Teori Migrasi Bahasa Teori Hukum Bunyi – Korespondensi Bunyi

2.3. Kerangka Teori

Penelitian refleksi fonem proto austronesia dalam bahasa Aceh dan bahasa Melayu ini mengacu pada teori ilmu Linguistik Histori Komparatif dan Linguistik Bandingan Historis. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa penelitian mengenai fonem-fonem bahasa Austronesia mengacu pada Ilmu Sejarah Perbandingan Bahasa atau Linguistik Historis Komparatif Mbete, 1981

2.3.1. Teori Migrasi Bahasa

Menurut Keraf 1984:172 terdapat dua istilah penting dalam teori migrasi ini, yaitu istilah wilayah area dan daerah region. Wilayah suatu bahasa adalah tempat- tempat dimana terdapat pemakai-pemakai suatu bahasa. Dalam kenyataan suatu bahasa dapat terdiri dari suatu tempat yang secara geografis bersinambungan, atau dapat pula terdiri dari sejumlah tempat yang secara geografis terpisah satu dari yang lain. Tiap satuan tempat yang secara geografis terpisah dari yang lain tetapi dihuni oleh penutur-penutur bahasa yang sama disebut daerah bahasa region. Perpindahan penduduk atau penutur bahasa dari satu daerah ke daerah lain dapat mengakibatkan terjadinya daerah-daerah bahasa. Hal ini menyebabkan daerah yang didatangi terjadi perbedaan bahasa atau dialek. Teori ini didasarkan pada dua dalil, yaitu: 1. Wilayah asal bahasa-bahasa sekerabat merupakan suatu daerah yang bersinambung; 2. Jumlah migrasi yang mungkin direkonstruksi akan berbanding terbalik dengan jumlah gerak perpindahan dari tiap bahasa. Universitas Sumatera Utara Dalil yang pertama memberi suatu dasar untuk menemukan suatu daerah asal yang merupakan daerah kesatuan bagi bahasa-bahasa yang terpisah letaknya dewasa ini, daripada mengambil semua daerah secara bersama-sama sebagai wilayah asal. Dalil kedua dapat dianggap sebagai kaidah “gerak yang paling minimal”. Ini berarti, bila jumlah gerak dalam dua buah peluang migrasi yang direkonstruksikan itu berbeda, maka migrasi dengan jumlah gerak yang paling kecil mempunyai peluang yang paling besar sebagai migrasi yang sesungguhnya pernah terjadi Keraf, 1984:173.

2.3.2. Teori Hukum Bunyi – Korespondensi Bunyi

Hukum bunyi yang kemudian diganti dengan istilah korespondensi bunyi pada abad XX, pada hakekatnya adalah suatu metode untuk menemukan hubungan antar bahasa dalam bidang bunyi bahasa Keraf,1984:40. Teknik penetapan korespondensi bunyi antarbahasa akan menjadi dasar untuk menyusun hipotesa mengenai bunyi- bunyi proto dalam bahasa tua yang menurunkan bahasa-bahasa kerabat. Penetapan sebuah fonem proto dilakukan melalui rekonstruksi atau pemulihan, yang bisa dilakukan berulang-ulang untuk menemukan fonem-fonem proto dari tingkat-tingkat perkembangan sebelumnya. Karena penetapan fonem proto harus dilakukan melalui unsur-unsur bentuk morfem atau kata dasar, rekonstruksi fonem-fonem proto itu akan menghasilkan pula morfem proto yang dianggap pernah ada dalam bahasa proto dari sejumlah bahasa kerabat. Itulah sebabnya mengapa dalam Linguistik Historis Komparatf dipersoalkan pula kata-kata kerabat, yaitu kata- Universitas Sumatera Utara kata yang dianggap dimiliki bersama oleh bahasa-bahasa kerabat karena diwariskan bersama dari bahasa protonya Keraf, 1984. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN