2. Sistem yang berfungsi sebagai inhibitor penghambat yang terdapat
pada batang otak. Sebagaimana dibahas di depan, serabut A-delta berdiameter kecil
membawa impuls nyeri cepat sedangkan serabut C membawa impuls nyeri lambat. Sebagai tambahan bahwa serabut A-beta yang
berdiameter lebar membawa impuls yang dihasilkan oleh stimulus taktil perabaansentuhan. Di dalam substansia gelatinosa impuls ini
akan bertemu dengan suatu gerbang yang membuka dan menutup berdasarkan prinsip siapa yang lebih mendominasi, serabut taktil A-
Beta ataukah serabut nyeri yang berdiameter kecil. Apabila impuls yang dibawa serabut nyeri yang berdiameter kecil
melebihi impuls yang dibawa oleh serabut taktil A-beta maka gerbang akan terbuka sehingga perjalanan impuls nyeri tidak terhalangi sehingga
impuls akan sampai otak. Sebaliknya, apabila impuls yang dibawa oleh serabut taktil lebih mendominasi, gerbang akan menutup sehingga impuls
nyeri akan terhalangi. Alasan inilah yang mendasari mengapa dengan melakukan mesase dapat mengurangi durasi dan intensitas nyeri.
Sistem ke dua yang di gambarkan sebagai pintu gerbang terletak di batang otak. Hal ini diyakini bahwa sel-sel di otak tengah dapat diaktifkan
oleh beberapa faktor seperti: opiat, faktor psikologis, bahkan dengan kehadiran nyeri itu sendiri dapat memberikan sinyal reseptor di medulla.
Reseptor ini dapat mengatur serabut saraf di spinal cord untuk mencegah perjalanan transmisi nyeri.
4. Nyeri Akut dan Kronik
Setiap individu mengalami nyeri dengan tingkat tertentu setiap hari. Contoh yang umum terjadi antara lain: nyeri akibat otot yang melakukan aktivitas
fisik secara berlebihan, rasa tidak nyaman, yakni rasa terbakar akibat ketegangangan mata, dan tekanan akibat duduk di salah satu posisi dalam waktu
yang terlalu lama. Bentuk ketidaknyamanan yang ringan ini jarang menyebabkan seseorang mencari perawatan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Nyeri yang paling sering diobservasi perawat pada klien meliputi tiga tipe, yakni: nyeri akut, maligna kronik, dan non maligna kronik. Nyeri akut terjadi
setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang yang cepat, dengan intensitas yang bervariasi ringan sampai berat dan
berlangsung untuk waktu singkat. Fungsi nyeri akut ialah memberi peringatan akan cedera atau penyakit yang akan datang. Nyeri akut akhirnya menghilang
dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang rusak. Klien yang mengalami nyeri akut merasa takut dan kuatir dan mereka
berharap akan kembali pulih dengan cepat. Rangkaian waktu pada nyeri akut biasanya membuat anggota tim kesehatan berkeinginan untuk menangani nyeri
dengan agresif. Konflik antara klien dan perawat akan muncul apabila perawat tidak mengatasi nyeri klien dengan segera. Nyeri akut akan berhenti dengan
sendirinya self-limiting dengan demikian klien mengetahui bahwa nyeri tersebut berakhir.
Nyeri akut secara serius mengancam proses penyembuhan klien, harus menjadi prioritas peawatan. Misalnya, nyeri pascaoperasi yang akut menghambat
kemampuan klien untuk terlibat aktif dan meningkatkan resiko komplikasi akibat imobilisasi. Rehabilitasi dapat tertunda dan hospitalisasi menjadi lama jika nyeri
akut tidak dikontrol. Kemajuan fisik atau psikologis tidak dapat terjadi selama nyeri akut masih dirasakan karena klien memfokuskan semua perhatiannya pada
upaya untuk mengatasi nyeri. Upaya perawat dalam memberi pengajaran dan memotivasi klien untuk melakukan perawatan diri seringkali sia-sia. Setelah nyeri
teratasi, maka klien dan tim perawatan kesehatan dapat memberikan perhatian penuh pada upaya penyembuhan klien.
Nyeri kronik berlangsung lama, intensitas yang bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan. Nyeri kronik disebabkan oleh kanker yang
tidak terkontrol atau pengobatan kanker tersebut, atau gangguan progresif lain, yang disebut nyeri yang membandel atau nyeri maligna. Nyeri ini dapat
berlangsung terus sampai kematian.
Universitas Sumatera Utara
Nyeri non-maligna, seperti nyeri punggung bagian bawah, merupakan akibat dari cedera jaringan yang tidak sembuh atau yang tidak progresif. Akan
tetapi, nyeri tersebut berlangsung terus dan seringkali tidak berespon terhadap pengobatan yang dilakukan. Seringkali penyebab nyeri non-maligna tidak
diketahui. Daerah yang mengalami cedera mungkin telah memulih sejak lama, tetapi nyeri menetap. Pada nyeri kronik, endorfin seringkali fungsinya berhenti.
Petugas perawatan kesehatan biasanya kurang termotivasi untuk menangani nyeri kronik dan tidak seagresif seperti nyeri akut. Namun, Agency for
Health Care Policy and Reseacrh AHCPR melaporkan bahwa sampai 90 dari
8 juta penduduk Amerika, yang menderita kanker, mendapatkan penatalaksanaan nyeri dengan cara yang relatif sederhana. Terlalu sering bahkan, klien-klien ini
tidak diobati. Klien yang mengalami nyeri kronik seringkali mengalami periode remisi
gejala hilang sebagian atau keseluruhan dan eksaserbasi keparahan meningkat. Sifat nyeri kronik, yang tidak dapat diprediksi ini, membuat klien frustasi dan
seringkali mengarah pada depresi psikologis. Flor, dkk melaporkan bahwa klien yang memiliki nyeri kronik mengungkapkan lebih pernyataan diri negatif terkait
nyeri dan memiliki keyakinan lebih bahwa mereka tidak berdaya daripada klien yang sehat. Nyeri menjadi bagian dari setiap aspek kehidupan. Nyeri kronik
merupakan penyebab utama ketidakmampuan fisik dan psikologis sehingga muncul masalah-masalah, seperti kehilangan pekerjaan, ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari yang sederhana, disfungsi seksual, dan isolasi sosial dari keluarga dan teman-teman.
Individu yang mengalami nyeri kronik seringkali tidak memperlihatkan gejala yang berlebihan dan tidak beradaptasi terhadap nyeri, tetapi tampaknya
lebih menderita seiring dengan perjalanan waktu karena kelelahan mental dan fisik. Pada individu yang mengalami nyeri kronik timbuk suatu perasaan tidak
aman karena ia tidak pernah tahu apa yang dirasakannya dari hari ke hari. Gejala nyeri kronik meliputi keletihan, insomnia, anoreksia, penurunan berat badan,
depresi, putus asa, dan kemarahan.
Universitas Sumatera Utara
Merawat klien yang mengalami nyeri kronik merupakan suatu tantangan yang tidak biasa. Perawat sebaiknya tidak menjadi frustasi apabila mengalami
kegagalan dalam tindakan mengatasi nyeri. Perawat juga sebaiknya tidak memberi harapan kosong bahwa klien akan sembuh. Perawat harus meminimalkan atau
mengurangi persepsi klien tentang nyeri.
5. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi dan Reaksi Terhadap Nyeri