Definisi dermatitis atopik Epidemiologi

Pada bayi dengan riwayat atopi, 2 tahun pertama kehidupannya diperkirakan menderita dermatitis atopik sebesar 50, menjadi 60 saat berusia 5 tahun dan jarang terjadi setelah usia 45 tahun Moreno, 2000. Berdasarkan faktor prediktor perinatal terhadap kejadian dermatitis atopik pada 6 bulan pertama kehidupan, didapatkan bahwa riwayat keluarga atopi memiliki risiko lebih besar untuk terjadinya dermatitis atopik, sedangkan ibu dengan riwayat atopi memiliki risiko lebih besar dibandingkan dengan bapak dengan riwayat atopi. Dermatitis atopik dapat mengenai kedua jenis kelamin, kejadian saat dewasa lebih banyak pada ibu, sedang pada anak-anak lebih banyak laki-laki Moore, 2004.

2.1.3 Etiologi

Etiologi maupun mekanisme yang pasti dermatitis atopik belum semuanya diketahui, diduga disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan multifaktoral. Berbagai faktor bisa menjadi pencetus terjadinya dermatitis atopik, antara lain : 1. Makanan Kejadian reaksi alergi terhadap makanan cenderung meningkat pada anak dengan dermatitis atopik. Prevalensi tertinggi alergi makanan dijunpai pada bayi, menurun pada usia anak dan semakin berkurang pada usia dewasa Wood, 2003. Pada hampir 40 bayi dan anak usia muda yang menderita dermatitis atopik sedang ataupun berat dijumpai alergi makanan sebagai faktor pencetus. Walaupun semua makanan dapat menimbulkan reaksi alergi, tetapi beberapa makanan lebih bersifat alergenik dari pada yang lainnya. Alergen makanan yang sering menyebabkan dermatitis atopik pada bayi adalah susu, telur, kacang-kacangan, makanan laut, kedelai dan gandum Novak, 2003; Siregar, 2004. 2. Infeksi kulit Mikroorganisme yang berperan sebagai pencetus dermatitis atopik pada bayi dan anak adalah Staphylococcus aureus, jamur dan virus. Staphylococcus dapat ditemukan pada 90 lesi penderita dermatitis atopik dan jumlah koloni bisa mencapai 10 7 kolonicm 2 pada bagian lesi tersebut. Akibat infeksi kuman Staphylococcus akan dilepaskan sejumlah toksin yang bekerja sebagai superantigen, mengaktifkan makrofag dan limfosit T, yang selanjutnya melepaskan histamin. Oleh karena itu penderita dermatitis atopik dan disertai infeksi harus diberikan kombinasi antibiotika terhadap kuman Staphylococcus dan steroid topikal Santosa, 2010. 3. Alergen hirup Alergen hirup dibagi atas alergen hirup dalam rumah dan luar rumah. Di daerah tropis seperti di Indonesia alergen hirup dalam rumah lebih berpengaruh, yang sebagian besar adalah Dermatophagoides pteronyssinus, Dermatophagoides farinae dan tungau debu rumah. Kedua alergen tersebut banyak terdapat di kamar tidur, termasuk di bantal, kasur, selimut bulu, karpet bulu, mainan anak yang berbulu dan gorden. Alergen lainnya antara lain adalah Candida albicans, kecoa, serpihan kulit binatang peliharaan kucing, anjing, kelinci dan burung Eigenmann, 1997; Siregar, 2004. Perlu juga diperhatikan bahwa dermatitis atopik juga bisa diakibatkan oleh alergen hirup lainnya seperti bulu binatang rumah tangga, jamur