1. Pendirian Persero diusulkan oleh Menteri kepada Presiden disertai dengan
dasar pertimbangan setelah dikaji bersama dengan Menteri Teknis dan Menteri Keuangan.
2. Pelaksanaan pendirian Persero dilakukan oleh Menteri dengan
memperhatikan ketentuan peraturan perundangan-undangan. Berdasarkan pengaturan yang terdapat dalam UU BUMN tersebut maka
dalam hal ini peraturan perundang-undangan yang digunakan adalah UUPT, sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa persero adalah perseroan terbatas
maka prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuannya sama dengan perseroan terbatas.
C. Organ BUMN Persero
1. Rapat umum pemegang saham
Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Persero, dikenal adanya organ- organ perusahaan yang mirip dengan yang berlaku dalam Perseroan Terbatas,
yaitu Rapat Umum Pemegang Saham RUPS, Direksi, dan Komisaris. Rapat Umum Pemegang Saham adalah organ persero yang memegng
kekuasaan tertinggi dalam persero dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris dalam batas yang ditentukana dalam
UUPT dan atau anggaran dasar.Di dalam perseroan, jabatan pemegang saham bukanlah pemegang kedaulatan tertinggi namun acap kali digunakan untuk
memengaruhi kebijakan perseroan.Sehingga di dalam perseroan seharusnya pemegang saham tidak mempunyai kekuasaan sama sekali di luar forum, namun
para pemegang saham baru mempunyai kekuasaan atas PT apabila mereka berdua
berada dalam satu ruangan forum yang dinamakan Rapat Umum Pemegang Saham RUPS.
95
Batas dan ruang lingkup kewenangan yang dapat dilakukan oleh RUPS dalam suatu PT antara lain:
96
a. RUPS tidak dapat mengambil keputusan yang bertentangan dengan hukum
yang berlaku dan ketentuan dalam anggaran dasarnya meskipun anggaran dasar dapat diubah oleh RUPS asal memenuhi syarat untuk itu.
b. RUPS tidak boleh mengambil keputusan yang bertentangan dengan
kepentingan yang dilindungi oleh hukum, yaitu kepentingan stake holders, seperti pemegang saham minoritas, karyawan, kresditor, masyarakat
sekitar lain dan sebagainya. c.
RUPS tidak boleh mengambil keputusan yang merupakan kewenangan dari Direksi dan Dewan Komisaris, sejauh kedua organ perusahaan
tersebut tidak menyalahgunakan kewenangannya. Untuk menyelenggarakan RUPS, Direksi melakukan pemanggilan kepada
pemegang saham. Dalam hal-hal tertentu yang di tetapkan dalam anggaran dasar, pemanggilan RUPS dapat dilakukan oleh komisaris. Pemanggilan RUPS adalah
kewajiban direksi. Namun dalam hal direksi berhalangan atau terdapat pertentangan kepentingan antara direksi dan perseroan, pemanggilan RUPS dapat
dilakukan oleh komisaris
97
95
Handri Raharjo, Hukum Perusahaan “Step By Step Prosedur Pendirian Perusahaan”, Yogyakarta: Penerbit Pustaka Yustisia, 2013, hlm. 91.
96
Munir Fuady, Perlindungan Pemegang Saham Minoritas Bandung: CV Utomo, 2005, hlm. 126-127.
97
Nindyo Pramono, Op.Cit., hlm. 4.19.
2. Dewan komisaris
Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta
memberi nasihat kepada direksi.
98
Masa jabatan anggota komisaris ditetapkan lima tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan. Dalam hal komisaris terdiri lebih dari
seorang anggota, maka salah seorang anggota komisaris diangkat sebagai komisaris utama.Pengangkatan anggota komisaris tidak bersamaan waktunya
dengan pengangkatan anggota direksi, kecuali pengangkatan untuk pertama kalinya pada waktu pendirian, dan anggota komisaris sewaktu-waktu dapat
diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS dengan menyebutkan
Anggota komisaris diangkat berdasarkan pertimbangan integritas, dedikasi, memahami masalah-masalah manajemen
perusahaan yang berkaitan dengan salah satu fungsi manajemen, memiliki pengetahuan yang memadai di bidang usaha persero tersebut, serta dapat
menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya. Komposisi komisaris harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga
memungkinkan pengambilan keputusan dapat dilakukan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak secara independen. Komisaris tidak boleh mempunyai
kepentingan yang dapat mengganggu kemampuannya untuk melaksanakan tugasnya secara mandiri dan kritis dalam hubungan satu sama lain dan terhadap
Direksi.
98
Handri Raharjo, Op.Cit., hlm. 110.
alasannya.undang-undang telah mengatur tugas dan kewajiban komisaris persero seperti berikut ini :
99
a. Komisaris bertugas mengawasi direksi dalam menjalankan kepengurusan
persero serta memberikan nasihat kepada direksi. b.
Komisaris dalam melakukan tugasnya berkewajiban sebagai berikut : 1
Memberikan pendapat dan saran kepada RUPS mengenai rencana kerja dan anggaran perusahaan yang diusulkan direksi.
2 Mengikuti perkembangan kegiatan persero, memberikan pendapat dan
saran kepada RUPS mengenai setiap masalah yang dianggap penting bagi pengurusan persero.
3 Melaporkan dengan segera kepada pemegang saham apabila terjadi
segala menurunnya kinerja ersero. 4
Memberikan nasihat kepada direksi dalam melaksanakan pengurusan persero.
5 Melakukan tugas pengawasan lain yang ditetapkan anggaran dasar
Persero atau berdasarkan keputusan RUPS. Selain itu, agar komisaris dapat melaksanakan tugasnya dengan baik
sesuai dengan tugas dan fungsinya, komisaris mempunyai wewenang sebagai berikut:
100
a. Menurut Pasal 106 ayat 1 UUPT, dewan komisaris dengan menyebutkan
alasannya dapat memberhentikan anggota direksi untuk sementara.
99
Mulhadi, Hukum Perusahaan “Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
100
Handri Raharjo, Op.Cit., hlm. 122.
b. Menurut Pasal 118, apabila direksi tidak ada atau berhalangan karena
suatu sebab, komisaris dapat bertindak sebagai pengurus yang dalam hal ini semua ketentuan mengenai hak, wewenang, dan kewajiban direksi
terhadap perseroan dan pihak ketiga berlaku untuk komisaris tersebut. c.
Pendiri juga dapat menentukan kewenangan lain komisaris dalam akta pendirian atau anggaran dasar. Biasanya ada dua hal, yaitu:
i. Kewenangan meminta keterangan dari direksi tentang hal-hal yang
diperlukan berkenaan dengan kepentingan perseroan. ii.
Kewenangan memasuki ruangan dan tempat-tempat penyimpanan barang-barang milik perseroan.
d. Menurut Pasal 121, dalam menjalankan tugas pengawasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 108, dewan komisaris dapat membentuk komite, yang anggotanya seorang atau lebih adalah anggota dewan komisaris dan
komite ini bertanggung jawab kepada dewan komisaris. e.
Wewenang lain yang dianggap perlu sebagaimana diatur dalam anggaran dasar persero.
Tanggung jawab dewan komisaris berdasarkan Pasal 114 UUPT adalah bertanggung jawab atas pengawasan perseroan dan setiap anggota dewan
komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi untuk
kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Setiap anggota dewan komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian
perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.
3. Direksi
Berdasarkan Pasal 1 angka 5 UUPT disebutkan bahwa direksi adalah organ BUMN Perseroan dan Perum yang bertanggung jawab atas pengurusan
BUMN untuk kepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Jadi, direksi merupakan pengurus perseroan
yang bertindak untuk dan atas nama perseroan. Dengan kata lain direksi adalah dewan direktur yang dapat terdiri dari satu atau beberapa orang direktur. Oleh
karena itu, bila direksinya terdiri dari beberapa orang maka salah satu nya menjadi direktur utama dan presiden direktur sedangkan yang lain menjadi direktur atau
wakil direktur. Pengangkatan dan pemberhentian Direksi dilakukan RUPS.Dalam hal
menteri bertindak selaku RUPS, pengangkatan dan pemberhentian Direksi ditetapkan oleh menteri. Dalam kedudukan selaku RUPS, pengangkatan dan
pemberhentian cukup dilakukan dengan keputusan menteri. Keputusan menteri tersebut mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan keputusan yang diambil
secara sah dalam RUPS.
101
Direksi merupakan organ yang mengurus kegiatan perseroan karena itu disebut juga dengan istilah “pengurus”, maka setiap perseroan terbatas “wajib”
memiliki direksi, minimal 1 orang. Akan tetapi, beberapa jenis perseroan wajib memiliki minimal 2 dua orang direksi, yakni perseroan-perseroan sebagai
berikut:
102
1. Perseroan yang menghimpun danatau mengelola dana masyarakat.
101
Ibid., hlm. 100.
102
Munir Fuady, Hukum Perusahaan dalam Paradigma Hukum Bisnis Bandung : PT Citra Aditya Bakti,2002, hlm. 50.
2. Perseroan menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat.
3. Perseroan merupakan perseroan terbuka.
Perseroan yang memiliki lebih dari satu orang direktur atau direksi, maka salah satu anggota direkturnya diangkat sebagai direktur utama presiden
direktur.Anggota direksi yang dapat diangkat adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5 lima tahun sebelum
pengangkatannya pernah:
103
a. Dinyatakan pailit.
b. Menjadi anggota direksi atau anggota dewan komisaris yang dinyatakan
bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit. c.
Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara danatau yang berkaitan dengan sektor keuangan.Dan ketentuan
atau persyaratan lain yang diatur oleh instansi teknis yang berwenang menetapkan persyaratan tambahan berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Pengangkatan anggota direksi yang tidak memenuhi persyaratan batal
karena hukum sejak saat anggota direksi lainnya atau dewan komisaris mengetahui tidak terpenuhinya persyaratan tersebut. Dalam jangka waktu paling
lambat 7 hari terhitung sejak diketahui, anggota direksi lainnya atau dewan komisaris harus mengumumkan batalnya pengangkatan anggota direksi yang
103
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan TerbatasPasal 93 ayat 1
bersangkutan dalam surat kabar dan memberitahukannya kepada menteri untuk dicatat dalam daftar perseroan.
104
Terkait untuk perbuatan hukum yang telah dilakukan untuk dan atas nama perseroan oleh anggota direksi sebelum pengangkatannya batal, maka perbuatan
hukum tersebut tetap mengikat dan menjadi tanggung jawab perseroan, dengan tidak mengurangi tanggung jawab anggota direksi yang bersangkutan terhadap
kerugian perseroan. Sedangkan perbuatan hukum yang dilakukan untuk dan atas nama perseroan oleh anggota direksi setelah pengangkatannya batal, adalah tidak
sah dan menjadi tanggung jawab pribadi anggota direksi yang bersangkutan.
105
Masa jabatan keanggotaan masing-masing anggota direksi telah ditentukan dalam anggaran dasar perseroan, namun ketentuan tersebut tidaklah membatasi
hak dari pemegang saham untuk setiap saat memberhentikan salah satu atau lebih anggota direksi sebelum berakhirnya masa jabatan yang ditentukan dalam
anggaran dasar perseroan, baik dengan mengangkat penggantinya yang baru maupun dengan hanya memberhentikan keanggotaan direksi yang bersangkutan
saja, selama dan sepanjang syarat minimum jumlah anggota direksi sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar maupun peraturan perundang-undangan lain
yang berlaku, tetap dipertahankan. Keputusan RUPS tersebut hanya dapat diambil setelah anggota direksi yang hendak diberhentikan tersebut diberikan kesempatan
untuk membela diri maupun menyatakan pendapatnya dalam RUPS tersebut.
106
104
Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan TerbatasPasal 95 ayat 1 dan ayat 2
105
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan TerbatasPasal 95 ayat 4
106
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Loc.Cit.,
Selain “pemberhentian permanen” oleh RUPS tersebut di atas, UUPT memungkinkan juga dilakukan“skorsing” atau “pemberhentian sementara”
anggota direksi, baik oleh RUPS maupun oleh komisaris perseroan. Pemberhentian sementara tersebut wajib disampaikan kepada anggota direksi
yang bersangkutan.Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal pemberhentian sementara harus diselenggarakan RUPS
untuk mencabut keputusan pemberhentian sementara tersebut atau secara formil memberhentikan secara tetap anggota direksi tersebut.Dalam RUPS tersebut,
anggota direksi yang bersangkutan diberikan kesempatan untuk membela diri.Jika dalam jangka waktu 30 tiga puluh hari RUPS tidak diselenggarakan, maka
pemberhentian sementara tersebut menjadi batal demi hukum.
107
Tugas direksi menurut UUPT:
108
a. Anggota direksi wajib melaporkan kepada perseroan mengenai saham
yang dimiliki anggota direksi yang bersangkutan danatau keluarganya dalam perseroan dan perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar
khusus Pasal 101 ayat1UUPT dengan sanksi bahwa anggota direksi yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut dan menimbulkan kerugian
bagi perseroan, bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian perseroan tersebut Pasal 101 ayat2UUPT.
b. Direksi wajib mencatat pemindahan hak atas saham, tanggal, dan hari
pemindahan hak tersebut dalam daftar pemegang saham atau daftar khusus dan memberitahukan perubahan susunan pemegang saham kepada menteri
107
Ibid.
108
Gunawan Widjaja, 150 Tanya Jawab Tentang Perseroan Terbatas, Jakarta : Forum Sahabat, 2008, hlm 80.
untuk dicatat dalam daftar perseroan paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal pencatatan pemindahan hak Pasal 56
ayat3UUPT. c.
Terkait dengan pembelian kembali saham, baik secara langsung maupun tidak langsung oleh perseroan, direksi wajib memastikan bahwa pembelian
tersebut dilakukan dengan cara dan proses yang tidak bertentangan dengan ketentuan Pasal 37 ayat1UUPT, yang jika bertentangan mengakibatkan
pembelian tersebut batal karena hukum Pasal 37 ayat2 UUPT. Dalam hal terjadi pertentangan yang membatalkan transaksi pembelian tersebut,
maka direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian yang diderita pemegang saham yang beritikad baik, yang timbul akibat
pembelian kembali yang batal karena hukum tersebut Pasal 37 ayat3UUPT.
d. Terkait dengan pembagian dividen internim, direksi wajib memastikan
bahwa: 1
Akibat pembagian tersebut jumlah kekayaan bersih perseroan tidak menjadi lebih kecil daripada jumlah modal ditempatkan dan disetor
ditambah dengan cadangan wajib. 2
Pembagian dividen internim tersebut tidak boleh mengganggu kegiatan perseroan.
3 Ditetapkan berdasarkan keputusan direksi setelah memperoleh
persetujuan dewan komisaris.
4 Jika ternyata setelah tahun buku perseroan berakhir perseroan
menderita kerugian, pemegang saham harus dapat mengembalikan dividen interim yang telah dibagikan tersebut kepada perseroan Pasal
72 ayat1 sampai dengan 5UUPT. Dalam hal setelah tahun buku berakhir ternyata perseroan menderita kerugian, dan dividen interim
yang telah dibagikan yang seharusnya dikembalikan oleh pemegang saham kepada perseroan tidak dapat dikembalikan, maka direksi dan
dewan komisaris bertanggung jawab secara tanggung renteng atas kerugian perseroan Pasal 72 ayat6 UUPT.
e. Direksi wajib:
1 Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS, dan
risalah rapat direksi. 2
Membuat laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 dan dokumen keuangan perseroan sebagaimana dimaksud dalam UU
tentang dokumen perusahaan. 3
Memelihara seluruh daftar, risalah, dan dokumen keuangan perseroan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b dan dokumen
perseroan lainnya Pasal 100 ayat1 UUPT. f.
Direksi wajib menyusun rencana kerja tahunan sebelum dimulainya tahun buku yang akan datang Pasal 63 ayat1 UUPT.
g. Direksi wajib menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah
ditelaah oleh dewan komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 enam bulan setelah tahun buku perseroan berakhir Pasal 66 ayat1 UUPT.
h. Direksi wajib menyerahkan laporan keuangan perseroan kepada akuntan
publik untuk diaudit apabila : a.
Kegiatan usaha perseroan adalah menghimpun danatau mengelola dana masyarakat.
b. Perseroan menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat.
c. Perseroan merupakan perseroan terbuka.
d. Perseroan merupakan persero.
e. Perseroan mempunyai aset danatau jumlah peredaran usaha dengan
jumlah nilai paling sedikit Rp50.000.000.000,00 lima puluh miliar rupiah.
f. Diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan. Pasal 68
ayat1UUPT. i.
Direksi menyelenggarakan RUPS tahunan dan RUPS lainnya dengan didahului pemanggilan RUPS kepada pemegang saham sebelum RUPS
diselenggarakan Pasal 79 ayat1 jo Pasal 81 ayat1 UUPT Penyelenggaraan RUPS tersebut dapat dilakukan atas permintaan:
1 satu orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili
110 satu persepuluh atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang
lebih kecil. 2
Dewan komisaris. Pasal 79 ayat2 UUPT. j.
Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk: 1
Mengalihkan kekayaan perseroan atau
2 Menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan yang merupakan lebih
dari 50 lima puluh persen jumlah kekayaan bersih perseroan dalam 1satu transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain
maupun tidak. Pasal 102 ayat1 UUPT. Transaksi tersebut adalah transaksi pengalihan kekayaan perseroan yang terjadi dalam jangka
waktu 1 tahun buku atau jangka waktu yang lebih lama sebagaimana diatur dalam anggaran dasar perseroan, namun Diwajibkan oleh
peraturan perundang-undangan. Pasal 68 ayat1 UUPT. 3
Demikian perbuatan hukum tersebut yang dilakukan tanpa persetujuan RUPS, tetap mengikat perseroan sepanjang pihak lain dalam
perbuatan hukum tersebut beritikad baik. Pasal 102 ayat2jo. Pasal 102 ayat4 UUPT.
Kewajiban untuk meminta persetujuan RUPS tidak berlaku terhadap tindakan pengalihan atau penjaminan harta kekayaan perseroan yang
dilakukan oleh direksi sebagai pelaksanaan kegiatan usaha perseroan sesuai dengan anggaran dasarnya. Pasal 102 ayat3 UUPT.
k. Direksi wajib memperoleh persetujuan RUPS sebelum mengajukan
permohonan pailit atas perseroan sendiri kepada pengadilan niaga, dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana diatur dalam UU tentang
kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran hutang Pasal 104 ayat1 UUPT.
l. Direksi wajib memperoleh persetujuan RUPS sebelum mengajukan
permohonan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan perseroan Pasal 125 ayat 4UUPT.
m. Direksi wajib memperoleh persetujuan RUPS sebelum mengajukan
permohonan pembubaran perseroan Pasal 144 ayat 1jo Pasal 142 ayat 1 huruf a UUPT.
D. Tata Kelola Perusahaan yang Baik pada BUMN