1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sudah begitu banyak analisa yang selalu menampilkan kesimpulan bahwa perekonomian kontemporer memiliki banyak kelemahan, bahkan ada yang
mengkategorikan bahwa perekonomian kontemporer cenderung berbahaya secara jangka panjang bagi kehidupan manusia.
1
Dari analisa yang bersifat kritis pada kebijakan-kebijakan yang di ambil oleh perekonomian dunia kontemporer kapitalis, hasil pembangunan semu yang
memanjakan sekelompok kecil manusia di dunia sampai pada sistem ekonomi dunia yang bukan hanya memporak-porandakan kehidupan ekonomi tapi juga
merusak tatanan sosial-budaya dalam pergaulan umat manusia, telah menjadi hangat dalam diskusi-diskusi ekonomi saat ini.
2
Sistem kapitalis memandang bahwa manusia adalah pemilik satu-satunya terhadap harta yang telah diusahakan. Tidak terdapat hak orang lain di dalamnya.
Ia memiliki hak mutlak untuk membelanjakan sesuai dengan keinginannya.
3
Sosok pribadi dipandang memiliki hak untuk memonopoli sarana-sarana produksi
1
Ali Sakti, Analisis Teoritis : Ekonomi Islam Jawaban atas kekacauan Ekonomi Modern, Jakarta: Paradigma dan AQSA Publishing, 2007, Cet I, h. 22.
2
Ali Sakti, Analisis Teoritis, h. 22.
3
Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam; Prinsip, Dasar, dan Tujuan, Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004, Cet I, h. 41.
2
sesuai kekuasaannya. Ia akan mengalokasikan hartanya hanya pada bidang yang memiliki nilai guna materi profit oriented.
Konsep kapitalisme terutama dapat ditelusuri dari tulisan para ahli teori sosialis. Karya Sombart adalah konsep kapitalisme yang secara pasti diakui
sebagai dasar bagi sistem pemikiran ekonomi. Konsep ini menunjukkan bahwa kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang secara jelas ditandai oleh
berkuasanya kapital. Seperti sistem ekonomi lainnya, kapitalisme juga mengandung unsur pokok yang merupakan semangat atau pandangan ekonomi –
jumlah dari keseluruhan tujuan, motif dan prinsip. Motif dan prinsip ini
didominasi oleh tiga gagasan: perolehan, persaingan dan rasionalitas.
4
Sistem kapitalisme dinilai hanya semakin melahirkan ketimpangan sosial dan ekonomi antara negara-negara maju dengan negara berkembang dan
terkebelakang.
5
Hal ini dapat dilihat dari kegagalan menyelaraskan kepentingan- kepentingan individu dan masyarakat.
6
Selain itu, sistem kapitalis juga dinilai hanya menghasilkan kecenderungan konsumeristik, materialistik dan individualistik dalam masyarakat dunia yang
kemudian menggerogoti perekonomian, terlihat dari variabel-variabel seperti corak konsumsi, jenis dan variasi produk, tingkat kemiskinan dan pengangguran.
7
4
M. Abdul Mannan, Toeri dan Praktek; Ekonomi Islam, Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, t.th., Edisi Lisensi, h. 311.
5
Abdullah Abdul Husain at-Tariqi, Ekonomi Islam, h. 49.
6
M. Umer Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi, Jakarta: Gema Insani Press, 2000, Cet I, h. 20.
7
Ali Sakti, Analisis Teoritis, h. 23.
3
Hingga kini kapitalisme belum mampu mengatasi masalah tersebut. Dapatkah sistem ekonomi yang kapitalistik menyelamatkan masyarakat dunia
dari himpitan kemiskinan? Pertanyaan inilah yang terus mengusik Yunus dalam upayanya membangun sistem usaha alternatif yang diharapkan mampu
menghapus kemiskinan yang kini telah mengglobal. Sistem kapitalis, menurut Yunus, bukan sebuah sistem yang dapat
menyelamatkan manusia dari ancaman kemiskinan. Dengan berbagai bencana dunia saat ini, seperti AIDSHIV, flu burung,
maupun bencana alam seperti banjir, tsunami, tanah longsor, dan kebakaran, mereka yang telah menjadi korban kemiskinan akan semakin miskin. Lalu apakah
mempercayakan diri pada institusi-institusi keuangan dunia akan mampu meringankan beban mereka?
Dengan sistem baku sekarang ini, nampaknya harapan itu sangatlah tidak mungkin. Sebab sistem bisnis sekarang ini memiliki prinsip profit maximizing
business PMB. Manusia menjadi mesin uang money machine, tak lebih Sehingga tujuan bisnis dalam sistem kapitalis adalah mendapatkan
keuntungan sebanyak-banyaknya, tanpa ingin tahu apakah itu masih mengikuti hati naluri manusia atau justeru sebenarnya telah mengorbankan harkat
kehormatan manusia. Dari sinilah kemudian Yunus mulai membangun sebuah sistem bisnis yang
dinamai Social Business. Sebuah sistem bisnis yang tidak saja bertujuan
4
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Tapi lebih dari itu, juga merupakan suatu rangkaian upaya untuk mengangkat martabat manusia.
8
Yunus juga membongkar kepalsuan kapitalisme yang jelas-jelas diskriminatif terhadap orang miskin khususnya kaum perempuan seperti yang
terlihat dari praktik perbankan, mulai dari bank lokal sampai bank-bank internasional. Apartheid yaitu pembedaan ras. Apartheid tersebut merupakan
kebijakan suatu bank yang digunakan di Afrika pada masa lalu finansial adalah konsep yang cocok menggambarkan diskriminasi institusional yang dilakukan
oleh sistem perbankan di mana-mana di dunia ini. Rasionalisme berlandaskan logika kapitalisme menjadi bagian dalam melaksanakan dan mempertahankan
“politik apartheid” ini. Rasionalisme mungkin mencerahkan, tetapi logika tersebut belum pasti. Silogisme yaitu bentuk, cara berpikir atau menarik
kesimpulan yang terdiri atas premis umum, premis khusus, dan kesimpulan kapitalisme perbankan mempunyai premis-premis yang sangat ketat: i Bank
harus untung dari usaha deposito dan kredit, tanpa membedakan apakah uang itu didepositokan dan dipinjam oleh orang kaya atau orang miskin, pokoknya
memenuhi prinsip-prinsip ekonomi yang sangat rasional. ii Dengan premis ini maka kredit yang dikucurkan adalah kredit dalam jumlah besar yang
menguntungkan bank, yang hanya dapat dilakukan oleh orang-orang kaya saja. iii Oleh karena itu, adalah tidak rasional dan tidak ekonomis jika bank
8
M. Syamsi Ali, Galeri Opini: Kiat Yunus Hapus Kemiskinan, dalam http:www.inilah. Com. 16022008. Diakses pada tanggal 05082008.
5
meminjamkan uangnya dalam jumlah kecil. Kesimpulannya, karena alasan rasional dan ekonomis, tidak mungkin bank memihak kepada orang miskin.
9
Kesalahan terbesar yang dilakukan bank-bank selama ini karena mereka hanya mau meminjamkan uang atau membuka kran kredit kepada orang yang
sudah punya uang dalam arti penghasilan dan aset. Coba kita datang ke bank meminjam uang, mana mereka mau tanpa jaminan. Entah berupa surat motor,
surat mobil, surat rumah atau tanah, dan lainnya. Pendeknya kita harus punya penghasilan dulu baru bisa dipinjami uang.
Artinya, hanya orang yang punya uang bisa meminjam. Muncullah istilah bankable dapat diterima bank, sebuah kata yang sangat menyesakkan bagi
mereka yang tak punya uang, tak punya aset untuk dijadikan jaminan kolateral kepada bank agar bisa memiliki akses untuk meminjam.
Pikiran bankir, pasti hanya orang yang sudah punya penghasilan yang bisa mengembalikan pinjamannya. Kalau pun ada penghasilan, namun pinjaman
tersebut tidak dikembalikan, bank bisa menyita aset jaminan kita. Lalu siapa lagi yang mau meminjamkan orang yang belum punya penghasilan, orang yang
miskin, orang yang tak punya aset untuk dijaminkan?
10
Kesalahan cara pandang dan pola berpikir itulah yang hendak diputar oleh Yunus, yang meraih Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2006. Ia memang bukan
9
Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin; Kisah Yunus dan Grameen Bank Memerangi Kemiskinan, Diterjemahkan oleh Irfan Nasution, Jakarta: Margin Kiri, 2007, Cet III, h. XI.
10
“Sosok dan Bisnis: Muhammad Yunus, Pengemis pun Dipinjami”, Dalam http:kompas.comkcm, Senin, 30 Oktober 2006. Diakses pada tanggal 12082008.
6
bankir, tetapi seorang profesor ekonomi, yang sesak melihat kemiskinan di negerinya.
Memperhatikan uniknya pemikiran Yunus dalam pengembangan ekonomi umat adalah penting bagi kita untuk mengkaji pemikirannya. Penulis berharap,
pembahasan ini dapat memberi kontribusi bagi studi-studi ekonomi Islam yang telah ada. Studi ini juga perlu mengingat pentingnya pengaruh dari pemikiran
Yunus bagi perkembangan ekonomi. Apalagi hingga kini belum ada yang membahas
secara mendalam
pemikiran-pemikiran Yunus
menyangkut pengembangan ekonomi umat. Oleh karena itu, penulis mencoba untuk menulis
skripsi ini dengan judul “Kredit Tanpa Jaminan Untuk Pengembangan Ekonomi Umat: Telaah Atas Pemikiran Muhammad Yunus”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari pandangan di atas, maka penulis berusaha membatasi penulisan skripsi ini pada pemikiran Yunus tentang kredit tanpa jaminan. Untuk
tidak terlalu menyimpang dari tujuan pokok dalam penulisan skripsi ini, masalah yang hendak difokuskan hanyalah dalam ruang lingkup seputar konsep dan
pemikiran Yunus mengenai kredit tanpa jaminan. Adapun perumusan masalah yang akan dikaji dalam penulisan skripsi ini
adalah : 1.
Apa yang disebut kredit tanpa jaminan? 2.
Dimana konsep tersebut diterapkan?
7
3. Siapa yang menerapkannya?
4. Bagaimana penerapan konsep kredit tanpa jaminan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berusaha memotret dan mengkaji profil Yunus serta pemikirannya tentang Perbankan, terutama kontribusinya terhadap
perkembangan ekonomi. Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan
praktis. Secara teoritis penulisan ini diharapkan memberi sumbangsih bagi pengembangan ekonomi Islam secara umum. Adapun secara praktis penulisan
skripsi ini diharapkan menambah khazanah kepustakaan, khususnya mengenai pemikiran Yunus tentang Perbankan.
D. Review Studi TerdahuluTinjauan Pustaka
Penelitian ini dapat dikatakan minimal membahas tentang pemikiran ekonomi Yunus, konsep kredit tanpa jaminan, serta kemungkinan penerapannya
dalam konteks indonesia. Untuk persoalan kredit tanpa jaminan, dengan berbagai konteks dan
perspektif kajian, telah cukup banyak literatur dan penelitian yang telah diterbitkan. Akan tetapi yang berkaitan dengan pemikiran Yunus, sejauh yang
penulis dapatkan, tak banyak penelitian yang bisa dibaca. Dalam konteks pemikiran Yunus pula, yang menaruh perhatian begitu besar terhadap persoalan
8
kredit tanpa jaminan, tak banyak pula ekonom ataupun praktisi yang secara intensif mendiskusikan soal ini dalam karyanya. Dalam hal ini, penulis hanya
menemukan beberapa karya tulis yang berbentuk artikel yang menjelaskan tentang pemikiran Yunus.
Uraian berikut ini akan mencoba menjelaskan mengenai bahasan-bahasan tersebut, dengan memaparkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan,
termasuk ruang dan celah yang ditinggalkan sehingga kemudian menjadi jelas bagaimana penelitian ini relevan dan penting dilakukan.
Di antara beberapa artikel yang mencoba memperkenalkan sosok Yunus dan pemikirannya ke publik Indonesia antara lain adalah sebagai berikut:
Artikel yang ditulis oleh Diannika D. Wardhani dengan tema Dari Muhammad Yunus Buat kaum Miskin, http:www.halamansatu.net, 14-10-06.
Menjelaskan tentang bagimana proses Yunus dalam menjalankan program kreditnya serta proses pendirian Grameen Bank.
Selain itu, artikel yang ditulis oleh Prof. Dr. Mubyarto dengan tema Tantangan Ilmu Ekonomi Dalam Menanggulangi Kemiskinan http:www.
indonesia.com, 2 Maret 2004 lebih banyak membahas mengenai kondisi Bangladesh daripada konsep yang diterapkan oleh Yunus. Namun tidak hanya itu
saja, Prof. Dr. Mubyarto juga menjelaskan mengenai konsep social enterpreneur yang diterapkan Yunus serta menjelaskan beberapa kebijakan yang diterapkan
oleh Grameen Bank.
9
Selanjutnya, artikel yang ditulis oleh Erwin dengan tema Nobel Perdamaian Jatuh ke Muhammad Yunus http:www.Tempointeraktif.com. Jumat, 13
Oktober 2006 lebih membahas tentang penghargaan nobel perdamaian yang diperoleh Yunus.
Artikel yang ditulis oleh Mukhijab dengan tema Tidak Makan Bunga Bank dari Muhammad Yunus Pikiran Rakyat, 18 Mei 2007, http:marjinkiri.com.
Membahas tentang perkembangan dan sistem yang diterapkan Grameen Bank. Yaitu mengenai kredit yang disalurkan oleh Grameen Bank serta menjelaskan
tentang riba atau bunga. Artikel yang ditulis oleh Didit Ernanto dan Dina Sasti Damayanti dengan
tema Konsep
Muhammad Yunus
Cocok Diterapkan
di Indonesia
http:www.sinarharapan.co.id, rabu 08 agustus 2007. Menjelaskan bahwa konsep Yunus sangat potensial diterpkan di Indonesia. Selain itu, artikel ini juga
menjelaskan tentang pentingnya peran pemerintah dalam penerapan konsep kredit tersebu serta menjelaskan mengenai pentingnya pemberdayaan SME, yaitu Small
and Medium-sized Enterprises yang merupakan kunci untuk mencapai kesejahteraan atau mengurangi kemiskinan.
Artikel yang ditulis oleh Aris heru Utomo dengan tema Nobel Muhammad Yunus, http:arishu.blogspot.com, 16.10.06. Menjelaskan tentang hadiah nobel
yang diterima Yunus. Komite Nobel memilih Muhammad Yunus dengan pertimbangan bahwa yang bersangkutan banyak membantu memberdayakan
kemiskinan penduduk di negerinya dengan memberikan pinjaman lunak bagi
10
penduduk miskin. Hal tersebut tampaknya dinilai oleh Komite Nobel sebagai langkah yang lebih konkrit mengingat kemiskinan merupakan sumber dari banyak
perselisihan. Sebagai orang awam, keputusan Komite Nobel tentu saja layak diamini. Apalagi ternyata berbagai kekerasan yang terjadi di berbagai kawasan
dunia memang disebabkan oleh kemiskinan dan juga ketidakadilan. Aartikel yang ditullis oleh Safak Muhammad dengan tema Bertambah Kaya
dengan Menyejahterakan Orang Lain, diambil dari Majalah Nurul Hayat, Surabaya. http:bukubagus.com, 09 Aug 07. Artikel ini lebih mellihat dari segi
agama bahwa apa yang telah dilakukan Yunus sesuai dengan apa yang tertera dalam al-qur’an. Yaitu mengenai Hakikat orang memberi makan orang lain
adalah memberi makan dirinya sendiri, karena pemberian itu merupakan amal yang akan bermanfaat di akhirat. Sedangkan manfaat di dunia, kita akan
mendapatkan imbalan rejeki, karena orang yang kita beri makan biasanya akan mendo’akan kelancaran rejeki kita. Hakikat orang mengajar ilmu pengetahuan
adalah mengajar dirinya sendiri karena dengan mengajar, ilmu yang diajarkan tidak akan lupa, malah semakin diingat dan berkembang. Hakikat orang
membantu mencarikan pekerjaan bagi orang lain adalah meringankan pekerjaan bagi diri sendiri karena dengan kebaikan tersebut orang yang kita bantu biasanya
balik membantu, memberikan peluang bisnis lain, dan sebagainya. Kalau pun tidak, Allah sendiri yang akan membantu dari jalan yang tidak disangka - sangka.
Selain itu, artikel yang ditulis oleh Nurul Qomariyah yang bertema Muhammad Yunus: Program Kemiskinanan Bank Dunia Basi,http:www.
11
detikfinance.comindex.phpdetik.nakanalidkanal,Senin,051107 menjelaskan bahwa program kemiskinan dunia sudah tidak berlaku.
Sejak dibentuk 60 tahun silam, Bank Dunia sama sekali tidak memperbarui program kemiskinannya. Tak heran, program-program kemiskinan Bank Dunia
kini terasa basi. Dalam artikel ini dijelaskan bahwwa ritikan tersebut disampaikan peraih
Nobel perdamaian asal Bangladesh, Muhammad Yunus usai pertemuan dengan Presiden Bank Dunia Robert Zoellick.
Bank Dunia dibentuk hampir 60 tahun yang lalu. Dan sejak 60 tahun itu, dunia sudah banyak berubah, namun Bank Dunia sama sekali tidak mengubah
gayanya, kritik Yunus seperti dikutip dari AFP, Senin 5112007. Menurut Yunus, Bank Dunia sama sekali tidak melibatkan masyarakat
untuk menghapus kemiskinan. Padahal bank tersebut diciptakan dengan tujuan untuk mengakhiri kemiskinan di berbagai belahan dunia
Artikel yang ditulis oleh Bachtiar Hassan Miraza dengan tema Beda Bangladesh dengan Indonesia http:www.waspada.co.id, 28 agustus 2007.
selasa. Menjelaskan mengenai tanggapan pemerintah Indonesia berkaitan dengan pesan Yunus sewaktu berkunjung ke Indonesia. Indonesia yang selama kurang
lebih 30 tahun mencoba menanggulangi kemiskinan dengan idenya, namun hingga saat ini belum nampak hasilnya. Indonesia selama ini hanya bisa
menghasilkan ide namun tidak bisa menerapkannya.
12
Artikel yang ditulis oleh G. Budiwaluyo dengan tema Option For The Poor Versi Muhammad Yunus http:gbudiwaluyo.wordpress.com, Maret 4, 2008.
Menjelaskan tentang kemiskinan secara umum. Dalam artikel ini dijelaskan bahwa masalah kemiskinan bukan masalah yang ringan yang hanya difokuskan
pada data-data, tetapi masalah riil yang harus segera ditindak lanjuti. Selain itu juga menjelaskan mengenai pola yang digunakan untuk
mengatasai kemiskinan di negara Indonesia. Pola yang digunakan bisa dilakukan dengan berbagai versi. Belajar dari pengetasan kemiskinan di Kalkuta India dan
di Bangladesh sangat cocok dengan kondisi kemiskinan di Indonesia. Yang satu dengan pendekatan sosial dan yang satu lagi dengan pendekatan ekonomi.
Lebih lanjut, G. Budiwaluyo dalam artikel ini menjelaskan mengenai kredit mikro. Dijelaskan bahwa kunci keberhasilan Muhammad Yunus dalam mengatasi
kemiskinan di Bangladesh adalah dengan mengembangkan Kredit Mikro bagi masyarakat miskin Bangladesh dan menciptakan kerangka kerja yang secara
hukum membawa pelayanan keuangan pada orang miskin. Selain itu, dalam artikel ini juga dijelaskan mengenai pandangan Yunus
tentang kaum miskin. Pandangan Muhammad Yunus tentang orang miskin sangat perbeda dengan pandangan orang pada umumnya. Ada pendapat dikalangan
teknik, intelektual dan politik, bahwa kaum miskin di dunia harus menunggu dengan sabar sampai kemajuan teknik, ekonomi, ilmu pengetahuan, perdagangan
bebas secara global tercapai. Pandangan ini memperlihatkan bahwa kaum miskin itu sebagai objek bukan subjek dan terus menerus menjadi beban bagi negara-
13
negara kaya.Untuk itu Muhammad Yunus berjuang untuk membuktikan bahwa pandangan tersebut tidak benar.
Tidak hanya itu saja, G. Budiwaluyo juga memaparkan bahwa konsep yang diterapkan Yunus bisa dijadikan pelajaran bagi Negara Indonesia. Belajar dari
pengalaman Bangladesh mengatasi kemiskinan dengan kredit mikro, sebetulnya Indonesia melalui BRI juga memberikan kredit sektor mikro. Secara data program
BRI cukup sukses tetapi secara realitas masih banyak UKM yang belum menikmati pinjaman tersebut. Kalau toh dapat harus ada jaminan yang secara
hukum dapat dipertanggungjawabkan Untuk itu Presiden SBY mendukung gagasan Muhammad Yunus bahwa akses keuangan adalah kunci kemakmuran.
Artinya jika kita kaya maka akan dapat akses yang lebih mudah pada pendanaan, dan itu bisa digunakan untuk menjadi lebih kaya lagi.
Artikel yang ditulis oleh Muhammad Syamsi Ali, dengan tema Kiat Yunus Hapus Kemiskinan, Membangun Bisnis Sosial, http:www.Inilah.comrubrik.
php,16022008. Menjelaskan tentang tanggapan Yunus mengenai sistem kapitalis serta bagaimana pentingnya bisnis sosial.
Tidak hanya itu saja, dalam artikel ini juga sedikit mengulas mengenai perkembanngan Grameen Bnak yang kini mulai melebarkan usahanya dengan
cara bekerjasama dengan Danone, Yogurt dsbb. Dari berbagai artikel yang dipaparkan secara ringkas ini, terlihat bahwa baik
pemikiran Yunus maupun telaah yang lebih bersifat praktis tentang konsep kredit
14
tanpa jaminan sama-sama masih belum cukup dikaji secara mendalam, sehingga membuat penelitian ini menjadi cukup relevan untuk dilakukan.
Adapun perbedaan dari skripsi dan artikel tersebut adalah dalam skripsi, penulis menjelaskan semua yang berkaitan dengan Yunus, baik itu biografi,
Grameen Bank yang didirikannya, konsep kredit tanpa jaminan yang digunkan Yunus, perkembangan Grameen Bank serta manfaat yang telah dihasilkan dari
konsep kredit tanpa jaminan yang diterapkan oleh Yunus. Tidak hanya itu saja. Dalam skripsi ini, penulis juga menjelaskan mengenai
kendala-kendala yang dihadapi Yunus dalam menerapkan konsep kredit tanpa jaminan dan penulis juga menjelaskan bagaimana jika konsep kredit tanpa
jaminan tersebut diterapkan di Indonesia. Sedangkan artikel yang menulis tentang Yunus tidak selengkap penjelasan
dari skipsi yang telah penulis paparkan. Dalam artikel-artikel tersebut, penejelasan mengenai Yunus hanya dari sebagaian kecilnya saja, misalnya
menjelaskan mengenai penghargaan Nobel yang telah diterima Yunus, juga mengenai bisnis sosial yang semua itu hanya bagian kecilnya saja, tidak secara
menyeluruh. Apalagi dalam menjelaskan mengenai konsep kredit tanpa jaminan. Dalam artikel tersebut hanya menjelaskan bahwa konsep tersebut adalah cara
yang digunakan Yunus dalam memberantas kemiskinan, tanpa menjelaskan bagaimana penerapannya, kendala-kendalanya serta bagaiimana kemungkinan
diterapkannya konsep tersebut di Indonesia.
15
E. Metode Penelitian
Bertolak dari model penelitian yang bersifat literal maka sumber data dalam penelitian skripsi ini sepenuhnya disandarkan pada riset kepustakaan library
research. Artinya, data-datanya berasal dari sumber-sumber kepustakaan, baik berupa buku, jurnal, enseklopedi, majalah, surat kabar dan sebagainya. Dalam
pengumpulan data diambil dan dipilih dari karya-karya Yunus atau tulisan dan karya lain yang memiliki relevansi dengan uraian skripsi ini.
Dalam pembahasan tulisan ini, penulis menggunakan metode deskriptif, dan analitis kritis. Metode deskriptif diarahkan untuk menggambarkan keadaan obyek
atau peristiwa di sekitarnya tanpa berpretensi membuat kesimpulan-kesimpulan yang berlaku secara umum. Metode deskriptif ini adalah langkah awal yang
mempunyai signifikansi untuk mengkaji dan menelaah lebih jauh. Metode analisis kritis digunakan untuk berupaya mencermati kerangka
pendekatan yang digunakannya serta corak pemikirannya terutama dalam mendiskusikan fenomena ekonomi.
Sedangkan teknik skripsi ini, penulis merujuk pada buku panduan penulisan skripsi, tesis dan disertasi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dan pembahasan skripsi ini terdiri dari lima bab. Dan
16
masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab. Secara sistematis bab-bab tersebut adalah sebagai berikut:
Bab pertama diawali dengan pendahuluan yang membahas antara lain latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penulisan, review studi terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua tentang landasan teoritis. Meliputi, pengertian, falsafah dan
sejarah entrepreneurship, ciri-ciri entrepreneurship, peran entrepreneurship dalam pembangunan ekonomi dan pengertian bisnis sosial.
Bab ketiga menguraikan tentang riwayat hidup Yunus, yang meliputi: riwayat hidup, karya-karya Yunus dan pokok-pokok pemikiran tentang ekonomi.
Bab keempat adalah bab yang menguraikan pemikiran Yunus tentang kredit tanpa jaminan. Yang meliputi, konsep kredit tanpa jaminan menurut Yunus,
kendala-kendala yang dihadapi dalam pemberian kredit tanpa jaminan, manfaat pemberian kredit tanpa jaminan terhadap pengembangan ekonomi Umat, dan
kemungkinan penerapan konsep kredit tanpa jaminan dalam konteks Indonesia.
17
BAB II SEKILAS TENTANG ENTREPRENEURSHIP