xlvi
BAB 5 PEMBAHASAN
Radiografi kedokteran gigi didefinisikan sebagai alat yang digunakan dalam menegakkan diagnosa dan pengobatan penyakit mulut seperti karies dan penyakit
periodontal. Radiografi merupakan langkah awal pendeteksi keparahan penyakit. Dalam tindakan perawatan gigi sangat baik jika dilakukan radiografi sebagai
penunjang dari pemeriksaan klinis sehingga tahapan atau langkah dalam pengobatan bisa sebaik mungkin.
Pengetahuan mahasiswa tentang radiografi kedokteran gigi didapatkan hasil sebesar 100 mahasiswa mengetahui dan memberikan penjelasan mengenai
radiografi kedokteran gigi. Mahasiswa kepaniteraan klinik maupun dokter gigi harus mengetahui tentang radiografi kedokteran gigi yang didapat sewaktu perkuliahan dan
juga bisa didapat melalui telaah keperpustakaan. Dapat dibandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Emilia Mestika di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara yaitu total 80 mahasiswa diperoleh sebesar 78,8 mengetahui tentang radiografi kedokteran gigi. Jadi, bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa
kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Malaysia lebih baik dibandingkan mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara. Kemungkinan hal ini disebabkan tingkat keseriusan mahasiswa kepaniteraan klinik Malaysia lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa
kepaniteraan klinik FKG USU. Pengetahuan mahasiswa tentang sering menggunakan radiografi kedokteran gigi
sewaktu melakukan perawatan gigi didapatkan hasil sebesar 96,32 mahasiswa sering menggunakan radiografi kedokteran gigi dalam menegakkan diagnosis.
Radiografi kedokteran gigi yang sering digunakan oleh mahasiswa yaitu foto bitewing, periapikal dan panoramik. Sebesar 3,68 mahasiswa menyatakan tidak
sering menggunakan radiografi kedokteran gigi sewaktu melakukan perawatan gigi dengan alasan bahwa radiografi hanya dilakukan untuk sebagian kasus saja, jika
Universitas Sumatera Utara
xlvii kasus pada gigi merupakan indikasi dan sejauh mana kasus tersebut memerlukan
dilakukan radiografi. Pengetahuan mahasiswa tentang prosedur radiografi kedokteran gigi didapatkan
hasil sebesar 98,77 mengetahui dan memberi penjelasan mengenai prosedur radiografi kedokteran gigi. Mahasiswa mengetahui tentang prosedur radiografi
kedokteran gigi melalui perkuliahan dan di aplikasikan pada saat melakukan praktikal di klinik. Sebesar 1,23 mahasiswa tidak mengetahui tentang prosedur radiografi
kedokteran gigi, kemungkinan tidak ingat dan tidak tahu. Pengetahuan mahasiswa tentang kegunaan radiografi kedokteran gigi yang sering
mereka lakukan didapatkan hasil sebesar 97,55 mahasiswa mengetahuinya dengan alasan bahwa kegunaan radiografi kedokteran gigi dalam melakukan perawatan gigi
adalah untuk menegakkan diagnosis dan melihat kondisi gigi. Radiografi sangat penting bagi dokter gigi dimana radiografi kedokteran gigi berguna untuk
menegakkan diagnosis, perencanaan perawatan dan evaluasi terhadap perawatan yang dilakukan. Sebesar 2,45 mahasiswa tidak mengetahui kegunaan radiografi
kedokteran gigi, kemungkinan waktu yang diberikan untuk menjawab kuesioner terlalu sedikit dan juga kemungkinan disebabkan karena mahasiswa kepaniteraan
klinik akan mengerjakan hal lain sehingga mereka tidak memberi alasan dari jawaban yang diberikan.
Pengetahuan mahasiswa tentang perlu dilakukan radiografi sebelum melakukan perawatan gigi didapatkan hasil sebesar 71,17 mahasiswa menyatakan perlu
dilakukan radiografi sebelum melakukan perawatan gigi. Mahasiswa menyebutkan bahwa dengan adanya radiografi maka akan lebih menegakkan diagnosa suatu
penyakit. Sebesar 28,83 mahasiswa menyatakan tidak perlu dilakukan radiografi sebelum melakukan perawatan gigi. Mahasiswa menyatakan bahwa dilakukan
radiografi hanya tergantung keadaan kasus pada gigi dan situasi, jika diperlukan saja, berdasarkan kasus yang sesuai untuk dilakukan radiografi, perlu mengetahui keadaan
pasien terlebih dahulu sebelum melakukan radiografi, disesuaikan dengan jenis perawatan dan penyinaran pada radiografi berbahaya.
Universitas Sumatera Utara
xlviii Pengetahuan mahasiswa tentang radiografi kedokteran gigi dilakukan
berdasarkan hasil pemeriksaan klinis untuk menunjang dalam menegakkan diagnosa didapatkan hasil sebesar 88,34 mahasiswa menyatakan bahwa radiografi
kedokteran gigi dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan klinis untuk menunjang dalam menegakkan diagnosis. Sebesar 11,66 mahasiswa tidak mengetahui bahwa
radiografi kedokteran gigi dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan klinis untuk menunjang dalam menegakkan diagnosis kemungkinan mahasiswa tidak mengikuti
perkuliahan dan kemungkinan mahasiswa terburu-buru karena waktu yang diberikan untuk menjawab kuesioner terlalu singkat.
Pengetahuan mahasiswa tentang perlu adanya izin dari dokter jaga untuk melakukan radiografi di kedokteran gigi didapatkan hasil sebesar 92,02 mahasiswa
melakukan izin dari dokter jaga terlebih dahulu untuk melakukan radiografi di klinik. Mahasiswa menyatakan bahwa izin dari dokter jaga sangat penting, karena tanpa ada
izin dokter jaga mereka tidak dapat melakukan radiografi dan dalam melakukan radiografi mereka juga didampingi oleh dokter jaga. Sebesar 7,98 mahasiswa
menyatakan bahwa tidak perlu ada izin dari dokter jaga untuk melakukan radiografi kedokteran gigi, kemungkinan mahasiswa tidak peduli tentang izin dari dokter jaga.
Pengetahuan mahasiswa tentang pernah melakukan radiografi tanpa adanya izin dari dokter jaga didapatkan hasil sebesar 87,12 mahasiswa menyebutkan bahwa
tidak pernah melakukan melakukan radiografi tanpa adanya izin dari dokter jaga. Sebesar 12,88 mahasiswa pernah melakukan radiografi tanpa ada izin dari dokter
jaga kemungkinan mahasiswa tidak mengikuti prosedur radiografi dan kemungkinan mahasiswa terdesak dalam melakukannya agar bisa mengikuti tahap selanjutnya serta
kemungkinan mahasiswa tidak mengetahui tentang harus adanya izin dari dokter jaga sebelum melakukan tindakan radiografi.
Pengetahuan mahasiswa mengenai melakukan radiografi kedokteran gigi secara berulang pada satu pasien didapatkan hasil sebesar 77,91 mahasiswa melakukan
radiografi kedokteran gigi secara berulang dengan alasan radiografi yang dihasilkan tidak jelas dan kesalahan foto. Sebesar 22,09 mahasiswa menyatakan bahwa tidak
pernah melakukan radiografi berulang pada pasien dengan alasan meminimalkan
Universitas Sumatera Utara
xlix penyinaran pada pasien, melihat kondisi pasien dan melihat kasus pada perawatan
yang akan dilakukan. Pengetahuan mahasiswa tentang kendala yang dialami dalam mendapatkan izin
dokter jaga untuk melakukan radiografi didapatkan hasil sebesar 80,37 mahasiswa menyatakan tidak ada kendala yang dialami dalam mendapatkan izin dokter jaga
untuk melakukan radiografi dengan alasan dokter jaga mengizinkan melakukan radiografi karena sesuai indikasi, kemungkinan juga karena setiap akan melakukan
radiografi mahasiswa harus didampingi dokter jaga. Sebesar 19,63 mahasiswa menyatakan bahwa ada kendala yang dialami dalam mendapatkan izin dokter jaga
untuk melakukan radiografi, kemungkinan mahasiswa melakukan kesalahan dalam melakukan pemeriksaan klinis sehingga sulit untuk mendapatkan izin dari dokter
jaga. Pengetahuan mahasiswa tentang boleh melakukan radiografi berulang pada
seorang pasien didapatkan hasil sebesar 74,23 mahasiswa menjawab boleh melakukan radiografi kedokteran gigi secara berulang dengan alasan radiografi yang
dihasilkan tidak jelas dan kesalahan foto. Sebesar 25,77 mahasiswa menyatakan bahwa tidak boleh melakukan radiografi berulang pada pasien dengan alasan
meminimalkan penyinaran pada pasien, melihat kondisi pasien dan melihat kasus pada perawatan yang akan dilakukan. Pada pasien dapat dilakukan radiografi secara
berulang apabila melakukan perawatan gigi yang membutuhkan beberapa kali radiografi atau beberapa jenis teknik radiografi seperti di klinik konservasi, ortodonti
dan klinik bedah mulut. Pengetahuan mahasiswa terhadap bahaya radiografi kedokteran gigi didapatkan
hasil sebesar 100 mahasiswa mengetahuinya. Berbagai contoh diberikan oleh mahasiswa kepaniteraan klinik yaitu dapat menimbulkan kanker, mandul dan
kematian sel. Kemungkinan mahasiswa berfikir mengenai bahaya radiografi kedokteran gigi sama dengan radiasi sinar-X secara umum. Radiografi kedokteran
gigi mengeluarkan dosis radiasi sangat kecil sehingga tidak dapat disamakan dengan bahaya radiasi sinar-X secara umum. Selama dilakukan sesuai dengan indikasi,
penggunaan radiografi kedokteran gigi tidak berbahaya.
Universitas Sumatera Utara
l Pengetahuan mahasiswa tentang efek negatif yang ditimbulkan oleh radiasi sinar-
X didapatkan hasil sebesar 94,48 mahasiswa mengetahui efek negatif radiasi sinar- X. Mahasiswa menyebutkan bahwa efek negatif yang ditimbulkan oleh radiasi sinar-
X yaitu kematian sel dan kanker. Sebesar 5,52 mahasiswa tidak mengetahui tentang efek negatif yang ditimbulkan oleh radiasi sinar X kemungkinan tidak ingat dan
waktu yang diberikan terlalu singkat. Pengetahuan mahasiswa tentang dosis radiasi yang boleh diterima oleh pasien
dalam setahun didapatkan hasil sebesar 62,58 mahasiswa menyatakan tidak ada batasan dosis radiasi yang boleh diterima pasien dalam setahun. Sebesar 37,42
mahasiswa menyatakan bahwa ada batasan dosis radiasi yang boleh diterima oleh pasien dalam setahun kemungkinan karena mahasiswa tidak mengerti maksud dari
pertanyaan yang diberikan dan berfikir ada batasan dosis untuk pasien. Pada pasien, dosis radiasi tidak dibatasi selama dilakukan berdasarkan indikasi dan memenuhi azas
yang ditetapkan oleh International Commission on Radiological Protection ICRP. Pengetahuan mahasiswa tentang proteksi radiografi kedokteran gigi terhadap
pasien didapatkan hasil sebesar 88,34 mahasiswa mengetahui proteksi terhadap pasien dengan menyebutkan apron sebagai alat pelindung terhadap pasien. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Eric Whaites 2007 yaitu apron digunakan sebagai proteksi radiasi terhadap pasien dan operator.
4
Jenis proteksi radiasi yang dapat digunakan diantaranya adalah apron, thyroid collar, kaca mata dan sarung tangan.
13
Sebanyak 11,66 mahasiswa tidak mengetahui tentang proteksi radiografi kedokteran gigi terhadap pasien kemungkinan mahasiswa tidak mengetahui bahwa
harus dilakukan proteksi radiasi terhadap pasien. Pengetahuan mahasiswa tentang dosis radiasi pada radiografi intra oral
didapatkan hasil sebesar 64,42 mahasiswa mengetahui tentang dosis radiografi intra oral. Sebesar 35,58 mahasiswa tidak mengetahui tentang dosis radiasi pada
radiografi intra oral. Kemungkinan mahasiswa tidak ingat, tidak mengetahui atau tidak perduli berapa dosis radiasi yang dikeluarkan setiap melakukan radiografi intra
oral. Kemungkinan juga mahasiswa hanya memperdulikan kualitas hasil radiografi.
Universitas Sumatera Utara
li Pengetahuan mahasiswa tentang dosis radiasi pada radiografi ekstra oral
didapatkan hasil sebesar 51,53 menyebutkan bahwa tidak mengetahui tentang dosis radiografi ekstra oral. Hanya sebesar 48,47 mahasiswa mengetahui tentang dosis
radiografi ekstra oral. Hal ini dapat disebabkan karena mahasiswa merasa bukan kewajibannya untuk memikirkan besar dosis radiasi yang dikenai pada pasien,
mahasiswa hanya memikirkan kualitas hasil radiografi. Pengetahuan mahasiswa tentang proteksi radiasi harus dilakukan terhadap siapa
saja didapat hasil sebesar 80,37 mahasiswa mengetahui tentang proteksi radiasi harus dilakukan terhadap siapa saja yaitu pekerja radiografi, pasien dan lingkungan.
Sebesar 19,63 mahasiswa tidak mengetahui tentang proteksi radiasi harus dilakukan kepada siapa saja, kemungkinan karena mahasiswa tidak mengetahui adanya proteksi
radiasi dan kemungkinan kurang mengerti maksud proteksi radiasi. Pengetahuan mahasiswa tentang ALARA As Low As Reasonably Achievable
didapatkan hasil sebesar 87,73 mahasiswa mengetahui tentang ALARA melalui perkuliahan. Sesuai dengan pernyataan Eric Whaites 2007 konsep ALARA adalah
meminimalkan radiasi sinar-X yang dapat dikenai terhadap pasien. Sebesar 12,27 mahasiswa tidak mengetahui tentang ALARA kemungkinan disebabkan karena
mahasiswa tidak mengikuti perkuliahan, tidak perduli atau tidak ingat pada saat mengisi kuesioner.
Pengetahuan mahasiswa tentang azas justifikasi pada sinar-X didapatkan hasil hanya sebesar 59,51 mahasiswa yang mengetahui azas justifikasi
melalui perkuliahan. Justifikasi merupakan salah satu dari tiga prinsip dasar proteksi radiasi yang direkomendasikan oleh ICRP No. 60. Prinsip justifikasi,
keputusan memanfaatkan tenaga nuklir harus telah mempertimbangkan manfaat dan risiko radiasi. Pemanfaatan hanya diijinkan kalau benar-benar secara nyata
memberikan manfaat terhadap seseorang atau masyarakat
.
15
Sebesar 40,49 mahasiswa tidak mengetahui tentang azas justifikasi pada sinar-X,
kemungkinan mahasiswa tidak ingat atau tidak perduli. Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik secara individu
dikategorikan menjadi tiga berdasarkan total skor maksimal. Dari hasil penelitian
Universitas Sumatera Utara
lii didapatkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa secara individu dikategorikan baik
sebesar 85,89 atau sebanyak 140 orang, kategori sedang sebesar 14,11 atau sebanyak 23 orang dan kategori kurang sebesar 0. Persentase terbesar tingkat
pengetahuan mahasiswa secara individu didapatkan pada kategori baik.
Universitas Sumatera Utara
liii
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN