan one-visit procedure prosedur sekali kunjungan , implan dapat langsung dipasangkan dan kenyaman pasien yang terjaga serta dengan tekanan hidrolik yang konstan,pengisian rongga sub-antral yang telah dibuat lebih mudah dengan hanya satu langkah. Inti dari teknik ini adalah setelah dilakukannya osteotomi dengan bur hingga mencapai 2mm dari kavitas sinus, lubang tersebut akan diperbesar hingga mencapai dasar sinus dengan menggunakan bur berkalibrasi, kemudian dengan menggunakan suatu syringe titanium, akan diinjeksikan normal saline ke dalam hingga normal saline keluar sedikit dari rongga tersebut, yang berarti telah mencapai ketinggian maksimum dengan harapan terjadinya tekanan hidrodinamik akan mendorong membran Schneiderian ke atas. Kemudian dilakukan pengisian dan pemadatan bahan pencangkokan tulang secukupnya ke dalam rongga yang terbentuk akibat naiknya membran Schneiderian tersebut. Setelah bahan pencangkokan tulang diisi hingga padat, telah dapat dipasangkan implan pada hari yang sama. 26-30 Gambar 7. Teknik Hydraulic Condensing. Anonymous. Hydraulic sinus lifting. www.dentaldinamicsonline.com 11 April 2012

3.2.2.3 Balloon Sinus Lifting

Teknik ini menawarkan pengangkatan membran Scheneiderian secara vertikal sehingga trauma yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan teknik-teknik lain. Teknik ini menggunakan kateter elastis balon yang akan diisi dengan cairan normal saline. Normal saline akan dimasukkan dengan tujuan untuk mengembangkan balon tersebut sehingga mendorong membran Schnederian ke atas. 28,31,34 Sebelum pembedahan, balon dipompa dengan udara dan kemudain dikempiskan lagi guna meyakinkan bahwa balon tersebut benar-benar elastis. Syringe diisi dengan cairan normal saline secukupnya. Kemudian balon dimasukkan ke dalam lubang yang telah dipreparasi sebelumnya dalam keadaan kempis. Volume saline yang diperlukan harus sesuai dengan seberapa jauh membran akan diangkat, dimana 1cc saline sama dengan 5-6mm membran akan terangkat dan 1cc bahan pencangkokan yang diperlukan. Setelah membran telah terangkat, balon tersebut akan dikempiskan dan dikeluarkan dari kavitas dan kemudian diisi dengan bahan pencangkokan tulang. 31-33 Keuntungan dari teknik ini adalah sedikitnya trauma yang dihasilkan, mengangkat membran secara keseluruhan sehingga insiden terjadinya perforasi rendah, tidak memerlukan bidang pembedahan yang luas, dan dapat diprediksi volume ruang dan bahan yang diperlukan. 28,33 Gambar 8. Teknik balon sinus lifting. Metodi Abadzhiev. Alternative sinus lift techniques literature review. J IMAB 2009;2:25

3.3 Indikasi

Meskipun teknik sinus lifting dikatakan mudah untuk dilakukan dan memiliki hasil yang cukup memuaskan, namun pengertian akan indikasi teknik sinus lifting secara umum adalah suatu hal yang penting dan harus dilakukan. Ada dua faktor utama yang harus diperhatikan dalam sinus lifting, yaitu keadaan umum pasien dan faktor lokal seperti keadaan jaringan periodontal, keadaan tulang alveolar, dan lain- lain. Berikut merupakan indikasi untuk sinus lifting 4,20,35,36 : a. Tulang rahang pada gigi yang berdekatan dengan daerah tidak bergigi telah mengalami resopsi yang hebat yang disebabkan oleh karena penyakit periodontal, ekstraksi gigi sebelumnya dan pembedahan sebelumnya yang mengakibatkan kurangnya tempat yang cukup untuk pemasangan implan. b. Telah dilakukannya rekonstruksi tulang alveolar akibat kanker untuk kepentingan protesa kranifasial. c. Terdapatnya ketinggian tulang alveolar yang tersisa kurang dari 10mm. d. Terdapatnya kelebaran tulang alveolar yang tersisa kurang dari 4mm. e. Tidak terdapatnya riwayat penyakit atau kelainan pada sinus.

3.4 Kontraindikasi

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum dilakukannya prosedur sinus lifting ini guna mencapai keberhasilan yang diinginkan. Salah satu yang merupakan hal yang harus diperhatikan adalah kontraindikasi dari prosedur ini. Pasien yang telah diketahui memiliki keadaan yang merupakan kontraindikasi dari teknik ini harus diketahui terlebih dahulu dan dihilangkan kontraindikasi tersebut atau bahkan mereka tidak dibenarkan untuk menjalani prosedur sinus lifting tersebut. Beberapa kontraindikasi untuk sinus lifting adalah sebagai berikut 2,3,20,35-38 : a. Terdapatnya patologi pada sinus seperti sinusitis kronis atau adanya sisa akar gigi yang tertinggal dalam sinus. b. Penyakit sistemik yang tidak terkontrol seperti Diabetes Mellitus atau Hipertensi merupakan kontraindikasi bagi sinus lifting karena akan menimbulkan komplikasi pada saat pembedahan atau pasca-pembedahan. c. Adanya infeksi sinus empyema d. Adanya sinusitis kronis e. Adanya infeksi odontogenik f. Adanya lesi patologi atau lesi inflamasi pada sinus seperti mukokel yang dapat mengakibatkan perforasi, kista, ujung akar gigi yang tertinggal, tumor. Hal-hal ini harus dihilangkan terlebih dulu sebelum dilakukan sinus lifting g. Adanya jaringan parut pada akibat prosedur pembedahan sebelumnya h. Adanya riwayat terapi radiasi yang mengakibatkan menipisnya tulang alveolar dan kemungkinan efek terhadap sinus. Hal ini dapat diperiksa lebih lanjut dengan menggunakan foto rontgent i. Kecanduan tembakau dan alkohol yang berlebihan karena tembakau dan alkohol dapat mempengaruhi metabolisme tulang dimana menurunnya metabolisme tulang dapat mengakibatkan gagalnya pencangkokan tulang serta dapat meningkatkan insiden infeksi

3.5 Komplikasi