Penegakan Diagnosa Obesitas pada Anak Penatalaksanaan Obesitas 1. Penatalaksanan Non-Farmakologi pada Anak

10 Neuron tipe pertama memproduksi neurotransmitter peptida yaitu neuropeptide Y NPY dan agouti related peptide AgRP, aktivasi neuron ini akan menstimulasi selera makan sambil mereduksi metabolisme. Terdapat neuron lainnya yaitu neuron proopiomelanocortin POMC cocaine and amphetamine regulated transcript CART yang akan melepaskan α melanocyte stimulating hormone α MSH yang dapat menghambat keinginan untuk makan. Ketika cadangan lemak dan konsentrasi leptin menurun, neuron NPY dan AgRP diaktivasi dan neuron POMC diinhibisi sehingga terjadi kenaikan berat badan. Hormon lain yang juga berperan dalam pengaturan berat badan adalah hormon insulin. Reseptor insulin terdapat di seluruh bagian otak. Aksi hormon ini untuk menekan selera makan terjadi secara langsung pada arcuate nucleus. Pemberian insulin ke dalam otak dekat arcuate nucleus dapat menghambat produksi NPY, yang bekerja menstimulasi selera makan Pusparini, 2007.

2.1.7. Penegakan Diagnosa Obesitas pada Anak

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2012, cara menegakkan diagnosis adalah : 1 Pengukuran antropometri 2 Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan 3 Penentuan status gizi a Menghitung nilai IMT dan membandingkan nilai IMT dengan Grafik IMTU berdasarkan Standar WHO 2005. b Menentukan status gizi anak : • Kurus : - 2 SD • Normal : - 2 SD sd 1 SD • Gemuk : 1 sd 2 SD • Obesitas : 2 SD Berdasarkan pemeriksaan status gizi anak: a Jika ditemukan anak sekolah dengan status gizi kurus, maka anak dirujuk ke Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Universitas Sumatera Utara 11 b Jika ditemukan anak sekolah dengan status gizi normal, maka dianjurkan untuk melanjutkan pola hidup sehat. c Jika ditemukan anak sekolah dengan status gizi gemuk atau obesitas, maka anak dirujuk ke puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut Depkes RI, 2012. 2.1.8. Penatalaksanaan Obesitas 2.1.8.1. Penatalaksanan Non-Farmakologi pada Anak Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2012, tatalaksana kasus kegemukan dan obesitas ditujukan bagi anak yang tergolong gemuk atau obesitas. Langkah-langkah kegiatan tatalaksana adalah : 1 Melakukan assesment anamnesa riwayat penyakit dan penyakit keluarga, pengukuran antropomentri dan status gizi, pemeriksaan fisik, laboratorium sederhana, anamnesa riwayat diet. 2 Bila hasil assesment menunjukkan anak mengalami kegemukan dan obesitas dengan komorbiditas hipertensi, diabetes melitus, sleep apnea, Blount disease dan lain-lain, maka dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut. 3 Bila hasil assesment menunjukkan anak mengalami kegemukan dan obesitas tanpa komorbiditas maka dapat dilakukan tatalaksana kegemukan dan obesitas di Puskesmas. 4 Melakukan konseling gizi kepada anak dan keluarga agar melaksanakan pola hidup sehat selama 3 bulan. 5 Lakukan evaluasi pada 3 bulan pertama. Bila berat badan anak turun atau tetap maka dianjurkan untuk meneruskan pola hidup sehat dan dilakukan evaluasi kembali setiap 3 bulan. Bila berat badan anak naik, maka dilakukan kegiatan pengaturan berat badan yang terstruktur di puskesmas. 6 Lakukan evaluasi setelah 3 bulan. Bila berat badan anak turun atau tetap maka dianjurkan untuk melanjutkan kegiatan pengaturan berat badan yang terstruktur. Bila berat badan anak Universitas Sumatera Utara 12 naik atau ditemukan komorbiditas, maka harus dirujuk ke rumah sakit. Evaluasi dilakukan setelah 3 bulan dan bagian penting dari upaya perbaikan gizi adalah monitoring dan evaluasi pencegahan dan penanggulangan obesitas pada anak Depkes RI, 2012.

2.1.8.2. Penatalaksanaan Farmakologi untuk Obesitas pada Anak

Menurut Recommendations for Treatment of Child and Adolescent Overweight and Obesity 2007, obat-obatan yang dapat digunakan untuk terapi farmakologik obesitas pada anak berbeda dengan yang digunakan pada orang dewasa. FDA Amerika Serikat telah menyetujui 6 obat khusus untuk obesitas dan hanya 2 daripadanya, yaitu orlistat dan sibutramine untuk terapi farmakologik obesitas pada anak. Orlistat telah disetujui oleh FDA Amerika Serikat untuk pengobatan obesitas pada anak yang berusia 12 tahun atau lebih. Dosis orlistat yang dianjurkan ialah 120 mg dikonsumsi pada saat makan tiga kali dalam sehari. Cara kerja orlistat melalui dua mekanisme. Orlistat menurunkan hidrolisis trigliserida yang terdapat di dalam makanan. Orlistat juga menurunkan absorpsi lemak di usus sampai sebanyak 30.0 dengan cara menghambat kerja enzim lipase dalam usus. Orlistat dianggap sebagai obat yang aman karena tidak diabsorpsi dalam usus halus atau usus kecil. Penggunaan orlistat dapat menimbulkan gangguan pencernaan berupa diare karena lemak yang tidak diabsorpsikan dikeluarkan dalam feces tinja, sakit perut atau mual, rasa sebah, kembung,dan flatus kentut. Absorpsi lemak yang dihambat oleh orlistat menyebabkan gangguan absorpsi vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin K. Diet yang dianjurkan untuk pengguna orlistat ialah yang mengandung serat dan yang 30.0 kalorinya berasal dari lemak. Efek-efek sampingan adalah biasanya ringan hingga sederhana dan menurun dengan rawatan yang berterusan. Sibutramine yang dulu sering digunakan untuk pengobatan obesitas anak sekarang tidak lagi dianjurkan karena dapat meningkatkan risiko terjadinya Universitas Sumatera Utara 13 gangguan kardiovaskular. Obat-obatan yang lain juga tidak dianjurkan karena keamanan dan efektifitasnya belum terbukti dengan studi. Pengobatan farmakologi hendaklah dibuat berdasarkan keperluan setiap individu, dengan mengambil kira risiko kesehatan yang berkaitan dengan berat badan, mekanisme dan tindakan obat dan kesan-kesan buruk yang dikaitkan dengan pelbagai pengobatan, keutamaan pesakit atau keluarga, dan punca-punca obesitas. Obat hanya perlu digunakan sebagai sebagian daripada program penurunan berat badan yang meliputi pemakanan yang seimbang, aktivitas fisik, dan modifikasi tingkah laku dan gaya hidup Spear,B., 2007.

2.1.9. Pencegahan Obesitas pada Anak