Defenisi Operasional dan Variabel Lokasi dan jadwal penelitian Harga Jual Produk .1 Pengertian Harga Jual

27 3.4 Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi yang dimaksud yakni peneliti mengumpulkan data sekunder yang diperoleh dari Industri Keripik Singkong Kreasi Lutvi Kecamatan Pancur Batu.

3.5 Defenisi Operasional dan Variabel

Variabel independen dalam penelitian ini adalah harga pokok produksi dan harga jual. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah volume penjualan. Berikut merupakan variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 3.1 Pengukuran Variabel Penelitian Jenis Variabel Nama Variabel Parameter Skala Variabel independen X 1 Harga pokok produksi RupiahKg Rasio Variabel independen X 2 Harga jual RupiahKg Rasio Variabel dependen Y Volume penjualan Rupiah Rasio Menurut Ety, 2007:11 ”variabel independen adalah variabel stimulus atau sering disebut variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel terikat atau variabel dependen. Dalam konsep variabel bebas, ditemukan bahwa variabel ini menjadi sebab hadirnya atau timbulnya variabel lain”. Yang termasuk dalam variabel independen dalam penelitian ini adalah harga pokok produksi dan harga jual. Universitas Sumatera Utara 28 ”Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat merupakan variabel yang diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas Ety, 2007:11. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah volume penjualan.

3.6 Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik. Uji regresi dilakukan dengan menggunakan bantuan software statistik SPSS 16.0 for Windows. Analisis regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menetukan hubungan sebab akibat antara satu variabel dengan variabel yang lain. Sebelum data dianalisis, maka untuk keperluan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian tersebut meliputi uji normalitas, uji multikolineritas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi. Untuk pengujian hipotesis dilakukan pengujian analisis regresi linear berganda. Kemudian dilakukan pengujian terhadap uji f dan uji t untuk mengetahui masing – masing variabel independen berpengaruh secara parsial maupun secara simultan terhadap variabel dependen. Model persamaan regresi berganda ini adalah Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 Keterangan : Y = Volume penjualan Rp a = Intercept b 1 = Koefisien regresi b 2 = Koefisien regresi X 1 = Harga Pokok Produksi Rp X 2 = Harga Jual Rp Universitas Sumatera Utara 29 3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik 3.6.1.1 Uji Normalitas Uji Normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing - masing variabel tetapi pada nilai residualnya. Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel. Hal ini tidak dilarang tetapi model regresi memerlukan normalitas pada nilai residualnya bukan pada masing-masing variabel penelitian. Pengujian normalitas ini dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov dengan kriteria p- value 0,05 berarti data terdistribusi tidak normal.

3.6.1.2 Uji Heterodastisitas

Menurut Erlina, 2008:106 Salah satu asumsi yang penting dari model regresi linear adalah varian residual bersifat homokedastisitas atau bersifat konstan. Umumnya heterokedastisitas sering terjadi pada model yang menggunakan data crosssection silang waktu dari pada data time series runtut waktu. Dalam penelitian ini akan digunakan Chart diagram Scatterplot, dengan dasar pengambilan keputusan menurut Ghozali, 2005:105 adalah sebagai berikut : 1 Jika ada pola tertentu seperti titik – titik, yang ada membentuk suatu pola tertentu yang beraturan bergelombang, melebar, kemudian menyempit maka terjadi heterodastisitas. Universitas Sumatera Utara 30 2 Jika ada pola yang jelas, serta titik – titik menyebar keatas dan dibawah nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heterodastisitas.

3.6.1.3 Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t – 1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan lainnya. Menurut Erlina, 2008:108 pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut : 1. Bila nilai Durbin-Watson DW terletak antara batas atas atau Upper Bound DU dan 4 – DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi. 2. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau Lower Bound DL, maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol berarti ada autokorelasi positif. 3. Bila nilai DW lebih besar dari pada 4 – DL, maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol, berarti ada autokorelasi negatif. 4. Bila nilai DW terletak diantara batas atas DU dan batas bawah DL atau DW terletak antara 4-DU dan 4-DL, maka hasilnya tidak dapat disimpulkan Ghozali, 2001. 3.6.1.4 Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. “Multikolinearitas Universitas Sumatera Utara 31 adalah situasi adanya korelasi variabel – variabel independen antara satu dengan yang lainnya”, Erlina,2007:107. Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama variabel bebas, maka konsekuensinya adalah : 1. Koefisien – koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir. 2. Varian dan nilai standart error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga. 3. Nilai t akan turun 4. Hasil estimasi akan menjadi sangat peka 5. Kecocokan data dan estimasi variabel – variabel yang tidak berkorelasi tidak berpengaruh oleh munculnya multikolinearitas. Ada dua uji multikolinearitas yang sering digunakan yaitu dengan melihat nilai VIF dan korelasi diantara variabel independen.

3.6.2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipootesis yang digunakan dalam penelitian yang diuji adalah dengan menggunakan analisis regresi. Hipotesis pertama H1 sampai hipotesis ketiga H3 dianalisis menggunakan model regresi linear untuk melihat pengaruh masing – masing terhadap volume penjualan dengan menggunakan t-test dan f- test. Berikut adalah uji hipotesis yang akan digunalan oleh peneliti.

3.6.2.1 Uji signifikansi parsial t-test

Pengujian t-test digunakan untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria penguji hipotesis: 1 Jika t hitung t tabel maka H ditolak H 1 diterima, Universitas Sumatera Utara 32 2 Jika t hitung t tabel maka H diterima H 1 ditolak.

3.6.2.2 Uji signifikansi simultan f-test

Uji f digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama – sama terhadap variabel dependen. Uji ini dilakukan dengan membandingkan f hitung dengan f table dengan ketentuan sebagai berikut : 1 Jika f hitung f tabel maka H ditolak H 1 diterima, 2 Jika f hitung f tabel maka H diterima H 1 ditolak.

3.7 Lokasi dan jadwal penelitian

Penelitian ini dimulai oleh peneliti pada bulan Januari 2013 dengan lokasi objek penelitian di desa Tuntungan II Kecamatan Pancur Batu Medan Sumatera Utara. Table 3.2 Jadwal Penelitian Tahapan Penelitian Des 2012 Jan 2013 Feb 2013 Mar 2013 Apr 2013 Mei 2013 Jun 2013 Pemilihan Judul Penyelesaian Proposal Bimbingan Proposal Pengumpulan Data Pengolahan Data Penyelesaian Skripsi Ujian Comprehensive Universitas Sumatera Utara 33 BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Industri Keripik Singkong di Medan Tuntungan

Medan Tuntungan merupakan salah satu dari 21 kecamatan di kota medan sumatera utara. Kecamatan medan tuntungan berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang di sebelah barat, Medan Johor di sebelah Timur, Kabupaten Deli serdang di selatan, dan Medan Selayang di utara. Kecamatan ini memiliki penduduk sebesar 65.645 jiwa. Luasnya adalah 20,68 Km 2 dan kepadatan penduduknya adalah 3.174,32 JiwaKm 2 . Sebagian besar penduduk di kecamatan ini adalah suku - suku pendatang seperti Tionghoa, Minang, Aceh, dan Jawa, sedangkan suku asli Melayu Deli 40 saja. Industri Keripik Singkong Kreasi Lutvi di Kecamatan Pancur Batu Medan Tuntungan Sumatera Utara adalah salah satu bidang usaha yang memproduksi dan memasarkan Keripik Singkong ke warung – warung, Outlet – outlet besar mini market dan supermarket, grosir dalam kota, provinsi dan mengekspor keluar negeri. Permintaan keripik singkong dari usaha ini cukup tinggi dalam seharinya dibutuhkan lebih kurang 3 – 5 ton ubi kayu untuk memenuhi permintaan. Dengan 3 ton ubi kayu, Muhdi dan pekerjanya mampu membuat 5.000 bungkus keripik perharinya. Usaha yang telah dijalani Muhammad Muhdi, S.Ag sejak tahun 1998 telah menembus pasar ekspor kebeberapa Negara seperti Korea Selatan dengan pesanan menggunakan Kontainer yang dipesan secara periodik dan juga ke Universitas Sumatera Utara 34 Malaysia. Keripik Singkong Kreasi Lutvi juga telah memiliki hak paten, sertifikasi kesehatan dari pemerintah dan diakui kehalalannya.

4.1.1 Harga Pokok Produksi Industri Keripik Singkong Kreasi Lutvi

Dibawah ini adalah data – data harga pokok produksi industry keripik singkong kreasi lutvi setiap bulan selama 3 tahun. Tabel 4.1 Harga Pokok Produksi rata – rata Keripik Singkong Kreasi Lutvi Periode 2010 2012 BULAN Harga Pokok Produksi Keripik Singkong 2010 2011 2012 RupiahBks RupiahBks RupiahBks Januari Rp. 215 Rp. 236 Rp. 217 Februari Rp. 218 Rp. 250 Rp. 241 Maret Rp. 216 Rp. 262 Rp. 248 April Rp. 223 Rp. 261 Rp. 261 Mei Rp. 229 Rp. 254 Rp. 229 Juni Rp. 219 Rp. 237 Rp. 272 Juli Rp. 240 Rp. 267 Rp. 249 Agustus Rp. 220 Rp. 217 Rp. 252 September Rp. 228 Rp. 235 Rp. 288 Oktober Rp. 245 Rp. 233 Rp. 293 Sumber : Laporan Kegiatan Industri Keripik Singkong Kreasi Lutvi dalam periode 10 bulan setiap tahun. Dalam penelitian ini Industri tidak menyediakan data rata – rata harga pokok produksi keripik singkong, perusahaan hanya menyediakan data biaya produksi dan harga pokok keripik singkong saja, oleh karena itu peneliti menghitung sendiri harga pokok produksi rata – rata dari data yang disediakan industri. Universitas Sumatera Utara 35 4.1.2 Harga Jual Keripik Singkong Kreasi Lutvi Berikut adalah harga jual rata – rata per bungkus dalam setiap bulan selama tiga tahun. Dibawah ini adalah daftar rata – rata harga jual keripik singkong kreasi lutvi periode 2010 – 2012. Tabel 4.2 Harga Jual rata – rata Keripik Singkong Kreasi Lutvi Periode 2010 – 2012 BULAN Harga Jual Keripik Singkong 2010 2011 2012 RupiahBks RupiahBks RupiahBks Januari Rp. 270 Rp. 309 Rp. 286 Februari Rp. 271 Rp. 310 Rp. 288 Maret Rp. 273 Rp. 314 Rp. 295 April Rp. 276 Rp. 318 Rp. 303 Mei Rp. 280 Rp. 315 Rp. 312 Juni Rp. 284 Rp. 313 Rp. 301 Juli Rp. 289 Rp. 308 Rp. 296 Agustus Rp. 295 Rp. 290 Rp. 302 September Rp. 300 Rp. 285 Rp. 299 Oktober Rp. 307 Rp. 272 Rp. 302 Sumber : Laporan Kegiatan Industri Keripik Singkong Kreasi Lutvi dalam periode 10 bulan setiap tahun. Industri keripik singkong kreasi lutvi terdiri dari dua penjualan yaitu penjualan dalam negeri dan luar negeri. Pada penjualan dalam negeri industry tersebut menggunakan metode berbasis pasar. Universitas Sumatera Utara 36 4.1.3 Volume Penjualan Industri Keripik Singkong Kreasi Lutvi Dalam penelitian ini digunakan rata – rata volume penjualan keripik singkong kreasi lutvi. Berikut merupakan data – data volume penjualan dari Industri keripik singkong kreasi lutvi Medan Tuntungan setiap bulan selama 3 tahun. Tabel 4.3 Volume Penjualan rata – rata Keripik Singkong Kreasi Lutvi Periode 2010 – 2012 BULAN Volume Penjualan Keripik Singkong 2010 2011 2012 Bungkus Bungkus Bungkus Januari 300.000 620.000 545.254 Februari 302.500 641.871 646.780 Maret 490.050 640.500 723.460 April 490.500 806.400 785.650 Mei 415.500 483.600 813.500 Juni 487.400 653.425 602.210 Juli 487.100 554.500 645.360 Agustus 470.230 585.635 639.283 September 371.640 468.916 365.436 Oktober 481.500 466.803 868.745 Sumber : Laporan Kegiatan Industri Keripik Singkong Kreasi Lutvi dalam periode 10 bulan setiap tahun. Data diatas merupakan data volume penjualan Industri keripik singkong kreasi lutvi selama periode 2010 – 2012. Data yang menyangkut rata – rata volume penjualan keripik singkong kreasi lutvi tidak tersedia oleh industry, dari itu peneliti menghitung rata – ratanya sendiri. Universitas Sumatera Utara 37 4.2 Statistik Deskriptif Berikut disajikan statistik secara umum dari data yang digunakan secara keseluruhan : Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation VolumePenjualan 30 12.61 13.67 13.2039 .27382 HPP 30 5.37 5.68 5.4846 .08598 H.Jual 30 5.60 5.76 5.6873 .04945 Valid N listwise 30 Dibawah ini adalah penjelasan dari tabel 4.4 diatas : 1. Variabel harga pokok produksi X 1 memiliki nilai minimum 5,37 dan nilai maksimum 5,68 dengan rata – rata harga pokok produksi 5,4846 dan standar deviasi sebesar 0,08598. Jumlah data yang diteliti sebanyak 30. 2. Variabel harga jual X 2 memiliki nilai minimum 5,60 dan nilai maksimum 5,76 dengan rata – rata harga jual adalah 5,6873 dan standar deviasi sebesar 0,04945. Jumalh data yang diteliti sebanyak 30. 3. Variabel volume penjualan Y memiliki nilai minimum 12,61 dan nilai maksimum 13,67 dengan rata – rata volume penjualan adalah 13,2039 dan standar deviasi sebesar 0,27382. Jumlah data yang diteliti sebanyak 30. Universitas Sumatera Utara 38 4.3 Pengujian Asumsi Klasik 4.3.1 Uji Normalitas Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji ini berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Jika normal maka digunakan statistilk parametrik dan jika data tidak normal, maka peneliti menggunakan statistik nonparametrik atau lakukan treatment agar data normal. Peneliti menggunakan uji Kolmogorov Smirnov untuk menguji normalitas data. Apabila probabilitas 0,05 maka distribusi data normal dan dapat digunakan regresi berganda. Tabel 4.5 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 30 Normal Parameters a,,b Mean .0000000 Std. Deviation .21456429 Most Extreme Differences Absolute .105 Positive .073 Negative -.105 Kolmogorov-Smirnov Z .574 Asymp. Sig. 2-tailed .897 a. Test distribution is Normal. Tabel 4.5 diatas menunjukan bahwa hasil pengujian statistic dengan model Kolmogorov-Smirnov menunjukan nilai Asymp.Sig 2-tailed Kolmogorov-Smirnov 0,05 yaitu sebesar 0,897 maka data berdistribusi normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai – nilai observasi data telah Universitas Sumatera Utara 39 terdistribusi normal dan dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya. Selain dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, untuk mengetahui normalitas data kita dapat melihat melalui grafik histogram dari data yang dimaksud dan juga dapat melalui grafik PP Plots. Suatu data akan terdistribusi normal jika nilai probabilitas yang diharapkan adalah sama dengan nilai probabilitas pengamatan. Pada grafik PP Plots, persamaan antara nilai probabilitas harapan dan pengamatan ditunjukan dengan garis diagonal yang merupakan perpotongan antara garis probabilitas harapan dan probabilitas pengamatan. Dibawah ini adalah hasil pengujian normalitas data dalam bentuk grafik histogram dan grafik PP Plots. Gambar 4.1 Uji Normalitas Data Universitas Sumatera Utara 40 Grafik histogram diatas menunjukan bahwa data telah terdistribusi secara normal. Hal tersebut dapat dilihat dari grafik histogram yang menunjukan distribusi data mengikuti garis diagonal yang tidak menceng kekiri ataupun kekanan. Hal ini juga didukung denga hasil uji normalitas dengan menggunakan grafik plot sebagai berikut : Gambar 4.2 Uji Normalitas Data Dengan melihat grafik normal plot terlihat titik – titik menyebar disekitar garis diagonal, yang menunjukan bahwa data berdistribusi normal.

4.3.2 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Gozali, 2005:105 cara memprediksi ada atau tidaknya Universitas Sumatera Utara 41 heterokedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi linear berganda jika tidak terdapat heterokedastisitas adalah : a. Titik – titik data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0, b. Titik – titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja, c. Penyebaran titik – titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali, d. Penyebaran titik – titik data sebaiknya tidak berpola. Gambar 4.3 Hasil uji Heterokedastisitas Melalui hasil pengujian heterokedastisitas, terlihat titik – titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas dan tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Maka dapat disimpulkan Universitas Sumatera Utara 42 bahwa tidak terjadi gejala heterokedastisitas pada data penelitian, sehingga pengujian asumsi klasik dapat dilanjutkan kepada pengujian berikutnya.

4.3.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Sunyoto, 2009:91 pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Dhurbin-Watson. Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu : 1. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi, 2. Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, 3. Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif. Tabel 4.6 Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .621 a .386 .340 .22237 1.628 a. Predictors: Constant,Ln H.Jual, Ln HPP b. Dependent Variable: Ln VolumePenjualan Tabel 4.6 menunjukan hasil uji autokorelasi variabel penelitian. Nilai Durbin – Watson D-W sebesar 1,628. Angka D-W berada diantara -2 dan 2, yang mengartikan bahwa angka Durbin – Watson lebih besar dari -2 dan lebih kecil dari 2. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun negatif. Universitas Sumatera Utara 43 4.3.4 Uji Multikolinearitas “Multikolinearitas adalah situasi adannya korelasi variabel – variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya” Erlina, 2008:105. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Menurut Ghozali, 2005:92 deteksi multikolinearitas pada suatu model dapat dilihat yaitu jika nilai Variance Inflation Factor VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas. Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant -5.916 4.763 -1.242 .225 HPP .376 .609 .118 .617 .542 .622 1.608 H.Jual 2.999 1.059 .542 2.833 .009 .622 1.608 a. Dependent Variable: Ln VolumePenjualan Tabel 4.7 diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bebas dari adanya multikolinearitas. Hal ini dilihat dengan membandingkan nilai Tolerence dan VIF. Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai Tolerance 0.10 yaitu 0,622. Jika dilihat dari VIFnya, masing – masing variabel bebas lebih kecil dari 10 yaitu sebesar 1,608. Dengan demikian dapat Universitas Sumatera Utara 44 disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas dalam variabel bebasnya.

4.3.5 Analisis Regresi

4.3.5.1 Analisis Hasil Regresi

Berdasarkan hasil uji asumsi klasik yang telah dilakukan diatas, dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model yang Best Linear Unbiased Estimator BLUE dan layak untuk dilakukan analisis statistik selanjutnya. Yaitu melakukan pengujian hipotesis. Hasil pengolahan data dengan analisis regresi adalah sebagai berikut: Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant -5.916 4.763 -1.242 .225 HPP .376 .609 .118 .617 .542 .622 1.608 H.Jual 2.999 1.059 .542 2.833 .009 .622 1.608 a. Dependent Variable: Ln VolumePenjualan Berdasarkan tabel diatas pada kolom Unstandardized Coefficients diperoleh model persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + e Y = -5,916 + 0,376 X 1 + 2,999 X 2 + e Dimana: Y = Volume Penjualan X 1 = Harga Pokok Produksi X 2 = Harga Jual e = Tingkat Kesalahan Pengganggu Universitas Sumatera Utara 45 a. Nilai B Constant a = -5,916 Pada model regresi ini, nilai konstanta yang tercantum adalah sebesar -5,916 dapat diartikan jika variabel bebas dalam model diasumsikan sama dengan nol, secara rata – rata variabel diluar pada model dari nilai Y tetap sebesar -5,916. b. Nilai b 1 = 0,376 = harga pokok produksi Koefisien regresi ini menunjukan bahwa setiap kenaikan harga pokok produksi sebesar Rp. 1, maka perubahan volume penjualan yang dilihat dari nilai Y akan bertambah sebesar Rp. 0,376 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. c. Nilai b 2 = 2,999 = harga jual Koefisien regresi ini menunjukan bahwa setiap kenaikan harga jual sebesar Rp. 1, maka perubahan volume penjualan yang dilihat dari nilai Y akan bertambah sebesar Rp. 2,999 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.

4.3.5.2 Pengujian Hipotesis

Dalam melakukan pengujian hipotesis, digunakan analisis regresi berganda. Tabel 4.9 merupakan hasil yang diperoleh berdasarkan atas hasil pengolahan data dengan program statistik. Tabel 4.9 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .621 a .386 .340 .22237 1.628 a. Predictors: Constant,Ln H.Jual, Ln HPP b. Dependent Variable: Ln VolumePenjualan Universitas Sumatera Utara 46 Pada tabel 4.9 nilai koefision korelasi R menunjukan seberapa besar hubungan antara variabel – variabel independen dengan variabel dependen. Korelasi dapat dikatakan kuat apabila nilai R berada lebih besar dari 0,5 dan mendekati. Pada tabel 4.9 tersebut, terlihat hasil analisa regresi menunjukan nilai R sebesar 0,621, menunjukan bahwa hubungan yang kuat antara volume penjualan dependen dengan harga pokok produksi dan harga jual variabel independen yaitu sebesar 62,1. Adjusted R Square sebesar 0,340 atau 34 menjelaskan bahwa variasi dari kedua variabel independennya hanya dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 34. Dibawah ini merupakan uji yang digunakan dalam pengujian hipotesis secara statistik. a. Uji Signifikansi Parsial t-test Pengujian t-test dilakukan untuk melihat seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria penguji hipotesis: 1. Jika t hitung t tabel maka H ditolak H 1 diterima 2. Jika t hitung t tabel maka H diterima H 1 ditolak Universitas Sumatera Utara 47 Tabel 4.10 Uji Statistik t Dibawah ini adalah penjelasan hasil pengujian parsial pada tabel diatas. 1 Pengaruh harga pokok produksi terhadap volume penjualan. Nilai signifikansi 0,542 lebih besar dari 0,05. Variabel harga pokok produksi memiliki t hitung sebesar 0,617. Dengan nilai signifikansi 0,542 0,05. Dengan menggunakan tabel t, maka diperoleh t tabel sebesar 2,084. Hal tersebut menunjukan bahwa t hitung 0,617 dari t tabel 2,084. Dimana H diterima dan H a ditolak, artinya harga pokok produksi keripik singkong kreasi lutvi tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap volume penjualan pada industri keripik singkong kreasi lutvi. 2 Pengaruh harga Jual terhadap volume penjualan. Nilai signifikansi pada harga jual tersebut adalah 0,009. Menunjukan bahwa nilai signifikansi untuk uji t parsial tersebut lebih kecil dari 0,05 0,009 0,05. Variabel harga jual memiliki t hitung 2,833 dengan nilai Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant -5.916 4.763 -1.242 .225 HPP .376 .609 .118 .617 .542 .622 1.608 H.Jual 2.999 1.059 .542 2.833 .009 .622 1.608 a. Dependent Variable: Ln VolumePenjualan Universitas Sumatera Utara 48 signifikansi 0,009 0,05. Dengan menggunakan tabel t, diperoleh t tabel sebesar 2,084 sehingga H a diterima dan H ditolak. Artinya harga jual rata – rata keripik singkong tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap volume penjualan pada industri keripik singkong kreasi lutvi. b. Uji Signifikansi Simultan test F Pada pengujian simultan atau uji F dilakukan untuk melihat pengaruh dari variabel independen secara bersama terhadap variabel dependen. Tabel 4.11 Uji Statistik F ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression .839 2 .420 8.486 .001 a Residual 1.335 27 .049 Total 2.174 29 a. Predictors: Constant, Ln H.Jual, Ln HPP b. Dependent Variable: Ln VolumePenjualan Hasil uji F yang terdapat dalam tabel diatas tersebut menunjukan bahwa nilai F hitung 8,846 dimana tingkat Sig. 0,001 yang lebih kecil dari 0,05. Dengan menggunakan tabel F maka diperoleh nilai F tabel sebesar 3,34. Hal ini menunjukan bahwa F hitung 8,486 lebih besar dari F tabel 3,34 F hitung F tabel sehingga H ditolak dan H a diterima, dengan demikian maka variabel bebas yaitu harga pokok produksi dan harga jual keripik singkong kreasi lutvi. Secara simultan berpengaruh Universitas Sumatera Utara 49 terhadap volume penjualan pada Industri keripik singkong kreasi lutvi tersebut.

4.3.6 Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya dengan menggunakan software SPSS 16,0 for windows, maka dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi dan harga jual keripik singkong kreasi lutvi memiliki hubungan yang kuat terhadap volume penjualan. Hal tersebut didasarkan atas hasil analisis koefisien korelasi antara HPP dan Harga Jual terhadap volume penjualan dengan nilai R pada tabel 0,621. Artinya korelasi antar variabel dependen yaitu volume penjualan dengan variabel independen yaitu HPP dan Harga Jual memiliki hubungan yang kuat. Hal demikian yang menyatakan bahwa korelasi atas nilai R yang berada diatas 0,5. Berdasarkan hasil analisis regresi maka diketahui bahwa persamaan regresi yang mencerminkan bentuk hubungan kedua variabel tersebut adalah Y = -5,916+ 0,376 X 1 + 2,999 + e. Koefisien regresi sebesar -5,916 dapat diartikan jika variabel bebas dalam model diasumsikan sama dengan nol. Secara rata – rata variabel dilluar pada model dari nilai Y tetap sebesar -5,916. Koefisien regresi sebesar 0,376 menunjukan bahwa kenaikan setiap satu kali pada harga pokok produksi akan menyebabkan kenaikan pada variabel volume penjualan. Koefisien regresi sebesar 2,999, berarti peningkatan satu kali pada harga jual yang akan menyebabkan kenaikan pada variabel dependen yaitu volume penjualan. Berdasarkan hasil uji signifikansi parsial t-test didapati bahwa variabel X 1 tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y yaitu volume Universitas Sumatera Utara 50 penjualan keripik singkong kreasi lutvi. Hal diatas dilihat dari hasil uji signifikansi parsial yang menunjukan bahwa t hitung t tabel, yaitu 0,617 2,084. Dimana H diterima dan H a ditolak dan nilai signifikansi adalah sebesar 0,5427 0,05. Setelah melakukan pengujian variabel penelitian secara parsial, maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen X 2 dari industri keripik singkong tersebut disimpulkan bahwa harga jual X 2 memiliki pengaruh secara signifikan terhadap volume penjualan pada Industri pada kerpik singkong kreasi lutvi. Hal tersebut dilihat dari t hitung yang lebih besar dari t tabel 2,833 2,084, sehingga H a diterima dan H ditolak. Nilai signifikansi dari pengujian parsial harga jual pada volume penjualan tersebut adalah 0,009 0,05. Setelah melakukan analisis diatas, peneliti juga melakukan penelitian secara simultan bahwa harga pokok produksi X 1 dan harga jual X 2 memiliki pengaruh terhadap volume penjualan pada industry keripik singkong kreasi lutvi di kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Hal ini didasarkan atas nilai signifikansi F sebesar 0,001 0,05, hal tersebut juga didasarkan atas pengujian yang menunjukan F hitung 8,486 3,34 yang mengartikan bahwa H ditolak dan H a diterima. Universitas Sumatera Utara 51 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan atas hasil penelitian yang dilakukan di Industri Keripik Singkong Kreasi Lutvi maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara Simultan variabel bebas yaitu harga pokok produksi X 1 memiliki pengaruh terhadap volume penjualan. 2. Secara Simultan variabel bebas yaitu harga jual X 2 memiliki pengaruh terhadap volume penjualan. 3. Secara parsial harga pokok produksi keripik singkong kreasi lutvi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volume penjualan. 4. Secara parsial harga jual keripik singkong kreasi lutvi memiliki pengaruh secara signifikan terhadap volume penjualan pada industri keripik singkong tersebut. Hal ini dikarenakan tinggi rendahnya bahan baku mengakibatkan industri harus tetap menjual hasil dari kegiatan produksinya. 5. Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan sensus karena jumlah populasi sama besarnya dengan jumlah yang dijadikan sampel. Universitas Sumatera Utara 52 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian ini dapat dikemukakan saran sebagai berikut: 1. Kepada Industri Keripik Singkong Kreasi Lutvi, diharapkan untuk membuat perincian biaya dengan lebih baik lagi untuk lebih memudahkan baik industri maupun pihak lain dapat mengukur tingkat keberhasilan dari pada industri tersebut. 2. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi bagi penelitian selanjutnya dibidang yang sama yang akan datang untuk dikembangkan dan diperbaiki, misalnya dengan memperpanjang periode pengamatan sehingga dapat lebih mencerminkan hasil penelitian. 3. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti industri kecil lainnya sebab saat ini industri usaha kecil menengah merupakan penopang bagi kesejahteraan masyarakat khususnya Pancur Batu Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Harga Pokok Produksi 2.1.1.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Terlebih dahulu kita lihat pengertian dari biaya sebelum membahas mengenai harga pokok produksi. Menurut Mulyadi, 1991:5 biaya dalam arti luas merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Terdapat empat unsur pokok dalam definisi biaya : 1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, 2. Diukur dalam satuan uang, 3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi, 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu Secara sempit, definisi atau pengertian biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva jika tujuannya adalah pengorbanan untuk memperoleh barang dan jasa. Jika tujuannya untuk menghasilkan pendapatan, maka dianggap sebagai beban expense yang kemudian akan dilaporkan pada laporan laba rugi sebagai pengurang antara pendapatan dalam perhitungan laba. Ikatan Akuntan Indonesia, 2007: 17.94 beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau bekurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan terjadinya penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada Universitas Sumatera Utara 8 penanam modal. Seluruh biaya yang menjadi pengorbanan dalam menghasilkan suatu produk jadi berpengaruh terhadap penentuan harga pokok produksi yang dihasilkan.

2.1.1.2 Unsur – Unsur Harga Pokok Produksi

Secara umum unsur dari harga pokok produksi dapat dibagi menjadi bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead. 1 Biaya bahan baku langsung direct materiall cost Biaya bahan baku langsung yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku yang digunakan dalam proses untuk memproduksi suatu produk. Oleh karenanya jumlah total biaya bahan baku langsung ini sebanding dengan jumlah unit produk yang dihasilkan atau jumlah volume produksi. bahan baku langsung membentuk bagian integral dari produk jadi. Biaya ini meliputi biaya untuk memperoleh bahan baku dan menempatkannya dalam keadaan yang siap diolah. Kemudahan penelusuran item bahan baku ke produk jadi merupakan pertimbangan utama dalam pengklasifikasian biaya sebagai bahan baku langsung. 2 Biaya Tenaga kerja Langsung Direct Labor Costs Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang ikut secara langsung dapat diidentifikasikan kepada suatu produk sebagai obyek biayanya. Seperti halnya bahan baku langsung, jumlah total biaya tersebut. Biaya tenaga kerja langsung merupakan bagian dari upah atau gaji yang dapat secara khusus dan secara Universitas Sumatera Utara 9 konsisten ditugaskan atau berhubungan dengan proses pembuatan produk, urutan pekerjaan tertentu, atau penyediaan layanan juga, hal tersebut dapat dikatakan pula sebagai biaya pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja yang benar-benar membuat produk pada lini produksi. Tenaga kerja langsung adalah seluruh karyawan yang secara langsung ikut serta memproduksi produk jadi, yang jasanya dapat diusut secara langsung pada produk, dan upahnya merupakan bagian yang besar dalam memproduksi produk. Upah tenaga kerja langsung diperlakukan sebagai biaya tenaga kerja langsung serta diperhitungkan langsung sebagai unsur biaya produksi. 3 Biaya Overhead Pabrik Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik juga merupakan komponen biaya produksi yang tidak memiliki hubungan langsung dengan suatu produk tertentu dengan dan tidak di identifikasi atau ditelusuri kepada produk tersebut dengan cara yang secara ekonomis memungkinkan. Dengan kata lain, biaya produksi tidak langsung ini adalah biaya yang berkaitan dengan proses produksi diluar biaya bahan baku langsung dan biaya upah langsung. Oleh karenanya biaya ini tidak dapat diperhitungkan atau dibebankan langsung kepada suatu produk tertentu sebagai obyek biayanya. Universitas Sumatera Utara 10 2.1.1.3 Tujuan Penentuan Harga Pokok Produksi Penentuan harga pokok produksi bertujuan untuk mengetahui berapa besarnya biaya yang dikorbankan dalam hubungannya dengan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi atau jasa yang siap untuk dijual. Penentuan harga pokok sangat penting bagi perusahaan, karena merupakan salah satu elemen yang dapat digunakan sebagai pedoman dan sumber informasi bagi pimpinan untuk mengambil keputusan. Adapun tujuan penentuan harga pokok produksi yang lain diantaranya : a. Sebagai dasar untuk menilai efesiensi perusahaan b. Sebagai dasar dalam penentuan kebijakan pimpinan perusahaan c. Sebagai dasar penilaian bagi penyusun neraca yang menyangkut penilaian terhadap aktiva d. Sebagai dasar untuk menetapkan harga penawaran atau harga jual terhadap konsumen e. Menentukan nilai persediaan dalam neraca,yaitu harga pokok persediaan produk jadi f. Untuk menghitung harga pokok produksi dalam laporan laba rugi perusahaan g. Sebagai evaluasi kerja h. Pengawasan terhadap efesiensi biaya, terutama biaya produksi i. Sebagai dasar pengambilan keputusan j. Untuk tujuan perencanaan laba Universitas Sumatera Utara 11 2.1.1.4 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara perhitungan unsur – unsur biaya kedalam harga pokok produksi. Terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variable costing. 1 Full Costing merupakan metode penentuan biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berprilaku tetap maupun variable. 2 Variable Costing yaitu metode penentuan harga pokok yang hanya memasukan komponen biaya yang bersifat variable sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang variable.

2.1.1.5 Sistem Perhitungan Biaya Produksi

Perhitungan harga pokok produksi memerlukan suatu proses pengumpulan dari biaya – biaya yang telah dikeluarkan terhadap suatu produk. Ada pun sistem perhitungan biaya produksi terdiri dari : 1 Sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan job order costing Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan job order costing at au job costing, biaya produksi dikumulasikan untuk setiap pesanan job yang terpisah. Suatu pesanan adalah output yang diidentifikasikan untuk memenuhi pesanan pelanggan tertentu atau untuk mengisi kembali suatu item persediaan. Hal ini berbeda dengan sistem perhitungan biaya berdasarkan proses, di mana biaya diakumulasikan untuk suatu operasi atau subdivisi dari perusahaan, seperti departemen. Dalam sistem Universitas Sumatera Utara 12 perhitungan biaya berdasarkan pesanan, biaya ditelusuri dan dialokasikan ke pekerjaan dan biaya untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut dibagi dengan jumlah unit yang dihasilkan untuk mendpatkan harga rata-rata perunit. 2 Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses process costing perhitungan biaya berdasarkan proses process costing digunakan dalam perusahaan yang memproduksi satu jenis produk dalam jumlah besar dalam jangka panjang. Prinsip dasar dari perhitungan biaya berdasarkan proses adalah mengakumulasikan biaya dari operasi atau departemen tertentu selama satu periode penuh bulanan, kuartalan, dan tahunan dan kemudian membaginya dengan unit yang diproduksi selama periode tersebut. 3 Metode kalkulasi biaya lainnya Metode kalkulasi biaya yaitu metode campuran antara metode biaya pesananan dan metode biaya proses. Beberapa perusahaan industry yang memiliki biaya bahan baku langsung yang secara signifikan berbeda namun melewati proses produksi dalam kapasitas yang besar. 2.2 Harga Jual Produk 2.2.1 Pengertian Harga Jual Harga jual merupakan jumlah tertentu yang dibayarkan oleh konsumen terhadap barang atau jasa yang diterima. Harga dapat didefinisikan sebagai jumlah uang yang ditagih untuk suatu produk atau jasa, jumlah nilai ditukarkan konsumen untuk manfaat memiliki atau menggunakan barang atau jasa yang Universitas Sumatera Utara 13 diperlukan itu. Harga atau tarif adalah jumlah uang ditambah beberapa produk kalau mungkin yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya. Harga adalah nilai suatu barang dan jasa diukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau pengusaha bersedia melepaskan barang dan jasa yang dimiliki kepada pihak lain.

2.2.2 Sasaran Penetapan Harga Jual

Dalam pengambilan keputusan dalam menetapkan harga jual suatu produk atau jasa, perusahaan mempunyai tujuan dan sasaran tertentu, baik itu untuk tujan dan sasaran jangka panjang maupun pendek. Hal ini dimaksudkan agar berkelangsungan hidup suatu perusahaan dapat terjaga dan dapat ditingkatkan untuk masa – masa yang akan datang. Berikut adalah empat kategori penetapan harga menurut Boone dan Kurtz, 2002:70. 1 Sasaran profitabilitas Sebagian besar perusahaan mengejar sejumlah sasaran profitabilitas dalam strategi penetapan harganya. Mereka mengerti bahwa laba merupakan hasil dari pendapatan dikurang beban dimana pendapatan merupakan harg jual dikalikan kuantitas yang terjual 2 Sasaran volume Sasaran volume yang pertama dalam strategi penetapan harga adalah maksimalisasi penjualan sales maximalization. Dan sasaran yang kedua mendasarkan keputusan penetapan harga pada pangsa pasar market share Universitas Sumatera Utara 14 yaitu persentase dari sebuah pasar yang dikontrol oleh perusahaan atau produk tertentu. 3 Tingkat kompetisi Sasaran penetapan harga ini bertujuan untuk menyamai harga yang ditetapkan pesaing. Dalam banyak bisnis, perusahaan menetapkan harga mereka sendiri untuk menyamakan dengan harga yang telah ditetapkan oleh pemimpin industri dalam hal ini perusahaan yang telah mapan. 4 Sasaran prestise Prestise membuat sebuah harga menjadi relatif tinggi untuk mengembangkan, menjaga citra, kualitas dan eksklusivitas.

2.2.3 Faktor – Faktor Penentu Harga Jual

Keputusan penetapan harga jual sebuah perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut : 1 Tujuan Pemasaran Sebelum menetapkan harga jual, perusahaan seharusnya menentukan strateginya atas produk tersebut, jika perusahaan telah memilih pasar sasarannya dan memposisikanya dengan baik, maka strategi bauran pemasaranya termasuk harga jual akan berjalan dengan baik. 2 Strategi Bauran Pemasaran Harga jual adalah salah satu alat bauran pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaanya. Keputusan harga jual harus dihubungkan dengan keputusan rancangan pokok, distribusi dan promosi untuk membentuk program pemasaran yang efektif. Keputusan Universitas Sumatera Utara 15 yang dibuat untuk variabel – variabel bauran pemasaran lainnya mempengaruhi keputusan harga jual. 3 Biaya produksi Perusahaan menjadikan biaya sebagai dasar untuk menetapkan harga suatu produk. Biaya – biaya tersebut termasuk biaya produksi, distribusi, promosi, biaya perpajakan, biaya penjualan, dan biaya – biaya operasional lainnya yang membebani perusahaan. 4 Penentuan harga jual berdasarkan harga pesaing Semakin tinggi tingkat persaingan harga maka akan semakin sulit bagi perusahaan menetapkan harga yang menguntungkan. Ada beberapa strategi yang dipakai oleh perusahaan untuk menentukan harga jual dan termasuk cara untuk menghadapi harga pesaing. Penentuan harga berdasarkan harga pesaing terbagi menjadi tiga, yaitu : a Penentuan harga penetrasi Penentuan harga penetrasi merupakan penentuan harga suatu produk standar. Metode ini dilakukan dengan cara menetapkan harga awal perdana yang rendah, dengan tujuan agar dapat diterima pasar secara luas. Salah satu tujuan dengan menetapkan tujuan ini adalah mendapatkan loyalitas pelanggan. Keberhasilan penentuan harga penetrasi tergantung pada seberapa besar tanggapan konsumen terhadap penurunan harga. Universitas Sumatera Utara 16 b Penentuan harga defensif Perusahaan menurunkan harga dengan tujuan untuk mempertahankan pasar. Sebagai respon atas penurunan harga produk pesaing c Penentuan harga prastise Penggunaan harga yang lebih tinggi bagi sebuah produk yang dimaksudkan untuk memberikan citra yang mewah. Tujuan dari penetapan harga prastise yaitu untuk memberi kesan lini terbaik bagi produk perusahaan.

2.2.4 Metode Penetapan Harga

Metode penetapan harga methods of price determination Menurut Herman, 2006:175 memiliki beberapa hal yang dapat dilakukan budgeter dalam perusahaan yaitu : 1 Metode Taksiran judgemental method Perusahaan yang baru saja berdiri biasanya memakai metode ini. Pnetapan harga dilakukan dengan menggunakan instink saja walaupun market survey telah dilakukan. Biasanya metode ini digunakn oleh para pengusaha yang tidak terbiasa dengan data statistik. Penggunaan metode ini sangat murah karena perusahaan tidak memerlukan konsultan untuk surveyor. Akan tetapi tingkat kekuatan prediksi sangat rendah karena ditetapkan oleh instink. 2 Metode berbasis pasar market-based pricing a. Harga pasar saat ini current market price Metode ini dipakai apabila perusahaan mengeluarkan produk baru, yaitu hasil modifikasi dari produk yang lama. Perusahaan akan menetapkan Universitas Sumatera Utara 17 produk baru tersebut seharga dengan produk yang lama. Penggunaan metode ini murah dan cepat. Akan tetapi pangsa pasar yang didapat pada tahun pertama relatif kecil karena konsumen belum mengetahui profil produk baru perusahaan tersebut, seperti kualitas, rasa, dan sebagainya. b. Harga pesaing competitor price Metode ini hampir sama dengan metode harga pasar saat ini. Perbedaannya menetapkan harga produknya dengan mereplikasi langsung harga produk perusahaan saingannya untuk produk yang sama atau berkaitan. Dengan metode perusahaan berpotensi mengalami kehilangan pangsa pasar karena dianggap sebagai pemalsu. Ini dapat terjadi apabila produk perusahaan tidak mampu menyaingi produk pesaing dalam hal kualitas, ketahanan, rasa, dan sebagainya. c. Harga pasar yang disesuaikan adjusted current marker price Penyesuaian dapat dilakukan berdasarkan pada faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal tersebut dapat berupa antisipasi terhadap inflasi, nilai tukar mata uang, suku bunga perbankan, tingkat keuntungan yang diharapkan required rate of return, tingkat pertumbuhan ekonomi nasional atau internasional, perubahan dalam trend consumer spendling, siklus dalam trendi dan model, perubahan cuaca, dan sebagainya. Faktor internalnya yaitu kemungkinan kenaikan gaji dan upah, peningkatan efisiensi produk atau operasi, peluncuran produk baru, penarikan produk lama dari pasar, dan sebagainya. Dengan metode ini, perusahaan mengidentifikasi harga pasar yang berlaku pada saat penyiapan anggaran Universitas Sumatera Utara 18 dengan melakukan survey pasar atau memperoleh data sekunder. Harga yang berlaku tersebut dikalikan dengan penyesuaian price adjustment setelah mempertimbangkan faktor internal dan eksternal yang ditetapkan dalam angka indeks persentase. 3 Metode berbasis biaya cost-based pricing a. Biaya penuh plus tambahan tertentu full cost plus mark-up Dalam metode ini budgeter harus mengetahui berapa proyeksi full cost untuk produk tertentu. Full cost adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dan atau dibebankan sejak bahan baku mulai diproses sampai produk jadi siap untuk dijual. Hasil penjumlahan antara full cost dengan tingkat keuntungan yang diharapkan required profit margin yang ditentukan oleh direktur pemasaran atau personalia yang diberikan wewenang dalam penetapan harga, akan membentuk proyeksi harga untuk produk itu pada tahun anggaran mendatang. Required profit margin dapat juga ditetapkan dalam persentase. Untuk menetapkan profit, budgeter harus mengalikan full cost dengan persentase required profit margin. Penjumlahan antara profit dengan full cost akan menghasilkan proyeksi harga. b. Biaya variabel plus tambahan tertentu variable cos plus mark-up Dengan metode ini budgeter menggunakan basis variblel cost. Proyeksi harga diperoleh dengan menambahkan mark-up laba yang diinginkan. Mark-up yang diinginkan pada metode ini lebih tinggi dari mark-up dengan basis full cost. Hal ini disebabkan biaya variabel selalu lebih rendah dari pada full cost. Universitas Sumatera Utara 19 2.3 Volume Penjualan `Bagi setiap perusahaan tujuan yang hendak dicapai adalah memaksimumkan profit disamping perusahaan ingin tetap berkembang. Realisasi dari pada tujuan ini adalah melalui volume penjualan yang mantap karena masalah penjualan merupakan kunci sukses tidaknya suatu perusahaan. Dalam kegiatan pemasaran kenaikan volume penjualan adalah jumlah dari kegiatan penjualan suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan dalam suatu ukuran waktu tertentu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi volume penjualan menurut Kotler, 2000:55 antara lain adalah : a. Harga jual Faktor harga jual merupakan hal-hal yang sangat penting dan mempengaruhi penjualan atas barang atau jasa yang dihasilkan. Apakah barang atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan dapat dijangkau oleh konsumen sasaran. b. Produk Produk salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat volume penjualan sebagai barang atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan apakah sesuai dengan tingkat kebutuhan para konsumen. c. Biaya promosi Biaya promosi adalah akktivitas-aktivitas sebuah perusahaan yang dirancang untuk memberikan informasi-informasi membujuk pihaklain tentang perusahaan yang bersangkutan dan barang-barang serta jasa-jasa yang ditawarkan. Universitas Sumatera Utara 20 d. Saluran distribusi Merupakan aktivitas perusahaan untuk menyampaikan dana menyalurkan barang yang ditawarkan oleh perusahaan kepada konsumen yang diujinya. e. Mutu Mutu dan kualitas barang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi volume penjualan. Dengan mutu yang baik maka konsumen akan tetap loyal terhadap produk dari perusahaan tesebut, begitu pula sebaliknya apabila mutu produk yang ditawarkan tidak bagus maka konsumen akan berpaling kepada produk lain. Setiap perusahaan memiliki design atau rancang bangun tertentu, akan sangat baik jika sebagian sifat uniknya membedakannya dengan perusahaan lain. Peluang terobosan atau bagian keunggulan bersaing dalam hal-hal tertentu timbuldari penggunaan kekuatan ini pada saat yang sama dalam design atau rancang bangun. Penjualan juga dipengaruhi oleh 2 faktor lingkungan yaitu : 1. Faktor lingkungan tak terkendali adalah faktor yang mempengaruhi pemasaran termasuk penjualan perusahaan yang berbeda diluar perusahaan. Faktor-faktor lingkungan antara lain: a. Sumber daya dan tujuan perusahaan b. Lingkungan persaingan c. Lingkungan ekonomi dan teknologi d. Lingkungan politik dan hukum e. Lingkungan sosial dan budaya Universitas Sumatera Utara 21 2. Faktor lingkungan terkendali adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi pemasaran termasuk penjualan yang berada didalam perusahaan.

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Pengaruh Produk dan Harga Keripik Singkong Kreasi Lutvi Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Desa Tuntungan II Kecamatan Pancur Batu

7 121 91

Analisis Pengaruh Harga Pokok Produksi dan Harga Jual Terhadap Volume Penjualan Pada Industri Keripik Singkong Kreasi Lutvi di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara

0 0 12

Analisis Pengaruh Harga Pokok Produksi dan Harga Jual Terhadap Volume Penjualan Pada Industri Keripik Singkong Kreasi Lutvi di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara

0 0 2

Analisis Pengaruh Harga Pokok Produksi dan Harga Jual Terhadap Volume Penjualan Pada Industri Keripik Singkong Kreasi Lutvi di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara

0 0 6

Analisis Pengaruh Harga Pokok Produksi dan Harga Jual Terhadap Volume Penjualan Pada Industri Keripik Singkong Kreasi Lutvi di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara

0 0 18

Analisis Pengaruh Harga Pokok Produksi dan Harga Jual Terhadap Volume Penjualan Pada Industri Keripik Singkong Kreasi Lutvi di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara

0 1 2

Analisis Pengaruh Harga Pokok Produksi dan Harga Jual Terhadap Volume Penjualan Pada Industri Keripik Singkong Kreasi Lutvi di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara

0 0 8

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Pengaruh Produk dan Harga Keripik Singkong Kreasi Lutvi Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Desa Tuntungan II Kecamatan Pancur Batu

0 0 41

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Pemasaran - Pengaruh Produk dan Harga Keripik Singkong Kreasi Lutvi Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Desa Tuntungan II Kecamatan Pancur Batu

0 1 16

Pengaruh Produk dan Harga Keripik Singkong Kreasi Lutvi Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Desa Tuntungan II Kecamatan Pancur Batu

0 0 10