xxxv
2.6 Proteksi Radiasi
Pengenalan dari bahaya efek radiasi dan resiko yang mungkin terjadi menyebabkan National Council on International Commission on Radiological
Protection ICRP untuk menetapkan tuntunan mengenai pembatasan jumlah radiasi yang diterima oleh petugas dan masyarakat. Pelaksanaan dosis limit harus
diperhatikan bahwa pelaksanaan dosis limit pada pekerja radiasi yang dapat menyebabkan kanker tidak lebih besar dari pekerja non radiasi. Dosis limit pada
masyarakat ditetapkan 10 dari pekerja radiasi.
11
Pada tahun 1950 ICRF memutuskan:
12
1. Menurunkan dosis tenggang menjadi 0,05 R 50 mR per hari atau 0,3 R 300 mR per minggu atau 15 R tahun.
2. Menetapkan kulit sebagai organ kritis dengan dosis tenggangnya sebesar 0,6 R 600 mR per minggu.
Adapun nilai batas dosis untuk seluruh tubuh yang bergantung pada pekerja radiasinya dengan pengecualian wanita hamil dan wanita masa usia subur adalah:
13
1. NBD untuk pekerja radiasi yang memperoleh penyinaran seluruh tubuh ditetapkan 50 mSv 5000 mrem per tahun.
2. Batas tertinggi penerimaan pada abdomen pada pekerja radiasi wanita dalam masa subur ditetapkan tidak lebih dari 13 mSv 1300 mrem dalam jangka waktu
13 minggu dan tidak melebihi NBD pekerja radiasi. 3. Pekerja wanita yang mengandung harus dilakukan pengaturan agar saat bekerja
dosis yang diterima janin terhitung sejak dinyatakan mengandung hingga saat kelahiran diusahakan serendah
–rendahnya dan sama sekali tidak boleh melebihi 10 mSv 1000 mrem.
Prinsip dari proteksi radiasi harus dikenali oleh setiap orang bahwa sekecil apapun dosis radiasi efek stokastik tetap dapat timbul. Nilai batas dosis yang
ditetapkan oleh BAPETEN, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Bapeten No. 01Ka- BAPETENV-99 yaitu mengenai penerimaan dosis yang tidak boleh dilampaui oleh
seorang pekerja radiasi dan anggota masyarakat selama jangka waktu satu tahun,
Universitas Sumatera Utara
xxxvi tidak bergantung pada laju dosis tetapi tidak termasuk penerimaan dosis dari
penyinaran medis dan penyinaran alam. Nilai batas dosis bukan batas tertinggi yang apabila dilampaui seseorang akan mengalami akibat merugikan yang nyata.
Meskipun demikian setiap penyinaran yang tidak perlu harus dihindari dan penerimaan dosis harus diusahakan serendah-rendahnya.
14
Nilai batas dosis tersebut ditetapkan sebagai berikut : 1.
Nilai batas dosis bagi pekerja radiasi untuk seluruh tubuh 10 mSv per tahun 2.
Nilai batas dosis untuk anggota masyarakat umum untuk seluruh tubuh 0,5 mSv per tahun.
Batas dosis radiasi menurut IRR pada tahun 1999 adalah batasan dosis radiasi yang dibedakan atas pekerja radiasi, bukan pekerja radiasi dan masyarakat umum
Tabel 4.
Tabel 4. Batasan Dosis Yang Berdasarkan Ionizing Radiations Regulation IRR 1999.
5
Batas dosis lama Batas dosis baru
IRR 1999
Pekerja Radiasi 50 mSv
20 mSv Bukan Pekerja Radiasi
15 mSv 6 mSv
Masyarakat Umum 5 mSv
1 mSv
Menurut peraturan pemerintah no. 63 tahun 2000 setiap instalasi yang menggunakan radiasi pengion wajib menerapkan Manajemen Keselamatan Radiasi,
yang meliputi Depkes RI, 2006 :
1 Organisasi Proteksi Radiasi
Pengusahainstalasi yang menggunakan sumber radiasi pengion wajib membentuk organisasi proteksi radiasi agar dalam pemanfaatan tenaga nuklir semua
persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilaksanakan sesuai ketentuan.
Universitas Sumatera Utara
xxxvii 2
Pemantauan Dosis Radiasi dan Radioaktivitas Untuk mengetahui besar dosis yang diterima oleh pekerja radiasi maka dilakukan
pemantauan dosis. Setiap pekerja radiasi wajib menggunakan dosimeter perorangan baik yang dapat dibaca langsung maupun yang tidak dapat dibaca langsung sesuai
dengan jenis sumber radiasi yang digunakan. 3
Peralatan Proteksi Radiasi Pengusahainstalasi yang menggunakan sumber radiasi pengion harus
menyediakan dan mengusahakan peralatan proteksi radiasi, pemantauan dosis perorangan, pemantauan daerah kerja dan pemantauan lingkungan yang dapat
berfungsi dengan baik sesuai dengan jenis sumber radiasi yang digunakan. 4
Pemeriksaan Kesehatan Setiap orang yang akan bekerja sebagai pekerja radiasi harus sehat dan minimal
berusia 18 tahun. Pengusaha instalasi harus menyelenggarakan pemeriksaan yang meliputi; pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan berkala selama masa
kerja dan pemeriksaan kesehatan pada waktu pemutusan hubungan kerja. Apabila dipandang perlu dapat dilakukan pemeriksaan khusus.
5 Penyimpanan Dokumentasi
Dokumentasi yang memuat catatan dosis, hasil pemantauan daerah kerja, hasil pemantauan lingkungan dan kartu kesehatan pekerja harus disimpan paling tidak
selama tiga puluh tahun terhitung sejak pekerja radiasi bekerja. 6
Jaminan Kualitas Program jaminan kualitas harus dilakukan sejak dari perencanaan, pembangunan,
pengoperasian dan perawatan. 7
Pendidikan dan Pelatihan. Setiap pekerja radiasi harus memperoleh pendidikan dan pelatihan tentang
keselamatan dan kesehatan kerja terhadap radiasi.
Universitas Sumatera Utara
xviii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Peran radiografi dalam ilmu kedokteran gigi semakin meningkat sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan. Pada saat ini radiografi kedokteran gigi
merupakan teknik yang sering digunakan dokter gigi terutama untuk melihat adanya kelainan tidak tampak atau kurang jelas pada pemeriksaan klinis akan dapat diketahui
secara jelas sehingga akan sangat membantu seorang dokter gigi dalam hal menegakkan diagnosis, menentukan rencana perawatan dan menilai keberhasilan
perawatan yang telah dilakukan terhadap pasien.
1
Pada tindakan perawatan gigi tertentu, dokter gigi maupun mahasiswa kepaniteraan klinik sering melakukan rujukan ke bagian radiologi kedokteran gigi
sebagai dasar untuk menegakkan diagnosis. Hasil radiografi diharapkan dapat membantu mahasiswa kepaniteraan klinik untuk mempelajari terlebih dahulu
penyakit yang ada sebelum melakukan tindakan perawatan. Mahasiswa kepaniteraan klinik sering melakukan rujukan ke bagian radiologi kedokteran gigi tanpa izin dari
dokter jaga, melakukan radiografi berulang-ulang tanpa memikirkan bahaya yang dapat diterima oleh pasien di kemudian hari.
1
Hasil penelitian Emilia Mestika 2012, pada 80 mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara didapatkan sebesar 63,8
mahasiswa kepaniteraan klinik melakukan radiografi kedokteran gigi tanpa melakukan pemeriksaan klinis, 13,3 tidak mengetahui bahaya radiasi, 33,3 tidak
merasa perlu izin dari dokter jaga dan 13,8 pernah melakukan radiografi kedokteran gigi tanpa izin dokter jaga. Penelitian Anne Agustina 2007, pada mahasiswa
kepaniteraan klinik di Fakultas Kedokteran Gigi UNPAD didapatkan hasil sebesar 99,0 mengetahui prosedur penggunaan radiografi kedokteran gigi.
Universitas Sumatera Utara