Komplikasi Obesitas pada Anak

13 gangguan kardiovaskular. Obat-obatan yang lain juga tidak dianjurkan karena keamanan dan efektifitasnya belum terbukti dengan studi. Pengobatan farmakologi hendaklah dibuat berdasarkan keperluan setiap individu, dengan mengambil kira risiko kesehatan yang berkaitan dengan berat badan, mekanisme dan tindakan obat dan kesan-kesan buruk yang dikaitkan dengan pelbagai pengobatan, keutamaan pesakit atau keluarga, dan punca-punca obesitas. Obat hanya perlu digunakan sebagai sebagian daripada program penurunan berat badan yang meliputi pemakanan yang seimbang, aktivitas fisik, dan modifikasi tingkah laku dan gaya hidup Spear,B., 2007.

2.1.9. Pencegahan Obesitas pada Anak

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2012, pencegahan obesitas pada anak dilakukan melalui pendekatan kepada anak sekolah beserta orang-orang terdekatnya, yaitu orang tua, guru dan teman untuk mempromosikan gaya hidup sehat yang meliputi pola dan perilaku makan serta aktivitas fisik. Strategi pendekatan dilakukan pada semua anak. Usaha pencegahan dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan fasilitas pelayanan kesehatan. Lingkungan sekolah merupakan tempat yang baik untuk pendidikan kesehatan yang dapat memberikan pengetahuan, keterampilan serta dukungan sosial dari warga sekolah. Pengetahuan, keterampilan serta dukungan sosial ini memberikan perubahan perilaku makan sehat yang dapat diterapkan dalam jangka waktu lama. Tujuan pencegahan ini adalah supaya terjadinya perubahan pola dan perilaku makan yang meliputi meningkatkan kebiasaan konsumsi buah dan sayur, mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis, mengurangi konsumsi makanan tinggi energi dan lemak, mengurangi konsumsi junk food, serta peningkatan aktivitas fisik dan mengurangi sedentary life style Depkes RI, 2012.

2.2. Komplikasi Obesitas pada Anak

Menurut Yung Seng Lee 2009, komplikasi obesitas pada anak adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 14 1. Resistansi insulin dan intoleransi glukosa Obesitas dapat memicu intoleransi glukosa dan resistensi hormon insulin, yang dapat berujung pada diabetes melitus tipe 2. Kenaikan massa lemak tubuh, yang berdampak pada penurunan sensitifitas insulin, adanya akumulasi lipid dalam sel, dan adanya beberapa peptide yang dapat diproduksi oleh jaringan lemak yang dapat memodifikasi fungsi dan aksi dari insulin. Di sisi lain, seseorang dengan kondisi hyperinsulinemia dan insulin yang resisten, dapat menyebabkan kenaikan berat badan dan mencegah dari kehilangan berat badan. 2. Hipertensi Tekanan darah tinggi pada anak-anak sebelum ini dianggap kurang berlaku, tetapi dalam beberapa tahun kebelakangan menjadi semakin biasa dengan obesitas. Anak yang obesitas berisiko tekanan darah tinggi 3 kali ganda lebih tinggi daripada anak yang tidak obesitas. Kira-kira 20.0 hingga 30.0 daripada kanak-kanak obes antara 5 hingga 11 tahun mempunyai sistolik tinggi atau tekanan darah diastolik yang berlebihan. Gabungan faktor seperti resistensi insulin, pekerjaan belebihan oleh sistem saraf simpatetik, pengaktifan sistem renin-angiotensin membawa kepada peningkatan penyerapan natrium dan mengurangkan natriuresis, dan keabnormalan dalam struktur vaskular dan fungsi boleh menyumbang kepada tekanan darah tinggi yang berkaitan dengan obesitas. 3. Dislipidemia Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma, yaitu peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, danatau trigliserida, serta penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah. Dislipidemia adalah salah satu komponen dalam trias sindrom metabolik selain diabetes dan hipertensi. Pada orang yang kegemukan menunjukkan output VLDL trigliserida yang tinggi dan kadar trigliserida plasma yang lebih tinggi. Trigliserida berlebihan dalam sirkulasi juga mempengaruhi lipoprotein lain. Bila trigliserida LDL dan HDL mengalami lipolisis, akan menjadi small dense LDL dan HDL, abnormalitas ini secara tipikal ditandai dengan kadar HDL kolesterol yang rendah. Universitas Sumatera Utara 15 4. Penyakit hepatobilier Obesitas nantinya dapat menimbulkan tertimbunnya lemak pada liver yang tidak dipicu oleh alkohol non alcoholic fatty liver disease NAFLD. Pada kondisi ini, NAFLD dapat mengalami perubahan menjadi peradangan liver yang disertai perlemakan yang lebih luas, yang berpeluang berkembang menjadi pengerasan liver sirosis dan kanker liver. Di sisi lain, obesitas akan memicu sekresi kolesterol berlebih dalam cairan empedu, dan dengan ini dapat menjadi faktor resiko terbentuknya batu empedu. Selain itu, bila disertai peradangan maka dapat menyebabkan radang kantung empedu. 5. Sindrom Metabolik Sindrom metabolik terdiri dari obesitas sentral, resistensi insulin, hipertensi, dan dislipidemia berupa kadar trigliserida yang tinggi dan kolesterol high density lipoprotein HDL yang rendah. Seorang anak dikategorikan mengalami sindrom metabolik apabila memenuhi 3 dari 5 komponen kriteria sindrom metabolik, yaitu obesitas sentral, peningkatan kadar trigliserida, penurunan kadar kolesterol high density lipoprotein HDL, kadar gula darah puasa terganggu, dan hipertensi. 6. Obstructive Sleep Apnoea OSA Diperkirakan 33.0 hingga 94.0 anak-anak yang obesitas mengalami apnea tidur. Hasil pemendapan lemak menyebabkan penyempitan saluran pernafasan atas yang mengakibatkan udara tidak bisa masuk dan keluar dan lebih terdedah kepada halangan semasa tidur. Jumlah lemak yang tinggi di bahagian abdomen membawa kepada pernafasan yang kurang dengan peningkatan udara dan akumulasi karbon dioksida. 7. Kesan psikososial Obesitas mempunyai kesan yang ketara kepada pembangunan emosi anak- anak yang mengalami diskriminasi, sebagai individu yang gemuk sering dikaitkan dengan ciri-ciri negatif, dan biasanya dianggap suka makan, berfikiran lemah dan yang tidak berdisiplin. Anak yang obes mempunyai gambaran dan bentuk badan yang kurang baik, harga diri dan keyakinan yang rendah dan cenderung untuk Universitas Sumatera Utara 16 membangunkan imej diri yang negatif yang berterusan hingga dewasa Lee Y. S., 2009. 2.3. Pengetahuan 2.3.1. Definisi Pengetahuan