Gambar 4.1. Uji daya hambat isolat bakteri endofit terhadap mikroba patogen: a Salmonella typhii
AJ4= 7,86 mm, AJ5= 7,00 mm, AJ6= 6,35 mm, AJ7= 6,80 mm, b Escherichia coli AJ4= 7,18 mm, AJ5= 6,66 mm, AJ6= 7,13
mm, AJ7= 6,28 mm, c Streptococcus mutans AJ4= -, AJ5= 6,16 mm, AJ6= 6,73 mm, AJ7= 7,13 mm.
Gambar 4.2. Uji daya hambat isolat bakteri endofit terhadap Aspergillus flavus: a Isolat AJ6, b Isolat AJ5, c Isolat BJ5
4.3. Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Metanol Bakteri Endofit Terhadap Mikroba Patogen
Dari hasil pengukuran besar zona hambat yang diperoleh dari masing-masing isolat bakteri endofit terhadap bakteri dan jamur patogen uji, dua isolat yang memiliki
zona hambat paling besar akan diekstrak dengan menggunakan pelarut metanol. Isolat bakteri endofit yang diekstrak yaitu AJ5 dan AJ7, untuk pengujian antimikroba
terkadang mikroba patogen uji dilakukan dengan pembuatan konsentrasi ekstrak yang berbeda yaitu 40, 60, 80, dan 100.
a b
c a
b c
Universitas Sumatera Utara
Hasil pengamatan pada ekstrak AJ5 dan AJ7 ditunjukkan oleh Tabel 4.3. Isolat AJ5 dan AJ7 memiliki potensi antimikroba yang berbeda untuk setiap konsentrasinya.
Namun dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak, besar zona hambat yang terbentuk semakin kecil.
Tabel 4.3. Hasil uji aktivitas ekstrak metanol beberapa bakteri endofit terhadap bakteri dan jamur patogen uji
Jenis Patogen Konsentrasi
Ekstrak Besar Zona Hambat Terhadap Patogen mm
AJ5 AJ7
Hari 1 Hari 2
Hari 1 Hari 2
Salmonella typhii
K+ 21,1
21 22
22 K-
40 7
7 9
9,3 60
7 6,3
7
14
80 6,1
6,1 7,1
7 100
Streptococcus mutans
K+ 28
27 25
23,3 K-
40 7
6,3 8,4
8,4
60 6,1
7 7,3
80 100
6,2
Escherichia coli
K+ 23,4
23 23
22 K-
40
10 7,1
8 8,3
60
10
7 7
80 9
7,1 6,2
100 6,1
Aspergillus flavus
K+ 0,7
0,5 0,7
0,5 K-
0,0 0,7
0,0 0,7
40 3,5
3,5 5,0
5 60
1,1 1,0
2,9 2,5
80 1,8
1,5 5,9
3,1 100
6,5 4
6,6 4,5
Keterangan: AJ : Bagian akar Kontrol + : klorampenikol
BJ : Bagian batang Kontrol - : DMSO
Perbedaan diameter zona hambat tersebut dapat terjadi karena kemampuan substansinya dalam menghambat laju pertumbuhan mikroba pada konsentrasi yang
Universitas Sumatera Utara
rendah, sekitar 20-30 mempunyai aktivitas spektrum luas dalam menghambat mikroba patogen tertentu dan dimungkinkan karena adanya penghambatan terhadap
sintesis dinding sel atau aktivitas tidak bertahan lama. Dinding sel ini mampu mempertahankan sel mikroba dan pelindung sel bakteri yang mempunyai tekanan
osmotik internal yang tinggi Jawetz et al., 2005. Diameter zona hambat terbesar terhadap S. typhii ditunjukkan oleh ekstrak
AJ7 pada konsentrasi 60 yaitu sebesar 14 mm, terhadap S. mutans ditunjukkan oleh ekstrak AJ7 pada konsentrasi 40 sebesar 8,4 mm, terhadap E. coli ditunjukkan oleh
ekstrak AJ7 pada konsentrasi 40 sebesar 8,3 mm dan terhadap A. flavus oleh ekstrak AJ7 pada konsentrasi 100 sebesar 6,6 mm. Perbedaan dan variasi besar diameter zona
hambat yang terbentuk pada konsentrasi yang berbeda dapat disebabkan karena adanya perbedaan kandungan substansi masing-masing konsentrasi ekstrak dan kemampuan
dari masing-masing mikroba patogen. Hal ini juga diduga karena adanya pengaruh dari DMSO sebagai pelarutnya. Berdasarkan data tersebut, ekstrak AJ7 memiliki potensi
yang lebih besar dalam menghambat pertumbuhan mikroba patogen dibandingkan dengan ekstrak AJ5.
Penurunan besar zona hambat dapat dipengaruhi oleh produksi dan potensi dari senyawa antimikroba. Suatu antimikroba bersifat bakteriostatik jika senyawa
antimikroba tersebut hanya mampu menghambat pertumbuhan bakteri jika pemberian senyawa terus dilakukan dan jika dihentikan atau habis, maka pertumbuhan dan
perbanyakan dari bakteri akan kembali meningkat yang ditandai dengan berkurangnya diameter zona hambatan pada masa inkubasi kedua. Sebaliknya bersifat bakteriosida
jika diameter zona hambatan meningkat pada masa inkubasi kedua, hal ini disebabkan karena senyawa ini mampu membunuh dan menghentikan aktivitas fisiologi dari
bakteri, meskipun pemberian senyawa tersebut dihentikan Mycek, 2001.
Berdasarkan Tabel 4.3 antimikroba yang terdapat pada ekstrak AJ5 pada konsentrasi 100 terhadap S. mutans dapat diduga memiliki sifat bakteriostatik dimana
ekstrak AJ5 hanya mampu menghambat pertumbuhan S. mutans pada hari pertama saja, sedangkan ekstrak AJ5 pada konsentrasi 80 dan ekstrak AJ7 pada konsentrasi 100
terhadap E. coli, bersifat bakterisida dimana telah dapat membunuh E. coli pada hari kedua. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa, penghambatan terhadap pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
mikroba patogen yang terbentuk berbeda untuk setiap mikroba patogen, dan setiap mikroba patogen uji yang merupakan bakteri Gram +, bakteri Gram - dan fungi
memiliki mekanisme dinding sel yang berbeda. Pemakaian ekstrak bakteri endofit diduga lebih baik daripada pemakaian
isolatnya, hal ini dibuktikan dari pengukuran besar diameter zona hambatnya, dimana diameter zona hambat oleh ekstrak isolat bakteri endofit lebih besar dibanding dengan
diameter zona hambat oleh isolat bakteri endofitnya. Menurut Purwoko 2007, pemecahan sel dapat dilakukan pada saat maserasi bakteri dengan media tumbuh.
Penambahan metanol pada saat maserasi akan menyebabkan pH ekstra sel menjadi asam dan berakibat pada peningkatan konsentrasi proton di dalam sel. Ketika sel tidak
cukup memiliki ATP untuk memompa proton keluar sel maka terjadi akumulasi proton di dalam sel dan dapat menyebabkan lisis sel dan senyawa metabolit berdifusi ke pelarut
metanol. Ada kemungkinan kandungan senyawa antimikroba memiliki aktivitas antimikroba yang kuat tetapi produksi senyawa antimikroba oleh bakteri sangat kecil
Nofiani et al., 2009.
Universitas Sumatera Utara
4.4. Pengamatan Hifa Abnormal