Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Nyeri 1. Pengkajian

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri, akan tetapi pengalaman yang telah dirasakan individu tersebut tidak berarti bahwa individu tersebut akan mudah dalam menghadapi nyeri pada masa yang mendatang. Seseorang yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih siap dan mudah mengantisipasi nyeri daripada individu yang mempunyai pengalaman sedikit tentang nyeri. 10. Dukungan Keluarga dan Sosial Individu yang mengalami nyeri seringkali membutuhkan dukungan, bantuan, perlindungan dari anggota keluarga lain, atau teman terdekat. Walaupun nyeri masih dirasakan oleh klien, kehadiran orang terdekat akan meminimalkan kesepian dan ketakutan.

6. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Nyeri 1. Pengkajian

Pengkajian nyeri yang faktual terkini, lengkap dan akurat akan memudahkan perawat di dalam menetapkan data dasar, dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang diberikan. Tindakan perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri akut adalah: a. Mengkaji perasaan klien respon psikologis yang muncul. b. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri. c. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri. Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien dalam keadaan waspada perhatian penuh pada nyeri, sebaiknya perawat berusaha untuk mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji kuantitas persepsi klien terhadap nyeri. Universitas Sumatera Utara Untuk pasien yang mengalami nyeri kronis maka pengkajian yang lebih baik adalah dengan memfokuskan pengkajian pada dimensi perilaku, afektif, kognitif. Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang perawat di dalam memulai mengkaji respon nyeri yang dialami oleh klien. Mengidentifikasi komponen-komponen tersebut, diantanya: a. Penentuan ada tidaknya nyeri b. Karakteristik nyeri c. Respon fisiologis d. Respon perilaku e. Respon afektif f. Pengaruh nyeri terhadap kehidupan klien g. Persepsi klien tentang nyeri h. Mekanisme adaptasi klien terhadap nyeri Untuk mengukur skala intensitas nyeri pada anak-anak dikembangkan alat yang dinamakan “Oucher”. Alat ini terdiri dari dua skala yang terpisah, sebuah skala dengan nilai 0-100 pada sisi sebelah kiri untk anak-anak yang berusia lebih besar dan skala fotografik enam gambar pada sisi sebelah kanan yang digunakan pada anak-anak yang lebih kecil. Seorang anak diminta untuk menunjukkan ke sejumlah pilihan gambar untuk mendeskripsikannya. Wong dan Baker 1988 juga mengembangkan skala wajah untuk mendeskrispsikan nyeri pada anak-anak. Skala tersebut terdiri dari 6 wajah profil kartun yang menggambarkan wajah tersenyum bebas dari nyeri kemudian bertahap menjadi wajah kurang bahagia, wajah yang sangat sedih dan wajah yang sangat ketakutan nyeri yang sangat. Anak-anak berusia tiga tahun dapat menggunakan skala tersebut. Perlu diperhatikan dalam menggunakan skala nyeri, bahwa perawat tidak menggunakan skala nyeri tersebut untuk membandingkan satu klien dengan klien lainnya, walaupun skala tersebut bersifat objektif, akan tetapi tingkat keparahan nyeri terlalu subjektif untuk digunakan dalam perbandingan nyeri antar individu. Sebagai contoh klien A dengan post operasi appendiktomi hari pertama saat dikaji Universitas Sumatera Utara dengan skala numerik 0-10 mengatakan bahwa nyeri yang ia rasakan pada angka 7. Klien B dengan fraktur femuralis saat dikaji dengan skala numerik 0-10 juga melaporkan bahwa nyeri yang ia rasakan pada angka7. Walaupun klien A dan B melaporkan tingkat keparahan nyeri pada angka yang sama, akan tetapi kualitas, persepsi dan respon masing-masing klien dapat berbeda. Hal ini dapat diakibatkan oleh perbedaan ambang nyeri dan tingkat toleransi terhadap nyeri pada masing- masing individu. Skala nyeri wajah yang dikembangkan Wong Baker Skala nyeri oucher Universitas Sumatera Utara

2. Analisa Data No