75
berkurangnya kelompok dari lima menjadi empat, tiga, atau kadang kembali menjadi satu orang. Dan yang seorang itu harus memulai dari awal lagi.
17
C. Manfaat Pemberian Kredit Tanpa Jaminan Terhadap Pengembangan
Ekonomi Umat.
Di Bangladesh 80 persen keluarga miskin sudah terjangkau kredit mikro. Yunus berharap pada tahun 2010, 100 persen keluarga miskin bisa terjangkau.
Tiga tahun lalu Yunus dan kawan-kawannya memulai program eksklusif yang berfokus pada pengemis. Bagi mereka tak diterapkan satupun aturan
Grameen Bank. Pinjamannya bebas bunga; mereka bisa membayar berapa saja, dan kapan saja. Mereka diberikan ide untuk membawa dagangan kecil-kecilan
seperti jajanan, mainan, atau barang-barang rumah tangga saat mereka pergi dari satu rumah ke rumah untuk mengemis. Ide ini berjalan. Sekitar 5.000 orang sudah
sama sekali berhenti mengemis. Rata-rata pinjaman untuk seorang pengemis sebesar AS12.
Yunus beserta kawan-kawannya mendorong dan mendukung langkah intervensi apapun yang mungkin untuk membantu kaum miskin berjuang keluar
dari kemiskinan. Yunus juga selalu mengadvokasikan kredit mikro dengan argumen bahwa kredit mikro akan membuat intervensi itu berjalan lebih baik.
18
Selain itu, teknologi informasi dan komunikasi mengubah dunia dengan
17
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h.63.
18
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h.266.
76
cepat, menciptakan dunia tanpa jarak, tanpa batas, dengan komunikasi instan. Biayanya pun makin lama semakin murah. Yunus melihat peluang bagi
masyarakat miskin untuk mengubah hidup mereka bila teknologi ini bisa dihadirkan pada mereka untuk memenuhi kebutuhannya.
Sebagai langkah pertama menghadirkan TI bagi kaum miskin, Yunus mendirikan perusahaan ponsel, Grameen Phone. Yunus menyalurkan kredit
melalui Grameen Bank kepada kaum perempuan miskin untuk membeli ponsel guna berjualan jasa telepon di desa-desa. Yunus melihat sinergi antara kredit
mikro dengan TI. Bisnis telepon tersebut sukses dan menjadi perusahaan idaman bagi
peminjam Grameen. Ibu-ibu penjaja jasa ponsel tersebut dengan cepat belajar dan berinovasi dalam bisnis telepon, yang telah menjadi cara tercepat untuk keluar
dari kemiskinan dan memperoleh kedudukan sosial. Saat ini terdapat hampir 300.000 orang ibu-ibu ponsel yang menyediakan layanan telepon di semua desa
Bangladesh.
19
Tidak hanya itu saja, saat ini Bangladesh merupakan laboratorium hidup – salah satu negeri termiskin di dunia yang secara bertahap diubah oleh pemikiran
inovatif bisnis dan sosial. Lebih dari dua dasawarsa kondisi msyarakat miskin Bangladesh sudah membaik secara pelan tapi pasti. Berdasarkan statistik
menunjukkan antara lain sebagai berikut:
19
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h.267.
77
1. Angka kemiskinan diukur oleh organisasi bantuan internasional seperti
Bank Dunia sudah menurun dari perkiraan 74 persen pada 1973–74 jadi 57 persen pada 1991–92, lantas jadi 49 persen pada 2000, dan kemudian jadi
40 persen pada 2005. Meski masih terlalu tinggi, angka ini terus menurun satu persen tiap tahun, dengan setiap angka persentase menggambarkan
perbaikan berarti dalam keidupan ratusan ribu rakyat Bangladesh. Negara ini ada di jalur tepat mencapai Tujuan Pembangunan Milenium untuk
mengurangi kemiskinan hingga separo pada 2015. 2.
Lebih istimewa lagi, pertumbuhan ekonomi Bangladesh hanya dibarengi sedikit peningkatan ketidaksetaraan. Indeks ketidaksetaraan yang umum
digunakan sudah berubah dari hanya 0,30 pada 1995 menjadi 0,31 pada 2005. Juga pantas dicatat bahwa sejak 2000 pendapatan per kapita 10 persen
populasi di garis paling bawah, telah tumbuh secara sama dengan 10 persen populasi di lapisan paling atas, yaitu sebesar 2,8 persen.
3. Penurunan tajam kemiskinan ini terlihat di berbagai perubahan pertumbuhan
ekonomi, pola serapan tenaga kerja, dan struktur ekonomi. Pertumbuhan mencapai rata-rata 5,5 persen sejak 2000, dibandingkan hanya 4 persen pada
1980-an, sedangkan pertumbuhan per kapita sudah naik dari satu persen pada 1980-am jadi 3,5 persen saat ini. Ketergantungan pada penghidupan
pertanian menurun perlahan-perlahan: pada 2005, tenaga kerja nontani lebih banyak dari pertanian sebagai nafkah utama di pedesaan, dan persis 50
persen dari PDB nasional kini berasal dari sektor jasa.
78
4. Pertumbuhan penduduk menurun tajam. Pertumbuhan penduduk merupakan
masalah utama di Bangladesh, yang termasuk salah satu negara paling padat di bumi. Dari 3 persen per tahun pada 1970-an jadi 1,5 persen pada 2000–
mendekati India dengan pertumbuhan 1,4 persen, serta jauh lebih rendah dari Pakistan dengan pertumbuhan 2,5 persen. Penurunan ini berarti lebih
banyak keluarga punya sumber daya untuk memperhatikan anak dan memberi mereka peluang berharga mendapat pendidikan. Berarti pula
pembebasan jutaan perempuan dari siklus melahirkan dan merawat anak; memberi mereka kesempatan membantu meningkatkan standar kehidupan
melalui kerja produktif. 5.
Penurunan pertumbuhan penduduk sebagian besar sudah dipicu oleh peningkatan layanan kesehatan. Bila lebih banyak anak dapat terus hidup,
orangtua tambah mantap ikut keluarga berencana; mereka tak lagi percaya perlu melahirkan lima atau enam anak dengan harapan dapat
mempertahankan dua anak. Selama 1990-an, persentase ibu Bangladesh yang menerima perawatan pranatal naik dua kali lipat. Sebagian hasilnya
ialah angka kematian bayi di Bangladesh turun separo dari 100 jadi 54 bayi per 1.000 anak antara 1990 dan 2005. pada 2005 sekitar 81 persen anak
sudah divaksinasi cacar air, bandingkan dengan hanya 58 persen di India. Meski gizi buruk masih merupakan masalah parah, persentase anak tumbuh
terhambat sudah turn dari hampir 70 persen pada 1985-86 jadi 43 persen pada 2004.
79
6. Kesempatan pendidikan untuk anak juga makin baik. Persentase anak yang
menamatkan kelas lima sudah naik jadi 49 persen pada 1990 jadi 74 persen pada 2004. Angka melek huruf secara nasional meningkat dari 26 persen
pada 1981jadi 34 persen pada 1990 dan 41 persen pada 2002. Pada 1990-an terjadi lonjakan jumlah anak memasuki sekolah lanjutan pertama. Lebih
banyak anak perempuan kini sekolah ketimbang anak lelaki, suatu lompatan tiada tanding di Asia Selatan dan merupakan prestasi luar biasa atas fakta
bahwa di Bangladesh pada awal 1990-an jumlah murid laki-laki tiga kali lipat murid perempuan di sekolah lanjutan.
7. Kualitas perumahan, akses ke sanitas dasar, dan jasa telekomunikasi
meningkat signifikan pada tahun terakhir ini. Pada 2000, delapan belas persen rumah beratapkan daun; pada 2005 persentase turun jadi 7 persen.
Kampanye kebersihan telah meningkatkan akses pada MCK mandi-cuci- kakus yang aman dari 54 persen pada 2000 jadi 71 persen pada 2005.
Revolusi telepon seluler meningkatkan sebagian kecil warga terhadap akses pada telepon dari 1,8 persen pada 2000 menjadi 14,2 persen akhir-akhir ini.
8. Kapasitas Bangladesh menghadapi bencana alam meningkat signifikan.
Pasca banjir besar 1998, PDB per kapita turun tajam, tapi dampak banjir berskala sama pada 2004 bisa diabaikan pada pertumbuhan PDB.
Ketangguhan ini berkat ekonomi yang sudah lebih didiversifikasi dan kemampuan merespons kondisi darurat meningkat, termasuk sistem
peringatan dini dan penampungan korban badai topan di seluruh negeri.
80
9. Antara 1980 dan 2004, Human Development Index ukuran yang digunakan
secara luas untuk menandai standar kehidupan di negara berkembang meningkat 45 persen di Bangladesh dibandingkan 39 persen di India dan 16
persen di Srilanka meskipun kenyataannya pada 2004 PDB per kapita di India 68 persen lebih tinggi dibandingkan Bangladesh, dan lebih tinggi 200
persen di Srilanka.
20
Sebagaimana ditunjukkan angka-angka tersebut, masalah kemiskinan di Bangladesh sudah makin baik, meski jauh dari tuntas. Bangladesh masih
merupakan negara termiskin di dunia dengan puluhan juta rakyat yang hidup di atas garis kemiskinan. Namun, tren sosial ekonomi bergerak ke arah yang tepat.
Untuk pertama kali banyak orang Bangladesh merasa penuh harapan akan masa depan. Kini Gramen Bank siap memosisikan diri ke jalur pencapaian
beberapa target penting: melampaui pendapatan per kapita tahunan US1.000; mencapai pertumbuhan 8 persen dalam PDB dibandingkan dengan angka
pertumbuhan 6,7 persen yang sudah sehat sekarang ini; dan megurangi tingkat kemiskinan hingga di bawah 25 persen. Bila Grameen Bank mengambil langkah
yang tepat, Yunus yakin semua target ini akan tercapai dalam sepuluh tahun ke depan.
21
20
Muhammad Yunus, Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan, h. 111.
21
Muhammad Yunus, Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan, h. 114.
81
D. Kemungkinan Penerapan Konsep Kredit Tanpa Jaminan dalam Konteks