Kegiatan pengajian remaja dan kontribusinya terhadap pembentukan akhlak generasi muda (studi kasus di Kp.Kandang Duren Seribu Sawangan Depok)

(1)

Oleh :

Zulfani Indra Kautsar NIM : 105011000042

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/2009 M


(2)

Generasi Muda”

(Studi Kasus di Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok)

Pengajian merupakan salah satu bentuk pendidikan non formal yang ada di masyarakat Islam dan merupakan satu-satunya bentuk institusional pendidikan Islam yang pertama kali dan bertahan hingga sekarang, yang di dalamnya terdapat beberapa kegiatan keagamaan yang mengkaji berbagai macam disiplin ilmu untuk memperoleh tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Di antara materi yang diajarkan di Pengajian Remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok adalah pelajaran akhlak yang bertujuan untuk membentuk akhlak pada generasi muda.

Adapun upaya Pengajian Remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok dalam membentuk akhlak generasi muda adalah dengan cara memeberikan pendidikan, pengajaran, pembiasaan dan keteladanan terhadap jama’ah (anggota) pengajian remaja tersebut.

Penelitian dalam skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui tentang seberapa besar kontribusi Pengajian Remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok dalam pembentukan akhlak generasi muda. Untuk itu metodologi penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi objektif mengenai: Bagaimana perubahan akhlak generasi muda setelah mengikuti kegiatan pengajian tersebut?. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Deskriptif Analisis.

Adapun subjek panelitiannya adalah Remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok khususnya yang berada dilingkungan RW 02 dan RW 03. Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara (1) Observasi (2) Wawancara (3) Menyebar angket.

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, maka sampailah kepada pemberian kesimpulan bahwasanya: Kegiatan Pengajian Remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok, dianggap mempunyai kontribusi yang besar terhadap pembentukan akhlak generasi muda di wilayah Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok, karena telah memberikan dampak yang positif terhadap masyarakat dan remaja khususnya. Hal ini dapat dilihat dari sikap para remaja yang baik dan upaya-upaya yang dilakukan oleh pengajian tersebut dalam pembentukan akhlak generasi muda, seperti menanamkan keteladanan, kebiasaan yang positif, terutama dalam betutur kata yang sopan, lemah lembut, berpakaian yang benar, dan saling menghormati serta menghargai antara yang satu dengan yang lainnya.


(3)

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan Rahmat dan Hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini, Shalawat dan Salam semoga terscurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada para keluarga dan sahabatnya.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak tedapat kekurangan dan kelemahan yang penulis miliki. Namun berkat adanya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan meskipun jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya Skripsi ini. Ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiayah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Fatah Wibisono, MA, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Drs. Sapiuddin Shidiq, M.Ag, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam.

3. Dr. H. Anshari, LAL, MA., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan fikiran serta memberikan bimbingan dan saran serta motivasi yang berharga bagi penulis.

4. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah tulus memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan selama penulis belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarata.

5. Kepala Perpustakaan UIN SyaHid Jakarta beserta staf.

6. Kepada ketua Pengajian Remaja Kp. Kandang khususnya bang Kosim dan bang Syahroni, serta teman-teman yang lain yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(4)

berbakti dan membuat mereka bahagia dunia dan akhirat.

8. Kepada Adik-adikku Zubaidi Bazuri, Zainuri Afriyadi, Arif Rahman Hakim, dan Ade Fitri Kurniasih yang telah membantu dan memberikan motivasi kepada penulis.

9. Untuk teman-temanku di PAI angkatan 2006, kelas A. Khususnya: Firman, Abdillah, Danil, Fauzi, Arifin, Lia, Fadiah, Ibed, iin yang sudah kompak saat berada di bangku kuliah. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kalian.

10.Keluarga besar Pramuka UIN Jakarta Racana Fatahillah-Nyi Mas Gandasari tempat ku bernaung dan berteduh, semoga kebaikan kakak-kakak dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga segala bantuan, kebaikan dan ketulusan mereka menjadi amal shaleh dan dibalas oleh Allah SWT. Amien

Akhirnya penulis hanya biasa berdo’a dan berharap, semoga amal baik mereka diterima dan di balas oleh Allah SWT. Amin

Jakarta, Desember 2009 Penulis


(5)

2. Materi yang diberikan dalam Pengajian Remaja ... 45

3. Keutamaan Materi Akhlak dalam Pengajian ... 46

4. Intisari materi akhlak yang disampaikan dalam Pengajian ... 47

5. Pemilihan metode yang tepat dalam penyampaian materi akhlak ... 48

6. Metode yang lazim digunakan Pengajian ... 48

7. Keaktifan mengikuti Pengajian ... 49

8. Motivasi mengikuti Pengajian ... 50

9. Aktifitas di Pengajian Remaja menyita waktu atau tidak ... 51

10. Aktifitas dalam melaksanakan shalat berjama’ah ... 51

11. Aktifitas melaksanakan puasa Ramadhan ... 52

12. Kegiatan membayar zakat maal (harta) ... 53

13. Sikap dalam menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan keinginan ... 53

14. Sikap dalam menghadapi suatu musibah ... 54

15. Perasaan dalam melaksanakan suatu kebaikan ... 55

16. Sikap dalam memanfaatkan harta yang berlebihan ... 55

17. Musyrik merupakan salah satu dosa besar ... 56

18. Menolong orang lain yang sedang dalam kesulitan ... 57

19. Sikap terhadap tetangga yang mendapatkan kenikmatan atau kebahagiaan ... 58

20. Sikap terhadap tetangga yang berbeda agama ... 58

21. Kontribusi Pengajian Remaja dalam memberikan pendidikan, pengajaran, pembiasaan dan keteladanan ... 59


(6)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

ANGKET PENELITIAN

”KEGIATAN PENGAJIAN REMAJA DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK GENERASI MUDA”

PETUNJUK UMUM

1. Dalam menjawab berilah tanda seilang (X) pada salah satu alternatif jawaban yang sesuai dengan keadaan saudara/i

2. Penelitian atau angket ini bertujuan ilmiah, tidak ada maksud lain kecuali untuk mengumpulkan data dalam rangka menyelesaikan studi kesarjanaan Strata Satu (S1)

3. Atas perhatian dan kesediaan saudara/i kami ucapkan terima kasih

PERTANYAAN

A. Kegiatan Pengajian Remaja

1. Keberadaan Kegiatan Pengajian Remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu sangat penting

a. Sangat setuju c. Kurang setuju

b. Setuju d. Tidak setuju

2. Kegiatan Pengajian remaja selalu aktif dalam mengadakan kegiatan keagamaan

a. Sangat setuju c. Kurang setuju

b. Setuju d. Tidak setuju

3. Saya mengikuti Kegiatan Pengajian karena kemauan sendiri

a. Sangat setuju c. Kurang setuju

b. Setuju d. Tidak setuju

4. Bagaimana pengalaman anda dalam mengikuti Kegiatan Pengajian?

a. Sangat senang c. Kurang senang


(7)

6. Saya merasa lebih dekat dengan Allah SWT setelah mengikuti Kegiatan Pengajian?

a. Ya c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

7. Bagaimanakah akhlak atau prilaku anda setelah mengikuti Kegiatan Pengajian?

a. Sesuai dengan tuntunan agama c. Sesuai dengan selera anak muda b. Sesuai dengan norma masyarakat d. Sesuai dengan peraturan yang ada 8. Bagaimana dukungan masyarakat terhadap Kegiatan Pengajian?

a. Sangat baik c. Kurang baik

b. Baik d. Tidak baik

9. Masyarakat memberikan contoh yang baik terhadap para remaja?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

B. Kontribusi Kegiatan Pengajian terhadap Pembentukan Akhlak Generasi Muda 10. Saya menanamkan dan menerapkan kejujuran dalam diri Saya

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

11.Saya berkata sopan dalam keseharian?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

12.Saya berpakaian yang sesuai dengan syariat Islam?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

13.Saya berusaha untuk shalat berjama’ah di masjid?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

14.Jika ada teman yang sedang kesusahan, apakah anda akan menolongnya?

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

15.Menurut anda Kegiatan Pengajian mempengaruhi akhlak remaja?


(8)

b. Ingin mendapat pujian d. Karena terpaksa 17.Saya selalu berusaha untuk berakhlak baik di manapun berada

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

18.Setelah mengikuti Kegiatan Pengajian saya melaksanakan nasehat orang tua

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

19.Setelah mengikuti Kegiatan Pengajian saya menerapkan akhlak yang baik terhadap orang tua

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

20.Saya bertoleransi dengan tetangga yang berbeda agama

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

21.Saya berusaha menghargai semua makhluk ciptaan Allah SWT

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

22.Saya berusaha bersikap hati-hati dalam berbuat dan berkata kepada siapapun

a. Selalu c. Kadang-kadang

b. Sering d. Tidak pernah

23.Saya berusaha untuk menghindari sifat pamer/riya apabila saya mendapat kenikmatan

a. Selalu c. Kadang-kadang


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Generasi muda (remaja) merupakan generasi penerus yang akan melanjutkan estafet perjuangan bangsa. Oleh karena itu, masa depan atau maju mundurnya suatu bangsa berada di tangan generasi muda. Dengan kata lain, apabila generasi mudanya baik, maka suatu negara akan maju dan berkembang, dan sebaliknya, jika generasi mudanya buruk, maka negarapun akan mundur bahkan hancur.

Masa remaja (generasi muda) adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa, dimana dalam dunia mereka sedang dirundung oleh rasa ego yang amat tinggi yang amat membutuhkan arahan dan bimbingan. Generasi muda (remaja) yang memiliki rasa ingin tahu tidak cukup hanya diberikan siraman rohani yang isinya sejumlah doktrin agama yang harus ditelan mentah-mentah, melainkan doktrin-doktrin agama ini harus ditelaah lebih dalam sehingga generasi muda benar-benar telah megetahui mengapa mereka harus memilih Islam sebagai pedoman hidupnya.

Pada saat sekarang ini banyak sekali remaja-remaja yang sikap keberagamaannya sangat memprihatinkan, terutama dalam masalah akhlak atau tingkah laku, misalnya banyak remaja yang terlibat dalam tindakan kriminal, seperti tauran, narkoba, pakaian seksi dan sikap kenakalan-kenakalan remaja


(10)

Kurangnya pendidikan agama dalam diri seseorang dapat menyebabkan rusaknya akhlak dan menurunnya moral. Maka pendidikan agama dianggap sangat penting, karena dapat membentuk kepribadian yang lebih baik yang terwujud dalam sikap dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Zakiah Daradjat :

”Pendidikan agama hendaknya dapat mewarnai kehidupan anak sehingga agama ini benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang akan menjadi pengendali dalam kehidupan di kemudian hari.”1

Islam merupakan agama universal dan mempunyai konsep tersendiri tentang manusia. Dalam pandangan Islam, setiap manusia yang lahir membawa fitrah Allah SWT. Manusia diciptakan Allah SWT disertai dengan naluri beragama yaitu agama tauhid. Jika ada segelintir orang yang tidak beragama, maka hal ini tidak pantas. Mereka itu hanyalah korban dari pengaruh lingkungan yang rusak dan tidak ada nuansa agama di lingkungan tersebut.2

Islam merupakan pedoman hidup bagi manusia, karena seluruh kehidupan manusia termaktub dan telah diatur didalamnya. Disamping itu, Islam juga merupakan pandangan hidup (way of life), Islam juga mewajibkan kepada para penganutnya untuk mendakwahkan sekaligus mensyiarkan ajaran-ajaran yang terkandung didalamnya, sebagaimana yang telah disinyalir oleh Allah SWT pada beberapa abad yang silam, seperti yang termaktub dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat : 104

1 Zakiah Daradjat, Ilmu Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1970), Cet. Ke-14, h. 107

2

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : CV. Toha Putra, 1989), h. 645


(11)

”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.3

Dalam mensyiarkan Islam yang mengutamakan keimanan (keyakinan) kepada Allah SWT. Perlu juga ditanamkan akhlak yang mulia. Karena akhlak tidak begitu saja mudah terbentuk dalam diri seseorang, tetapi harus diupayakan melalui proses pembentukan yang cukup lama dan usaha yang sungguh-sungguh. Dalam pembentukan akhlak generasi muda harus disertai dengan contoh dan suri tauladan yang baik, dengan pembiasaan yang dilakukan secara kontinyu dan melalui pendidikan baik secara formal, informal maupun non formal.

Pendidikan agama Islam memilki tujuan yang hampir sama dengan pendidikan umum dan juga memilki berbagai sarana dan prasarana material yang dapat kita lihat bentuk dan wujudnya dalam komponen pendidikan misalnya masjid, sekolah, perlengkapan belajar mengajar dan tenaga pengajar yang berkompeten dalam bidangnya masing-masing. Dan dari segi perkembangannya pendidikan agama dapat diselenggarakan secara formal (sekolah), informal (keluarga), dan non formal (masyarakat). Masjid merupakan salah satu komponen pendidikan agama Islam juga sebagai pusat dakwah atau penyebaran agama Islam. Keberhasilan seseorang dalam mendakwahkan dan mensyiarkan ajaran Islam sangat tergantung pada metode (manhaj) yang digunakan sebagai media dakwah. Media dakwah yang dapat digunakan banyak sekali macamnya diantaranya dapat berupa pendidikan formal, informal, non formal, maupun

3

Depag RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 1983/1984), h. 93


(12)

institusional pendidikan Islam sejak pertama kali dan dapat bertahan hingga sekarang. Prof. Kuntowijoyo mengatakan : ”Kegiatan ini biasanya berpusat di lingkungan masjid yang mana masjid sangat mungkin sekali melakukan pembinaan terhadap jama’ah di wilayahnya”.4

Sebagai salah satu contoh di lingkungan Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok ada kegiatan pengajian remaja sebagai wadah kegiatan keagamaan bagi para remaja di lingkungan sekitar itu.

Salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh pengajian tersebut adalah pengajian rutin mingguan yang dilaksanakan setiap malam sabtu. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dan diadakan oleh pengajian tersebut mendapat dukungan dari para tokoh masyarakat. Dukungan itu berupa bantuan moril maupun materil guna kelangsungan jalannya kegiatan di pengajian tersebut.

Di pengajian ini para remaja diberikan pendidikan ilmu-ilmu keagamaan, sehingga diharapkan para remaja dapat mengamalkan ajaran agamanya dengan sebaik-baiknya.

Bagaimana keberadaan dan kontribusi pengajian remaja tersebut dalam upaya mendidik dan membentuk akhlak para generasi muda yang ada di lingkungan sekitarnya? Hal ini belum banyak diketahui orang. Oleh karena itu, maka penulis mencoba untuk meneliti mengenai hal tersebut yang diberi judul, ” Kegiatan Pengajian Remaja dan Kontribusinya Terhadap Pembentukan Akhlak Generasi Muda”.

4

Kuntowijoyo, Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia, (Yogyakarta, Shalahudin Press, 1994), cet. Ke-2, h. 133


(13)

perhatian secara khusus agar tidak terjerumus dalam ketiadaan moral yang lebih jauh lagi.

2. Pengajian remaja yang tumbuh dan berkembang di perkotaan maupun di pedesaan merupakan salah satu wadah untuk membina dan membangun mental dan spiritual masyarakat. Hal ini sangat baik jika kita dapat mengetahui dan melihat lebih dalam tentang keadaan pengajian remaja terutama bagi remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok.

3. Untuk mengetahui apakah benar pembinaan pengajian remaja di Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok memiliki kontribusi yang besar dalam pembentukan akhlak generasi muda yang ada di wilayahnya.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, beberapa masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Bagaimana proses kegiatan pengajian remaja dilaksanakan. 2. Bagaimana model kegiatan pengajian remaja.

3. Materi apa yang diajarkan dalam kegiatan pengajian remaja. 4. Bagaimana konsep kegiatan pengajian remaja.

5. Bagaimana pengaruh perkembangan akhlak remaja yang mengikuti kegiatan pengajian.

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka penulis membatasi permasalahan yang ada hanya pada konsep kegiatan pengajian remaja dan kontribusinya terhadap pembentukan akhlak generasi muda di Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok.


(14)

Pengajian Remaja Kp. Kandang dalam pembentukan akhlak generasi muda Kp. Kandang Kel. Duren Seribu Sawangan Depok?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi mengenai konsep pengajian ramaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok.

2. Memberikan informasi mengenai kegiatan-kegiatan apa saja yang dilaksanakan di pengajian remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok.

3. Memberikan informasi bahwa proses kegiatan pengajian remaja mempunyai kontribusi yang besar terhadap pembentukan akhlak generasi muda di Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok.

F. Kajian Pustaka

HERUDIN (2008), judul skripsi: ”Peranan Majlis Taklim RISMA (Remaja Islam Masjid Al-Inayah) Dalam Pembentukan Akhlak Remaja”. (Studi Kasus Remaja Rt. 06/02 Cipedak Jagakarsa Jakarta Selatan)

SITI MUTHIAH (2006), judul skripsi: ”Peranan Majlis Taklim Al-Mujahidin Dalam Membentuk Sikap Keagamaan Remaja di Kelurahan Belendung Batu Ceper Tangerang”.

NURUL QOMAR (2005), judul skripsi: ”Peranan Majlis Tklim IRIKAB (Ikatan Remaja Islam Kedaung Barat) Dalam Membina Prilaku Keberagamaan Remaja di Kelurahan Kedaung Rt. 004/012 Pamulang Tangerang”.


(15)

Selain itu, pada skripsi saudara Herudin tentang Peranan Majlis Taklim RISMA (Remaja Islam Masjid Al-Inayah) Dalam Pembentukan Akhlak Remaja, yang dibahas pada penelitiannya itu hanya seputar tentang bagaimana sikap tolong menolong remaja serta sikap menghormati dan toleransi remaja terhadap orang lain setelah mengikuti kegiatan majlis taklim. Sedangkan pada skripsi yang penulis buat membahas tentang bagaimana akhlak generasi muda secara menyeluruh setelah mengikuti kegiatan pengajian.

Sedangkan pada skripsi saudari Siti Muthiah dan saudara Nurul Qomar, yang dibahas pada penelitian mereka yaitu tentang sikap serta prilaku keberagamaan pada remaja setelah mengikuti kegiatan majlis taklim. Sedangkan pada skripsi yang penulis buat membahas tentang bagaimana akhlak generasi muda setelah mengikuti kegiatan pengajian.

G.Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

Dalam bab ini terdiri dari dua sub pokok pembahasan yaitu pertama mengenai pengajian remaja, ciri-ciri, fungsi, tujuan dan peranannya, serta materi dan metode yang ada di pengajian, dan pengertian dari remaja. Kedua mengenai akhlak dan runag lingkupnya, yang terdiri dari pengertian dan tujuan akhlak, dan tentang perbedaan akhlak, moral dan etika.


(16)

Bab ini terdiri dari dua sub pokok pembahasan yaitu pertama mengenai gambaran umum pengajian remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok yang terdiri dari sejarah berdiri dan tujuan pengajian, keadaan ustadz dan anggota, faktor yang melatar belakangi berdirinya pengajian, materi dan metode, sarana dan pra sarana, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, serta struktur organisasi. Kedua mengenai hasil penelitian yang terdiri dari analisis data dan interpretasi data tentang kegiatan pengajian remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok.

BAB V : PENUTUP


(17)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengajian Remaja

1. Pengertian Pengajian

Secara bahasa kata pengajian berasal dari kata dasar ”kaji” yang berarti pelajaran (terutama dalam hal agama). Yang selanjutnya pengajian adalah : (1) ajaran dan pengajaran, (2) pembacaan Al-Qur’an.1 Kata pengajian itu terbentuk dengan adanya awalan ”pe” dan akhiran ”an” yang memiliki dua pengertian : pertama sebagai kata kerja yang berarti pengajaran, yakni pengajaran ilmu-ilmu agama Islam, dan kedua sebagai kata benda yang menyatakan tempat, yaitu tempat untuk melaksanakan pengajaran agama Islam, yang dalam pemakaiannya banyak istilah yang digunakan, seperti pada masyarakat sekarang dikenal dengan majlis ta’lim.2

Pada periode sekarang, sistem pengajian dapat dianggap sebagai Majlis Ta’lim, oleh karenanya didalam musyawarah Majlis Ta’lim se-DKI Jakarta tahun 1980, memberikan definisi Majlis Ta’lim (pengajian) menutut istilah :

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa Indonesia Depdikbud, Kamus Besar bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1, h. 378

2

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), Cet. Ke-4, Jilid 3, h. 120


(18)

Majlis Taklim (Pengajian) adalah lembaga pendidikan Islam non formal yamg memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan diikuti oleh jamaah yang relatif banyak, dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan manusia yang santun dan serasi antara sesamanya, dan antara manusia dengan lingkungannya, dalam rangka membina masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT.3

Dari pengertian diatas dapatlah dikatakan bahwa pengajian merupakan salah satu bentuk pendidikan non formal yang ada di masyarakat Islam dan merupakan satu-satunya bentuk institusional pendidikan Islam yang pertama kali dan bertahan hingga sekarang.

2. Ciri-ciri Pengajian

Adapun ciri-ciri khusus yang dimiliki pengajian yaitu : adanya kiyai atau ustadz, adanya jamaah atau peserta, adanya sarana serta materi pelajaran.

3. Fungsi Pengajian

Adapun fungsi pengajian secara garis besar ada dua yaitu :

(a) Fungsi kemasyarakatan, maksudnya pengajian/majlis ta’lim merupakan salah satu lembaga sosial yang ada di masyarakat yang turut serta untuk menata keseimbangan dan keselarasan dalam masyarakat, seperti menampung zakat, infaq dan shadaqah untuk disalurkan demi menyantuni orang-orang miskin atau yatim piatu. (b) Fungsi pengajian sebagai pendidikan adalah pendidikan non formal,

dimana pengajian itu menyelenggarakan pendidikan yang sifatnya tambahan bagi anggota masyarakat yang ada disekelilingnya.

4. Tujuan Pengajian

Menurut M. Habib Chirzin tujuan pengajian (majlis ta’lim) adalah: a. Memberikan petunjuk dan meletakkan dasar keimanan dalam ketentuan

dan semua hal-hal yang gaib.

3


(19)

b.Memberikan semangat dan nilai ibadah yang meresapi seluruh kegiatan hidup manusia dan alam semesta.

c. Memberikan inspirasi, motivasi dan stimulasi agar seluruh potensi jamaah dapat dikembangkan dan diaktifkan secara maksimal dan optimal, dengan kegiatan pembinaan pribadi, kerja produktif, untuk kesejahteraan bersama.

d. Memadukan segala kegiatan atau aktifitas sehingga merupakan kesatuan yang padat dan selaras.4

5. Peranan Pengajian

Secara strategis pengajian/majlis ta’lim itu adalah menjadi sarana dakwah dan tabligh yang Islami coraknya, yang berperan sentral pada pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat Islam sesuai tuntunan ajaran agama dan lainnya guna menyadarkan umat Islam dalam rangka menghayati, memahami dan mengamalkan ajaran agamanya. Jadi, peranan secara fungsioanal adalah mengokohkan landasan hidup manusia Indonesia pada khususnya di bidang mental spritual keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara integral, lahiriyah dan batiniahnya, duniawiah dan ukhrawiah bersamaan. Sesuai tuntunan ajaran agama Islam yaitu iman dan taqwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatannya.5

6. Materi dan Metode Pengajian a. Materi Pengajian

Dalam suatu forum pengajian, materi yang diajarkan didalamnya adalah semua ajaran Islam dengan berbagai aspeknya. Didalamnya mencakup pembacaan Al-Qur’an dengan tajwidnya, Tafsir Qur’an dan Hadits, Fiqh, Tauhid, Akhlak dan materi-materi lainnya yang dibutuhkan para jamaah, misalnya masalah

4

M. Habib Chirzin, Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta : LP3ES, 1983), Cet. Ke-3, h.77

5

M. Arifin, M. Ed., Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), Cet. Ke-4, h. 119-120


(20)

penanggulangan kenakalan remaja anak, masalah undang-undang perkawinan dan lain-lain.6

Islam mengandung ajaran tentang hidup dengan segala aspek kehidupannya. Dengan demikian materi agama Islam meliputi segala aspek kehidupan manusia.

Dilihat dari ruang lingkup pembatasannya, pengajaran agama Islam yang dilaksanakan di pengajian, meliputi :

1. Tauhid

Tauhid adalah pondasi Islam, karena pembahasannya mengenai eksistensi Tuhan dan hal-hal yang berhubungan dengan-Nya.7 Tauhid ini berisi tentang pengajaran keimanan yang meliputi rukun iman enam, serta ajaran untuk mengEsakan Allah SWT. Ajaran Tauhid dapat diperluas lagi dengan manifestasi rukun iman, yakni dengan cara mengamalkan ajaran Tauhid yang tampak dalam nilai dan sikap hidup manusia dalam kehidupan sehari-hari., tidak sekedar mengetahuinya saja.

2. Fiqih

Pengajaran fiqih mencakup dua bidan, yaitu Fiqih Ibadah, yakni yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya (hablumminallah) seperti shalat, puasa, zakat, haji, memenuhi nazar dan lain-lain. Dan kedua, Fiqih Muammalah yakni yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya (hablumminannas), pembahasan mencakup seluruh bidang fiqih selain masalah-masalah ubudiyah, seperti ketentuan-ketentuan tentang jaul beli, sewa menyewa, perkawianan, perceraian, ketentuan pembagian harta pusaka, jinayah dan lain-lain.

3. Tafsir Qur’an

6

Abd. Aziz Dahlan, et al., Ensiklopedi Islam, (Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), Cet. Ke-1, h. 120

7

Muhammad Ahnad, Tauhid Ilmu Kalam, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1998), Cet. Ke-1, h. 9


(21)

Pelajaran tafsir sangat menunjang pelajaran-pelajaran yang lain, sebab ayat-ayat Al-Qur’an berisi tentang ajaran tauhid, hukum, akhlak, sejarah, fiqih dan pengetahuan umum. Sebagai seorang muslim harus mengetahui isi dari Al-Qur’an yang telah menjadi kitab sucinya.

4. Hadits

Hadits merupakan perkataan, perbuatan dan taqrir Nabi atau yang lebih dikenal dengan istilah Sabda Rasulullah. Hadits atau sunnah berisikan hal-hal yang berhubungan dengan tauhid, hukum, akhlak dan sebagainya. Dalam pengajian penyampaiannya harus disesuaikan dengan masalah pelajaran yang sedang dibahas.

5. Akhlak

Pelajaran akhlak dapat dibagi menjadi tiga bagian, yakni akhlak manusia kepada Allah SWT, akhlak manusia kepada manusia lainnya dan akhlak manusia kepada lingkungan sekitarnya. Pelajaran akhlak ini dapat digolongkan menjadi dua, yakni akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah.

6. Tarikh

Pelajaran tarikh bertujuan untuk menghidupkan kembali kelesuan dan semangat pasrah umat Islam sekarang ini, karena pelajaran tarikh itu menggambarkan betapa besarnya pengorbanan yang dilakukan Rasulullah dan umat-umat terdahulu dalam memperjuangkan agama Islam.

7. Bahasa Arab

Pelajaran bahasa Arab ini dapat membantu bagi jamaah agar dapat membaca dan memahami al-Qur’an.

Mahmud Yunus dalam sejarah pendidikan islam mengatakan bahwa ”pengejaran yang biasa diberikan meliputu keimanan yang mencakup keyakinan terhadap Allah dan Rasul-Nya, meyakini adanya hidup sesudah mati, amal ibadah yang mencakup segala sesuatu yang


(22)

bernilai ibadah serta akhlak yang meliputi segala yang baik dan buruk.8

Selain pelajaran-pelajaran tersebut diatas, biasanya dalam pengajian juga diberikan materi-materi umum yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat, seperti masalah pembinaan keluarga berencana, koperasi, krisis moral dan lain-lain.

Dalam buku dasar-dasar ilmu dakwah, karangan Abdul Karim Zaidan dinyatakan bahwa materi-materi yang biasanya diajarkan oleh sang ustadz (guru) meliputi Aqidah, Akhlak dan Ibadah. Ketiga dasar ini menjadi kajian utama dalam pengajaran.9

Dengan demikian dapat digambarkan dengan jelas bahwa materi pengajian sangat luas, seluas agama Islam.

b. Metode Pengajian

Dalam setiap mengajar pasti membutuhkan metode pengajaran, karena dengan metode maka tujuan pengajaran dapat tercapai dengan baik. Seorang guru (ustadz) dituntut agar menguasai metode pengajaran, agar materi pelajaran yang disampaikan dapat diterima dan dicerna oleh jamaah dengan baik.10 Metode mengajar banyak sekali macamnya, namun tidak semua metode dapat dipakai dalam sebuah pengajian (majlis ta’lim), hal ini tergantung kepada kecocokan antara materi dan metodenya.

Terkadang dalam mengajar seorang guru tidak hanya

mengunakan satu metode saja, tapi dapat menggunakan berbagai metode sekaligus. Hal ini tergantung dari kemampuan guru dalam menyampaikan materi.

8

Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : Hidakarya Agung, 1996), Cet. Ke-10, h. 17

9

Abdul Karim Zaidan, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, (Jakarta : Media Dakwah, 1984), Cet. Ke-2, h. 44

10

Rosihan Anwar, Ajaran dan Sejarah Islam Untuk Anda, (Jakarta : Pustaka Jaya, 1984), Cet. Ke-3, h. 70


(23)

Berbagai metode yang digunakan didalam pengajian, antara lain:

1). Metode Ceramah

Metode ceramah adalah teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim digunakan secara lisan dari guru kepada muridnya.11 Metode ini seringkali digunakan dalam sebuah pengajian, dimana guru (ustadz) menjelaskan materi dan jamaaj mendengarkannya.

Metode ini terdiri dari ceramah umum, yakni pengajar/ustadz bertindak aktif memberiakn pengajaran sementara jamaah pasif, dan ceramah khusus; yaitu pengajar dan jamaah sama-sama aktif dalam bentuk diskusi.12

2) Metode Halaqah

Metode halaqah yaitu duduk berlingkaran menghadap guru besar, sedangkan murid duduk pula. Guru dan semua murid harus memegang kitab, mula-mula guru membacakan kitab dalam bahasa Arab, kemudian menterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia, sedangkan murid mendengarkan baik-baik.13 Dalam pengajian metode ini sering kali digunakan.

3) Metode Drill

Metode ini disebut juga dengan metode latihan, dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari. Dalam suatau pengajian metode ini biasanya untuk memperaktekkan apa yang telah diajarkan pengajar. Metode ini biasa digunakan untuk materi pembacaan riwayat Nabi atau Rawi Barjanzi, seta pembacaan Tahlil.

4) Metode Tanya Jawab

11

Basyiruddin Usman, Metode Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), Cet. Ke-1, h. 34

12

Abd. Aziz Dahlan, et al., Ensiklopedi..., h. 21

13


(24)

Metode ini merupakan penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan murid memberikan jawaban atau sebaliknya. Dalam pengajian, pengajar memberikan materi dengan cara berpidato, kemudian pelajar diberikan kesempatan untuk bertanya atau sebaliknya. Metode tanya jawab sangat tepat digunakan atau dipakai untuk lebih memusatkan atau memfokuskan perhatian jama’ah kepada topik pembicaraan yang disampaikan oleh guru, untuk menyelingi ceramah atau untuk meluruskan perhatian jama’ah pada tujuan.

5) Metode Latihan

Metode ini sifatnya melatih untuk menimbulkan keterampilan atau ketangkasan. Metode ini baik sekali dipakai dalam pengajaran al-Qur’an atau untuk membaca kitab-kitab selain al-al-Qur’an. Metode ini juga sangat baik digunakan untuk menimbulkan kecakapan motoris, seperti untuk melafalkan ayat atau hadits dan kecakapan asosiasi seperti menyambung huruf dan lain-lain.

6) Metode Diskusi

Metode diskusi muncul dalam dunia pendidikan karena banyak hal atau permasalahan di dunia ini yang memerlukan pembahasan orang banyak. Seorang guru sangat berperan dalam metode ini. Dalam Ensiklopedi Islam disebutkan bahwa metode penyajian dalam pengajian (majlis ta’lim) dikatagorikan menjadi tiga, yaitu metode ceramah, metode halaqah dan metode campuran.

Dari berbagai metode yang ada diatas dapat dipakai secara satu persatu dan dapat pula dipakai secara bersamaan, yang dikenal dengan metode campuran, sesuai dengan kondisi dan situasi yang dihadapi pengajar. Biasanya seorang guru dapat memilih metode yang mana saja. Yang terpenting baginya jamaah (pendengar) dapat dengan mudah mengerti isi dari materi yang telah disampaikannya itu.


(25)

B. Akhlak dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Akhlak

Kata ”akhlak” berasal dari bahasa Arab, yaitu dan jamaknya

ا

ق

yang artinya secara etimologi adalah tingkah laku, perangai, tabi’at, watak, moral dan budi pekerti. Sedangkan Lamis Ma’luf dalam al-Munjid fi-al-lughah wal A’lam mengatakan bahwa ”akhlak” secara etimologi adalah perangai, kelakuan, tabi’at, kebiasaan dan peradaban yang baik.14

Akhlak merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu di dalam diri seseorang. Dari sifat yang ada itulah terpancar sikap dan tingkah laku perbuatan seseorang, seperti sifat sabar, kasih sayang, atau sebaliknya pemarah, benci karena dendam, iri dan dengki, sehingga memutuskan silaturrahmi.15

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia akhlak diartikan sebagai ”budi pekerti” atau ”kelakuan”. Menurut Quraish Shihab kata-kata akhlak

(dalam bentuk jamak) tidak terdapat di dalam ayat-ayat al-Qur’an, kecuali hanya dalam bentuk tunggalnya yaitu kata khuluq. Seperti yang terdapat dalam Surat al-Qalam ayat 4 :

Artinya : ”Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (Q.S. al-Qalam: 4)16

Sedangkan menurut terminologi, Abudin Nata mengutip pendapat Ibnu Miskawaih, yang mengatakan bahwa akhlak adalah :

14

Lamis Ma’luf, Al-Munjid fi Al-Lughah wal A’lam, (Beirut : Darul Masyriq, 1998), Cet. Ke-28, h. 194

15

K.H. Abdullah Salim, Akhlak Islam Membina Rumah Tangga dan Masyarakat,

(Jakarta: Media Dakwah, 1994), cet. Ke-4, h. 5

16

Drs. Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV Grafika Karya Utama, 2001), cet. Ke-2, h. 95


(26)

ﻦﻣﺎﻬﻟﺎ ا

ﻰﻟا

ﺎﻬﻟ

ﺔﻴ اد

ﻨ ﻟ

لﺎﺣ

ﻟا

ﺔ وروﺮﻜ ﺮﻴﻏ

Artinya : ”Akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan, tanpa dipikir dan direnungkan lagi”.17

Jadi, akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa oleh manusia sejak lahir dan tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik atau buruk sesuai dengan pembinaannya.18

Apabila akhlak dan tingkah laku perbuatan yang baik di dalam kehidupan seseorang itu, maka dia akan memperoleh hasil yang baik pula. Semua persoalan dan segala urusan yang dicita-citakannya akan mudah, masyarakat disekitarnya menghormatinya dan membantu apa yang dicita-citakannya. Dia berwibawa, sehingga semua yang diucapkan dan disampaikannya akan diterima dan diikuti oleh jama’ahnya. Dia akan memperoleh bantuan di dalam setiap pekerjaannya, dan dia pun akan terhindar dari segala fitnah dan gunjingan yang buruk.

Kuat atau lemahnya iman seseorang dapat diukur dan diketahui dari prilaku akhlaknya. Karena iman yang kuat mewujudkan akhlak yang baik dan mulia, sedang iman yang lemah mewujudkan akhlak yang jahat dan buruk laku, mudah terkilir pada perbuatan keji yang akan merugikan dirinya sendiri dan orang lain.

Muhammad Al Ghazali dalam bukunya tentang Ahlak Seorang Muslim menjelaskan bahwa dalam jiwa manusia terdapat dua fitrah, yang baik dan yang buruk.

17

Prof. Dr. H. Abudin Nata, M.A., Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), cet. Ke-1, h. 3

18


(27)

Pertama: Fitrah yang baik mendorong kepada kebaikan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam perkembangan jiwanya yang baik, sehingga jiwa merasa gembira dapat menemukan dan melaksanakan kebaikan, karena jiwa mengetahui bahwa kebenaran itu adalah berkembangnya fitrah yang baik dalam garis hidup yang benar.

Kedua: Disamping fitrah yang baik didalam jiwa ada kecondongan yang buruk, sehingga jiwa merasa kecewa dengan kejahatannya dan merasa sedih dengan melakukannya. Karena kecenderungan yang buruk itu menyeret jiwa keluar dari jalur jalan yang benar, sehingga mewujudkan perbuatan yang membawa bencana bagi manusia dan menjerumuskannya kejurang kehinaan.19

2. Tujuan Akhlak

Barmawie Umary dalam bukunya Materia Akhlak menyebutkan bahwa tujuan berakhlak adalah ”Supaya hubungan kita (umat Islam) dengan Allah SWT dan sesama makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis”.20 Sedangkan tujuan akhlak dalam Islam adalah ”agar setiap orang berbudi pekerti (berakhlak), bertingkah laku (tabi’at), berperangai atau beradat istiadat yang baik, yang sesuai dengan ajaran Islam.21

Dengan akhlak yang mulia diharapkan seseorang akan terbiasa melakukan segala hal yang baik dan terpuji seperti sopan santun, bijaksana, ikhlas, jujur, baik tingkah lakunya, manis tutur katanya, dapat menghindari perbuatan yang tercela seperti angkuh, sombong, iri hati, hasud, menggunjing orang lain, dan lain-lain. Namun sebaliknya, apabila seseorang telah memilki akhlak yang mulia, maka ia akan memperhatikan hubungan yang baik dengan Khaliqnya, dengan sesamanya, dan dengan

19

Muhammad Al Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, (Semarang: Adi Grafika, 1993), cet. Ke-4, h. 40

20

Barmawie Umary, Materia Akhlak, (Solo : CV Ramadhani, 1993), Cet. Ke-11, h. 2

21


(28)

alam lingkungan sekitarnya, sebagaimana Allah SWT telah berbuat baik kepada seluruh makhluk-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Qashash ayat 77 :

Artinya: ”Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.22

Sementara itu, Zakiah Daradjat mengungkapkan bahwa ”Perbuatan akhlak itu mempunyai tujuan langsung yang dekat yaitu harga diri dan tujuan jauh ialah memperoleh keridhaan Allah SWT, melalui perbuatan amal shoeh dan jaminan kebahagiaan dunia dan akhirat”. Sedangkan Anwar Masy’ari mengatakan bahwa tujuan akhlak adalah ”hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna, dan membedakan dari makhluk-makhluk yang lainnya.

Akhlak pada akhirnya adalah untuk membentuk kepribadian muslim yang sempurna jasmani dan rohani. Yang hendak dikendalikan oleh akhlak adalah tindakan lahir, akan tetapi oleh karena tindakan lahir itu tidak dapat terjadi bila tidak didahului oleh gerak batin atau tindakan hati, maka tindakan lahir dan gerak-gerik hati termasuk lapangan yang diatur oleh akhlak.

3. Pembagian Akhlak

Secara garis besar akhlak dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : a. Akhlak yang terpuji (al-Akhlak al-Karimah/al-Mahmudah), yaitu

akhlak yang senantiasa berada dalam kontrol Ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi kemaslahatan umat,

22


(29)

seperti sabar, jujur, ikhlas, bersyukur, tawadhu’ (rendah hati), husnudzhan (berprasangka baik), optimis, suka menolong orang lain, suka bekerja keras dan lain-lain.

b. Akhlak yang tercela (al-Akhlak al-Madzmumah) yaitu akhlak yang tidak dalam kontrol Ilahiyah, atau berasal dari hawa nafsu yang berada dalam lingkaran syaitaniyah dan dapat membawa suasana negatif serta destruktif bagi kepentingan umat manusia, seperti takabbur (sombong), su’udzhan (berprasangka buruk), tamak, pesimis, dusta, kufur, berkhianat, malas dan lain-lain.23

Disamping istilah tersebut Drs. H.A. Mustofa mengutip perkataan Imam Al-Ghazali yang menggunakan istilah ”munjiat” untuk akhlak yang mahmudah dan ”muhlihat” untuk akhlak yang madzmumah.24

Sementara itu, menurut obyek atau sasarannya, akhlak dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut :

a. Akhlak kepada Allah (khalik), antara lain beribadah kepada Allah, berdzikir kepada Allah, berdo’a kepada Allah, tawakal kepada Allah, tawadhu’ kepada Allah. Titik tolak akhlak terhadap Allah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian Agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikatpun tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya.25

b. Akhlak pada makhluk dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut : 1) Akhlak terhadap manusia, yang dapat dirinci sebagai berikut :

a. Akhlak kepada Rasulullah b. Akhlak kepada orang tua c. Akhlak kepada diri sendiri

d. Akhlak kepada keluarga, karib kerabat e. Akhlak kepada tetangga

23

Aminuddin, dkk., Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), h. 153

24

Drs. H.A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), cet. Ke-3, h. 147

25

Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat, (Jakarta: CV Karya Mulia, 2001), h.43


(30)

f. Akhlak kepada masyarakat

2) Akhlak kepada bukan manusia (lingkungan hidup), seperti sadar dan memlihara kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam, terutama hewani dan nabati, untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya, sayang pada sesama makhluk dan menggali alam seoptimal mungkin demi kemaslahatan manusia dan alam sekitarnya.26

Muhammad Abdullah dalam bukunya Dustur al-Akhlaq fi al-Islam

membagi akhlak kepada lima bagian :

1. Akhlak Pribadi (al-akhlaq al-fardiyah). Terdiri dari: (a) yang diperintahkan (al-awamir), (b) yang dilarang (an-nawahi), (c) yang dibolehkan (al-mubahat) dan (d) akhlak dalam keadaan darurat ( al-mukhalafah bi al-idhthirar).

2. Akhlak Berkeluarga (al-akhlaq al-usariyah). Terdiri dari: (a) kewajiban timbal balik orang tua dan anak (wajibat nahwa al-ushul wa al-furu’), (b) kewajiban suami isteri (wajibat baina al-azwaj) dan (c) kewajiban terhadap karib kerabat (wajibat nahwa al-aqarib).

3. Akhlak Bermasyarakat (al-akhlaq al-ijtima’iyyah). Terdiri dari: (a) yang dilarang (al-mahzhurat), (b) yang diperintahkan (al-awamir) dan (c) keadaan-keadaan adab (qawa’id al-adab).

4. Akhlak Bernegara (akhlaq ad-daulah). Terdiri dari: (a) hubungan antara pemimpin dan rakyat (al-alaqah baina ar-rais wa as-sya’b) dan (b) hubungan luar negeri (al-alaqat al-kharijiyyah).

5. Akhlak Beragama (al-akhlaq ad-diniyyah). Yaitu kewajiban terhadap Allah Swt (wajibat nahwa Allah).27

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlak Manusia

26

Aminudin, dkk., Pendidikan ..., h. 153-155

27

Drs. H. Yunahar Ilyas Lc., Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1999), cet. Ke-1, h. 5-6


(31)

1. Faktor Pembawaan Naluriah (Garizah atau Instink)

Sebagai makhluk biologis, ada faktor bawaan sejak lahir yang menjadi pendorong perbuatan setiap manusia. Faktor itu disebut dengan naluri atau tabiat menurut J.J. Rosseau. Lalu mansur Ali Rajab menamakannya dengan fitrah kemanusiaan (al-fitrah al-insaniyah).

Kecenderungan naluriah dapat dikendalikan oleh akal atau tuntunan agama, sehingga manusia dapat mempertimbangkan kecenderungannya, apakah itu baik atau buruk. Garizah atau naluri tidak pernah berubah sejak manusia itu lahir, tetapi pengaruh negatifnya yang bisa dikendalikan oleh faktor pendidikan atau latihan.

2. Faktor Sifat-sifat Keturunan (Al-Warasah)

Warisan sifat-sifat orang tua kepada keturunannya, ada yang sifatnya langsung (mubasyarah) dari kedua orang tua kepada anaknya. Dan ada juga yang tidak langsung (gairu mubasyarah), misalnya sifat-sifat itu tidak langsung turun kepada anaknya, tetapi bisa menurun kepada cucunya atau anak cucunya. Sifat-sifat ini juga kadang dari ayah atau dari ibu. Dan kadang anak mewarisi kecerdasan (sifat al-aqliyah) dari ayahnya, lalu mewarisi sifat baik (sifat al-khuluqiyah) dari ibunya, atau sebaliknya. 3. Faktor Lingkungan dan Adat Kebiasaan

Pembentukan akhlak manusia, sangat ditentukan oleh lingkungan alam dan lingkungan sosial (faktor adat kebiasaan). Yang dalam ilmu pendidikan disebut dengan faktor empiris (pengalaman hidup manusia). Yang mana faktor dari luar inilah yang ada kalanya berpengaruh baik dan ada kalanya berpengaruh buruk. Ketika manusia lahir di lingkungan yang baik, maka pengaruhnya kepada pembentukan akhlaknya juga baik. Dan ketika ia lahir di lingkungan yang kurang baik, maka pengaruhnya juga menjadi tidak baik. Maka disinilah pendidikan dan bimbingan akhlak sangat diperlukan untuk membentuk dan mengembangkan akhlak manusia.


(32)

Agama bukan saja kepercayaan yang harus dimiliki oleh setiap manusia, tetapi ia harus berfungsi dalam dirinya untuk menuntun segala aspek kehidupannya, misalnya berfungsi sebagai suatu sistem kepercayaan, sistem ibadah dan sistem kemasyarakatan yang terkait dengan nilai akhlak.

Dalam pergaulan kemasyarakayan, selalu diikat dengan suatu norma; baik norma akhlak maupun norma kemasyarakatan. Norma akhlak sangat universal sifatnya, sedangkan norma kemasyarakatan bersifat lokal dan kondisional, karena bersumber dari adat kebiasaan masyarakat setempat. Tentu saja, norma kemasyarakatan harus tunduk kepada norma akhlak, tetapi sifatnyaharus menjabarkan, menerangkan dan menentukan nilai baik yang bersifat universal dari nilai akhlak.28

5. Perbedaan Akhlak, Moral dan Etika

Istilah dari perkataan akhlak pada masa atau zaman yang sudah maju dan modern seperti sekarang ini , sering juga disebut dengan kata moral dan etika, bahkan ada juga yang menyelaraskan dengan kata kesusilaan atau sopan santun. Istilah-istilah tersebut terasa sudah sangat akrab dan mendunia bahkan berakar di kalangan masyarakat Indonesia pada umumnya dan di kalangan kaum muslimin pada khususnya.

Penggunaan atau penggantian kata-kata (istilah) tersebut sah-sah saja dilakukan, yang terpenting adalah mengetahui dan memahami perbedaan arti dari kata-kata (istilah) tersebut. Yang dimaksud dengan akhlak adalah ”kelakuan baik-baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliqnya dan terhadap manusia”.29

Sedangkan perkataan moral berasal dari bahasa latin ”moras”, jamak dari kata ”mos” yang berarti adat kebiasaan. Soegarda Poerbakawatja dalam Ensiklopedi Pendidikan menyebutkan sesuai dengan

28

Drs. Mahjuddin, Konsep Dasar Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur’an dan Petunjuk Penerapannya dalam Hadits, (Jakarta: Kalam Mulia, 2000), cet. Ke-1, h. 25-30

29

Soeganda Poerbakawatja A. H. Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta : PT Gunung Agung, 1981), Cet. Ke-11, h. 12


(33)

makna aslinya dalam bahasa latin (mos), adat-istiadatlah yang menjadi dasar apakah perbuatan seseorang baik atau buruk. Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, bahwa moral artinya ajaran tentang baik dan buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti, atau akhlak.30

Di dalam Dictionary of Education dijelaskan bahwa moral adalah a term used to delimit those characters, traits, intentions, judgments or acts which can appropriately be designated as right, wrong, good, bad. Yang artinya suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakn benar, salah, baik, buruk.

Di dalam The Advanced Leaner’s Dictionary of Current English

dikemukakan beberapa pengertian moral sebagai berikut :

a. Concerning principles of right and wrong; b. Good and virtuous;

c. Able to understand the difference between right and wrong; d. Teaching or illustrating good behaviour.

Artinya:

1. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah; 2. Baik dan buruk;

3. Kemampuan untuk memahami perbedaan antara benar dan salah; 4. Ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.

Dengan keterangan di atas, moral merupakan istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai/hukum baik atau buruk, benar atau salah. Dalam kehidupan sehari-hari dikatakan bahwa orang yang mempunyai tingkah laku yang baik disebut orang yang bernormal.31

30

WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1982), h. 654

31


(34)

Sementara itu istilah perkataan etika berasal dari bahasa Yunani

”ethos” yang berarti kebiasaan, yang dimaksud dalam hal ini, adalah kebiasaan baik atau buruk. Pada umumnya, dalam kepustakaan dikatakan etika diartikan sebagai ilmu. Sebagaimana telah dijelaskan dalam ensiklopedi pendidikan, bahwa etika adalah filsafat tentang tata nilai, kesusilaan tentang baik dan buruk. Etika juga dapat dimaksudkan sebagai cabang filsafat yang mengkaji tentang tingkah laku manusia untuk menentukan nilai perbuatan baik dan buruk, serta akal pikiranlah yang digunakan sebagai alat ukurnya.

Etika sebagai salah satu cabang dari filsafat yang mempelajari tingkah laku manusia untuk menentukan nilai perbuatan tersebut, baik atau buruk, maka ukuran untuk menentukan nilai itu adalah akal pikiran. Atau dengan kata lain, dengan akallah orang dapat menentukan baik buruknya perbuatan manusia. Baik karena akal menentukannya baik atau buruk karena akal memutuskannya buruk.

Dalam hubungan ini Dr. H. Hamzah Ya’qub menyimpulkan dan merumuskan bahwa etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.32

Kalau dalam pembicaraan moral, untuk menentukan nilai perbuatan manusia baik atau buruk dengan tolak ukur norma-norma yang hidup di masyarakat, sedangkan dalam pembahasan etika tolak ukurnya adalah akal pikiran.

Begitupun istilah etika yang sering disamakan dengan pengertian ilmu akhlak, namun jika diteliti secara seksama, maka sebenarnya antara keduanya mempunyai segi-segi perbedaan di samping juga ada persamaannya. Persamaannya antara lain terletak pada obyeknya, yaitu keduanya sama-sama membahas buruk-baik tingkah laku manusia. Sedang perbedaannya, etika menentukan buruk-baik perbuatan manusia dengan

32


(35)

tolak ukur akal pikiran, ilmu akhlak menentukannya dengan tolak ukur ajaran agama (al-Qur’an dan al-Hadits).

C. Pembentukan Akhlak Generasi Muda 1. Pengertian Generasi Muda

Hampir semua orang mengerti siapa yang dimaksud dengan generasi muda (remaja). Namun boleh jadi pengertian mereka tidak sama. Karenanya tidak mudah menyatukan pendapat orang dari berbagai lingkungan mengenai pengertian generasi muda (remaja), karena para ahli berbeda pendapat. Perbedaan itu timbul dari sudut pandang pengertian generasi muda (remaja) menurut pandangan hukum dan perundang-undangan, menurut pandangan psikologi, pendidikan, masyarakat dan dari segi ajaran Islam.

Dalam mendefisinikan pengertian ”remaja”, bila ditinjau dari berbagai istilah asing yang sering dipakai untuk menunjukkan masa remaja (generasi muda) antara lain : puberty, adolescentia, dan youth. Sedangkan dalam bahasa indonesia sering digunakan kata pubertas dan remaja (generasi muda).

Berikut ini akan dijelaskan dari pengertian istilah-istilah tersebut : 1) Puberty (inggris) atau puberteit (belanda) dan ”pubertas” berasal dari

bahasa latin. Pubertas berarti kelaki-lakian, kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tanda kelakian.

2) ”Adolescentia” berasal dari bahasa latin, yaitu masa muda (remaja) antara usia 17 dan 30 tahun.33

Remaja (Adolescence) dalam bahasa latin yang diperoleh dari kata kerja adolescere yang berarti untuk tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Dan dalam pandangan masyarakat, periode remaja adalah waktu

33


(36)

untuk tumbuh dan berkembang serta bergerak dari ketidak-matangan masa kanak-kanak menuju ke arah kematangan pada usia dewasa. 34

Lain halnya dengan masyarakat maju. Remaja belum dianggap sebagai anggota masyarakat yang perlu didengar dan dipertimbangkan pendapatnya serta dianggap belum sanggup bertanggung jawab atas dirinya. Terlebih dahulu mereka menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kapasitas tertentu, serta mempunyai kemantapan emosi, sosial dan kepribadian.35

Sementara itu, dilihat dari sudut pandang hukum dan perundang-undngan, remaja (generasi muda) adalah ”di atas 12 tahun dan dibawah 18 tahun serta belum menikah. Maksudnya adalah apabila terjadi suatu pelanggaran hukum dari seseorang dalam usia tersebut, maka hukum (ganjaran) baginya tidak sama dengan orang dewasa.

Di samping itu, M. Alisuf Sabri mengungkapkan bahwa:

Masa remaja adalah suatu periode peralihan dari masa kanak-kanak kepada masa dewasa. Ini berarti anak-anak pada masa ini harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan juga harus mempelajari sikap dan perilaku yang baru pengganti perilaku dan sikap yang ditinggalakan akibat dari peralihan ini, remaja bersikap ambivalensi di satu pihak ingin di perlukan seperti orang dewasa, jangan selalu di perintah seperti anak kecil, tetapi di lain pihak segala kebutuhannya masih minta di penuhi seperti halnya anak-anak.36

Adapun pengertian remaja pada dasarnya adalah sama, bahwa remaja adalah masa peralihan antara kanak-kanak menuju dewasa dimana pada saat itu ia mengalami kegoncangan jiwa atau sedang berada di atas jembatan goyang. Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa masa remaja itu panjang. Para ahli pendidik dan psikolog condong untuk membaginya kepada dua tahap yaitu remaja awal dan remaja akhir.

34

Drs. Zahrotun dkk, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat Dan Islam,

(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h.105.

35

Zakiah Daradjat, Pembinaan Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), cet. Ke-4, h. 9

36

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), cet. Ke-1, h. 160


(37)

Namun usia remaja yang hampir disepakati oleh banyak ahli jiwa ialah umur 13-21 tahun, sedangkan yang khusus mengenai perkembangan jiwa agama dapat diperpanjang menjadi 13-24 tahun.37

Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan oleh karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya. Terjadinya perubahan kejiwaan menimbulkan kebingungan di kalangan remaja sehingga masa ini disebut oleh orang barat sebagai periode sturm und drang. Sebabnya mereka mengalami penuh gejolak emosi dan tekanan sosial yang berlaku dikalangan masyarakat. 38

2. Karakteristik Pada Generasi Muda

Pada masa remaja awal memiliki ciri-ciri khusus yang dapat dikelompokkakn sebagai berikut:

b. Perasaan dan emosi remaja tidak stabil

c. Mengenai status remaja masih sangat sulit ditentukan d. Kemampuan mental dan daya pikir mulai agak sempurna

e. Hal sikap dan moral, menonjol pada menjelang akhir remaja awal. f. Remaja awal adalah masa kritis

g. Remaja awal banyak masalah yang dihadapinya Adapun ciri-ciri remaja akhir adalah:

a. Stabilitas mulai tumbuh dan meningkat b. Citra diri dan sikap pandangan lebih realities c. Perasaannya lebih tenang

d. Dalam menghadapi masalah dihadapi secara lebih matang 39

Zakiah Daradjat dalam mengemukakan ciri-ciri dan karakteristik kejiwaan remaja (generasi muda), mengatakan:

37

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), cet. Ke-15, h. 72

38

Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. Ke- X, h. 63.

39

Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja,


(38)

Dapat dikatakan bahwa perilaku generasi muda (remaja) tidak stabil, keadaan emosinya guncang, mudah condong kepada ekstrim, sering terdorong, bersemangat, peka, mudah tersinggung, pemikiran dan perhatiannya terpusat pada dirinya. Perhatian kepada diri dan penampilannya berlebihan, ia berusaha menarik perhatian orang lain, seperti berpakaian secara mencolok, memilih warna yang tajam dan penampilan yang ”wah” tampak jelas.40

Selain itu, ada beberapa ciri dan karakteristik generasi muda (remaja) yang perlu di ketahui, antara lain :

1) Pertumbuhan dan perkembangan fisik

Jika dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan fisik jelas terlihat, masa muda (remaja) sedang mengalami perkembangan yang hebat, akibat dari kematangan biologisnya, diantaranya pertumbuhan berat dan tinggi badan yang cepat, pertumbuhan tanda-tanda seksual primer dan pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder.

Senada dengan pendapat di atas, Andi Mappiare mengatakan bahwa ciri pertumbuhan seks primer dan sekunder, adalah sebagai berikut :

Ciri-ciri seks primer, ciri ini membedakan dua jenis kelamin. Perkembangan organ seks pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah dan bagi wanita ditandai dengan datangnya haid pertama. Dan ciri-ciri seks sekunder, ciri ini lebih jelas lagi membedakan antara dua jenis kelamin. Gejala yang di tunjukkan oleh puber wanita antara lain pinggul membesar dan membulat, buah dada semakin nampak menonjol, tumbuhnya rambut di daerah alat kelamin, ketiak, lengan, kaki, suara menjadi lebih merdu dan lain-lain. Sedangkan pada puber pria antara lain otot-otot tubuh, dada, lengan, paha dan kaki tumbuh kuat. Tumbuhnya rambut di daerah alat kelamin, betis, kadang-kadang dada dan lain-lain.41

2) Mengalami perkembangan cara berfikir

Pada masa remaja (generasi muda), cara berfikir sudah mulai berkembang ke arah pemikiran kausalitas (kemampuan berfikir dengan

40

Zakiah Daradjat, Remaja Harapan dan Tantangan, (Jakarta: Ruhama, 1994), cet. Ke-1, h. 35-36

41


(39)

hubungan sebab akibat). Selain itu, remaja (generasi muda) sudah mulai berfikir kritis, sehingga ia akan melawan orang tua, guru, atau lingkungan yang masih menganggapnya sebagai anak kecil.

Mereka telah mampu mengalami hal-hal yang abstrak, serta mampu pula mengambil kesimpulan yang abstrak dari kenyataan yang dilihatnya. Sebagai akibat dari kematangan cara berfikir (kecerdasan) itu, mereka akan selalu menuntut penjelasan yang masuk akal terhadap setiap persoalan.

3) Pertumbuhan pribadi

Mereka sedang mengalami kegoncangan dan ketidakpastian. Dari segi jasmaniah mereka telah merasa cukup matang dan telah seperti orang dewasa. Demikian pula dari segi cara berfikir (kecerdasan) mereka telah mampu berfikir obyektif dan dapat mengambil kesimpulan yang abstrak dari kenyataan yang ada, tetapi mereka belum mampu berdiri sendiri, belum sanggup mencari nafkah untuk membiayai diri dan untuk memenuhi segala kebutuhannya.

Kebutuhan untuk diri sendiri semakin meningkat, persaingan dalam mencapai kedudukan di antara teman-teman semakin berat, sebab syarat-syarat hidup semakin tinggi. Pada saat seperti ini, perhatian dari jenis lain sangat diharapkan, apabila teman-temannya dari jenis lain kurang menaruh perhatian, ia akan merasa sedih, mungkin akan menyendiri atau mencoba melakukan hal-hal yang menarik perhatian.

4) Emosi yang meluap-luap

Keadaan emosi remaja masih labil karena erat kaitannya dengan keadaan hormon. Terkadang suatu saat ia sedih sekali bahkan sebaliknya, ia juga bisa marah sekali. Kalau sedang dalam keadaan senang-senang mereka mudah lupa diri karena tidak mampu menahan emosi yang meluap-luap itu, bahkan generasi muda (remaja) mudah terbawa arus ke dalam tindakan tidak bermoral, misalnya remaja yang sedang asyik berpacaran terlanjur hamil sebelum mereka menikah.


(40)

5) Perkembangan sosial

Pada usia ini sangat terasa betapa pentingnyapengakuan bagi generasi muda (remaja). Mereka akan merasa sangat sedih, bila diremehkan atau dikucilkan dari masyarakat dan teman-temannya. Mereka sangat gelisah apabila dipandang rendah atau diejek oleh teman-temannya terutama teman dari lain jenis.

Sedemikian pentingnya penghargaan dari teman-temannya, maka jika terjadi pertentangan pendapat antara orang tua dan teman-temannya, biasanya mereka memihak kepada teman-temannya. ”Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada fikiran yang realistis”.42

6) Mulai tertarik pada lawan jenis

Secara alamiah, manusia terdiri dari dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Pada masa remaja mereka mulai tertarik dengan lawan jenis, dan mereka mulai untuk mencari pasangan untuk teman kencan (berpacaran). Mereka selalu ingin diperhatikan oleh lawan jenis, disayangi, dimanja dan dipuji.

3. Aspek-aspek Perkembangan Kesadaran Beragama Pada Generasi Muda

a. Masa Remaja Awal (Sekitar usia 13-16 tahun)

Pada masa ini terjadi perubahan jasmani yang cepat sehingga memungkinkan terjadinya kegoncangan emosi, kecerdasan, dan kekhawatiran. Bahkan, kepercayaan agama yang telah tumbuh pada umur sebelumnya, mungkin pula mengalami kegoncangan. Kepercayaan kepada Tuhan kadang-kadang sangat kuat, akan tetapi kadang-kadang menjadi berkurang yang terlihat pada cara ibadahnya yang kadang-kadang rajin dan kadang-kadang malas. Penghayatan rohaniyahnya cenderung skeptis (was-was) sehingga muncul keengganan dan kemalasan untuk melakukan berbagai kegiatan ritual

42


(41)

(seperti ibadah shalat) yang selama ini dilakukannya dengan penuh kepatuhan.

b. Masa Remaja Akhir (Sekitar usia 17-21 tahun)

Secara psikologis, masa ini merupakan permulaan masa dewasa, emosinya mulai stabil dan pemikirannya mulai matang (kritis). Dalam kehidupan beragama, remaja sudah mulai melibatkan diri kedalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Remaja sudah dapat membedakan agama sebagai ajaran dengan manusia sebgai penganutnya di antaranya ada yang shalih dan ada yang tidak shalih. Pengertian ini memungkinkan dia untuk tidak terpengaruh oleh orang-orang atau mengaku beragama, namun tidak melaksanakan ajaran agama atau perilakunya bertentangn dengan nilai agama. 43

4. Proses Pembentukan Akhlak Pada Generasi Muda (Remaja)

Bahwasanya akhlak tidak begitu saja mudah terbentuk dalam diri seseorang, tetapi harus diupayakan melalui proses pembentukan yang cukup lama dan usaha yang sungguh-sungguh, untuk memberikan pengertian dan pemahaman akhlak kepada generasi muda. Adapun proses yang dapat dilakukan dalam pembentukan akhlak genersi muda antara lain yaitu:

a. Melalui pendidikan

Pendidikan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan akhlak atau prilaku seseorang, sehingga sangat strategis bila dunia pendidikan dijadikan sebagai pusat perubahan akhlak atau prilaku seseorang dari yang kurang baik diarahkan menuju pada prilaku yang baik.

Proses pembentukan akhlak pada generasi muda melalui pendidikan, dapat dilakukan melalui tiga macam pendidikan yaitu:

43

Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 204-206.


(42)

1) Pranatal Education (Pendidikan sebelum lahir)

Pendidikan ini dilakukan sebelum anak lahir, prilaku orang tua yang Islami ketika anak masih dalam kandungan sangat besar sekali pengaruhnya terutama dalam memberikan rangsangan dan pengaruh terhadap anak yang masih dalam kandungan tersebut. Hal ini dapat dilakukan melalui meningkatkan kualitas ibadah seperti shalat, membiasakan membaca Al-Qur’an, dzikrullah, membaca shalawat, dan bertutur kata yang sopan serta lemah lembut.

2) Education by Another (Pendidikan oleh orang lain)

Proses pendidikan ini dilakukan secara langsung oleh orang lain, seperti orang tua, guru, da’I atau mubaligh dan tokoh masyarakat. 3) Self Education (Pendidikan sendiri)

Proses ini dilakukan melalui kegiatan pribadi tanpa bantuan orang lain, seperti membaca buku-buku keagamaan dan lain-lain.44

b. Melalui pembiasaan

”Kebiasaan adalah perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang, terus menerus atau secara kontinyu, sehingga mudah dikerjakan oleh seseorang seperti kebiasaan berjalan, berpakaian, berbicara, berpidato, dan sebagainya.”45

Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan. Yang dimaksud dengan kebiasaan ialah cara-cara bertindak yang persistent, uniform, dan hampir-hampir otomatis (hampir-hampir tidak disadari oleh pelakunya). Seseorang yang telah mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat melaksanakannya dengan mudah dan senang hati. Bahkan segala sesuatu yang telah menjadi kebiasaan dalam usia muda sulit untuk diubah dan tetap berlangsung sampai hari tua.46

c. Melalui pergaulan

44

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), cet. Ke-1, h.195-199

45

Drs. H.A. Mustafa, Akhlak..., cet. Ke-1, h. 96

46

Drs. Hery Noer Aly, MA., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), cet. Ke-1, h. 178


(43)

Pembentukan akhlak pada generasi muda juga dapat dilakukan dengan cara bergaul dengan orang-orang yang berbudi luhur, karena pergaulan sangat besar sekali pengaruhnya bagi perkembangan pemikiran remaja. Hal ini disebabkan karena manusia memiliki sifat ingin meniru dan mencoba apa saja yang telah dilakukan oleh orang lain.

Seorang yang bergaul dengan pemberani dapat memberikan pengaruh kebaikan kepada jiwa seseorang yang penakut. Namun, dalam pergaulan sehari-hari peranan orang tua dan guru atau pendidik sangat besar, terutama sebagai controling atau yang mengawasi, agar generasi muda tidak salah bergaul.

d. Melalui keteladanan

Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi, dan larangan, tetapi melalui pendidikan yang disertai contoh teladan yang baik.

e. Melalui Motivasi dan Intimidasi

Motivasi yaitu metode dengan memberikan dorongan agar seseorang menjadi lebih semangat, seperti contohnya pahala yang dikaitkan dengan surga, sedangkan intimidasi adalah metode dengan menakut-nakuti atau mematahkan semangat, seperti contohnya dosa yang dikaitkan dengan neraka. Dalam bahasa arab Motivasi dan Intimidasi disebut uslub al-targhib wa al-tarhib

(

ﺖﻟاو

ﺐﻴﻏﺮﺘﻟا

بﻮ ا

ﺐﻴه

).

Metode ini sesuai tabi’at manusia di manapun dan apapun jenis, warna kulit, ideologinya. Manusia menurut tabi’atnya bertingkah laku sesuai dengan kadar pengetahuannya tentang akibat yang mungkin lahir dari tingkah laku dan perbuatannya, apakah akibat itu membahayakan ataukah bermanfaat dan apakah menyenangkan ataukan bermanfaat dan apakah menyenangkan ataukah menyengsarakan.


(44)

f. Melalui Persuasi

Yang dimaksud dengan metode persuasi ialah meyakinkan peserta didik tentang suatu ajaran dengan kekuatan akal. Metode ini dalam bahasa arab dikenal dengan istilah uslub al-iqna’ wa al-iqtina’

(

عﺎﻨ

ا

و

عﺎﻨ ا

بﻮ ا

)

.47 g. Memberikan latihan-latihan

Cara latihan ini adalah meliputi pembiasaan disiplin, bertutur kata yang sopan santun, menolong dan membantu orang lain.

47


(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok, alasan memilih lokasi ini karena mudah dijangkau dan lokasi tersebut selalu aktif dalam mengadakan kegiatan pengajian remaja. Adapun penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober – November 2009. B. Metode Penelitian

Untuk memudahkan data dan informasi yang akan mengungkapkan permasalah dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis yang bersifat kuantitatif.

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah keseluruhan obyek-obyek penelitian.1 Dengan demikian populasi pada penelitian ini

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), (Jakarta : Rineka Cipta, 1996), Cet. Ke-10, h. 115


(46)

adalah seluruh remaja yang mengikuti pengajian remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok yaitu sebanyak 60 orang.

2. Sampel

Adapun besarnya sampel yang penulis ambil sebanyak 50 % dari populasi, yaitu 50 % x 60 orang = 30 orang (Responden). Jadi samplingnya sekitar 30 orang responden. Dan pengambilan sampel ini dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling, yaitu dengan cara mengundi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dari lapangan adalah :

1. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung ke lapangan guna mengamati proses pelaksanaan pengajian remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok.

2. Wawancara, yaitu pengambilan data dengan menggunakan tanya jawab yang ditujukan kepada pembina pengajian remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok, serta pihak lain yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan pengajian remaja tersebut. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan kondisi obyektif tentang pengajian remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok.

3. Angket, yakni angket yang pada setiap itemnya sudah tersedia berbagai alternatif jawaban, sehingga responden dapat memilih salah satu alternatif jawaban yang ada. Penulis menyebarkan angket kepada anggota pengajian remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok untuk mendapatkan data mengenai berbagai kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di pengajian remaja tersebut.

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Agar data yang terkumpul dapat terbaca dan penelitian ini dapat dipercaya, maka data tersebut harus dianalisis sehingga diperoleh kesimpulan. Adapun teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik


(47)

analisis kualitatif, yaitu teknik deskriptif non statistik, guna menganalisis data-data yang bersifat non angka atau berwujud konsep-konsep dan keterangan-keterangan dengan menggunakan berfikir deduktif dan induktif, dan rumus yang digunakan adalah :

P = F x 100 % N Keterangan :

P = Angka presentasi

F = Jumlah frekuensi/Jumlah Subyek

N = Number of cases/Jumlah individu

Sedangkan dalam pengolahan data-data yang sudah terkumpul, penulis menggunakan metode statistik deskriptif dengan kategori presentase sebagai berikut:

Skor 1% - 25 % = Tidak efektif

Skor 26% - 50 % = Kurang efektif

Skor 51% - 75 % = Efektif


(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Sejarah dan Tujuan berdirinya Pengajian Remaja Kp. Kandang

Menurut data yang diperoleh dan berdasarkan hasil wawancara penulis dengan ketua Pengajian Remaja Kp. Kandang diperoleh keterangan bahwa, Pengajian Remaja Kp. Kandang didirikan sejak bulan september 1995. yang mana pada awalnya, Pengajian Remaja Kp. Kandang bermula dari sebuah organisasi kecil yang bernama Ikatan Remaja Kp. Kandang (IRKA) yang berdiri sejak tahun 1994. seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman serta bertambahnya fasilitas baik tenaga edukatif maupun administratif dengan dorongan dari masyarakat sekitar untuk membuat suatu pengajian. Maka kami dengan para senior Ikatan Remaja Kp. Kandang (IRKA) pada saat itu, membuat suatu gagasan untuk mengadakan suatu pengajian yang dibentuk sebagai wadah bagi para remaja untuk menambah ilmu, terutama ilmu agama, serta sebagai wadah penggerak dalam mengadakan kegiatan-kegiatan yang positif. Dan alhamdulillah pengajian itu masih berjalan hingga sekarang.

Adapun tujuan didirikannya Pengajian Remaja Kp. Kandang adalah agar terbinanya kehidupan beragama dalam kalangan generasi muda serta mengusahakan tercapaianya cita-cita generasi muda ke arah perbaikan


(49)

negatif baik dari segi sosial, agama dan budaya, memiliki kepribadian yang mantap dan dapat bertanggung jawab terhadap pendidikan, keluarga dan masyarakat hingga mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

2. Keadaan Ustadz dan Anggota

Pada kepengurusan yang sekarang dibawah kepemimpinan saudara Kosim, Pengajian Remaja Kp. Kandang dibina oleh Bpk. H. Toyib, SE dan Bpk. H. Asmad yang merupakan tokoh masyarakat di sekitar pengajian. Adapun keanggotaan Pengajian Remaja Kp. Kandang sekarang berjumlah 60 orang.

3. Faktor yang melatarbelakangi berdirinya Pengajian Remaja Kp. Kandang

Pada dasarnya faktor yang melatarbelakangi berdirinya Pengajian Remaja Kp. Kandang adalah adanya kekhawatiran terhadap generasi muda (remaja) yang kurang mendapat perhatian yang membuat mereka kurang berakhlak, kurang memperhatikan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang muslim dan adanya kekahawatiran mengenai kondisi zaman yang terus berkembang yang sewaktu-waktu bisa menjerumuskan mereka ke dalam pergaulan yang salah, yang nantinya akan menyebabkan keterbelakangan moral dan keterpurukan akhlak. Oleh karena itu, Pengajian Remaja Kp. Kandang sebagai suatu wadah pendidikan bagi generasi muda berkeinginan untuk mengarahkan para generasi muda agar lebih maju dan lebih berakhlak lagi guna menyongsong era globalisasi.


(50)

1) Pertumbuhan dan perkembangan remaja dalam pergaulan terutama dalam bertutur kata, berbusana dan sopan santun serta menghormati orang lain.

2) Perubahan sikap dari remaja menuju kedewasaan dari cara berfikir dan bertingkah laku.

b. Materi tentang ibadah, meliputi:

Tata cara beribadah dan pengalamannya di masyarakat. c. Berorganisasi secara Islami di lingkungan generasi muda

Sedangkan metode dalam menyampaikan materi tersebut di atas, adalah metode langsung atau ceramah, tanya jawab, dan diskusi.

Dari berbagai metode yang dilakukan di Pengajian Remaja Kp. Kandang dalam penyampaian materi, khususnya materi tentang akhlak, juga masih terdapat beberapa proses yang dapat dilakukan dalam pembentukan akhlak generasi muda, antara lain yaitu:

1) Melalui pembiasaan 2) Melalui pergaulan 3) Melalui keteladanan

4) Melalui pemberian latihan-latihan

Sementara itu jamaan yang mengikuti Pengajian Remaja Kp. Kandang adalah para remaja dari lingkungan Rw 02 dan Rw 03, yaitu dari wilayah sekitar (anggota tetap), dan para remaja dari luar wilayah atau undangan (anggota tidak tetap).

Dalam pelaksanaan kegiatan di Pengajian Remaja Kp. Kandang tersebut terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat, yaitu:

1) Faktor Pendukung

a) Orang tua yang aktif dan selalu mendukung terhadap kegiatan-kegiatan remaja


(51)

2) Faktor Penghambat

a) Keadaan ekonomi remaja terbatas

b) Sarana lingkungan yang kurang mendukung c) Masih rendahnya kesadaran disiplin waktu

5. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Pengajian Remaja Kp. Kandang masih sangat sederhana, di pengajian ini hanya mempunyai kelengkapan administrasi, piring dan gelas. Adapaun tempat pengajian mengambil tempat di Masjid Al-Arinah yang berada di wilayah Kp. Kandang.

6. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Pengajian Remaja Kp. Kandang antara lain:

a. Pengajian mingguan yang dilaksanakan setiap malam sabtu b. Pengajian bulanan (masih vakum)

c. Peringatan hari besar keagamaan d. Peringatan hari besar Nasional e. Bakti sosial

f. Kunjungan ke pengajian-pengajian lain (study comperative)

Seluruh kegiatan di atas dikelola dan dilaksanakan oleh para pengurus pengajian, anggota dan masyarakat sekitar.


(52)

Pembina H. Toyib, SE

H. Asmad

Wk. Ketua Syahroni

Sekretaris Heri Irawan

Bendahara Faradina Anbiya Ketua

Kosim

Sie. Konsumsi Arini Zana Pratiwi

Supriyadi

ANGGOTA

Sie. Humas Hendra Noviyanti

Sie. Materi Zulkarnain


(53)

Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok, penulis perlu menginformasikan bahwa pertanyaan atau angket yang disebar kepada responden terbagi menjadi empat kategori yang terdiri atas:

a. Kategori A terdiri dari 5 pertanyaan tentang materi dan metode dalam pengajian remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok.

b. Kategori B terdiri dari 3 pertanyaan tentang keaktifan mengikuti pengajian remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok.

c. Kategori C terdiri dari 8 pertanyaan tentang kontribusi pengajian remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok dalam memberikan keteladanan dalam pembentukan akhlak generasi muda kepada Allah SWT, dan kepada sesama manusia.

d. Kategori D terdiri dari 4 pertanyaan tentang kontribusi pengajian remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok dalam memberikan pembiasaan dalam pembentukan akhlak generasi muda. Berikut ini penulis akan menganalisa data yang telah penulis kumpulakan dari penelitian tersebut.

1.Materi dan Metode pengajaran dalam pengajian remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok

Tabel 1

Materi yang diberikan dalam Pengajian Remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok

N = 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase


(54)

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar jama’ah menyatkan materi yang sering diberikan di pengajian remaja adalah akhlak atau budi pekerti (73,33 %), sebagian kecil menyatakan tauhid atau aqidah (13,33 %), dan sebagian kecil lainnya Fiqih atau ibadah (10,00 %), sedangkan yang menyatakan tafsir hanya sedikit sekali (3,33 %).

Berdasarkan tabel di atas, berarti materi yang diberikan dalam pengajian remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok adalah materi keagamaan yang bervariasi, namun yang paling dominan adalah penyampaian materi tentang akhlak.

Tabel 2

Keutamaan Materi Akhlak dalam Pengajian Remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok

N = 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

1 Sangat diutamakan 20 66,66

2 Diutamakan 7 23,33

3 Biasa-biasa saja 3 10,00

4 Tidak diutamakan - -

Jumlah 30 100

Data tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar menjawab materi yang disampaikan sangat mengutamakan materi tentang akhlak (66,66 %) dan hanya sebagian kecil saja yang menyatakan diutamakan (23,33 %), sementara itu sebagian kecil lainnya menyatakan biasa-biasa saja (10,00 %), bahkan tidak ada satu orang jama’ah pun yang menyatakan tidak diutamakan.


(55)

yang menjawab sangat mengutamakan materi tentang akhlak. Tabel 3

Intisari materi akhlak yang disampaikan dalam Pengajian Remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok

N = 30

NO Alternatif Jawaban Frekuensi Presentase

1 Akhlak kepada teman 6 20,00

2 Akhlak kepada Rasul 1 3,33

3 Akhlak kepada Malaikat 3 10,00

4 Akhlak kepada Allah dan manusia

20 66,66

Jumlah 30 100

Data tabel di atas menunjukkan, bahwa sebagian besar materi akhlak yang disampaikan di Pengajian Remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok mencakup akhlak terhadap Allah dan sesama manusia (66,66 %). Sebagian kecil menyatakan akhlak kepada teman (20,00 %) dan sebagian kecil lainnya menjawab akhlak kepada Malaikat (10,00 %), serta hanya sedikit sekali yang menyatakan akhlak kepada Rasul (3,33 %).

Dengan demikian berarti materi akhlak yang diberikan di Pengajian Remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok adalah terpokus (terbatas) pada akhlak kepada Allah dan sesama manusia. Dengan begitu diharapkan, akan terwujud hubungan yang dinamis baik secara vertikal (Hablumminallah), maupun hubungan horizontal (Hablumminannas).


(1)

BABV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan perumusan masalah yang dibuat, serta hasil penelitian dan analisis data yang ada, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa: Kegiatan Pengajian Remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok, dianggap mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap pembentukan akhlak generasi muda di wilayah Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok, karena telah memberikan dampak yang positif terhadap masyarakat dan remaja khususnya. Hal ini dapat dilihat dari sikap para remaja yang baik dan upaya-upaya yang dilakukan oleh Pengajian tersebut dalam pembentukan akhlak generasi muda, seperti menanamkan kebiasaan yang positif, terutama dalam betutur kata yang sopan, lemah lembut, berpakaian yang benar, dan saling menghormati serta menghargai antara yang satu dengan yang lainnya.

Selain itu, bentuk kontribusi Pengajian Remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok yaitu sebagai wadah pembinaan dan pengembangan kehidupan beragama dalam rangka membentuk masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT, dan juga berakhlak mulia, serta wadah sillaturrahmi yang menghidupsuburkan Syi’ar Islam.


(2)

Pengajian Remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok juga mampu mengubah sikap dan prilaku remaja ke arah yang lebih baik sesuai dengan tuntunan dan ajaran Islam.

Dengan demikian, eksistensi dan keberadaan Pengajian Remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok dianggap mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap pembentukan akhlak generasi muda Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok, terutama dilihat dari kemajuan di bidang akhlak yang mulia, baik akhlak terhadap Allah SWT, maupun akhlak terhadap sesama manusia. Walaupun kemajuan yang ada tidak seperti yang diharapkan dalam kajian teoritis.

B. SARAN

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di Pengajian Remaja yang terletak di Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok, telah dapat penulis simpulkan sebagaimana tertulis sebelumnya di atas. Bertolak dari kesimpulan tersebut, maka dengan kerendahan hati penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada para pengurus Pengajian Remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok agar lebih selektif lagi dalam memilih tenaga pengajar yang memang benar-benar kompeten di bidangnya, sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas Pengajian Remaja tersebut.

2. Hendaklah Pengajian Remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok lebih memperhatikan dan mengutamakan materi yang benar-benar dibutuhkan oleh jama’ah khususnya dan masyarakat pada umumnya serta menggunakan metode yang pariatif agar tidak menimbulkan kemonotonan dan kejenuhan, sehingga lebih efektif dalam mencapai tujuan.

3. Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Pengajian Remaja Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok hendaklah lebih


(3)

bervariasi sehingga menarik minat para jama’ah untuk ikut mengikuti dan menghadirinya.

4. Diperlukan bimbingan dan pengawasan serta kontrol penuh dari pembina, orang tua, maupun masyarakat terhadap perkembangan prilaku generasi muda (remaja) di Kp. Kandang Kelurahan Duren Seribu Sawangan Depok.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahnad, Muhammad, Tauhid Ilmu Kalam, Bandung : CV. Pustaka Setia, 1998.

Alawiyah, Tutty, AS, Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Taklim, Bandung: Mizan, 1997.

Ali M, Hasan, Tuntunan Akhlak, Jakarta : Bulan Bintang, 1979.

Al Ghazali, Muhammad, Akhlak Seorang Muslim, Semarang: Adi Grafika, 1993 Aly, Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999 Aminuddin, dkk., Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002

Anwar, Rosihan, Ajaran dan Sejarah Islam unuk Anda, Jakarta : Pustaka Jaya, 1984. Ardani, Moh., Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat, Jakarta: CV Karya

Mulia, 2001

Arifin M, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), Jakarta : Bumi Aksara, 2000.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), Jakarta : Rineka Cipta, 1996.

Asmoroman, AS, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta : CV Rajawali, 1992.

Aziz Abd. Dahlan, et al., Ensiklopedi Islam, Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994.

Daradjat, Zakiah, Ilmu Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 1970. Daradjat, Zakiah, Pembinaan Remaja, Jakarta: Bulan Bintang, 1982

Daradjat, Zakiah, Remaja Harapan dan Tantangan, Jakarta: Ruhama, 1994 Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1996

Depag RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta : Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 1983/1984

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang : CV. Toha Putra, 1989

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997.


(5)

Gunarsa, Singgih D., Psychologi Remaja, Jakarta: PT Bpk. Gunung Mulia, 1990 Huda, Nurul, Pedoman Majelis Taklim, Jakarta : KODI, 1990.

Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlaq, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1999

Karim Zaidan, Abdul, Dasar-dasar Ilmu Dakwah, Jakarta : Media Dakwah, 1984. Mahjuddin, Konsep Dasar Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur’an dan Petunjuk

Penerapannya dalam Hadits, Jakarta: Kalam Mulia, 2000

Mappiare, Andi, Psikologi Remaja, Surabaya: Usaha Nasional, 1982

Ma’luf, Lamis, Al-Munjid fi Al-Lughah wal A’lam, Beirut : Darul Masyriq, 1998. Mustofa, H.A., Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 2005

Nasir, Sahilun A., Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem

Remaja, Jakarta: Kalam Mulia, 1999

Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006

Poerwadarminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai Pustaka, 1982

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994

Sabri, M. Alisuf, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993

Salim, Abdullah, Akhlak Islam Membina Rumah Tangga dan Masyarakat, Jakarta: Media Dakwah, 1994

Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama Islam, Jakarta: CV Grafika Karya Utama, 2001

Usman, Basyiruddin, Metode Pembelajaran Agama Islam, Jakarta : Ciputat Pers, 2002.

Umary, Barmawie, Materia Akhlak, Solo : CV Ramadhani, 1993.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa Indonesia Depdikbud, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1998.

Poerbakawatja, Soeganda, Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta : PT Gunung Agung, 1981.


(6)

Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004

Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : Hidakarya Agung, 1996.

Zahrotun dkk, Psikologi Perkembangan Tinjauan Psikologi Barat Dan Islam,

Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006