Kredit Tampa Jaminan untuk Pengembangan Ekonomi Umat: Telaah Atas Pemikiran Muhammad Yunus
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.EI)
Oleh:
Ahmad Majdi Tsabit NIM: 204046102887
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
KREDIT TANPA JAMINAN
UNTUK PENGEMBANGAN EKONOMI UMAT: TELAAH ATAS PEMIKIRAN MUHAMMAD YUNUS
Oleh:
Ahmad Majdi Tsabit NIM: 204046102887
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(3)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.EI)
Oleh:
Ahmad Majdi Tsabit NIM: 204046102887
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag. Dr. K.H.A. Juaini Syukri, LCS. MA NIP. 150 275 509 NIP. 150 256 969
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(4)
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul KREDIT TANPA JAMINAN UNTUK PENGEMBANGAN EKONOMI UMAT: TELAAH ATAS PEMIKIRAN MUHAMMAD YUNUS telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 04 Maret 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 04 Maret 2009 Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof.DR.H.Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN
1. Ketua : Prof.DR.H.M. Amin Suma, SH, MA, MM. (...) NIP. 150 210 422
2. Sekretaris : Drs. H. A. Yani, MA. (...) NIP. 150 269 678
3. Pembimbing I : Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag. (...) NIP. 150 275 509
4. Pembimbing II : Dr. K.H.A. Juaini Syukri, LCS. MA. (...) NIP. 150 256 969
5. Penguji I : Drs. H. Afifi Fauzi Abbas, MA. (...) NIP. 150 210 421
6. Penguji II : Drs. H. Zainul Arifin Yusuf, MPd. (...)
(5)
iii
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya Atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 4 Maret 2009
(6)
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.EI) pada pogram studi Muamalat, konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam upaya memenuhi persyaratan tersebut, maka skripsi ini ditulis dengan judul “Kredit Tanpa Jaminan Untuk Pengembangan Ekonomi Umat: Telaah
Atas Pemikiran Muhammad Yunus”.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini terdapat banyak kesalahan, kekurangan dan kekhilafan didalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tanpa kontribusi pemikiran, gagasan serta dorongan berbagai pihak, sulit dibayangkan skripsi ini akan terselesaikan. Berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka sebagai ungkapan rasa hormat yang dalam, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Ummi dan Aba, yang tidak pernah berhenti mencintai dan mendoakan penulis di sepanjang siang dan malam. Semoga penulis masih diberi kesempatan dan kekuatan untuk berbakti.
(7)
v
2. Bapak Prof. Dr .Drs. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum; Ibu Dr.Euis Amalia, M.Ag Selaku ketua Jurusan PS/ Perbankan Syariah dan Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag. sebagai sekretaris jurusan Perbankan Syariah. Beserta seluruh staf pengajar di jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. H.Mujar Ibnu Syarif, M.Ag dan Dr. K.H.A. Juaini Syukri, LCS. M.A. Selaku pembimbing skripsi, yang dengan sabar dan bijak terus membimbing, menasehati dan mengarahkan penulis untuk menghasilkan karya terbaik yang penulis miliki.
4. Prof. Dr. H. Hasanuddin AF, MA., sebagai dosen pembimbing akademik yang senantiasa sabar menyemangati penulis dan memberi perspektif metodologis yang mencerahkan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Penguji Skripsi: Bapak Drs. H. Afifi Fauzi Abbas, MA., dan Drs. H. Zainul Arifin Yusuf, MPd., atas pertanyaan kritis, masukan dan arahannya yang sangat berharga.
6. Para petugas di Bagian Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan layanan selama penulis menempuh studi.
7. Semua guru penulis, mulai dari guru ngaji, guru di Madrasah Ibtidaiyah, sampai perguruan tinggi. Juga mereka yang, tanpa terasa, menjadi guru
(8)
vi
tanpa sikap menggurui. Ucapan terima kasih jelas tidak cukup imbang dengan jasa-jasa yang sudah mereka berikan.
8. Sudara-Saudariku; Fairuzah Tsabit, Ubaidillah Tsabit, Kak Hazim, Mbak Rahma, dan Adikku tercinta Ahmad Hassan Tsabit yang senantiasa memberikan semangat dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Lailatul Faizah atas dorongan, doa serta kesediaannya menemani penulis di setiap waktu tanpa mengenal lelah. Engkau adalah yang spesial dalam hidupku.
10.Sejumlah sahabat yang inspiratif dan mencerahkan serta banyak berjasa dalam proses penulisan skripsi ini: kak Musthafa dan bang Nabil yang telah membantu membenahi judul dan skripsi ini. Juga kepada bang Idris yang telah sudi meminjamkan skripsinya kepada saya, Ustd. Habibullah dan kak Yazid yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengoreksi skripsi ini dan membantu menerjemahkan beberapa teks Inggris.
11.Kawan-kawan yang senasib seperjuangan, Team Bero, Team Ganteng, Kholil, Faiq, Wasil, Kholili, Mahalli, Subairi, Imron, Joe, Robert, Basit, Rafi’i dan semua kawan-kawan yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Semoga kalian tetap semangat. Terimakasih atas dukungannya dan selamat berjuang menghadapi keterancaman.
(9)
vii
12.Semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung turut membantu dalam penulisan skripsi ini.
Kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya, dan bagi masyarakat pada umumnya. Akhirnya hanya do’a jualah yang dapat penulis mohonkan kepada Allah SWT. semoga senantiasa membimbing langkah kita menuju masa depan yang lebih baik. Amin.
Jakarta, 4 Maret 2009
(10)
viii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
D. Review Studi Terdahulu ... 7
E. Metode Penelitian ... 15
F. Sistematika Penulisan ... 15
BAB II SEKILAS TENTANG ENTREPRENEURSHIP A. Pengertian, Falsafah dan Sejarah Entrepreneurship ... 17
B. Ciri-ciri Entrepreneurship... 27
C. Peran Entrepreneurship... 30
D. Pengertian Bisnis Sosial ... 32
BAB III BIOGRAFI MUHAMMAD YUNUS A. Riwayat Hidup Muhammad Yunus ... 37
B. Karya-karya Muhammad Yunus... 49
C. Pokok-pokok pikiran Muhammad Yunus... 55
BAB IV PEMIKIRAN MUHAMMAD YUNUS TENTANG KREDIT TANPA JAMINAN A. Konsep Kredit Tanpa Jaminan Menurut Muhammad Yunus.... 66
B. Kendala-kendala Yang Dihadapi dalam Pemberian Kredit Tanpa Jaminan... 71 C. Manfaat Pemberian Kredit Tanpa Jaminan Terhadap
(11)
ix
D. Kemungkinan Penerapan Konsep Kredit Tanpa Jaminan
Dalam Konteks Indonesia ... 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 101 B. Saran-Saran... 102
DAFTAR PUSTAKA ... 103
(12)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sudah begitu banyak analisa yang selalu menampilkan kesimpulan bahwa perekonomian kontemporer memiliki banyak kelemahan, bahkan ada yang mengkategorikan bahwa perekonomian kontemporer cenderung berbahaya secara jangka panjang bagi kehidupan manusia.1
Dari analisa yang bersifat kritis pada kebijakan-kebijakan yang di ambil oleh perekonomian dunia kontemporer (kapitalis), hasil pembangunan semu yang memanjakan sekelompok kecil manusia di dunia sampai pada sistem ekonomi dunia yang bukan hanya memporak-porandakan kehidupan ekonomi tapi juga merusak tatanan sosial-budaya dalam pergaulan umat manusia, telah menjadi hangat dalam diskusi-diskusi ekonomi saat ini.2
Sistem kapitalis memandang bahwa manusia adalah pemilik satu-satunya terhadap harta yang telah diusahakan. Tidak terdapat hak orang lain di dalamnya. Ia memiliki hak mutlak untuk membelanjakan sesuai dengan keinginannya.3 Sosok pribadi dipandang memiliki hak untuk memonopoli sarana-sarana produksi
1
Ali Sakti, Analisis Teoritis : Ekonomi Islam Jawaban atas kekacauan Ekonomi Modern, (Jakarta: Paradigma dan AQSA Publishing, 2007), Cet I, h. 22.
2 Ali Sakti,
Analisis Teoritis, h. 22.
3 Abdullah Abdul Husain at-Tariqi,
Ekonomi Islam; Prinsip, Dasar, dan Tujuan,
(13)
sesuai kekuasaannya. Ia akan mengalokasikan hartanya hanya pada bidang yang memiliki nilai guna materi (profit oriented).
Konsep kapitalisme terutama dapat ditelusuri dari tulisan para ahli teori sosialis. Karya Sombart adalah konsep kapitalisme yang secara pasti diakui sebagai dasar bagi sistem pemikiran ekonomi. Konsep ini menunjukkan bahwa kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang secara jelas ditandai oleh berkuasanya kapital. Seperti sistem ekonomi lainnya, kapitalisme juga mengandung unsur pokok yang merupakan semangat atau pandangan ekonomi – jumlah dari keseluruhan tujuan, motif dan prinsip. Motif dan prinsip ini didominasi oleh tiga gagasan: perolehan, persaingan dan rasionalitas.4
Sistem kapitalisme dinilai hanya semakin melahirkan ketimpangan sosial dan ekonomi antara negara-negara maju dengan negara berkembang dan terkebelakang.5 Hal ini dapat dilihat dari kegagalan menyelaraskan kepentingan-kepentingan individu dan masyarakat.6
Selain itu, sistem kapitalis juga dinilai hanya menghasilkan kecenderungan konsumeristik, materialistik dan individualistik dalam masyarakat dunia yang kemudian menggerogoti perekonomian, terlihat dari variabel-variabel seperti corak konsumsi, jenis dan variasi produk, tingkat kemiskinan dan pengangguran.7
4 M. Abdul Mannan,
Toeri dan Praktek; Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, t.th.), Edisi Lisensi, h. 311.
5 Abdullah Abdul Husain at-Tariqi,
Ekonomi Islam, h. 49.
6 M. Umer Chapra,
Islam dan Tantangan Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), Cet I, h. 20.
7
(14)
3
Hingga kini kapitalisme belum mampu mengatasi masalah tersebut. Dapatkah sistem ekonomi yang kapitalistik menyelamatkan masyarakat dunia dari himpitan kemiskinan? Pertanyaan inilah yang terus mengusik Yunus dalam upayanya membangun sistem usaha alternatif yang diharapkan mampu menghapus kemiskinan yang kini telah mengglobal.
Sistem kapitalis, menurut Yunus, bukan sebuah sistem yang dapat menyelamatkan manusia dari 'ancaman kemiskinan'.
Dengan berbagai bencana dunia saat ini, seperti AIDS/HIV, flu burung, maupun bencana alam seperti banjir, tsunami, tanah longsor, dan kebakaran, mereka yang telah menjadi korban kemiskinan akan semakin miskin. Lalu apakah mempercayakan diri pada institusi-institusi keuangan dunia akan mampu meringankan beban mereka?
Dengan sistem baku sekarang ini, nampaknya harapan itu sangatlah tidak mungkin. Sebab sistem bisnis sekarang ini memiliki prinsip profit maximizing business (PMB). Manusia menjadi mesin uang (money machine), tak lebih!
Sehingga tujuan bisnis dalam sistem kapitalis adalah mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya, tanpa ingin tahu apakah itu masih mengikuti hati naluri manusia atau justeru sebenarnya telah mengorbankan harkat (kehormatan) manusia.
Dari sinilah kemudian Yunus mulai membangun sebuah sistem bisnis yang dinamai 'Social Business'. Sebuah sistem bisnis yang tidak saja bertujuan
(15)
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Tapi lebih dari itu, juga merupakan suatu rangkaian upaya untuk mengangkat martabat manusia.8
Yunus juga membongkar kepalsuan kapitalisme yang jelas-jelas diskriminatif terhadap orang miskin (khususnya kaum perempuan) seperti yang terlihat dari praktik perbankan, mulai dari bank lokal sampai bank-bank internasional. Apartheid (yaitu pembedaan ras. Apartheid tersebut merupakan kebijakan suatu bank yang digunakan di Afrika pada masa lalu) finansial adalah konsep yang cocok menggambarkan diskriminasi institusional yang dilakukan oleh sistem perbankan di mana-mana di dunia ini. Rasionalisme berlandaskan logika kapitalisme menjadi bagian dalam melaksanakan dan mempertahankan “politik apartheid” ini. Rasionalisme mungkin mencerahkan, tetapi logika tersebut belum pasti. Silogisme (yaitu bentuk, cara berpikir atau menarik kesimpulan yang terdiri atas premis umum, premis khusus, dan kesimpulan) kapitalisme perbankan mempunyai premis-premis yang sangat ketat: (i) Bank harus untung dari usaha deposito dan kredit, tanpa membedakan apakah uang itu didepositokan dan dipinjam oleh orang kaya atau orang miskin, pokoknya memenuhi prinsip-prinsip ekonomi yang sangat rasional. (ii) Dengan premis ini maka kredit yang dikucurkan adalah kredit dalam jumlah besar yang menguntungkan bank, yang hanya dapat dilakukan oleh orang-orang kaya saja. (iii) Oleh karena itu, adalah tidak rasional dan tidak ekonomis jika bank
8 M. Syamsi Ali,
Galeri Opini: Kiat Yunus Hapus Kemiskinan, dalam http://www.inilah. Com. 16/02/2008. Diakses pada tanggal 05/08/2008.
(16)
5
meminjamkan uangnya dalam jumlah kecil. Kesimpulannya, karena alasan rasional dan ekonomis, tidak mungkin bank memihak kepada orang miskin.9
Kesalahan terbesar yang dilakukan bank-bank selama ini karena mereka hanya mau meminjamkan uang atau membuka kran kredit kepada orang yang sudah punya "uang" dalam arti penghasilan dan aset. Coba kita datang ke bank meminjam uang, mana mereka mau tanpa jaminan. Entah berupa surat motor, surat mobil, surat rumah atau tanah, dan lainnya.
Pendeknya kita harus punya penghasilan dulu baru bisa dipinjami uang. Artinya, hanya orang yang punya uang bisa meminjam. Muncullah istilah "bankable" (dapat diterima bank), sebuah kata yang sangat menyesakkan bagi mereka yang tak punya uang, tak punya aset untuk dijadikan jaminan (kolateral) kepada bank agar bisa memiliki akses untuk meminjam.
Pikiran bankir, pasti hanya orang yang sudah punya penghasilan yang bisa mengembalikan pinjamannya. Kalau pun ada penghasilan, namun pinjaman tersebut tidak dikembalikan, bank bisa menyita aset jaminan kita. Lalu siapa lagi yang mau meminjamkan orang yang belum punya penghasilan, orang yang miskin, orang yang tak punya aset untuk dijaminkan?10
Kesalahan cara pandang dan pola berpikir itulah yang hendak "diputar" oleh Yunus, yang meraih Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2006. Ia memang bukan
9 Muhammad Yunus,
Bank Kaum Miskin; Kisah Yunus dan Grameen Bank Memerangi Kemiskinan, Diterjemahkan oleh Irfan Nasution,(Jakarta: Margin Kiri, 2007), Cet III, h. XI.
10 “
Sosok dan Bisnis: Muhammad Yunus, Pengemis pun Dipinjami”, Dalam
(17)
bankir, tetapi seorang profesor ekonomi, yang sesak melihat kemiskinan di negerinya.
Memperhatikan uniknya pemikiran Yunus dalam pengembangan ekonomi umat adalah penting bagi kita untuk mengkaji pemikirannya. Penulis berharap, pembahasan ini dapat memberi kontribusi bagi studi-studi ekonomi Islam yang telah ada. Studi ini juga perlu mengingat pentingnya pengaruh dari pemikiran Yunus bagi perkembangan ekonomi. Apalagi hingga kini belum ada yang membahas secara mendalam pemikiran-pemikiran Yunus menyangkut pengembangan ekonomi umat. Oleh karena itu, penulis mencoba untuk menulis skripsi ini dengan judul “Kredit Tanpa Jaminan Untuk Pengembangan Ekonomi Umat: Telaah Atas Pemikiran Muhammad Yunus”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari pandangan di atas, maka penulis berusaha membatasi penulisan skripsi ini pada pemikiran Yunus tentang kredit tanpa jaminan. Untuk tidak terlalu menyimpang dari tujuan pokok dalam penulisan skripsi ini, masalah yang hendak difokuskan hanyalah dalam ruang lingkup seputar konsep dan pemikiran Yunus mengenai kredit tanpa jaminan.
Adapun perumusan masalah yang akan dikaji dalam penulisan skripsi ini adalah :
1. Apa yang disebut kredit tanpa jaminan? 2. Dimana konsep tersebut diterapkan?
(18)
7
3. Siapa yang menerapkannya?
4. Bagaimana penerapan konsep kredit tanpa jaminan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berusaha memotret dan mengkaji profil Yunus serta pemikirannya tentang Perbankan, terutama kontribusinya terhadap perkembangan ekonomi.
Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis. Secara teoritis penulisan ini diharapkan memberi sumbangsih bagi pengembangan ekonomi Islam secara umum. Adapun secara praktis penulisan skripsi ini diharapkan menambah khazanah kepustakaan, khususnya mengenai pemikiran Yunus tentang Perbankan.
D. Review Studi Terdahulu/Tinjauan Pustaka
Penelitian ini dapat dikatakan minimal membahas tentang pemikiran ekonomi Yunus, konsep kredit tanpa jaminan, serta kemungkinan penerapannya dalam konteks indonesia.
Untuk persoalan kredit tanpa jaminan, dengan berbagai konteks dan perspektif kajian, telah cukup banyak literatur dan penelitian yang telah diterbitkan. Akan tetapi yang berkaitan dengan pemikiran Yunus, sejauh yang penulis dapatkan, tak banyak penelitian yang bisa dibaca. Dalam konteks pemikiran Yunus pula, yang menaruh perhatian begitu besar terhadap persoalan
(19)
kredit tanpa jaminan, tak banyak pula ekonom ataupun praktisi yang secara intensif mendiskusikan soal ini dalam karyanya. Dalam hal ini, penulis hanya menemukan beberapa karya tulis yang berbentuk artikel yang menjelaskan tentang pemikiran Yunus.
Uraian berikut ini akan mencoba menjelaskan mengenai bahasan-bahasan tersebut, dengan memaparkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan, termasuk ruang dan celah yang ditinggalkan sehingga kemudian menjadi jelas bagaimana penelitian ini relevan dan penting dilakukan.
Di antara beberapa artikel yang mencoba memperkenalkan sosok Yunus dan pemikirannya ke publik Indonesia antara lain adalah sebagai berikut:
Artikel yang ditulis oleh Diannika D. Wardhani dengan tema Dari Muhammad Yunus Buat kaum Miskin, (http://www.halamansatu.net, 14-10-06). Menjelaskan tentang bagimana proses Yunus dalam menjalankan program kreditnya serta proses pendirian Grameen Bank.
Selain itu, artikel yang ditulis oleh Prof. Dr. Mubyarto dengan tema Tantangan Ilmu Ekonomi Dalam Menanggulangi Kemiskinan (http://www. indonesia.com/, 2 Maret 2004) lebih banyak membahas mengenai kondisi Bangladesh daripada konsep yang diterapkan oleh Yunus. Namun tidak hanya itu saja, Prof. Dr. Mubyarto juga menjelaskan mengenai konsep social enterpreneur yang diterapkan Yunus serta menjelaskan beberapa kebijakan yang diterapkan oleh Grameen Bank.
(20)
9
Selanjutnya, artikel yang ditulis oleh Erwin dengan tema Nobel Perdamaian Jatuh ke Muhammad Yunus (http://www.Tempointeraktif.com. Jum'at, 13 Oktober 2006) lebih membahas tentang penghargaan nobel perdamaian yang diperoleh Yunus.
Artikel yang ditulis oleh Mukhijab dengan tema Tidak Makan Bunga Bank dari Muhammad Yunus (Pikiran Rakyat, 18 Mei 2007, http://marjinkiri.com/). Membahas tentang perkembangan dan sistem yang diterapkan Grameen Bank. Yaitu mengenai kredit yang disalurkan oleh Grameen Bank serta menjelaskan tentang riba atau bunga.
Artikel yang ditulis oleh Didit Ernanto dan Dina Sasti Damayanti dengan tema Konsep Muhammad Yunus Cocok Diterapkan di Indonesia (http://www.sinarharapan.co.id/, rabu 08 agustus 2007). Menjelaskan bahwa konsep Yunus sangat potensial diterpkan di Indonesia. Selain itu, artikel ini juga menjelaskan tentang pentingnya peran pemerintah dalam penerapan konsep kredit tersebu serta menjelaskan mengenai pentingnya pemberdayaan SME, yaitu Small and Medium-sized Enterprises yang merupakan kunci untuk mencapai kesejahteraan atau mengurangi kemiskinan.
Artikel yang ditulis oleh Aris heru Utomo dengan tema Nobel Muhammad Yunus, (http://arishu.blogspot.com/, 16.10.06). Menjelaskan tentang hadiah nobel yang diterima Yunus. Komite Nobel memilih Muhammad Yunus dengan pertimbangan bahwa yang bersangkutan banyak membantu memberdayakan kemiskinan penduduk di negerinya dengan memberikan pinjaman lunak bagi
(21)
penduduk miskin. Hal tersebut tampaknya dinilai oleh Komite Nobel sebagai langkah yang lebih konkrit mengingat kemiskinan merupakan sumber dari banyak perselisihan. Sebagai orang awam, keputusan Komite Nobel tentu saja layak diamini. Apalagi ternyata berbagai kekerasan yang terjadi di berbagai kawasan dunia memang disebabkan oleh kemiskinan dan (juga) ketidakadilan.
Aartikel yang ditullis oleh Safak Muhammad dengan tema Bertambah Kaya dengan Menyejahterakan Orang Lain, (diambil dari Majalah Nurul Hayat, Surabaya. http://bukubagus.com/, 09 Aug 07). Artikel ini lebih mellihat dari segi agama bahwa apa yang telah dilakukan Yunus sesuai dengan apa yang tertera dalam al-qur’an. Yaitu mengenai Hakikat orang memberi makan orang lain adalah memberi makan dirinya sendiri, karena pemberian itu merupakan amal yang akan bermanfaat di akhirat. Sedangkan manfaat di dunia, kita akan mendapatkan imbalan rejeki, karena orang yang kita beri makan biasanya akan mendo’akan kelancaran rejeki kita. Hakikat orang mengajar ilmu pengetahuan adalah mengajar dirinya sendiri karena dengan mengajar, ilmu yang diajarkan tidak akan lupa, malah semakin diingat dan berkembang. Hakikat orang membantu mencarikan pekerjaan bagi orang lain adalah meringankan pekerjaan bagi diri sendiri karena dengan kebaikan tersebut orang yang kita bantu biasanya balik membantu, memberikan peluang bisnis lain, dan sebagainya. Kalau pun tidak, Allah sendiri yang akan membantu dari jalan yang tidak disangka - sangka. Selain itu, artikel yang ditulis oleh Nurul Qomariyah yang bertema Muhammad Yunus: Program Kemiskinanan Bank Dunia Basi,(http://www.
(22)
11
detikfinance.com/index.php/detik.nakanal/idkanal/,Senin,05/11/07) menjelaskan bahwa program kemiskinan dunia sudah tidak berlaku.
Sejak dibentuk 60 tahun silam, Bank Dunia sama sekali tidak memperbarui program kemiskinannya. Tak heran, program-program kemiskinan Bank Dunia kini terasa basi.
Dalam artikel ini dijelaskan bahwwa ritikan tersebut disampaikan peraih Nobel perdamaian asal Bangladesh, Muhammad Yunus usai pertemuan dengan Presiden Bank Dunia Robert Zoellick.
"Bank Dunia dibentuk hampir 60 tahun yang lalu. Dan sejak 60 tahun itu, dunia sudah banyak berubah, namun Bank Dunia sama sekali tidak mengubah gayanya," kritik Yunus seperti dikutip dari AFP, Senin (5/11/2007).
Menurut Yunus, Bank Dunia sama sekali tidak melibatkan masyarakat untuk menghapus kemiskinan. Padahal bank tersebut diciptakan dengan tujuan untuk mengakhiri kemiskinan di berbagai belahan dunia
Artikel yang ditulis oleh Bachtiar Hassan Miraza dengan tema Beda Bangladesh dengan Indonesia (http://www.waspada.co.id, 28 agustus 2007. selasa). Menjelaskan mengenai tanggapan pemerintah Indonesia berkaitan dengan pesan Yunus sewaktu berkunjung ke Indonesia. Indonesia yang selama kurang lebih 30 tahun mencoba menanggulangi kemiskinan dengan idenya, namun hingga saat ini belum nampak hasilnya. Indonesia selama ini hanya bisa menghasilkan ide namun tidak bisa menerapkannya.
(23)
Artikel yang ditulis oleh G. Budiwaluyo dengan tema Option For The Poor Versi Muhammad Yunus (http://gbudiwaluyo.wordpress.com/, Maret 4, 2008). Menjelaskan tentang kemiskinan secara umum. Dalam artikel ini dijelaskan bahwa masalah kemiskinan bukan masalah yang ringan yang hanya difokuskan pada data-data, tetapi masalah riil yang harus segera ditindak lanjuti.
Selain itu juga menjelaskan mengenai pola yang digunakan untuk mengatasai kemiskinan di negara Indonesia. Pola yang digunakan bisa dilakukan dengan berbagai versi. Belajar dari pengetasan kemiskinan di Kalkuta India dan di Bangladesh sangat cocok dengan kondisi kemiskinan di Indonesia. Yang satu dengan pendekatan sosial dan yang satu lagi dengan pendekatan ekonomi.
Lebih lanjut, G. Budiwaluyo dalam artikel ini menjelaskan mengenai kredit mikro. Dijelaskan bahwa kunci keberhasilan Muhammad Yunus dalam mengatasi kemiskinan di Bangladesh adalah dengan mengembangkan Kredit Mikro bagi masyarakat miskin Bangladesh dan menciptakan kerangka kerja yang secara hukum membawa pelayanan keuangan pada orang miskin.
Selain itu, dalam artikel ini juga dijelaskan mengenai pandangan Yunus tentang kaum miskin. Pandangan Muhammad Yunus tentang orang miskin sangat perbeda dengan pandangan orang pada umumnya. Ada pendapat dikalangan teknik, intelektual dan politik, bahwa kaum miskin di dunia harus menunggu dengan sabar sampai kemajuan teknik, ekonomi, ilmu pengetahuan, perdagangan bebas secara global tercapai. Pandangan ini memperlihatkan bahwa kaum miskin itu sebagai objek bukan subjek dan terus menerus menjadi beban bagi
(24)
negara-13
negara kaya.Untuk itu Muhammad Yunus berjuang untuk membuktikan bahwa pandangan tersebut tidak benar.
Tidak hanya itu saja, G. Budiwaluyo juga memaparkan bahwa konsep yang diterapkan Yunus bisa dijadikan pelajaran bagi Negara Indonesia. Belajar dari pengalaman Bangladesh mengatasi kemiskinan dengan kredit mikro, sebetulnya Indonesia melalui BRI juga memberikan kredit sektor mikro. Secara data program BRI cukup sukses tetapi secara realitas masih banyak UKM yang belum menikmati pinjaman tersebut. Kalau toh dapat harus ada jaminan yang secara hukum dapat dipertanggungjawabkan Untuk itu Presiden SBY mendukung gagasan Muhammad Yunus bahwa akses keuangan adalah kunci kemakmuran. Artinya jika kita kaya maka akan dapat akses yang lebih mudah pada pendanaan, dan itu bisa digunakan untuk menjadi lebih kaya lagi.
Artikel yang ditulis oleh Muhammad Syamsi Ali, dengan tema Kiat Yunus Hapus Kemiskinan, Membangun Bisnis Sosial, (http://www.Inilah.com/rubrik. php,16/02/2008). Menjelaskan tentang tanggapan Yunus mengenai sistem kapitalis serta bagaimana pentingnya bisnis sosial.
Tidak hanya itu saja, dalam artikel ini juga sedikit mengulas mengenai perkembanngan Grameen Bnak yang kini mulai melebarkan usahanya dengan cara bekerjasama dengan Danone, Yogurt dsbb.
Dari berbagai artikel yang dipaparkan secara ringkas ini, terlihat bahwa baik pemikiran Yunus maupun telaah yang lebih bersifat praktis tentang konsep kredit
(25)
tanpa jaminan sama-sama masih belum cukup dikaji secara mendalam, sehingga membuat penelitian ini menjadi cukup relevan untuk dilakukan.
Adapun perbedaan dari skripsi dan artikel tersebut adalah dalam skripsi, penulis menjelaskan semua yang berkaitan dengan Yunus, baik itu biografi, Grameen Bank yang didirikannya, konsep kredit tanpa jaminan yang digunkan Yunus, perkembangan Grameen Bank serta manfaat yang telah dihasilkan dari konsep kredit tanpa jaminan yang diterapkan oleh Yunus.
Tidak hanya itu saja. Dalam skripsi ini, penulis juga menjelaskan mengenai kendala-kendala yang dihadapi Yunus dalam menerapkan konsep kredit tanpa jaminan dan penulis juga menjelaskan bagaimana jika konsep kredit tanpa jaminan tersebut diterapkan di Indonesia.
Sedangkan artikel yang menulis tentang Yunus tidak selengkap penjelasan dari skipsi yang telah penulis paparkan. Dalam artikel-artikel tersebut, penejelasan mengenai Yunus hanya dari sebagaian kecilnya saja, misalnya menjelaskan mengenai penghargaan Nobel yang telah diterima Yunus, juga mengenai bisnis sosial yang semua itu hanya bagian kecilnya saja, tidak secara menyeluruh. Apalagi dalam menjelaskan mengenai konsep kredit tanpa jaminan. Dalam artikel tersebut hanya menjelaskan bahwa konsep tersebut adalah cara yang digunakan Yunus dalam memberantas kemiskinan, tanpa menjelaskan bagaimana penerapannya, kendala-kendalanya serta bagaiimana kemungkinan diterapkannya konsep tersebut di Indonesia.
(26)
15
E. Metode Penelitian
Bertolak dari model penelitian yang bersifat literal maka sumber data dalam penelitian skripsi ini sepenuhnya disandarkan pada riset kepustakaan (library research). Artinya, data-datanya berasal dari sumber-sumber kepustakaan, baik berupa buku, jurnal, enseklopedi, majalah, surat kabar dan sebagainya. Dalam pengumpulan data diambil dan dipilih dari karya-karya Yunus atau tulisan dan karya lain yang memiliki relevansi dengan uraian skripsi ini.
Dalam pembahasan tulisan ini, penulis menggunakan metode deskriptif, dan analitis kritis. Metode deskriptif diarahkan untuk menggambarkan keadaan obyek atau peristiwa di sekitarnya tanpa berpretensi membuat kesimpulan-kesimpulan yang berlaku secara umum. Metode deskriptif ini adalah langkah awal yang mempunyai signifikansi untuk mengkaji dan menelaah lebih jauh.
Metode analisis kritis digunakan untuk berupaya mencermati kerangka pendekatan yang digunakannya serta corak pemikirannya terutama dalam mendiskusikan fenomena ekonomi.
Sedangkan teknik skripsi ini, penulis merujuk pada buku panduan penulisan skripsi, tesis dan disertasi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008.
F. Sistematika Penulisan
(27)
masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab. Secara sistematis bab-bab tersebut adalah sebagai berikut:
Bab pertama diawali dengan pendahuluan yang membahas antara lain latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, review studi terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua tentang landasan teoritis. Meliputi, pengertian, falsafah dan sejarah entrepreneurship, ciri-ciri entrepreneurship, peran entrepreneurship dalam pembangunan ekonomi dan pengertian bisnis sosial.
Bab ketiga menguraikan tentang riwayat hidup Yunus, yang meliputi: riwayat hidup, karya-karya Yunus dan pokok-pokok pemikiran tentang ekonomi.
Bab keempat adalah bab yang menguraikan pemikiran Yunus tentang kredit tanpa jaminan. Yang meliputi, konsep kredit tanpa jaminan menurut Yunus, kendala-kendala yang dihadapi dalam pemberian kredit tanpa jaminan, manfaat pemberian kredit tanpa jaminan terhadap pengembangan ekonomi Umat, dan kemungkinan penerapan konsep kredit tanpa jaminan dalam konteks Indonesia.
(28)
17
BAB II
SEKILAS TENTANG ENTREPRENEURSHIP
A. Pengertian, Falsafah dan Sejarah Entrepreneurship
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menyaksikan berbagai aktivitas. Seperti misalnya seorang atau sekelompok orang mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli sejumlah barang, yang kemudian barang tersebut dipajang di suatu lokasi tertentu untuk dijual kembali kepada para konsumennya. Atau seseorang membeli sejumlah barang, kemudian diolah atau diproses lalu disajikan dalam bentuk makanan di suatu lokasi untuk dinikmati konsumennya. Atau seseorang membuka suatu usaha jasa, dan menunggu kedatangan konsumen yang membutuhkan pelayanan dengan balas jasa tertentu. Kemudian, pada suatu waktu atau suatu periode tertentu mereka mulai menghitung jumlah uang yang telah dikeluarkan dan jumlah uang yang masuk. Dari perhitungan ini ada kelebihan dan ada kekurangan. Jika uang yang masuk lebih besar daripada yang keluar, mereka menyebutnya sebagai keuntungan. Namun jika yang terjadi sebaliknya, mereka menyebutnya sebagai kerugian.1
Menjadi wirausaha berarti memiliki kemampuan menemukan dan mengevaluasi peluang-peluang, mengumpulkan sumber daya yang diperlukan serta bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang-peluang itu.
1 Kasmir, S.E., M.M.,
Kewirausahaan, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada: 2007), Ed. 1-2, h. 15.
(29)
Berikut adalah beberapa definisi Entrepreneurship menurut berbagai ahli: Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu nilai yang berbeda dengan mencurahkan waktu dan upaya yang diperlukan, memikul risiko-risiko finansial, psikis dan sosial yang menyertai, serta menerima penghargaan /imbalan moneter dan kepuasan pribadi.
Menurut Peter F Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) .
Menurut Thomas W Zimmerer, kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari.
Sedangkan menurut Andrew J Dubrin, kewirausahaan adalah seseorang yang mendirikan dan menjalankan sebuah usaha yang inovatif (Entrepreneurship is a person who founds and operates an innovative business).
Adapun Robbin & Coulter mendefinisikan kewirausahaan sebagai
Entrepreneurship is the process whereby an individual or a group of individuals uses organized efforts and means to pursue opportunities to create value and grow by fulfilling wants and need through innovation and uniqueness, no matter what resources are currently controlled.
Dari definisi tentang Entrepreneurship diatas terdapat 3 tema penting yang dapat di identifikasi:
(30)
19
2. innovation, 3. growth.
Pursuit of opportunities, (entrepreneurship adalah berkenaan dengan mengejar kecenderungan dan perubahan-perubahan lingkungan yang orang lain tidak melihat dan memperhatikannya).
Innovation, (entrepreneurship mencakup perubahan perombakan, pergantian bentuk, dan memperkenalkan pendekatan-pendekatan baru…. Yaitu produk baru atau cara baru dalam melakukan bisnis).
Growth (Pasca entrepreneur mengejar pertumbuhan, mereka tidak puas dengan tetap kecil atau tetap dengan ukuran yang sama. Entrepreneur menginginkan bisnisnya tumbuh dan bekerja keras untuk meraih pertumbuhan sambil secara berkelanjutan mencari kecenderungan dan terus melakukan innovasi produk dan pendekatan baru .
Istilah kewirausahaan pada dasarnya merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapinya, maka definisinya adalah: Seorang pelopor bisnis baru atau manajer yang mencoba untuk memperbaiki suatu unit organisasi dengan memprakarsai perubahan produk. 2
2
Definisi Kewirausahaan (Entrepreneurship) Menurut Para Ahli. Dalam http://putracenter. wordpress.com/definisi-kewirausahaan- entrepreneurship- menurut-para-ahli/. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
(31)
Sedangkan definisi entrepreneurship yang terdapat dalam glosarium prentice hall untuk manajemen dan pemasaran adalah fenomena yang terputus-putus, muncul dan hilang; muncul untuk mengawali perubahan dalam proses produksi misalnya, menghilang dan muncul lagi untuk mengawali perubahan dalam proses lainnya. Kewirausahaan selalu dengan perubahan. Wirausahawan mencari perubahan, menanggapinya dan memanfaatkannya sebagai satu kesempatan.3
Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa entrepreneur adalah seseorang yang mempunyai kreativitas suatu bisnis baru dalam menghadapi resiko dan ketidakpastian yang bertujuan untuk pencapaian laba dan pertumbuhan usaha berdasarkan identifikasi peluang dan mendayagunakan sumber-sumber serta memodali peluang tersebut
Dalam kamus istilah ekonomi populer, entrepreneur adalah seseorang yang tergantung atas inisiatifnya dengan memperhatikan risiko kerugian keuangan yang mungkin dideritanya mendirikan suatu usaha yang dikelola sendiri.4
Entrepreneur menurut kamus Oxford : ”A person who undertakes an entreprise or business, with the chance of profit or loss”. Seorang yang bertanggung jawab atas sebuah bisnis dengan memikul risiko untung atau rugi. Entrepreneur dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu business
3 Benyamin Molan,
Glosarium Prentice Hall untuk Manajemen dan Pemasaran, (Jakarta: PT.
Prenhallindo, 2002), h. 47.
4 Ralona M.,
Kamus Istilah Ekonomi Populer; Indonesia – Inggris, (Jakarta: Gorga Media, 2006), h. 335.
(32)
21
entrepreneur dan social entrepreneur. Perbedaan pokok keduanya utamanya terletak pada pemanfaatan keuntungan. Bagi business entrepreneur keuntungan yang diperloleh akan dimanfaatkan untuk ekspansi usaha, sedangkan bagi sosial entrepreneur keuntungan yang didapat (sebagian atau seluruhnya) diinvestasikan kembali untuk pemberdayaan ”masyarakat berisiko”. Namun dalam trend global dikotomi semacam itu kian kabur, sebab mereka (business entrepreneur dan
social entrepreneur) sesungguhnya berbicara dalam bahasa yang sama. ”Kami bicara dalam bahasa yang sama yaitu : inovasi, manajemen, efektifitas, mutu dan kompetensi”5
Wirausaha adalah jenis usaha mandiri yang didirikan oleh seorang wirausahawan, atau sering pula disebut sebagai pengusaha. Wirausahawan adalah seseorang yang mampu menciptakan lapangan kerja baru dan mencari cara-cara atau teknik yang lebih baik dalam pemanfaatan sumber daya, memperkecil pemborosan, serta menghasilkan barang atau jasa dalam upayanya memuaskan kebutuhan orang lain.
KBBI mendefinisikan wirausahawan sebagai "orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menyusun cara baru dalam berproduksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, mengatur permodalan operasinya, serta memasarkannya." Sedangkan Louis Jacques Filion menggambarkan wirausahawan sebagai orang yang imajinatif, yang ditandai
5
Bambang Ismawan, Menjawab Persoalan Bangsa dengan Entrepreneurship, dalam, http: // www. binaswadaya.org/index.php.com. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
(33)
dengan kemampuannya dalam menetapkan sasaran serta dapat mencapai sasaran-sasaran itu. Ia juga memiliki kesadaran tinggi untuk menemukan peluang-peluang dan membuat keputusan.
Kata wirausaha dalam bahasa Inggris, yaitu entrepreneur, merupakan kata serapan dari bahasa Perancis yang mulanya berarti "pemimpin musik atau pertunjukan."
Wirausaha dapat dikelompokkan dengan berbagai macam cara. Winarto menggolongkan aktifitas kewirausahaan menjadi dua, yaitu berwirausaha karena melihat adanya peluang usaha (entrepreneur activity by opportunity) dan kewirausahaan karena terpaksa tidak ada alternatif lain untuk masa depan kecuali dengan melakukan kegiatan usaha tertentu.6
Social entrepreneurship adalah sesuatu yang banyak kita butuhkan di dunia saat ini. Social entrepreneur, menurut Wikipedia adalah seseorang yang menyadari kehadiran masalah sosial, dan memanfaatkan prinsip-prinsip entrepreneurial dalam menciptakan/mengelola organisasi demi melakukan perubahan sosial.7
Sesungguhnya Social Entrepreneurship sudah dikenal ratusan tahun yang lalu diawali antara lain oleh Florence Nightingale (pendiri sekolah perawat pertama) dan Robert Owen (pendiri koperasi). Pengertian Social Entrepreneurship sendiri berkembang sejak tahun 1980 –an yang diawali oleh
6 http://id.wikipedia.org/wiki/Wirausaha. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
7 Social Entrepreneurship: MYC4, dalam http://vibizlearning.com/new/articles. Diakses pada
(34)
23
para tokoh-tokoh seperti Rosabeth Moss Kanter, Bill Drayton, Charles Leadbeater dan Profesor Daniel Bell dari Universitas Harvard yang sukses dalam kegiatan Social Entrepreneurship karena sejak tahun 1980 berhasil membentuk 60 organisasi yang tersebar diseluruh dunia. Pengertian sederhana dari Social Entrepreneur adalah seseorang yang mengerti permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan entrepreneurship untuk melakukan perubahan sosial (social change), terutama meliputi bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan dan kesehatan (healthcare). Jika business entrepreneurs mengukur keberhasilan dari kinerja keuangannya (keuntungan ataupun pendapatan) maka social entrepreneur keberhasilannya diukur dari manfaat yang dirasakan oleh masyarakat.
Bagi disiplin ilmu ekonomi kata entrepreneur merupakan hal yang sudah mendarah daging karena sejak semester pertama sudah diperkenalkan dengan tokoh-tokohnya antara lain Richard Cantillon (1755), J.B. Say (1803) dan J. Schumpeter (1934). Cantillon menyatakan entrepreneur sebagai seseorang yang mengelola perusahaan atau usaha dengan mendasarkan pada akuntabilitas dalam menghadapi resiko yang terkait ( a person who undertakes and operates a new enterprise or venture and assumes some accountability for inherent risks); B. Say memberikan pengertian entrepreneur sebagai seseorang yang mampu meningkatkan nilai sumber daya ekonomi ke tingkatan yang lebih tinggi, baik produktivitasnya maupun nilainya ( a person who creates value by shifting economic resources out of an area of lower and into an area of higher
(35)
productivity and greater yield), sedangkan Schumpeter mendefinisikan
“unternehmer” atau entrepreneur sebagai an innovative force for economic progress, important in the process of creative destruction and therefore as a change agent.
Dari berbagai pengertian tersebut maka Social Entrepreneur sesungguhnya adalah agen perubahan (change agent) yang mampu untuk :
1. Melaksanakan cita-cita mengubah dan memperbaiki nilai-nilai sosial 2. Menemu kenali berbagai peluang untuk melakukan perbaikan
3. Selalu melibatkan diri dalam proses inovasi, adaptasi, pembelajaran yang terus menerus
4. Bertindak tanpa menghiraukan berbagai hambatan atau keterbatasan yang dihadapinya
5. Memiliki akuntabilitas dalam mempertanggungjawabkan hasil yang dicapainya, kepada masyarakat.
Yang menggembirakan bahwa akhir-akhir ini adalah terjadinya pergeseran
social entrepreneurship yang semula dianggap merupakan kegiatan ”non-profit” (antara lain melalui kegiatan amal) menjadi kegiatan yang berorientasi bisnis (entrepreneurial private-sector business activities).8
Adapun falsafah dari entrepreneur adalah sebagai berikut:
8 Setyanto P. Santosa,
Peran Social Entrepreneurship Dalam Pembangunan, dikutip dari acara dialog “ Membangun Sinergisitas Bangsa Menuju Indonesia Yang Inovatif, Inventif dan Kompetitif” diselenggarakan oleh Himpunan IESP FE-Universitas Brawijaya,Malang, 14 Mei 2007. dalam [email protected]. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
(36)
25
Sampai tingkat tertentu keberhasilan sebagai seorang wirausaha tergantung kepada kesediaannya untuk bertanggungjawab atas pekerjaannya. Salah satunya adalah dengan cara mengenali diri sendiri. Hal tersebut dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan yang diinginkan dalam hidupnya. Kekuatannya datang dari tindakan-tindakannya dan bukan pada tindakan orang lain. Meskipun risiko kegagalan selalu ada, para wirausaha mengambil risiko dengan jalan menerima tangguungjawab atas tindakan mereka sendiri. Kegagalan harus diterima sebagai pengalamman belajar. Beberapa wirausaha berhasil setelah mengalami banyak kegagalan. Belajar dari pengalaman masa lalu akan membantunya untuk menyalurkan kegiatan-kegiatannya guna mencapai hasil-hasil yang lebih positif, dan keberhasil-hasilan merupakan buah dari usaha-usaha yang tidak mengenal lelah.
Mereka harus mengejar tujuan-tujuan yang berhubungan dengan kemampuan-kemampuan dan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya. 9
Dengan spirit yang dimilikinya, entrepreneur dapat mengubah masyarakat bahkan dunia. Contoh berikut membuktikan hal itu.
Pertama, Thomas Alva Edison (1847 – 1931) pada usia 22 tahun menemukan Telegraf, dan beberapa tahun kemudian menemukan Lampu Pijar pertama yang dapat menyala 40 jam. Ia terus berkarya hingga usia 84 tahun dan menghasilkan sekitar 1.300 paten atas namanya, serta telah memasarkan sebagian
9 Geoffrey G. Meredith et. al.,
Kewirausahaan; Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Pusaka Binaman Pressindo, 2000), Cet VI, h. 7.
(37)
besar produknya. Perusahaan yang didirikan untuk memasarkan produknya kita kenal dengan nama General Electric (GE). GE adalah perusahaan no. 5 di Amerika Serikat dan no. 9 di dunia yang mempekerjakan sekitar 325.000 karyawan.
Kedua, Muhammad Yunus pendiri Grameen Bank dan peraih nobel perdamaian 2006 dari Bangladesh. Ekonom ini lulusan Vanderbilt University, AS ini sangat terusik dengan kemiskinan yang massive di negerinya, sementara teori-teori ekonomi yang dipelajarinya tidak bisa memecahkan persoalan kemiskinan. Akhirnya ia terjun langsung dengan memberikan pinjaman sekitar US$ 27 bagi 42 orang petani dan pengrajin. Upaya ini kemudian bertumbuh menjadi model lembaga keuangan pedesaan yang terkemuka di dunia. Model pelayanan keuangan yang dikembangkannya telah direplikasikan di 58 negara. Lembaga keuangan tersebut dikenalsebagai Grameen Bank (bank desa) yang kini melayani sekitar 7 juta orang (7.309.335 per 30 September 2007) dan sebagian besar(97 %) adalah perempuan. Jumlah outstanding credit US$ 500,67 juta dan tingkat pengembalian 98,40 %. Karya Yunus membuktikan, bahwa orang-orang miskin, atau pengusaha mikro (economically active poor) adalah bankable.
Bina Swadaya Entrepreneruship.
Bina Swadaya merupakan lembaga pemberdayaan masyarakat yang lahir pada 24 Mei 1967 oleh sejumlah aktivis Ikatan Petani Pancasila (IPP) yang merasa terpanggil untuk memberdayakan masyarakat miskin dan terpinggirkan. Bina Swadaya pun berupaya menjadi wahana pemberdayaan masyarakat yang
(38)
27
mandiri dan konsisten, serta hadir secara kontekstual. Mandiri berarti adanya tekad untuk membangun dan menjaga kemandirian keuangan, dengan tidak bergantung pada bantuan lembaga dana. Konsisten dibuktikan dengan tetap berpegang teguh pada visi – misi pemberdayaan masyarakat miskin dan terpinggirkan. Kontekstual berarti hadir untuk menjawab kebutuhan dan mengantisipasi tantangan dan peluang yang ada.10
B. Ciri-ciri Entrepreneurship
Dalam membuka usaha baru banyak unsur ketidakpastian antara ide wirausaha dengan peluang, ketidakpastian antar sumber daya dengan peluang dan ketidakpastian antara sumber daya dengan ide wirausaha. Oleh karena itu seorang wirausaha dituntut siap menghadapi tantangan dan mampu mengambil resiko, mempunyai sifat optimis serta sigap dalam pengambilan keputusan. Untuk memberi gambaran tentang wirausaha, penulis kemukakan pendapat dari Geoffrey G. Meredith et al. ”Para wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses” sementara Howard H.Stevenson, mengatakan ”Kewirausahaan merupakan suatu pola tingkah laku manajerial terpadu dimana merupakan upaya pemanfaatan peluang-peluang yang
10 Bambang Ismawan,
Menjawab Persoalan Bangsa dengan Entrepreneurship, dalam, http: //
(39)
tersedia tanpa mengabaikan sumber daya yang dimilikinya”. Dan H. Leibenstein mendifinisikan entrepreneur sebagai seorang atau sekelompok individu yang memiliki karakteristik, mampu menggandengkan peluang-peluang menjadi pasar, mampu memperbaiki kelemahan pasar, bisa menjadi seorang input complementer, dapat menciptakan atau memperluas time bending dan input transforming entitities. Dengan mengacu pada beberapa pengertian tersebut jelas bahwa seorang intrepreneur atau wirausaha dituntut mempunyai ciri-ciri tertentu yang dapat menunjang keberhasilannya dalam menekuni dunia usaha.11
Para wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi kepada tindakan, dan bermotivasi tinggi yang mengambil risiko dalam mengejar tujuannya.
Ada beberapa ciri-ciri dan sifat-sifat yang dimiliki oleh para wirausaha, yaitu:
1. Percaya diri.
Hal ini terkait dengan keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, dan optimisme.
2. Berorientasikan tugas dan hasil.
Yang meliputi kebutuhan akan prestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energitic, dan inisiatif.
3. Pengambil risiko
11 Erge, March 23rd, 2008,
Ciri-ciri wirausahawan, dalam file:///D:/tugas-makalah-judul-skripsi/mata-kuliah/kewirausahaan. Diakses pada tanggal 03/03/2009.
(40)
29
Maksudnya adalah kemampuan dalam mengambil risiko serta suka terhadap tantangan.
4. Kepemimpinan
Yaitu bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain serta menanggapi saran-saran dan kritik.
5. Keorisinalan
Maksudnya adalah inovatif dan kreatif, fleksibel, punya banyak sumber, serba bisa dan mengetahui banyak hal.
6. Berorientasi ke masa depan
Maksudnya adalah mempunyai pandangan ke depan dan perseptif.
Ciri-ciri tersebut meliputi watak-watak yang sebaiknya dimiliki dan dikembangkan untuk menjadi seorang wirausaha.12
Selain ciri-ciri di atas, seorang wirausaha juga harus mempunyai beberapa hal, yaitu:
1. Semangat Berprestasi 2. Sibuk Mencari Peluang 3. Think Big & Whole
4. Intuisi Tajam dalam Berbisnis 5. Berani dan Siap Mengambil Risiko 6. Toleran terhadap Ambiguitas
12 Geoffrey G. Meredith et. al.,
Kewirausahaan; Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Pusaka Binaman Pressindo, 2000), Cet VI, h. 7.
(41)
7. Optimis dan Segera’Bangun’ saat Jatuh 8. Cepat Berhitung & Mengambil Keputusan 9. Terpacu untuk lebih ‘Sejahtera’13
C. Peran Entrepreneurship Dalam Pembangunan Ekonomi
Social Entreprenuers makin berperan dalam pembangunan ekonomi karena ternyata mampu memberikan daya cipta nilai–nilai sosial maupun ekonomi, yakni:
1. Menciptakan kesempatan kerja
Manfaat ekonomi yang dirasakan dari Social Entrepreneurship di berbagai negara adalah penciptaan kesempatan kerja baru yang meningkat secara signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh John Hopkins University pada tahun 1998 di 13 negara menunjukan bahwa tenaga kerja yang bekerja disektor ini berkisar antara 1 – 7 %.
Selain itu memberikan pula peluang kerja kepada penyandang cacat untuk dilibatkan dalam kegiatan produktif.
2. Melakukan inovasi dan kreasi baru terhadap produksi barang ataupun jasa yang dibutuhkan masyarakat.
Berbagai inovasi terhadap jasa kemasyarakatan yang selama ini tidak tertangani oleh pemerintah dapat dilakukan oleh kelompok Social
13 Eileen Rachman & Sylvina Savitri,
Entrepreneur: Pejuang Bisnis, 25-Feb-2007, dalam http://jobs.experd.com/. Diakses pada tanggal 03/03/2009.
(42)
31
Entrepereneurship seperti misalnya : penanggulangan HIV dan narkoba, pemberantasan buta huruf, kurang gizi. Seringkali standar pelayanan yang dilakukan pemerintah tidak mengenai sasaran karena terlalu kaku mengikuti standar yang ditetapkan.
Sedangkan Social Entrepreneurs mampu untuk mengatasinya karena memang dilakukan dengan penuh dedikasi. Menurut Bill Drayton (2006):
social entrepreneurs need and deserve loyalty. Their work is not a job, it is their life.
3. Menjadi modal sosial.
Modal sosial merupakan bentuk yang paling penting dari berbagai modal yang dapat diciptakan oleh social entrepreneur karena walaupun dalam kemitraan ekonomi yang paling utama adalah nilai -nilai : saling pengertian (shared value), trust (kepercayaan) dan budaya kerjasama ( a culture of cooperation), kesemuanya ini adalah modal sosial. Keberhasilan negara Jerman dan Jepang adalah karena akar dari long-term relationship dan etika kerjasama yang mampu untuk menumbuhkan inovasi dan mengembangkan industri di negara masing-masing. Bank Dunia menyatakan pula bahwa permasalahan yang kritis dalam penanggulangan kemiskinan adalah modal sosial yang tidak memadai. Dibawah ini digambarkan “virtous circle of social capital” yang diawali dengan penyertaan awal dari modal sosial oleh social entrepreneurs. Selanjutnya dibangun jaringan kepercayaan dan kerjasama yang makin meningkat sehingga dapat akses kepada pembangunan fisik,
(43)
aspek keuangan dan sumber daya manusia. Pada saat unit usaha dibentuk (organizational capital) dan saat usaha sosial mulai menguntungkan maka makin banyak sarana sosial dibangun.
4. Peningkatan Kesetaraan (equity promotion)
Salah satu tujuan pembangunan ekonomi adalah terwujudnya kesetaraan dan pemerataan kesejahteraan masayarakat. Dan melalui social entrepreneurship tujuan tersebut akan dapat diwujudkan, karena para pelaku bisnis yang semula hanya memikirkan pencapaian keuntungan yang maksimal, selanjutnya akan tergerak pula untuk memikirkan pemerataan pendapatan agar dapat dilakukan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Contoh keberhasilan Grameen Bank adalah salah satu bukti dari manfaat ini.14
D. Pengertian Bisnis Sosial
Krisis global seharusnya cukup mencelikkan mata kita dari kebutaan dan melihat “jalan lain” agar kita bisa hidup berkecukupan dan beradab. Dan salah satu “jalan lain” tersebut terdapat dalam bisnis sosial. Di bawah ini adalah penjelasan tentang bisnis sosial dan bagaimana bisnis sosial bisa diciptakan dimana saja mulai dari lingkungan yang berpengaruh.
Definisi dari bisnis sosial tersebut adalah:
14 Setyanto P. Santosa,
Peran Social Entrepreneurship Dalam Pembangunan, dikutip dari
acara dialog “ Membangun Sinergisitas Bangsa Menuju Indonesia Yang Inovatif, Inventif dan Kompetitif” diselenggarakan oleh Himpunan IESP FE-Universitas Brawijaya,Malang, 14 Mei 2007. dalam [email protected]. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
(44)
33
1. Bisnis Sosial adalah bisnis yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial, misalnya untuk mengurangi kemiskinan, menyediakan makanan bergizi bagi kaum miskin, asuransi kesehatan, pendidikan dan perumahan bagi warga menengah ke bawah, dst. Bisnis sosial bisa juga bergerak di segala bidang, misalnya dari property sampai financial, namun dimiliki oleh sesama anggota.
2. Seperti layaknya lembaga bisnis, seluruh biaya yang dikeluarkan harus diperhitungkan dan didanai dari mekanisme bisnis berjalan.
3. Digerakkan oleh cause-driven, bukan profit-driven.
Sedangkan model-model bisnis sosial adalah sebagai berikut:
1. Model 1: Perusahaan yang berorientasi pada penyediaan pelayanan sosial, bukan mencari keuntungan bagi pemilik atau investor, dan dimiliki oleh investor untuk tujuan sosial seperti pengurangan kemiskinan, kesehatan bagi kaum miskin, pendidikan, keadilan sosial, keberlanjutan lingkungan hidup dan seterusnya.
2. Model 2: Bisnis profit yang dimiliki oleh kaum miskin. Keuntungan perusahaan dikembalikan untuk kesejahteraan kaum miskin.
3. Perbedaan model 1 dan 2: Pada model 1, barang, jasa dan system yang bekerja menciptakan keuntungan sosial. Pada model 2, barang dan jasa yang diproduksi bisa menciptakan atau tidak menciptakan keuntungan sosial. Keuntungan sosial terletak pada kepemilikan oleh kaum miskin. Keuntungan finanasial dikembalikan kepada mereka yang membutuhkan. Bisnis sosial
(45)
juga bisa gabungan kedua model itu: perusahaan yang menciptakan keuntungan sosial dan sekaligus dimiliki oleh kaum miskin.
Bisakah gabungan bisnis profit dan bisnis sosial? Teorinya bisa. Misalnya keuntungan dibagi, misalnya 60% untuk tujuan sosial dan 40% untuk tujuan keuntungan pribadi atau sebaliknya. Pada prakteknya sangat sulit karena tujuannya saling berlawanan satu dengan yang lain. Management akan lebih realistik mengelola perusahan bisnis sosial murni atau bisnis profit murni.
Sekedar menyebut beberapa nama sebagai contoh: Grameen Bank dan perusahaan-perusahaan lain yang berafiliasi dengan Grameen (dalam kurun waktu kurang dari 3 dekade Grameen sudah memiliki 24 perusahaan dan semua adalah bisnis sosial model 1, 2 dan campuran keduanya), Credit Union yang mulai pada abad 19 di German dan mengglobal sampai masuk ke kampung-kampung nusantara. Bina Swadaya yang menyandang nama NGO terbesar pada tahun 70/80-an kini sudah memiliki beberapa (sebuah sumber menyebut belasan) perusahaan bisnis sosial.
Bisnis sosial tersebut bisa tercipta apabila:
a. Perusahaan-perusahaan yang ada yang ingin menggerakkan bisnis sosial. Mereka bisa mengalokasikan sebagian keuntungan untuk bisnis sosial sebagai bagian dari Corporate Social Responsibility atau dengan menciptakan bisnis sosial sendiri atau bekerja-sama dengan perusahaan lain atau social business entrepreneurs tertentu.
(46)
35
b. Yayasan-yayasan sosial karitatif, lembaga keagamaan atau lembaga-lembaga karitatif menciptakan dana untuk bisnis sosial sambil tetap menjalankan proyek-proyek karitatif.
c. Usahawan individual yang sukses dalam binis profit yang tertantang menggunakan kreatifitasnya untuk menciptakan bisnis sosial.
d. Badan donor bilateral atau multilateral memberikan dukungan bisnis sosial kepada negara-negara penerima utang.
e. Pemerintah nasional maupun lokal.
f. Para pensiunan bisa menyisihkan sebagian dananya untuk investasi di bisnis sosial.
g. Kaum muda yang masih sekolah atau yang sudah lulus bisa memilih untuk menciptakan bisnis sosial didorong oleh idealisme menciptakan kesejahteraan dan keadilan dan peluang untuk mengubah dunia.15
Bisnis sosial adalah bisnis seperti bisnis saat ini, tetap mengambil keuntungan agar roda perusahaan tetap berjalan, mampu memperbesar usaha, membuka cabang baru, menggaji professional dengan gaji sesuai pasaran, menjalankan promosi dan strategi marketing. Ukuran keberhasilan bukan pada berapa keuntungan materi tapi berapa banyak orang yang telah dibantu dan mendapatkan manfaatnya, serta dampak positif apa yang ditimbulkan. Investor, Pemilik perusahaan boleh menarik kembali modal yang ditanam dari keuntungan
15J. Sudrijanta, SJ on December 16th, 2008
, Bisnis Sosial sebagai Jalan Alternatif terhadap Krisis Global, dalam http://gerejastanna.org/bisnis-sosial-sebagai-jalan-alternatif-terhadap-krisis-global/. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
(47)
sampai 100%, setelah itu tidak boleh ambil lagi. Keuntungan berikut akan diputar kedalam perusahaan.
Ini menarik. Para donatur yang biasanya menyumbang tak harap kembali, bisa mendapatkan uangnya kembali dari konsep Bisnis Sosial. Donatur bisa mengivestasikan lagi ke Binis Sosial lainnya, terus dan terus. Dengan demikian orang miskin tidak selalu mengharapkan uang dari donatur karena ada mesin uang yang sudah berjalan. Pemberian uang tunai sangat tidak mendidik dan tidak memacu orang untuk berkarya lebih keras.
Ciri-ciri Binis Sosial bisa beraneka ragam dengan visi dan misi yang sama. Mereka merancang, menjual produk yang dibutuhkan kalangan miskin dengan harga murah tapi perusahaan harus tetap bisa untung. Memberikan keringanan dalam membayar jika barangnya tidak bisa dibuat murah. Produk yang dijual umumnya yang berdampak meningkatkan kesehjateraan orang miskin misalnya makanan sehat bagi anak-anak, solar cell untuk pembangkit listrik 50 watt, kredit mikro.
Semakin banyak orang menjalankan Bisnis Sosial, lambat laun kemiskinan akan terkikis dengan sendirinya.16
16
Bisnis Sosial Jadi Pilihan para Donatur, July 23rd, 2008 dalam http://www.
(48)
37 BAB III
BIOGRAFI MUHAMMAD YUNUS
A. Riwayat Hidup Muhammad Yunus
Yunus lahir pada 28 Juni 1940, adalah seorang bankir dan ekonom. Dia adalah profesor ekonomi yang terkenal dengan keberhasilan penerapan kredit mikronya; yaitu perluasan pinjaman kecil. Pinjaman ini diberikan pada pengusaha-pengusaha yang terlalu miskin untuk memenuhi syarat atas peminjaman bank tradisional. Yunus juga pendiri bank Grameen.
Dia adalah ketiga tertua dari sembilan saudaranya. Yunus lahir 28 Juni 1940 dari sebuah keluarga muslim di desa Bathua, sekitar Boxirhat Road di Hathazari, Chittagong, Bangladesh. Ayahnya adalah Hazi Dula Mia Shoudagar, seorang penjual permata dan ibunya adalah Sofia Khatun.
Dia menghabiskan awal masa kanak-kanaknya di desa pada 1944, lalu keluarganya pindah ke kota Chittagong dan diapun pindah sekolah dari SD di desanya ke SD Lamabazar. Pada 1949, ibunya menderita penyakit kejiwaan.
Dia melewati ujian masuk perguruan tinggi di kampus Chittagong Collegiate School dan berada di posisi ke 16 dari 39 ribu siswa yang beruji di Pakistan Timur. Selama tahun-tahun dia sekolah, dia adalah anggota pramuka yang aktif, dan sudah berjalan ke Pakistan Timur dan India pada 1952, dan ke Kanada pada 1955 untuk mengikuti Jambore-Jambore.
(49)
aktifitas-aktifitas budaya dan memenangkan penghargaan untuk aksi panggung. Pada 1957, dia mengambil jurusan ekonomi di Dhaka University dan menyelesaikan BA nya, pada tahun 1960 dan MA pada 1961.
Yunus bergabung dalam Bureau of Economics sebagai asisten peneliti dalam penelitian-penelitian masalah ekonominya Profesor Nurul Islam dan Rehman Sobhan. Lalu dia ditunjuk sebagai penceramah dalam bidang ekonomi di Chittagong College pada 1961. Selama waktu itu, dia juga mulai usaha di pabrik pembungkus yang menguntungkan.
Dia pun ditawari beasiswa Fulbrighat untuk belajar di US pada tahun 1965. Dia memperoleh gelar Ph.D. dibidang ekonomi di Vanderbilt University, US melalui jurusan Economic Development pada 1969. Dari tahun itu hingga 1972 Yunus menjadi profesor asisten ekonomi di Middle Tennessee State University di Murfreesboro, TN. Selama perang pembebasan Bangladesh pada 1971, Yunus mendirikan komisi warga dan bergegas ke Bangladesh Information Center, dengan beberapa orang Bangladesh lain yang tinggal di US, untuk memberikan dukungan atas kebebasan.
Dia juga mempublikasi Bangladesh Neswletter dari rumahnya di Nashville. Setelah perang, Yunus kembali ke Bangladesh dan di tetapkan sebagai anggota Goverment Planning Commission yang di ketuai oleh Nurul Islam, lalu dia merasa bosan dengan pekerjaaan itu dan pindah ke Chittagong University sebagai kepala bagian Ekonomi.
(50)
39
kelaparan yang terjadi tahun 1974, dan mendirikan program ekonomi pedesaan sebagai proyek riset. Pada 1975, dia mengembangkan Nabajug (New Era (Masa baru)) Tebhaga Khamar (three share farm (pertanian bagi tiga)) yang diadopsi pemerintah sebagai perogram masukan pembungkus. Agar proyek itu bisa lebih efektif, Yunus dan kelompoknya mengajukan program Gram Sarkar (pemerintahan desa). Dikenalkan oleh presiden Ziaur Rahman pada akhir tahun 1970-an, pemerintah mendirikan 40,392 pemerintahan-pemerintahan desa sebagai pemerintah lapisan ke empat pada tahun 2003.
2 Agustus 2005, dalam menjawab surat permohonan dari Bangladesh Legal Aids dan Services Trust (BLAST) akhirnya Hakim Agung mengumumkan bahwa Gram Sarkar adalah Ilegal dan tidak sesuai dengan konstitusi.
Pada 1976, selama kunjungan ke wilayah perumahan termiskin di desa Jobra dekat Chittagong University, Yunus menemukan bahwa pinjaman yang sangat sedikit bisa membuat ketidakseimbangan pada orang miskin. Wanita-wanita Jobra yang membuat peralatan rumah tangga dari bambu telah mengambil pinjaman yang banyak untuk membeli bambu, untuk membayar keuntungannya kepada tukang kredit. Pinjaman pertamanya 27 dolar dari sakunya yang dikeluarkan untuk 42 wanita di desa, yang membayar keuntungan bersihnya 0.52 (0.02 dolar) dalam tiap pinjaman.
Konsep penyediaan kredit bagi orang miskin sebagai alat untuk mengurangi kemiskinan bukanlah hal yang unik. Dr. Akhtar Hameed Khan, pendiri Academy for Rural Development (sekarang menjadi Bangladesh
(51)
Academy for Rural Development), dihargai karena memelopori ide. Dari pengalamannya di Jobra, Yunus dan Dr. Hameed, menyadari bahwa pembuatan suatu institusi dibutuhkan untuk memberikan pinjaman pada mereka yang tak punya apa-apa.
Sementara bank-bank tradisional tidak tertarik untuk memberikan pinjaman berjumlah kecil dalam tingkat bunga yang tidak masuk akal bagi orang-orang miskin karena resiko pembayaran yang tinggi, Yunus percaya bahwa memberikan kesempatan kepada orang miskin untuk melunasi uang yang dipinjam oleh karena itu kredit kecil merupakan model bisnis yang dapat terus berjalan
Yunus dan koleganya menghadapi tantangan dari kelompok konservatif aliran kiri radikal yang mengatakan kepada para wanita bahwa mereka akan ditolak di pekuburan muslim jika mereka meminjam uang dari Grameen Bank. Pada bulan juli 2007, Grameen Bank telah mengeluarkan 6.39 miliyar dolar untuk 7.4 juta peminjam. Untuk memastikan pengembalian pinjaman, bank menggunakan sistem grup solidaritas. Kelompok informal ini bersama-sama mengunakan dana pinjaman dan -bersama anggotanya- bertindak sebagai penjamin akan pengembalian pinjaman dan saling mendukung pada pengembangan ekonomi itu sendiri.
Akhirnya Yunus sukses dalam pengamanan pinjaman dari Bank Janata Pemerintah untuk meminjamkannya kepada orang miskin di Jobra Desember 1976. Sebuah lembaga melanjutkan operasinya dengan pinjaman keamanan dari
(52)
41
bank lain untuk proyeknya. Tahun 1982, Bank mempunyai 2.800 anggota.Pada tanggal 1 Oktober 1983 pemimpin proyek mulai mengoperasikan sebagai full-fledged bank dan berganti nama menjadi Grameen Bank (Bank Desa) untuk memberikan pinjaman kepada orang miskin Bangladesh. Yunus dan rekan kerjanya mengalami segalanya dari seorang radikal yang jahat.1
Grameen Bank mulai membuka cabang pada akhir tahun 1980 ketika ia mulai memanfaatkan tambak ikan yang terlantar dan tak terpakai, begitu juga pompa irigasi seperti turbin. Pada tahun 1989, semua itu mulai berkembang menjadi organisasi tersendiri, seperti proyek perikanan menjadi Grameen Motsho (yayasan perikanan grameen) dan proyek irigasi menjadi Grameen Krishi (yayasan Agrikultur Grameen). Selanjutnya, inisiatif Grameen telah berkembang menjadi beberapa kelompok usaha profit dan non profit, termasuk proyek besar seperti Grameen Trust dan Grameen Fund yang berjalan setara dengan Grameen Sofwar Limited, Grameen Cybernet Limited, dan Grameen Knitwear Limited, begitu juga Grameen Telecom yang memiliki saham di Grameenphone (GP), sektor perusahaan telepon swasta terbesar di Banglades. Proyek Village phone (polli phone) milik GP telah membawa kepemilikan cell-phone hingga mencapai 260 ribu kampung miskin di 50 ribu desa sejak awal proyek tersebut, bulan Maret 1997.
Keberhasilan model microfinasial Grameen telah memberi inspirasi dan ditiru oleh ratusan negera berkembang bahkan negara maju termasuk US banyak,
1
(53)
tapi tidak semua, proyek kredit mikro yang menekankan pinjamannya khususnya pada wanita. Lebih dari 94% pinjaman 2 loan telah keluar untuk wanita, yang menderita ketimpangan kerena miskin dan yang lebih memungkinkan untuk menghabiskan penghasilannya pada keluarga. Karena kerjanya di Grameen Bank, Yunus diberi nama: Ashoka: Pendiri Public Academy Member tahun 2001
Tahun 2006 Yunus dan bank itu di anugerahi Nobel Perdamaian, "atas usaha mereka untuk membuat pengembangan sosial ekonomi dari bawah." Yunus menerima beberapa penghargaan tingkat nasional dan internasional lainnya. Dia adalah pengarang buku Banker to the Poor dan mendirikan anggota dewan yang mendirikan Grameen Foundation. Pada awal tahun 2007, Yunus mulai tertarik terjun ke partai politik yang bernama Nagorik Shakti (kekuatan warga), tapi kemudian membatalkan rencananya, dia juga adalah salah seorang anggota Global Elder (Sesepuh purba dunia )
Yunus dianugerahi hadiah Nobel Perdamaian bersama dengan Bank Grameen pada tahun 2006 atas usaha mereka mengembangkan sosial ekonomi masyarakat jelata. Dalam penyambutan penganugerahan Norwegian Nobel Committe, disebutkan;
Yunus telah membuktikan kepada dirinya sendiri untuk menjadi pemimpin yang telah berusaha untuk memaknai visi kedalam aksi nyata demi keuntungan berjuta umat manusia, tidak hanya di Bangladesh, tapi juga di banyak negara lainnya. Pinjaman pada kaum miskin tanpa adanya jaminan keamanan finansial tampak menjadi ide yang memungkinkan. Dari kerendahan-hati yang berawal tiga puluh tahun yang lalu, Yunus, pertama dan terutama melalui Bank Grameen, telah mengembangkan kredit mikro ke dalam sarana penting dalam perjuangan ke dalam kemiskinan.
(54)
43
Yunus adalah orang Bangladesh pertama dan orang Bengali ketiga yang pernah mendapatkan hadiah Nobel. Setelah mendapat kabar dari hadiah itu, Yunus mengumumkan bahwa dia akan menggunakan bagiannya atas hadiah 1.4 juta dolarnya untuk membuat perusahaan makanan bernutrisi tinggi murah meriah untuk dikonsumsi rakyat jelata, sementara sisanya akan dipakai untuk memulai membangun rumah sakit mata untuk orang miskin di Bangladesh.
Mantan President US, Bill Clinton, adalah seorang pendukung atas peraihan hadiah nobel terhadap Yunus. Dia mengekspresikannya dalam majalah Rolling Stone sebagaimanapula di ungkapkan dalam autobiografinya My Life. Dalam pidatonya di University of California, Berkeley 2002, President Clinton menggambarkan Yunus sebagai "manusia yang jauh sebelumnya telah pantas memenangkan hadiah Nobel (dan) saya akan terus mengatakan hal itu hingga akhirnya hadiah itu sampai padanya." Dia juga memenangkan sejumlah penghargaan lainnya, termasuk penghargaan Ramon Magsaysay Award, World Food Prize, Sydney Peace Prize, dan pada desember 2007, Ecuadorian Peace Prize.
Disamping itu, Yunus telah dianugerahi 26 gelar doktor kehormatan, dan 15 penghargaan spesial. Pemerintah Bangladesh mengeluarkan prangko peringatan untuk menghormati Nobelnya. Pada Januari 2008, Houston, Texas mengumumkan tanggal 14 Januari sebagai hari “Yunus.”
Di awal 2006, dia bersama anggota masyarakat lainnya termasuk Prof Rehman Sobhan, Justice Muhammad Habiburrahman, Dr Kamal Hossain, Matiur
(55)
Rahman, Mahfuz Anam dan Debapriya Bhattchariya berpartisipasi dalam kampanye kejujuran dan kebersihan salah satu calon dalam pemilu nasional. Dia mempertimbangkan memasuki partai politik di akhir tahun itu.
Pada 11 Februari 2007, Yunus menulis surat terbuka, mempublikasikannya di surat kabar Daily Star. Disana, dia meminta seluruh warga agar melihat rencananya untuk bergabung dalam partai politik untuk mendirikan niat baik politis, kepemimpinan yang pantas dan pemerintahan yang baik.
Dalam surat itu dia meminta setiap orang untuk memberi sedikit gambaran bagaimana dia harus mengerjakan tugasnya dan bagaimana meraka bisa berkonstribusi di dalamnya. Akhirnya Yunus mengumumkan berdirinya partai baru yang sementara yang di sebut Nagorik Shakti (citizen power) pada 18 Februari 2007.
Ada spekulasi bahwa tentara mendukung masuknya Yunus ke politik. Tanggal 3 Mei, Yunus mengumumkan bahwa dia memutuskan untuk meninggalkan karir politik setelah mengikuti pertemuan dengan kepala pemerintah sementara Fakhruddin Ahmed
Pada 18 July 2007, di Johannesburg, Afrika selatan, Nelsen Mandela, Graca Machel dan Desmond Tutu memanggil sebuah kelompok pemimpin dunia, untuk mengkonstribusikan kebijaksanaannya, kepemimpinan yang independen, dan integritas bersama terhadap dunia. Nelson Mandela mengumumkan grup baru ini sebagai, The Global Elders dalam pidato yang dia sampaikan dalam
(56)
45
kesempatan ulang tahunnya yang ke-89.
Uskup Tutu menjabat sebagai Kepala The Elders. anggota kelompok yang berdiri dalam group ini adalah Machel, Kofi Annan, Ela Bhatt, Gro Harlem Brundtland, Jimmy Carter, Li Zhaoxing, Mary Robinson dan Yunus. The Elder didirikan secara independen oleh sejumlah pendiri yaitu: Richard Branson, Peter Gabriel, Ray Chambers; Michael Chambers; Bridgeway Foundation; Pam Omidyar, Humanity United; Amy Robbins; Shashi Ruia, Dick Tarlow; dan The United Nations Foundation.
Pada tahun 1967, Saat Yunus menghadiri Universitas Vanderbilt, dia bertemu dengan Vera Forostenko, seorang mahasiswa sastra Rusia di kampus itu dan seorang anak Rusia yang pindah ke Trenton, New Jersey, US. Tahun 1970 Merekapun menikah. Pernikahannya dengan Vera berakhir beberapa bulan setelah kelahiran bayi mereka Monica Yunus (1979 Chittagong), ketika Vera kembali ke New Jersey dan mengatakan bahwa Bangladesh bukanlah tempat yang baik untuk membesarkan anak.
Kemudian Yunus menikahi Afrozi Yunus, seorang gadis yang kemudian menjadi peneliti di Fisika di Manchester University. Afrozi kemudian di tunjuk sebagai profesor fisika di Jahangirnagar Universtity. Anak mereka Deena Afroz Yunus lahir 1986.
Saudaranya juga seorang yang aktif di kampus. Muhammad Ibrahim, saudara Yunus ini, adalah seorang profesor fisika di Dhaka University dan perdiri The Center for Mass Education in Science (CMES), yang menyediakan
(57)
pendidikan sains untuk gadis-gadis remaja desa. Adiknya Muhammad Jahangir adalah presenter televisi terkenal. Monica anak pertama Yunus, adalah penyanyi soprano America berdarah Bangladesh-Russia, bekerja di New York.2
Adapun beberapa penghargaan internasional yang telah di terima Yunus antara lain adalah sebagai berikut : Ramon Magsaysay Award (1984) from Philippines; Aga Khan Award for Architecture (1989) from Switzerland; Mohamed Shabdeen Award for Science, Socio Economic (1993) from Sri Lanka; World Food Prize (1994) from U.S.A.; Simon Bolivar Prize (1996) from Venezuela; Man for Peace Award (1997) from Italy, Prince of Austurias Award for Concord (1998) from Spain; Ozaki (Gakudo) Award (1998) from Japan; Indira Gandhi Award (1998) from India; Sydney Peace Prize (1998) from Australia, Rotary Award for World Understanding (1999) from U.S.A., Golden Pegasus Award (1999) from Italy, Roma Award for Peace and Humanitarian Action (1999) from Italy, King Hussein Humanitarian Leadership Award (2000) from Jordan, International Cooperation Prize Caja de Granada (2001) from Spain, NAVARRA International Aid Award (2001) from Spain, Grand Prize of the Fukuoka Asian Culture Prize (2001) from Japan, Mahatma Gandhi Award (2002) from U.S.A., Volvo Environment Prize (2003) from Sweden, Citta di Orvieto Award (2004) from Italy, Nikkei Asia Prize (2004) from Japan, The Economist Award for Social and Economic Innovation (2004) from U.S.A., Golden Cross of the Civil Order of the Social Solidarity (2005) from Spain,
(1)
100
Jumlah CU di seluruh Indonesia : 1.011
Jumlah anggota keseluruhan : 668.346
Jumlah anggota llaki-laki : 339.502
Jumlah anggota perempuan : 268.844
Saham : Rp.1.118.165.288.613
Simpanan non saham : Rp.791.834.460.114 Pinjaman beredar : Rp.1.865.877.600.438
Kekayaan : Rp.2.304.181.285.362
Cadangan : Rp.70.649.587.542
SHU : Rp.46.506.664.916 CU tersebut adalah buah dari kerja keras civil society selama tiga puluh tahun, waktu yang sama dengan yang dibutuhkan Yunus untuk mencapai Grameen Bank II saat ini. Selain itu, melalui Kementerian Negara Koperasi dan UKM, pemerintah telah mendorong koperasi wanita di Indonesia. Sebagian sudah menunjukkan hasilnya, dan sebagian lagi masih membutuhkan pembenahan yang lebih intensif , yang karena desentralisasi yang sangat sulit untuk memperoleh data yang dapat dipercayai.
(2)
101 A. Kesimpulan
Dari berbagai uraian yang telah penulis paparkan, dapat disimpulkan bahwa kredit tanpa jaminan yang dihasilkan Yunus bisa dikatakan bukan konsep yang baru lagi. Hanya saja, cara atau konsep yang digunakannya yang berbeda.
Dalam konsepnya, ada beberapa pendekatan yang digunakan oleh Yunus, yaitu dengan menggunakan konsep “mata cacing” yang melihat tanah dari jarak yang sangat dekat, hampir-hampir menyatu dengan tanah yang dijelajahinya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui serta mempelajari budaya, struktur sosial dan agama masyarakat.
Selain itu, Yunus juga mengggunakan strategi yang benar-benar baru dalam dunia perbankan. Yaitu dengan cara memberikan kredit tanpa jaminan berbunga rendah kepada kaum miskin, sistem cicilan setiap hari agar tidak memberatkan saat jatuh tempo, mengkhususkan diri pada nasabah kaum perempuan, membentuk sistem kelembagaan berupa kelompok lima, dan juga menjadikan nasabah sebagai pemegang saham dan komisaris.
Strategi-strategi di atas adalah konsep yang digunakan Yunus dalam menerapkan Kredit Tanpa Jaminan.
(3)
102
B. Saran-saran
1. Kepada para akademisi, praktisi dan juga peneliti agar dapat mempelajari, memahami serta menerapkan konsep Kredit Tanpa Jaminan yang diterapkan oleh Yunus. Itu semua tidak akan tercapai apabila tidak membaca, mengulas dan memahami karya-karya Yunus, khususnya yang berkaitan dengan kredit tanpa Jaminan, sehingga konsep tersebut bisa diterapkan di Indonesia yang selama ini selalu didera oleh berbagai macam krisis ekonomi.
2. Para peneliti, akademisi dan juga praktisi harusnya lebih bisa memahami kondisi dan keadaan masyarakat miskin yang terdapat di Indonesia. Dalam hal ini, konsep yang cocok adalah konsep mata cacing yang diggunakan oleh Yunus.
3. Kepada pemerintah dan para mahasiswa sebagai agen perubahan harus bisa bersikap tegas dan berani mengambil keputusan.
4. Penulis ucapkan semoga bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa yang lebih baik dari bangsa-bangsa lain, termasuk Bangladesh. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari konsep kredit tanpa jaminan yang diterapkan Yunus untuk akhirnya dapat diterapkan di Indonesia, sehingga rakyat miskin Indonesia dapat diatasi. Amin.
(4)
103 Buku
Abdul Husain at-Tariqi, Abdullah. Ekonomi Islam : Prinsip, Dasar, dan Tujuan, Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004, Cet I.
Amalia, Euis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam : Dari masa Klasik Hingga Kontemporer, Jakarta: Pustaka Asatruss, 2005, Cet I.
Chapra, M. Umer. Islam dan Pembangunan Ekonomi, Jakarta: Gema Insani Press, 2000, Cet I.
_______________ Islam dan Tantangan Ekonomi, Jakarta: Gema Insani Press, 2000, Cet I.
Echols, John M. Dan Hassan Sadily: Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002, Cet XXVI.
Meredith, Geoffrey G., Kewirausahaan; Teori dan Praktek, Jakarta: PT Pusaka Binaman Pressindo, 2000, Cet VI.
Karim, Adimarwan A, Ekonomi Islam; Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema Insani, 2003, Cet. II.
Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada: 2007), Ed. 1-2.
M. A. Mannan. Toeri dan Praktek : Ekonomi Islam, Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, Edisi Lisensi.
Molan, Benyamin, Glosarium Prentice Hall untuk Manajemen dan Pemasaran, Jakarta: PT. Prenhallindo, 2002.
M., Ralona, Kamus Istilah Ekonomi Populer, Jakarta: Gorga Media, 2006.
Sakti, Ali. Analisis Teoritis : Ekonomi Islam Jawaban atas kekacauan Ekonomi Modern, Jakarta: Paradigma dan AQSA Publishing, 2007, Cet I.
Yunus, Muhammad. Bank Kaum Miskin : Kisah Yunus dan Grameen Bank Memerangi Kemiskinan. Diterjemahkan oleh Irfan Nasution. Jakarta: Marjin Kiri, 2007, Cet III.
(5)
104
_________________, Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan ; Bagaimana Bisnis Sosial Mengubah Kehidupan Kita. Diterjemahkan oleh Rani R. Moediarta. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 2008, h. 119.
Internet
Ali, M. Syamsi. Galeri Opini: Kiat Yunus Hapus Kemiskinan, dalam http://Inilah.Com. 16 Februari 2008. Diakses pada tanggal 05/08/2008.
Aprianto, Anton, Kalla : Konsep Kredit Yunus Sudah Ada di Indonesia, dalam Tempo Interaktif. Com., Jakarta, Rabu, 08 Agustus 2007 | 14:02 WIB. Diakses pada tanggal 02/08/2008.
Baderi, Firdaus, Perlu Perubahan Radikal Konsep Perbankan Indonesia, dalam http://www.mediakonsumen.com, Jumat, 14 September 2007. Diakses pada tanggal 14/09/2008.
Bisnis Sosial Jadi Pilihan para Donatur, July 23rd, 2008 dalam http://www.andaisaja.com/?cat=8. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
“Data Perkembangan Kopdit Per BK3D/PRA/Puskopdit per Juni 2006.” Dalam http:// www.CU-melati.com. Diakses pada tanggal 22 Desember 2008
Definisi Kewirausahaan (Entrepreneurship) Menurut Para Ahli. Dalam http://putracenter. wordpress.com/definisi-kewirausahaan- entrepreneurship- menurut-para-ahli/. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
Dito, Pustaka Bank Kaum Miskin, dalam http://www.blogger.com/navbar. Diakses pada tanggal 20/08/2008.
Economy, dalam http://Marketvalas.Blogspot.com. Selasa, 2008 November 11. Diakses pada tanggal 03 Januari 2009.
Erge, March 23rd, 2008, Ciri-ciri wirausahawan, dalam file:///D:/tugas-makalah-judul-skripsi/mata-kuliah/kewirausahaan. Diakses pada tanggal 02/03/2009. G. Budiwaluyo, Option For The Poor versi Muhammad Yunus, http://gbudiwaluyo.
wordpress.com/2008/03/04/option-for-the-poor-versi-muhammad-yunus/. Diakses pada tanggal 06/08/2008.
Ismawan, Bambang, Menjawab Persoalan Bangsa dengan Entrepreneurship, http://www.binaswadaya.org/index.php.com. Diakses pada tanggal 02/03/ 2009.
(6)
Mubyarto. Tantangan ilmu ekonomi dalam menanggulangi kemiskinan, dalam http://Indonesia.Com. Januari 2007.
M. Yunus Puji Nuansa Politik dan Demokrasi Indonesia, dalam http://Media Indonesia.Com, 4 Februari 2008. Diakses pada tanggal 27/09/2008.
Muhammad Yunus : Kemiskinan diciptakan oleh Sistem, Yogya, dalam Universitas Gajah Mada. Com. Diakses pada tanggal 21/08/2008.
Santosa, Setyanto P. , Peran Social Entrepreneurship Dalam Pembangunan, dikutip dari acara dialog “ Membangun Sinergisitas Bangsa Menuju Indonesia Yang Inovatif, Inventif dan Kompetitif” diselenggarakan oleh Himpunan IESP FE-Universitas Brawijaya,Malang, 14 Mei 2007. dalam [email protected]. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
“Sosok dan Bisnis: Muhammad Yunus, Pengemis pun Dipinjami”, Dalam http://kompas.com/kcm/, Senin, 30 Oktober 2006. Diakses pada tanggal 12/08/2008.
Social Entrepreneurship: MYC4, dalam http://vibizlearning.com/new/articles. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
Sudrijanta, SJ, J., on December 16th, 2008, Bisnis Sosial sebagai Jalan Alternatif terhadap Krisis Global, dalam http://gerejastanna.org/bisnis-sosial-sebagai-jalan-alternatif-terhadap-krisis-global/. Diakses pada tanggal 02/03/2009. Wuryanto, Budhi, Serba-Serbi; Inspirasi dari orang miskin, http://MediaBPR no.18
september – oktober 2007. Diakses pada tanggal 24/07/2008.
Yunus, Muhammad: "Grameen Bank" Bisa Diterapkan di Indonesia, dalam http://Gatra.Com, Yogyakarta , 11 Agustus 2007 14:18. Diakses pada tanggal 21/07/2008.
http:// www.CU-melati.com. Diakses pada tanggal 22 Desember 2008. http://www.grameen.com/index.php.com. Diakses pada tanggal 22/09/2008. http://www.grameen-info.org/book/index.htm. Diakses pada tanggal 22/09/2008. http://kopditmelati.wordpress.com. Diakses pada 22 Desember 2008.
http://id.wikipedia.org/wiki/ Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Wirausaha. Diakses pada tanggal 02/03/2009.