Materi penyuluhan jamban Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Jamban Keluarga di Desa Pegagan Julu III Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi Tahun 2015

3. Materi penyuluhan jamban

a. Tidak tahu b.Cara memelihara jamban c. Manfaat dan fungsi jamban 25 20 70 21.7 72.2 60.9 Total 115 100 4. Tempat pelaksanaan penyuluhan jamban sehat a. Tidak tahu b. Digerejamesjid c. Kantor kepdes 23 2 90 20.0 1.7 78.3 Total 115 100 5. Yang memberikan penyuluhan a. Tidak tahu b. Petugas puskesmas c. Dinas kesehatan 23 57 35 20.0 49.6 30.4 Total 115 100 6. Jumlah penyuluhan kesehatan lingkungan mengenai jamban sehat dalam setahun a. Tidak ada b.1 kali c. 2-3 kali 23 43 49 20.0 37.4 42.6 Total 115 100 Berdasarkan Tabel 4.12 diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu 96 orang 53,5 mengatakan pernah ada penyuluhan tentang jamban di desa dan responden yang menyatakan hadir dalam penyuluhan sebanyak 65 orang 56,5 dan responden kadang-kadang 25 orang 21,7, dan mayoritas responden yang hadir menyatakan materi yang disampaikan manfaat dan fungsi jamban sebanyak 70 orang 60,9, tempat pelaksanaan penyuluhan mayoritas responden menyatakan kantor kepala desa sebanyak 90 orang 78,3. Mayoritas responden menyatakan yang memberi penyuluhan tentang jamban sehat adalah petugas puskesmas sebanyak 57 orang 49,6. Dan dalam setahun mayoritas responden menjawab 2-3 kali dalam setahun sebanyak 49 orang 42,6. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan perhitungan jumlah skor yang didapat dari pernyataan responden pada pengukuran peran penyuluh kesehatan maka peran penyuluh kesehatan responden tentang penggunaan jamban selanjutnya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu kategori berperan dan tidak berperan. peran penyuluh kesehatan responden tentang penggunaan jamban dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini: Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Peran Penyuluh Kesehatan No Tingkat Peran Penyuluh Kesehatan Jumlah org 1 Berperan 92 80,0 2 Tidak Berperan 23 20,0 Total 115 100 Berdasarkan tabel 4.13.diperoleh bahwa sebagian besar peran penyuluh kesehatan tentang penggunaan jamban memiliki peran penyuluh kesehatan yang berperan sebanyak 92 orang 82,6 dan tidak berperan sebanyak 23 orang 20,0.

4.9 Penggunaan Jamban Keluarga

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap Ibu Rumah Tangga maka diperoleh hasil penelitian tentang penggunaan jamban keluarga dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut ini: Tabel 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Jamban Keluarga di Desa Pegagan Julu III Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi Tahun 2015 No Kategori Penggunaan Jamban Jumlah org 1 tidak pernah 1 0,9 2 3 kadang-kadang setiap mau BAB 55 59 47,8 51,3 Total 115 100 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui bahwa sebagian besar responden yaitu 59 orang 51,3 mengatakan setiap mau BAB responden menggunakan jamban keluarga, 55 orang 47,8 menggunakan jamban kelurga tidak rutin ataupun kadang-kadang, dan 1 orang ataupun 0,9 mengatakan tidak pernah menggunakan jamban keluarga setiap mau BAB. Berdasarkan perhitungan jumlah skor yang didapat dari pernyataan responden pada pengukuran penggunaan jamban maka penggunaan jamban responden tentang selanjutnya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu kategori menggunakan dan tidak menggunakan responden tentang penggunaan jamban dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut ini: Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Jamban Keluarga di Desa Pegagan Julu III Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi Tahun 2015 No Kategori Penggunaan Jamban Jumlah org 1 Menggunakan jamban 59 51,3 2 Tidak Menggunakan Jamban 56 48,7 Total 115 100 Berdasarkan tabel 4.15.diperoleh bahwa sebagian besar penggunaan jamban responden yang menggunakan jamban sebanyak 59 orang 51,3 dan tidak menggunakan jamban sebanyak 56 orang 48,7.

4.10 Analisa Bivariat

Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji chi-square antara variabel independen pengetahuan, sikap, kebiasaan, kecukupan air bersih, sanitasi jamban, dan peran penyuluh kesehatan dengan variabel dependen penggunaan jamban adapun hasil penelitiannya : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.16 Hubungan Faktor Predisposisi, Faktor Pemungkin dan Faktor Penguat dengan Penggunaan Jamban Keluarga di Desa Pegagan Julu III Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi Tahun 2015 Variabel Penggunaan Jamban p. RP Tidak Ya Total n n n 1. Tingkat Pengetahuan 0,000 a - sedang 31 26,9 10 8,7 41 35,7 0,165 - baik 25 21,7 49 42,6 74 64,3 2. Sikap 1,000 b - baik 56 48,7 58 50,4 114 99,1 - buruk 1 0,8 1 0,9 3. Kategori Kebiasaan 0,000 a - buruk 53 46,1 18 15,6 71 61,7 0,25 - baik 3 2,7 41 35,6 44 38,3 4. kecukupan air bersih 0,521 b - cukup 50 43,5 55 47,8 105 91,3 - Tidak cukup 6 5,2 4 3,5 10 8,7 5. Sanitasi jamban 0,000 a - Tidak memenuhi syarat 54 46,9 9 7,8 63 54,7 0,84 - Memenuhi syarat 2 1,7 50 43,6 52 45,3 6. Peran Penyuluh 0,192 b - Berperan 42 36,5 50 43,5 92 80,0 - Tidak Berperan 14 12,2 9 7,8 23 20,0 Pada tabel diatas hasil test statistic uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan jamban keluarga dengan nilai p value 0,001 dari α 0,05, dan nilai RP menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetauan baik 0,165 kali lebih mau menggunakan jamban. Hasil test statistic uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara kebiasaan dengan penggunaan jamban keluarga dengan nilai p value 0,000 dari α 0,05 dan nilai RP menunjukkan bahwa responden yang memiliki kebiasaan baik 0,25 lebih mau menggunakan jamban. Hasil test statistic uji chi-square menunjukkan ada hubungan signifikan antara Sanitasi Jamban Keterangan : a : Uji chi-square b : Uji fisher’s exact Universitas Sumatera Utara dengan penggunaan jamban keluarga dengan nilai p value 0,000 dari α 0,05 dan nilai RP menunjukkan bahwa responden 0,84 kali lebih mau menggunakan jamban. Universitas Sumatera Utara

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Ibu Rumah Tangga adalah orang yang paling berperan penting dalam penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di dalam rumah tangga. Penggunaan jamban kelurga sangat dipengaruhi oleh faktor Predisposisi, faktor Pemungkin , faktor penguat tentang penggunaan jamban. Dari 115 responden, berdasarkan karakteristik umur responden terbanyak adalah umur 30 tahun sebanyak 78 orang 67,8, berdasarkan suku responden sebagian besar responden terdiri dari suku batak sebanyak 91 orang 79,1, berdasarkan agama sebagian besar responden beragama Kristen Katolik yaitu 58 orang 50,4, berdasarkan mulai memiliki jamban sebagian besar responden memiliki jamban mulai tahun 2010 yaitu 72 orang 62,6, berdasarkan jumlah anggota keluarga sebagian besar responden ≤ 5 orang yaitu sebanyak 100 orang 87,0, berdasarkan Tingkat Pendidikan sebagian besar responden berpendidikan SMP yaitu sebanyak 52 orang 45,2 dan berdasarkan Pekerjaan responden sebagian besar petani yaitu 104 orang 90,4, dan jenis pertanian yang menjadi usaha responden adalah petani tembakau dan kopi. Karakteristik responden ini akan menjadi data pendukung untuk menganalisa dari faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan Faktor penguat, untuk dapat ditarik sebuah kesimpulan. Universitas Sumatera Utara

5.2 Faktor Predisposisi

Factor Predisposisi atau pemudah yaitu factor-faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang. Adapun yang menjadi factor pemudah dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan kebiasaan budaya.

5.2.1 Pengetahuan Responden

Pengetahuan responden adalah kemampuan intelektual responden tentang aspek-aspek kesehatan dan jamban keluarga baik pengetahuan responden tentang jenis-jenis jamban, syarat-syarat jamban yang memenuhi sanitasi kesehatan dan penyakit yang ditimbulkan Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar tingkat pengetahuan terhadap penggunaan jamban, rata-rata memiliki pengetahuan yang baik dapat kita lihat pada tabel 4.3 dimana dari 115 responden sebagian besar responden yaitu 74 orang 64,3 sudah cukup baik, dan responden berpengetahuan buruk sebanyak 41 0rang 35,7. Hal ini mengindikasikan bahwa selama ini responden sudah cukup mendapat bimbingan dan arahan serta informasi dari peran penyuluh maupun dari pengalaman pribadi yang intensif mengenai penggunaan jamban keluarga. Pengetahuan yang rendah tersebut dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang masih rendah memungkinkan responden tidak menggunakan jamban secara maksimal. Karena pendidikan formal SMP tidak diajarkan banyak tentang jamban keluarga baik manfaat, dan bahaya yang di Universitas Sumatera Utara timbulkannya.hal inilah yang mengakibatkan pengetahuan responden dalam kategori kurang baik Hal ini sesuai teori Notoadtmodjo 2010 pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang over behaviour. Apabila sesuatu tindakan didasari oleh pengetahuan maka tindakan tersebut akan bersifat langgeng dan sebaliknya. Dalam teori perilaku, pengetahuan merupakan salah satu tahap dari tiga tahapan yang dapat terjadi pada seseorang untuk menerima atau mengadopsi suatu perilaku baru. Sehubungan dengan pemanfaatan jamban, masyarakat yang berpengetahuan baik tentang jamban serta hubungannya dengan penyebaran penyakit, diharapkan akan dapat memanfaatkan jamban dengan baik. Dari hasil analisis uji Chi-Square X 2 dapat diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan jamban keluarga dimana hasil penelitian dilihat bahwa dapat diketahui pengetahuan seseorang sangat berpengaruh terhadap penggunaan jamban keluarga hal ini terjadi karena kurangnya informasi yang dimengerti dan di dengar mengenai pentingnya jamban keluarga bagi masyarakat, misalnya kurangnya kepedulian masyarakat untuk menghadiri penyuluhan yang diadakan pihak tenaga kesehatan yang menyebabkan masih ada masyarakat yang kurang tahu tentang manfaat jamban, penyakit yang disebabkan dan lain-lain, dimana Notoadmojo 2003 mengatakan bahwa pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indera penglihatan, Universitas Sumatera Utara pendengara, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

5.2.2 Sikap Responden

Sikap responden adalah tanggapan atau pendapat informan tentang penggunaan jamban. Hasil penelitian responden yang memiliki sikap yang baik 99,1. hal ini di karenakan pada dasarnya responden menyadari perlunya jamban keluarga namun dengan kesibukan dan aktivitas responden yang memiliki pekerjaan bertani maka responden tidak lagi memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan jamban keluarga secara rutin. Hal ini sesuai dengan defenisi Notoadtmodjo 2010 sikap adalah juga respon tertutup pada seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan pendapat dan emosi yang bersangkutan suka-tidak suka, setuju-tidak setuju. Sikap adalah kumpulan gejala yang merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan sebagainya. Dari hasil analisis Chi-Square X 2 dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan penggunaan jamban keluarga dan dapat dikatakan bahwa baik atau tidak baik sikap seseorang tidak mempengaruhi adanya penggunaan jamban keluarga di Desa Pegagan Julu III Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi. Universitas Sumatera Utara

5.2.3 Kebiasaan Responden

Kebiasaan masyarakat adalah ruang lingkup yang mencakup kebiasaan yang berlaku dimasyarakat bila ingin BAB. Dari hasil penelitian, responden yang memiliki kebiasaan yang baik 44 orang 38,3 dan kebiasaan buruk 71 orang 61,7. Responden yang memiliki kebiasaan yang buruk dapat dilihat dari saluran pembuangan akhir tinja disalurkan ke parit pula, jadi responden menganggap sama saja menggunakan jamban ataupun tidak menggunakan jamban. Responden yang memiliki kebiasaan yang buruk lebih banyak responden yang memiliki aktivitas di luar rumah dari pada di dalam rumah seperti ke ladang, responden biasanya memiliki kebiasaan berangkat ke ladang jam 07.30 dan pulang kembali ke rumah pukul 18.00 belum lagi jarak dari rumah ke ladang yang cukup jauh, sehingga menghabiskan banyak waktu juga diperjalanan. Berdasarkan hal tersebut maka kebiasaan responden untuk menjelaskan fungsi jamban kepada anak-anak, membiasakan anak BAB dijamban, membiasakan anak untuk membersihkan jamban secara rutin, membiasakan BAB di jamban keluarga menjadi sangat tidak penting bagi responden, karena responden menganggap hal itu tidak terlalu penting, dan secara umum peneliti melihat bahwa responden tidak terlalu memperhatikan kegiatan sehari-hari anak-anak mereka. Apabila ditanyakan maka responden pun menjawab bahwa semua hal itu bisa di dapat responden dari teman-temanya dan di bangku sekolah. Padahal Universitas Sumatera Utara justru anak-anak yang belum memiliki jamban lebih mampu merusak kebiasaan baik anak yang memiliki jamban, karena mereka bermain bersama di sungai jadi terkadang anak-anak responden mandi dan BAB di sungai Untuk kenyamanan responden, yang menyatakan tidak nyaman menurut pengamatan peneliti karena kondisi sanitasi jamban yang kurang baik seperti tidak memiliki atap ataupun pintu sehingga pemakai kamar mandi kurang nyaman untuk memakainya dan memilih untuk BAB di parit ataupun sungai. Di Desa Pegagan Julu III menurut pengamatan peneliti, tidak adanya peraturan yang mengatakan tidak boleh buang air besar di sungai dan diparit, ini merupakan salah satu hal yang mendukung mengapa responden masih memiliki kebiasaan buang air besar di sungaidiparit dengan alasan ke ladang ataupun dekat dengan parit. Apabila tidak ada aturan yang melarang, masyarakat akan selalu buang air besar di tempat tersebut dan akan menjadi kebiasaan buruk. Menurut Notoatmodjo 2003 menyatakan untuk berperilaku sehat, undang-undang atau peraturan- peraturan-peraturan juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Dari hasil penelitian analisis Chi-Square X 2 yang telah dilakukan yaitu ada hubungan antara kebiasaan masyarakat dengan penggunaan jamban keluarga. Baik buruknya kebiasaan masyarakat seseorang mempengaruhi penggunaan jamban keluarga. Penggunaan jamban Universitas Sumatera Utara keluarga sangat dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat, pemanfaatan jamban keluarga Randy Maulana, 2009. Dalam hal ini perlunya di tingkatkan peran kepala desa untuk mengeluarkan sangsi ataupun denda bagi masyarakat yang tidak menggunakan jamban secara rutin agar masyarakat dapat mengubah kebiasaan buruk, agar tidak membuang air besar di sembarangan tempat.

5.3 Faktor Pemungkin

Faktor pemungkin adalah faktor yang terwujud dalam lingkungan fisik atau fasilitas kesehatan didalam penelitian ini yang menjadi faktor pemungkin antara laian : kecukupan air bersih dan sanitasi dasar.

5.3.1 Kecukupan Air Bersih

Aktivitas di dalam rumah tangga tidak lepas dari kebutuhan air bersih untuk MCK. Berdasarkan sumber air bersih responden pada umumnya menggunakan sumur bor dan sumur gali. Untuk keperluan air bersih harus memenuhi beberapa persyaratan diantaranya syarat Kuantitas, Kualitas,dan Kontinuitas. Menurut Permenkes 416MenkesPer1990, untuk keperluan air bersih harus memenuhi beberapa persyaratan. Diantaranya adalah syarat kuantitas, dimana tersedia air bersih minimal 60 literoranghari. Hasil penelitian yang dilaksanakan pada Ibu Rumah Tangga yang memiliki jamban di Desa Pegagan Julu III tentang kecukupan air bersih, dari 115 responden secara umum yaitu 88 orang responden memenuhi persyaratan kuantitas dan 27 orang responden tidak Universitas Sumatera Utara memenuhi persyaratan kuantitas hal ini disebabkan kemungkinan responden tersebut menggunakan tenaga listrik mesin pompa air untuk dapat memperoleh air bersih, dan tidak memiliki tempat penampung bak yang cukup besar sehingga apabila mati lampu mereka tidak bisa memperoleh air bersih untuk aktivitas BAB sehingga responden pergi ke parit sungai untuk BAB. Syarat kualitas air secara fisik adalah tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Hasil penelitian yang dilaksanakan di Desa Pegagan Julu III tentang kualitas Fisik Air air bersih ternyata dari 115 responden yang tidak memenuhi syarat kualitas fisik air sebanyak 39 orang responden. Dan pada umumnya air yang berwarna berasal dari sumber air yang dari sungai. Selain berdasarkan kuantitas dan kualitas, air bersih juga harus memenuhi persyaratan kontinuitas. Berdasarkan kontinuitas, air bersih yang ada pada Desa Pegagan Julu III dari 115 responden ada 83 orang responden yang memenuhi syarat kontinuitas dan ada 32 orang responden yang tidak memenuhi syarat kontinuitas hal ini disebabkan juga karena banyak responden yang menggunakan tenaga listrik untuk bisa memperoleh air dan jarak rumah responden yang jauh dari sumber air bersih dari sungai membuat terkadang air tidak sampai ke rumah responden Kecukupan air bersih di Desa Pegagan Julu III pada umumnya masyarakat memiliki air yang cukup untuk aktivitas BAB dikarenakan Universitas Sumatera Utara banyak masyarakat yang menggunakan sumur gali untuk kebutuhan air bersihnya dan memiliki timba, sehingga apabila mati lampu untuk memperoleh air bersih tetap tidak terganggu. Dari hasil penelitian analisis Chi-Square X 2 yang telah dilakukan yaitu tidak ada hubungan antara kecukupan air bersih dengan penggunaan jamban keluarga dan dapat dikatakan bahwa cukup atau tidak cukup air untuk BAB seseorang tidak mempengaruhi penggunaan jamban keluarga di Desa Pegagan Julu III Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi.

5.3.2 Sanitasi Jamban

Penilaian sanitasi jamban dikategorikan memenuhi syarat apabila seluruh penilaian observasi dimiliki oleh jamban responden, dan tidak memenuhi syarat apabila salah satu syarat penilaian tidak terpenuhi. Oleh sebab itu dapat disimpulkan dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar Sanitasi Jamban Keluarga responden tentang penggunaan jamban dari 115 responden memiliki Sanitasi Jamban Keluarga yang tidak memenuhi syarat sebanyak 95 orang 82,6 dan memenuhi syarat sebanyak 20 orang 17,4 Menurut pengamatan peneliti responden yang tidak memenuhi syarat sanitasi jamban dikarena masih banyak responden yang tidak memiliki septik tank dan ventilasi. Responden yang berada dekat dengan parit pada umumnya menggunakan parit sebagai pembuangan Universitas Sumatera Utara akhir jamban mereka, dan begitu pula responden yang dekat dengan jurang lebih memilih menggunakan jamban cubluk dan pembuangan akhir mereka langsung ke jurang. Begitu pula ventilasi untuk jamban banyak responden yang tidak memiliki ventilasi, dan mengagap tidak begitu penting untuk dibuat. Dari hasil penelitian analisis Chi-Square X 2 yang telah dilakukan yaitu ada hubungan signifikan antara sanitasi dengan penggunaan jamban keluarga. Sanitasi yang memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat mempengaruhi penggunaan jamban keluarga. Dalam hal ini perlunya di tingkatkan peran kepala desa untuk berperan dalam mengeluarkan sangsi ataupun denda bagi masyarakat yang tidak memiliki septik tank, karena masyarakat hanya memiliki jamban namun banyak masyarakat yang tidak memiliki septik tank, hal ini tentu dipengaruhi pula dari pengetahuan masyarakat tentang perlunya kepemilikan septik tank untuk setiap rumah tangga.

5.4 Faktor Penguat

Faktor penguat adalah Faktor-faktor yang memperkuat terjadinya perilaku, dalam hal ini faktor yang mendorong tidak menggunakan jamban keluarga. Adapun yang menjadi penguat dalam penelitian ini adalah: peran penyuluh kesehatan. Universitas Sumatera Utara

5.4.1 Peran Penyuluh Kesehatan

Hasil penelitian diketahui secara umum responden mengatakan bahwa petugas kesehatan pernah melakukan menyuluhan tentang jamban sehat. Tetapi masih ada responden yang mengatakan tidak tahu ataupun tidak pernah dilakukan penyuluhan jamban di Desa Pegagan Julu III, hal ini disebabkan sikap responden yang tidak ingin tahu tentang kesehatan atau pun memiliki hubungan tidak baik dengan kader setempat sehingga tidak mau menghadiri penyuluhan kesehatan. Berdasarkan wawancara peneliti terhadap petugas kesehatan puskesmas sumbul, para petugas penyuluh kesehatan pernah melakukan penyuluhan tentang kepemilikan jamban dimana mereka menjelaskan secara jelas manfaat, jenis jamban, dan bahaya-bahaya yang ditimbulkan jika tidak memiliki dan menggunakan jamban untuk BAB. Penyuluh kesehatan sering melakukan penyuluhan namun untuk penyuluhan kepemilikan dan penggunaan jamban baru 1 satu kali dilakukan dalam tahun 2015, namun penyuluhan masih akan dilakukan kedepannya. Pelaksanaan penyuluhan dilakukan di kantor kepala desa dan yang memberi materi petugas kesehatan dari puskesmas namun dari dinas kesehatan juga ikut berpartisipasi. Berdasarkan pengamatan peneliti, petugas kesehatan sudah cukup berperan dalam memberi informasi mengenai jamban sehat hanya saja diperlukan juga pemantauan dalam penggunaan jamban. Universitas Sumatera Utara Oleh sebab itu faktor peran penyuluh bukan salah satu yang membuat masyarakat tidak menggunakan jamban. Dari hasil penelitian analisis Chi-Square X 2 yang telah dilakukan yaitu tidak ada hubungan antara peran penyuluh kesehatan dengan penggunaan jamban keluarga dan dapat dikatakan bahwa berperan atau tidak berperan peran penyuluh kesehatan air untuk BAB seseorang tidak mempengaruhi penggunaan jamban keluarga di Desa Pegagan Julu III Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi. Peran penyuluh kesehatan di Desa Pegagan Julu III sudah cukup baik karena pihak puskesmas dan bidan desa bekerja sama untuk melakukan penyuluhan di desa-desa kecamatan sumbul. Oleh sebab itu, yang perlu ditingkatkan adalah peran masyarakat untuk memahami dan bertanggung jawab dalam memelihara jamban sehat. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Karakteristik Ibu Rumah Tangga mayoritas berumur 30 tahun yaitu sebanyak 78 orang 67,8, suku mayoritas responden suku batak sebanyak 91 orang 79,1, agama mayoritas responden beragama Kristen katolik yaitu 58 orang 50,4, mulai memiliki jamban mayoritas responden memiliki jamban mulai tahun 2010 yaitu 72 orang 62,6, jumlah anggota keluarga mayoritas responden ≤ 5 orang yaitu sebanyak 100 orang 87,0, Tingkat Pendidikan mayoritas responden berpendidikan SMP yaitu sebanyak 52 orang 45,2 dan berdasarkan Pekerjaan responden mayoritas petani yaitu 104 orang 90,4. 2. Ada hubungan signifikan antara pengetahuan dengan penggunaan jamban keluarga dengan nilai p=0,001 dari α 0,05 3. Tidak ada hubungan signifikan antara sikap dengan penggunaan jamban keluarga dengan nilai p=1,000 dari α 0,05 4. Ada hubungan signifikan antara kebiasaan dengan penggunaan jamban keluarga dengan nilai p=0,0001 dari α 0,05 5. Tidak ada hubungan signifikan antara Kecukupan Air Bersih dengan penggunaan jamban keluarga dengan nilai p value p=0,521 dari α 0,05 Universitas Sumatera Utara 6. Ada hubungan signifikan antara Sanitasi Jamban dengan penggunaan jamban keluarga dengan nilai p=0,000 dari α 0,05 7. Tidak ada hubungan signifikan antara Peran Penyuluh Kesehatan dengan penggunaan jamban keluarga dengan nilai p=0,192 dari α 0,05.

6.2 Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan antara lain kepada : 1. Dinas Kesehatan diharapkan dapat lebih meningkatkan penyuluhan tentang jamban keluarga dan terus melakukan pembinaan dan pemantauan terhadap penggunaan jamban keluarga di Desa Pegagan Julu III guna meningkatkan pengetahuan responden tentang penggunaan jamban dan sebaiknya pemerintah membangun jamban umum di dekat ladang masyarakat. 2. Bagi kepala desa disarankan untuk membuat peraturan ataupun larangan untuk masyarakat yang BAB di sungaiparit, agar masyarakat tidak memiliki kebiasaan BAB disungaidiparit 3. Masyarakat diharapkan dapat lebih memperhatikan sanitasi jamban keluarga terutama dalam memiliki septik tank dan ventilasi jamban. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak bisa diamati oleh pihak luar. Pada dasarnya perilaku adalah keseluruhan pemahaman dan aktivitas seseorang yang bersama antara faktor eksternal dan internal Edberg, 2009. Perilaku manusia terbentuk karena kebutuhan biologis, sosial, dan rohani. Adanya dorongan atau motivasi, faktor perangsang, pengaruh sikap dan kepercayaan. Suatu perilaku tertentu dikondisikan melalui aplikasipenguatan positif dan negatif yang dikaitkan dengan perilaku. Penguatan dapat diberikan dalam interval berbeda atau terjadwal untuk memberi efek berbeda dalam memelihara perilaku, dan perilaku dapat dipelajari melalui pembentukan dengan menguatkan perkiraan perilaku yang semakin dekat dengan perilaku sebenarnya. Pada perilaku yang beragam itu, ada perilaku yang tidak menunjang kesehatan yaitu faktor penyebab masalah kesehatan Edberg, 2009. Perilaku hidup sehat yang mencakup factor internal dan eksternal akan mempengaruhi standar hidup. Ada empat faktor yang mempengaruhi hidup sehat yaitu motivasi, kemampuan, persepsi dan kepribadian. Motivasi adalah suatu kekuatan yang mendorong orang berperilaku tertentu, kemampuan menunjukkan kapasitas seseorang, persepsi adalah bagaimana seseorang menafsirkan informasi secara seksama, sehingga perilakunya sesuai dengan yang diinginkan, sedangkan Universitas Sumatera Utara kepribadian adalah karakteristik seseorang yang meliputi pengetahuan, sikap, keterampilan dan kemauan Chiras, 1990. Contoh perilaku hidup bersih dan sehat ialah setiap buang air besar selalu menyiram dan membersihkan jamban serta mencuci tangan atau kaki dengan sabun sehabis menggunakan jamban. Perilaku masyarakat bisa berubah pada pola tertentu.Menurut Mubarak 2012, Cara- cara berperilaku hidup bersih dan sehat terkait buang air besar BAB adalah : 1. Jangan Buang Air Besar BAB di sembarang tempat, karena kotoran atau tinja manusia yang dibuang sembarangan dapat mencemari lingkungan . biasakan buang air besar di jamban 2. JambanWC tidak boleh kotor, harus sering dibersihkan sehingga tidak menjadi sarang serangga penyebar penyakit seperti nyamuk, lalat, dan kecoa. 3. Selesai buang air besar harus disiram sampai jamban benar-benar bersih, lubang ditutup kembali agar tidak berbau dan tidak dimasuki kecoa 4. Setelah buang air besar, biasakan cuci tangan pakai sabun sampai bersih. Menurut Maulana 2009, perubahan sikap dan perilaku individu ada 3 cara yaitu : 1. Keterpaksaan kepatuhancompliance Cara ini individu merubah perilakunya karena berharap imbalan, atau pengakuan dari kelompoknya dan terhindar dari hukuman serta tetap Universitas Sumatera Utara terpelihara hubungan baik dengan yang menganjurkan perubahan perilaku itu. 2. Keinginan untuk meniru identification Cara ini individu merubah perilaku karena ingin disamakan dengan orang lain 3. Menghayati manfaatnya internalization Cara ini perubahan cukup mendasar, artinya menjadi bagian dari hidupnya, karena itu perubahan melalui cara ini umumnya lestari.

2.2 Pengertian Jamban

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa cemplung yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya Proverawati, 2012. Menurut Chandra 2006, Jamban sangat berguna bagi manusia dan merupakan bagian dari kehidupan manusia karena jamban dapat mencegah berkembangbiaknya berbagai penyakit yang disebabkan oleh kotoran manusia yang tidak dikelola dengan baik. Sebaliknya jika pembuangan tinja tidak baik sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah atau menjadi sumber infeksi dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan karena penyakit yang tergolong waterborn disease seperti diare, kolera dan kulit akan mudah berjangkit. Universitas Sumatera Utara Pembuangan tinja merupakan salah satu upaya kesehatan lingkungan yang harus memenuhi sanitasi dasar bagi setiap keluarga. Ekskreta manusia merupakan salah satu penyebab terjadinya pencemaran lingkungan. Berbagai cara telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut agar tidak menjadi ancaman bagi kesehatan lingkungan Chandra, 2006.

2.3 Fungsi dan Manfaat Jamban Keluarga

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan menggunakan sistem saluran air water carriage system dan pengolahan limbah sewage treatment yang merupakan perwujudan persyaratan sanitasi yang harus dipenuhi dalam pembuangan tinja. Persyaratan sanitasi tersebut, antara lain : 1. Tinja tidak mengotori permukaan tanah. 2. Tinja tidak mencemari air tanah 3. Tinja tidak mengotori air permukaan 4. Kotoran tidak boleh terbuka agar tidak dapat dicapai lalat atau binatang 5. Tinja tidak menyebarkan bau busuk dan mengganggu estetika 6. Penerapan teknologi tepat guna : a. Penggunaan mudah b. Konstruksi murah c. Pemeliharaan mudah Chandra, 2006. Universitas Sumatera Utara

2.4 Jenis-jenis Jamban

Menurut Mubarak 2009, Beberapa macam tempat pembuangan kotoran Jamban dan cara pembuatannya adalah :

1. Jamban Cemplung