Namun, terdapat penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul “Analisis Hukum Terhadap Kepemilikan Saham Pemerintah Di Bumn Setelah Privatisai
Bumn Di Indonesia”, pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara oleh Maria Servia L. Perangin-angin. Rumusan permasalahan dan substansi tesis
tersebut berbeda jauh dengan permasalahan dan substansi yang di bahas dalam skripsi ini. Judul skripsi ini membahas tentang bagaimana kepemilikan saham
pemerintah di Badan Usaha Milik Negara BUMN serta peran pemerintah terhadap Badan Usaha Milik Negara BUMN di Indonesia setelah dilakukan
privatisasi. Namun, pada judul skripsi ini membahas tentang bagaimana perubahan bentuk hukum suatu perusahaan dari Penanaman Modal Asing PMA
menjadi Badan Usaha Milik Negara BUMN. Penulisan ini berdasarkan hasil pemikiran para pakar dan praktisi,
referensi, buku-buku, makalah-makalah dan bahan-bahan seminar,media cetak berupa koran-koran, media elektronik seperti internet, data-data PT. INALUM
serta bantuan dari berbagai pihak. Berdasarkan pada asas-asas keilmuan yang jujur , rasional dan terbuka. Oleh karena itu, penulisan ini merupakan sebuah
karya asli sehingga tulisan ini dapat dipertanggung jawabkan.
E. Tinjauan Pustaka
1. Penanaman modal asing
Penanaman modal asing diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal selanjutnya disebut UUPM. Pengertian
penanaman modal asing menurut Pasal 1 angka 3 UUPM adalah kegiatan
menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing
sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.
10
Sebelum berlakunya UUPM. Keberadaan penanaman modal asing diatur dalam suatu ketentuan undang-undang tersendiri, yaitu Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing selanjutnya disebut UUPMA yang merupakan undang-undang awal yang mengatur mengenai penanaman modal
asing. Namun, penanaman modal asing yang diatur dalam UUPMhanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau
berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara
langsung menanggung risiko dari penanaman modal tersebut.
11
Berdasarkan uraian di atas maka jelas yang dimaksud dengan penanaman modal asing foreign investment tidak berarti bahwa modal tersebut berasal dari
luar negeri semata, melainkan dapat juga yang sifatnya patungan joint venture, di mana terdapat penggabungan antara modal yang sumbernya berasal dari luar
negeri foreign capital sebesar 95 dan modal yang sumbernya berasal dari dalam negeri domestic capital sebesar 5.
12
2. Penanaman modal dalam negeri
Penanaman modal dalam negerimenurutPasal 1 angka 2 UUPM adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik
10
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Pasal 1 angka 1
11
Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal Malang:Sinar Grafika, 2009, hlm. 30.
12
David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing Di Indonesia Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group, 2013, hlm. 21.
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.
13
Sama hal nya dengan penanaman modal asing, keberadaan penanaman modal dalam negeri sebelumnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeriselanjutnya disebut UUPMDN. Namun, UUPMDN ini dinyatakan tidak berlaku lagi dan telah dicabut dengan
UUPM yang baru. Dengan demikian, bahwa yang menjadi payung hukum dari penanaman investasi di Indonesia saat ini adalah UUPM Nomor 25 Tahun 2007.
Yang dimaksud dengan penanam modal dalam negeri menurut UUPMadalah perseorangan WNI, badan usaha Indonesia,
Negara RI, atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara RI.
14
Berbeda dengan UUPMA dan UUPMDN yang melakukan pembedaan pengaturan antara penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri,
maka dalam UUPM yang berlaku sekarang, masalah penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negei diatur dalam kesatuan. Pembedaan
penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri masih di lakukan dalam konteks mengidentifikasi asalnya modal tersebut, apakah berasal dari
sumber dalam negeri atau dari sumber luar negeri, atau berdasarkan pihak yang melakukan penanaman modal tersebut, apakah investor lokaldomestik atau
investor asing.
15
13
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman ModalPasal 1 Angka 2
14
Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi Di Indonesia Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 108.
15
David Kairupan, Op.Cit., hlm. 24.
3. Joint Venture Agreement
Joint VentureAgreement merupakan salah satu bentuk kegiatan menanam
modal yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing melalui usaha patungan untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik
Indonesia. Kerja sama antara penanama modal dalam negeri dan penanam modal asing dituangkan dalam bentuk perjanjian atau kontrak joint venture agreement.
Joint venture atau usaha patungan ini dikategorikan sebagai kegiatan penanaman
modal asing sebagaimana didefinisikan dalam UUPM.
16
Pada umumnya perusahaan patungan dimulai dengan suatu perjanjian patungan joint venture agreement. Di mana dalam joint venture agreement
berisikan kesepakatan para pihak tentang kepemilikan modal, saham, peningkatan kepemilikan saham penyertaan, keuangan, kepengurusan, teknologi dan tenaga
ahli, penyelesaian sengketa yang mungkin akan terjadi, dan berakhirnya perjanjian joint venture. Hubungan-hubungan antar pihak dalam joint venture
diserahkan pada kehendak para pihak yang akan ditetapkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang sebenarnya berlaku untuk penafsiran
kontrak.
17
Landasan pembentuk perusahaan joint venture tersebut adalah joint venture agreement
dan ketentuan umum perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata.
18
Joint Venture Agreement di Indonesia tunduk pada ketentuan hukum
perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata.Joint Venture Agreementharus tetap
16
Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia Jakarta: PT. Kencana Prenada Media Group, 2010, hlm. 100.
17
Dhaniswara K. Harjono, Op.Cit., hlm. 162.
18
http:contohaku1.blogspot.com201404skripsi-hukum-tinjauan-yuridis-joint_21.html
berpedoman kepada syarat sahnya suatu perjanjian yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1320, yaitu sebagai berikut:
19
a. Para pihak sepakat untuk mengikatkan dirinya.
b. Para pihak cakap untuk melakukan suatu perbuatan hukum.
c. Perbuatan hukum tersebut harus mengenai suatu hal tertentu.
d. Persetujuan tersebut harus mengenai sesuatu hal yang tidak bertentangan
dengan hukum, kesusilaan dan ketertiban umum. Joint venture agreement
ini sebenarnya tidak lain merupakan bentuk perjanjian patungan yang tidak terlepas dari Buku III KUHPerdata Pasal 1319,
yang menyebutkan: “Semua persetujuan, baik yang memiliki suatu nama khusus, maupun yang
tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum, yang termuat daam bab-bab ini dan bab-bab yang lalu.”
Joint venture Agreement jika ditinjau berdasarkan hukum perjanjian yang
berlaku di Indonesia, sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam buku ke III KUHPerdata. Diantaranya menyangkut subjek perjanjian, objek
perjanjian, tujuan perjanjian, dan pelaksanaan perjanjian. 4.
Badan Usaha Milik Negara Badan Usaha Milik Negara diatur dalam Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negaraselanjutnya disebut UU BUMN. Undang-undang ini mengganti tiga undang-undang sebelumnya, yaitu
Indonesische Berdrijivenwet Stb Nomor 419 Tahun 1927 sebagaimana telah
19
Kitab Undang-Undang Hukum PerdataPasal 1320
beberapa kali di ubah dan di tambah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1955, Undang-Undang Nomor 19 Prp Tahun 1960 tentang Perusahaan
Negara dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969 Tentang Bentuk-
Bentuk Usaha Negara menjadi undang-undang. Ketiga undang-undang tersebut dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi yang kemudian diganti dengan Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2003. Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal 19 Juni 2003.
20
Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung
yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Bentuk BUMN terdiri atas:
21
a. Perusahaan perseroan yang selanjutnya disebut persero adalah BUMN
yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit 51 sahamnya dimiliki oleh negara
Republik Indonesia. b.
Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS adalah organ persero yang memegang kekuasaan tertinggi dalam persero dan
memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi atau komisaris.
c. Perusahaan Umum yang selanjutnya disebut perum adalah BUMN yang
seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang danatau
20
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2010, hlm. 169.
21
Ibid ., hlm. 170.
jasa yang bermutu tinggi sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
F. Metode Penelitian