Kesimpulan Saran Gelatin Pembuatan dan Karakterisasi Film Kitosan Molekul Tinggi dengan Hidrogel Gelatin

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pembuatan dan karakterisasi film kitosan molekul tinggi dengan gelatin serta mengetahui perbandingan dari jumlah volume larutan kitosan : larutan gelatin yang paling baik digunakan dalam pembuatan film dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu : 1. Hasil uji kekuatan tarik dari film kitosan adalah 1,24 MPa, dengan perbandingan volume larutan kitosan:larutan gelatin 25:75 adalah 2,156 MPa, dengan perbandingan volume larutan kitosan:larutan gelatin 50:50 adalah 2,84 MPa, dengan perbandingan volume larutan kitosan:larutan gelatin 75:25 adalah 9,604 MPa. 2. Hasil uji FTIR pada kitosan dan film kitosan-gelatin menunjukkan bahwa adanya interaksi ikatan hidrogen yang terjadi pada pencampuran kitosan dan gelatin, pada puncak spektrum tertinggi yaitu gugus N-H 3433,29 cm - 1 pada kitosan mengalami perubahan menjadi gugus O-H 3645,46 cm -1 pada film kitosan-gelatin. 3. Hasil uji SEM dari ketiga film tersebut menghasilkan permukaan yang relatif halus dan tidak kasar. Sehingga film yang dihasilkan dengan perbandingan jumlah larutan kitosan: larutan gelatin 75:25 memiliki karakteristik yang paling baik.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk melakukan penggabungan kitosan dengan bahan polimer alam lain untuk menghasilkan film yang memiliki karakteristik yang lebih baik. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kitin

Kitin merupakan poli 2-asetamido-2-deoksi-β-1→ 4-D-glukopiranosa dengan rumus molekul C 8 H 13 NO 5 n yang tersusun atas 47 C, 6 H, 7 N, dan 40 O. struktur kitin menyerupai struktur selulosa dan hanya berbeda pada gugus yang terikat di posisi atom C-2 kitin adalah gugus N-asetil -NHCOCH 3 , asetamida. O HOH 2 C HO O NHCOCH 3 n Gambar 2.1 Struktur Kimia Kitin Mojarrad,et al. 2006 Di alam, kitin dikenal sebagai polisakarida yang paling melimpah setelah selulosa. Kitin umumnya banyak dijumpai pada hewan avertebrata laut, darat, dan jamur dari gugus Mucor, Phycomyces, dan Saccharomyces Hirano, 1986; Knorr, 1991. Keberadaan kitin di alam umumnya terikat dengan protein, mineral, dan berbagai macam pigmen. Sebagai contoh, kulit udang mengandung 25-40 protein, 40-50 CaCO 3 , dan 15-20 kitin, tetapi besarnya komponen tersebut masih bergantung pada jenis udangnya Altschul, 1976. Sebagian besar kelompok Crustacea, seperti kepiting, udang, dan lobster, merupakan sumber utama kitin komersial. Di dunia, kitin yang diproduksi secara komersial 120 ribu ton per tahun. Kitin yang berasal dari kepiting dan udang besar 39 ribu ton 32,5 dan dari jamur 32 ribu ton 26,7Knorr, 1991. Universitas Sumatera Utara

2.1.1 Sifat Kitin

Kitin merupakan bahan yang tidak beracun dan bahkan mudah terurai secara hayati biodegradable. Bentuk fisiknya merupakan padatan amorf yang berwarna putih dengan kalor spesifik 0,373 ± 0,03 kalg o C Knorr, 1984 dan derajat rotasi spesifik [α] D 18 +22 o pada kosentrasi asam metanasulfonat 1,0. Sebagai biopolymer kristalin, kitin terdapat dalam 3 bentuk Kristal di alam, yaitu α, β, dan γ. Kitin- α berbentuk Kristal ortorombik dengan setiap unit selnya mengandung 4 cincin N-asetil-D-glukosamina yang ditautkan dengan 2 ikatan glikosidik β-1→ 4 dan tertara secara antiparalel, rapat, dan kompak. Kitin-β berbentuk kristalin monoklin dan setiap unitnya terdiri atas 2 cincin N-asetil-D-glukosamina dan 2 molekul air yang tertara secara parallel. Sementara struktur kitin-γ diduga dalam 2 penataan, yaitu 2 rantai paralel dan 1 antiparalel. Ketiga bentuk kristalin tersebut dapat dibedakan dengan menggunakan spektroskopi IR pada bilangan gelombang 3160 dan 3190 cm -1 . Kitin hampir tidak larut dalam air, asam encer, dan basa, tetapi larut dalam asam formiat, asam metanasulfonat, N,N-dimetilasetalmida yang mengandung 5 litium klorida, heksafluoroisopropil alkohol, heksafluoroaseton dan campuran 1,2- dikloroetana-asam trikloroasetat dengan nisbah 35:65 [vv]Hirano, 1986. Asam mineral pekat seperti H 2 SO 4 , HNO 3 , dan H 3 PO 4 dapat melarutkan kitin sekaligus menyebabkan rantai panjang kitin terdegradasi menjadi satuan-satuan yang lebih kecil Bastaman,1989.

2.2 Kitosan

Kitosan adalah poli-2-amino-2-deoksi-β-1-4-D-glukopiranosa dengan rumus molekul C 6 H 11 NO 4 n yang dapat diperoleh dari deasetilasi kitin. Sumber kitin alami ditemukan dalam cumi-cumi, jamur, serangga dan beberapa alga. Dalam jumlah produksi yang besar kitin diperoleh dari kulit luar golongan Crustasean seperti udang, kepiting, lobster, dan udang karang dan dari cangkang moluska Rajasree, R Rahate. K.P. 2013. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1. Spesifikasi Kitosan Parameter Ciri Ukuran partikel Serpihan sampai bubuk Kadar air ≤ 10,0 Kadar abu ≤ 2,0 Warna larutan Tidak berwarna N-deasetilasi ≥ 70 Kelas viskositas cps : - Rendah 200 - Medium 200 – 799 - Tinggi 800 – 2000 - sangat tinggi 2000 Sugita, 2009

2.2.1 Sifat Kitosan

Kitosan merupakan polimer yang terdapat berlimpah di alam dan dapat diperbaharui. Kitosan memiliki sifat yang unggul seperti biodegradabel, biokompatibilitas, tidak beracun, dan bersifat menyerap. Sifat fisik berupa padatan amorf berwarna putih kekuningan. Sifat kimia kitosan antara lain adalah poliamin Universitas Sumatera Utara berbentuk linear, mempunyai gugus amino dan hidroksil yang aktif dan mempunyai kemampuan mengkelat beberapa jenis logam. Sedangkan sifat biologi kitosan antara lain: bersifat biokompatibel, dimana sebagai polimer alami, sifatnya tidak mempunyai akibat samping, aman dan tidak beracun, serta mudah diuraikan oleh mikroba. Dapat berikatan dengan sel mamalia dan mikroba secara agresif. Efek regeneratif pada jaringan gusi. Bersifat hemostatik, fungistatik, spermisidal, antitumor, antikolesterol, dan bersifat sebagai depresan pada sistem saraf pusat. Mampu meningkatkan pembentukan yang berperan dalam pembentukan tulang Kumar Dutta, P. 2004.

2.2.2 Kegunaan Kitosan

Dewasa ini aplikasi kitosan sangat banyak dan meluas. Kitosan mudah mengalami degradasi secara biologis, tidak beracun dan baik sebagai flokulan dan koagulan serta mudah membentuk membran atau film. Kitosan merupakan suatu biopolimer alam yang reaktif yang dapat melakukan perubahan-perubahan kimia Sugita, 2009. Tabel 2.2 Aplikasi dan fungsi kitosan diberbagai bidang Bidang Aplikasi Fungsi I. Pengolahan limbah Bahan koagulasiflokulasi untuk limbah cair Penghilangan ion-ion metal dari limbah cair II. Pertanian Dapat menurunkan kadar asam sayur, buah dan ekstrak kopi Sebagai pupuk Bahan antimicrobakterial Universitas Sumatera Utara III. Industri tekstil Serat tekstil Meningkatkan ketahanan warna IV. Bioteknologi Bahan-bahan immobilisasi enzim V. Klarifikasi Penjernihan a. Limbah industri pangan b. Industry sari buah c. Pengolahan minuman beralkohol d. Penjernihan air minum e. Penjernihan kolam renang f. Penjernihan zat warna g. Penjernihan tannin Koagulasiflokulasi Flokulan pectinprotein Flokulan proteinmikroba Koagulasi Flokulan mikroba Pembentuk kompleks Pembentuk kompleks VI. Kosmetik Bahan untuk rambut dan kulit VII. Biomedis Mempercepat penyembuhan luka Menurunkan kadar kolesterol VIII. Fotografi Melindungi film dari kerusakan Robert, 1992 Universitas Sumatera Utara

2.3 Gelatin

Gelatin merupakan bahan alami yang diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen. Gelatin bisa bersifat sebagai gelling agent bahan pembuat gel atau sebagai non gelling agent. Gelatin merupakan protein konversi bersifat larut air yang diperoleh dari hidrolisis kolagen yang bersifat tidak larut air. Tulang sapi, kulit sapi dankulit babi adalah bahan yang biasa digunakan untuk memperoleh gelatin Sobral,2001. Gelatin larut dalam air, asam asetat, dan pelarut alkohol seperti gliserol, propilen glikol, sorbitol, dan manitol Viro 1992, tetapi tidak larut dalam alkohol, aseton, karbon tetraklorida, benzena, petroleum eter, dan pelarut organik lainnya. Dalam kondisi tertentu gelatin larut dalam campuran aseton-air dan alkohol-air. Gelatin digunakan untuk berbagai keperluan industri, baik industri pangan maupun non-pangan karena memiliki sifat yang khas, yaitu dapat berubah secara reversibel dari bentuk sol ke gel, mengembang dalam air dingin, dapat membentuk film, mempengaruhi viskositas suatu bahan, dan dapat melindungi sistem koloid. King 1969 menyatakan bahwa pada suhu 71 °C gelatin mudah larut dalam air dan membentuk gel pada suhu 49 °C. Gelatin bersifat lenturelastis, biokompatibel, bioabsoptivitas tinggi, dan dapat dibentuk menjadi film dan pelapis yang memiliki sifat mekanik yang cukup baik, berwarna kuning sampai putih transparan dan hampir tidak ada rasanya serta hampir tidak berbau, berbentuk serpihan atau serbuk, mudah larut dalam air panas gliserol dan asam asetat dan tidak mudah larut dalam pelarut organik. Kandungan protein gelatin sekitar 85 – 92, sisanya berupa garam mineral dan air Schieber and Gareis,2007. Kandungan kimia dari gelatin terbesar adalah glisin hampir 1 dalam 3 residu asam amino, menyusun setiap 3 residu, proline dan 4 hydroxyproline residu . Tipe strukturnya adalah –Ala-Gly-Pro-Arg-Gly-Glu- 4Hyp-Gly-Pro- dapat dilihat pada gambar 2.4 Universitas Sumatera Utara Gambar Gelatin adalah pembuat gel atau se mengembang jika dir kali bobot gelatin. G didinginkan Anonim diperoleh dari jaringa menunjukkan peruba deMan 1997. Proses guanidin arginin. Da dipanaskan sampai m sol tersebut membent dengan tempatnya. tergulung dalam bent molekul-molekul yang Berdasarkan si dengan cara 2 prinsip dilakukan untuk mem kulit tua keras,liat menghasilkan gelatin dimana tidak memerl belum kuat terikat sehi dinetralkan dan dicuci Sifat fisik dan tertentu dalam gelatin gelatin seperti warna bar 2.3 Struktur Kimia Gelatin Poppe, 1992 lah protein larut yang bisa bersifat sebagai gelli u sebagai non-gelling agent Halal Guide 2007 direndam dalam air dan berangsur-angsur me n. Gelatin larut dalam air panas dan akan mem nonima 1978. Gelatin didefinisikan sebagai ingan kolagen hewan yang dapat didispersi ubahan sol-gel reversible seiring dengan pe oses pembentukan gel pada gelatin berkaitan era Dalam pembentukan gel, gelatin didispersi membentuk sol. Daya tarik menarik antar mol bentuk cairan yang bersifat mengalir dan dapat . Bila didinginkan, molekul-molekul yang bentuk sol mengurai dan terjadi ikatan-ikata ang berdekatan sehingga terbentuk suatu jaringa n sifat bahan dasarnya pembuatan gelatin da nsip dasar yaitu cara alkali dan cara asam. Cara emperoleh gelatin tipe B, yaitu bahan dasarn iat maupun tulang. Cara pengasaman di tin tipe A asam. Tipe A umumnya diperoleh erlukan perendaman yang lama dengan asam, sehingga cukup dengan asam yang encer selam uci berulang-ulang, untuk menghilangkan asam dan kimia secara umum dan kandungan unsu atin dapat digunakan untuk menilai mutu gel rna, bau dan rasa dapat diukur dengan mengg 12 , 1992 gelling agent bahan 2007. Gelatin akan menyerap air 5-10 embentuk gel jika gai produk yang si dalam air dan n perubahan suhu erat dengan gugus si dalam air dan olekul lemah dan pat berubah sesuai ng kompak dan katan silang antara ngan. n dapat dilakukan ra alkali atau basa sarnya berasal dari dilakukan untuk oleh dari kulit babi, , karena jaringan ama beberapa hari, sam dan garamnya. unsur-unsur mineral gelatin. Sifat fisik nggunakan indera Universitas Sumatera Utara manusia. Sedangkan sifat kimia seperti kadar air, kadar abu, logam berat dan kandungan mineral diukur dengan menggunakan alat. Penggunaan gelatin dalam produk pangan lebih disebabkan oleh sifat fisik yang unik dari gelatin dibanding karena nilai gizinya sebagai sumber protein. Dalam industri pangan gelatin digunakan sebagai pembentuk gel, penstabil, pengemulsi, pengental busa, pembentuk kristal, pelapis, perekat, pengikat air, dan penjernih Jones Ward and Courts,1977.

2.4 Pembentukan Film