Kendala-kendala Yang Dihadapi dalam Pemberian Kredit Tanpa Jaminan.

71 kawan-kawannya akan mengulurkan pinjaman kepada dua anggotanya. Jika pinjaman tersebut dibayar secara reguler selama enam minggu berikutnya, dua anggota berikutnya bisa mengajukan pinjaman sedangkan ketua kelompok biasanya menjadi peminjam terakhir di antara kelimanya. 9 Selain beberapa strategi yang telah dilakukannya, Yunus juga memasang iklan yang bertuliskan ”Perhatian Bagi Ibu-Ibu: Selamat Datang Ke Bank Kami Dengan Program Pinjaman Khusus Perempuan.” hal itu dilakukan untuk menarik para perhatian para peminjam perempuan. 10

B. Kendala-kendala Yang Dihadapi dalam Pemberian Kredit Tanpa Jaminan.

Kendala-kendala yang dihadapi oleh Yunus berupa hambatan riil yang datang dari struktur sosial masyarakat Bangladesh, yaitu agama, kebudayaan, pemerintah dan birokrasinya, dan tidak jarang pula dari kalangan dunia internasional. 11 Tentangan pertama dan paling hebat datang dari para suami, yang umumnya menginginkan pinjaman itu untuk dirinya sendiri. Selain itu, program yang dilakukan oleh Yunus sangat dicurigai oleh para tokoh keagamaan. Dan rentenir melihat bahwa Yunus beserta Bank Grameennya sebagai ancaman langsung terhadap kekuasaan mereka di pedesaan. Tantangan-tantangan ini sudah Yunus 9 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h. 63. 10 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h. 75. 11 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h. XV. 72 duga sebelumnya, namun Yunus terkejut mendengar perlawanan yang datang dari pegawai negeri dan kaum profesional. Mereka berpendapat bahwa meminjamkan uang kepada perempuan itu tidak masuk akal, sementara begitu banyak laki-laki menganggur dan tidak punya pendapatan. Mereka juga berpendapat bahwa perempuan hanya akan menyerahkan pinjaman kepada suaminya dan bahkan akhirnya akan lebih dieksploitir ketimbang sebelumnya. 12 Untuk itu, Yunus harus merancang serangkaian trik dan teknik untuk mendapatkan peminjam perempuan. Diantaranya adalah mencari jalan keluar untuk mengatasi ketentuan purdah 13 . Sebab, dalam ketentuan tersebut, para lelaki tidak diizinkan dengan lancang memasuki rumah seorang perempuan di desa. Purdah tersebut mengacu pada serangkaian praktik yang menjunjung perintah Al- Qur’an untuk menjaga kesopanan dan kesucian perempuan. Dalam penafsiran yang paling konservatif, purdah melarang perempuan meninggalkan rumah atau berinteraksi dengan laki-laki kecuali laki-laki dari keluarga dekatnya. 14 Oleh karena itu, saat proses meyakinkan para perempuan untuk menjadi peminjam Grameen Bank, Yunus menyadari bahwa memiliki pegawai perempuan akan membuat pekerjaan jauh lebih mudah. Proses meluluhkan ketakutan selalu menjadi tantangan terbesar bagi Yunus dan itu menjadi lebih mudah dengan 12 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h.75. 13 Adat purdah, yang secara harfiah berarti ”tirai”, ”cadar”, ”kerudung”, atau ”jilbab”. Purdah juga bermakna ketentuan syariah Islam yang melarang perempuan dewasa terlihat di depan umum. Kalau pun keluar rumah, maka ia harus menutup seluruh bagian tubuhnya kecuali mata dan telapak tangan, atau kalau ia harus berbicara dengan tamu lawan jenis di rumahnya, hanya bisa dilakukan dari balik tirai rumahnya. 14 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h. 77. 73 ketelatenan kerja dan suara lembut para pegawai perempuan. Tetap saja, hasilnya berjalan lamban. Setiap senja hari, Yunus mengadakan rapat dengan para mahasiswanya. Seringkali pegawai perempuan datang dengan nama-nama calon peminjam yang dicatatnya dibalik bungkus rokok. Akhirnya, Yunus mengangkat tiga perempuan muda untuk bekerja di proyek percontohannya. Mereka adalah Nurjahan Begum, dan Jannat Quanine, dua sarjana yang baru lulus, dan Priti Rani Barua, yang tinggal di lingkungan pemeluk Budha di Jobra dan hanya berpendidikan SMP. Yunus memilih pegawai perempuan karena mereka lebih mudah dalam membangun hubungan dengan para perempuan di pedesaan daripada pegawai laki-laki, meski mereka juga menghadapi banyak tantangan. Menurut Yunus, perjuangan melawan penindasan dan segregasi perempuan yang dilakukannya berlangsung tidak hanya untuk kepentingan nasabah, tetapi juga untuk kepentingan pegawai perempuan. 15 Akan tetapi, kendala yang dihadapi adalah sulitnya mempertahankan pegawai perempuan. Biasanya, jika seorang pegawai perempuan Grameen menikah, kerabat suami menekannya untuk berhenti bekerja. Mereka tidak ingin seorang perempuan muda ”bermartabat” berjalan kaki sendirian keliling desa. Mereka juga khawatir bila ia tidak bisa membela diri jika ada masalah. Sesudah kelahiran anak pertama, tekanan untuk berhenti bekerja meningkat. Dan sesudah kelahiran anak kedua atau ketiga, pegawai perempuan sering berkeinginan 15 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h.80. 74 menggunakan lebih banyak waktunya bersama anak-anaknya. Dan jalan kaki berkilo-kilo meter yang dilakukannya saat masih gadis tidak lagi mudah bagi dirinya. Pada tahun 1994, dimana program pensiun yang meliputi pilihan pensiun dini diumumkan, Yunus beserta rekan-rekannya merasa sedih – meski tidak terlalu kaget – karena banyak pegawai perempuan yang memilih meninggalkan Grameen. Di konfrensi-konfrensi internasional, Yunus beserta rekan-rekannya sering diritik karena tidak cukup memiliki pegawai perempuan. Yunus yakin bahwa mereka yang mengkritiknya tidak memahami realitas sosial di Bangladesh, namun Yunus mengakui bahwa kritik mereka telah mendorongnya untuk melipatgandakan upaya-upaya serta memikirkan cara baru dalam mempertahankan pegawai perempuan. Pada tahun 1997, Yunus beserta rekan- rekannya merayakan promosi seorang perempuan ke posisi manajer wilayah, posisi paling senior di Grameen untuk tingkat lapangan. Tetapi kehilangan banyak pegawai perempuan di semua lapisan akibat program pensiun dini sejak tahun 1994 cukup mematahkan semangat. 16 Selain itu, Yunus juga menghadapi kendala-kendala dalam mekanisme delivery-recovery pembentukan kelompok yang terdiri dari 5-6 orang. Hal itu terjadi ketika kelompok tersebut sudah terbentuk. Sering kali salah satu anggota dari kelima kelompok itu berubah pikiran dan berkata, ”Tidak, suami saya tidak setuju. Dia tidak mau jika saya bergabung dengan bank.” Hal itu menyebabkan 16 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin, h.81. 75 berkurangnya kelompok dari lima menjadi empat, tiga, atau kadang kembali menjadi satu orang. Dan yang seorang itu harus memulai dari awal lagi. 17

C. Manfaat Pemberian Kredit Tanpa Jaminan Terhadap Pengembangan