21 Pada tahun 1892 Robert Koch mengidentifikasikan basil tahan asam
M.tuberkulosis untuk pertama kali sebagai bakteri penyebab TB Paru ini. Beliau mendemonstrasikan bahwa basil ini bisa dipindahkan kepada binatang yang rentan,
yang akan memenuhi kriteria postulat Koch yang merupakan prinsip utama dari patogenis mikrobial. Selanjutnya beliau menggambarkan suatu percobaan yang
memakai guinea pig, untuk memastikan observasinya yang pertama yang menggambarkan bahwa imunitas didapat mengikuti infeksi primer sebagai suatu
fenomena Koch. Konsep ini pada imunitas yang didapat acquired immunity diperlihatkan dengan pengembangan vaksin TB Paru, satu vaksin yang sangat sukses,
yaitu vaksin Bacillus Calmatte Guerin oleh Albert Calmatte Guerin di Institute Pasteur Perancis dan diberikan pertama kali pada manusi tahun 1921.
2.3.1. Epidemiologi Tuberkulosis di Indonesia
Indonesia adalah negara dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah Cina dan India. Pada tahun 1998 diperkirakan TB di China India dan Indonesia berturut-turut
1.828.000, 1.414.000 dan 591.000 kasus. Perkiraan BTA sputum yang positif di Indonesia adalah 266.000 tahun 1998. Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga
1985 dan survei kesehatan nasional 2001, TB menempati Ranking no 3 sebagai penyakit kematian tertinggi di indonesia. Prevalensi nasional terahir TB paru
dipetkirakan 0,24. Sampai sekarang angka kejadian TB di Indonesia relatif terlepas dari angka pandemi infeksi HIV karena masih relatif rendahnya infeksi HIV, tapi hal
ini mungkin akan berubah dimasa yang akan datang melihat semakin meningkatnya laporan infeksi HIV dari tahun ke tahun. Suatu survei menganai prevaransi TB yang
dilaksanakan di 15 propinsi di Indonesia tahun 1979-1982 dapat dilihat pada tabel 2.2 Survei Prevalensi TB Paru.
Universitas Sumatera Utara
22
Tabel 2.2 Survei Prevalensi TB Paru
Prevalensi TB Paru diantara Tahun 1979-1982 di 15 Provinsi di Indonesia Tahun
survei Provinsi
Jumlah penduduk Thn 1982 juta
Prevalensi positif hapusan BTA Sputum
1979 Jawa Tengah
26,2 0,13
1980 Bali
2,7 0,08
1980 DKI Jaya
7,0 0,16
1980 DI Yogyakarta
2,8 0,31
1980 Jawa Timur
30,0 0,34
1980 Sumtera Utara
8,8 0,53
1980 Sulawesi Selatan
6,2 0,45
1980 Sulawesi Selatan
4,9 0,42
1980 Jawa Barat
28,9 0,31
1980 Kalimantan Barat
2,6 0,14
1980 Sumatera Barat
3,5 0,38
1981 Aceh
2,7 0,15
1981 Kalimantan Timur
1,3 1,52
1981 Sulawesi Utara
2,2 0,30
1982 Nusa Tenggara Timur
2,8 0,74
Modifikasi dari Adiatama: Rata-rata prevalensi TB pada 15 provinsi: 0,29 , prevalensi tertinggi ada di NTT 0,47 yang terendah di Bali 0,08 . Pada tahun
1990 prevalensi dijakarta 0,16 .
2.3.2 Langkah-Langkah Penegakan Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis, pasien terlebih dahulu melakukan beberapa pemeriksaan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Klinis Pemeriksaan pertama terhadap pasien mungkin ditemukannya konjungtiva
mata atau kulit yang pucat karena anemia, deman, batuk, batuk darah, nyeri dada dan berat badan yang menurun. Batuk merupakan gejalan yang paling
dini dan paling sering dikeluhkan. Batuk yang berlangsung ≥ 3 minggu harus
Universitas Sumatera Utara
23 diperiksa lebih lanjut guna mendeteksi adanya Tuberkulosis Paru WHO pada
pasien tersebut. 2. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologi dapat memperkuat dugaan adanya penyakit tuberkulosis paru lebih dini. Gambaran kelainan padiologi paru karena proses tuberkulosis
sudah tampak lebih dahulu kira- kira 2-3 tahun sebelum ada gejala klinik. Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambaran
radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas yang tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa
bulatan dengan batas yang tegas. Lesi ini dikenal sebagai tuberculoma. Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding
tipis. Lama-lama dinding akan menebal. Bila terjadi fibrosis bayangan yang bergaris-garis, akan timbul bayangan dengan bercak-bercak padat dengan
densitas tinggi. Menurut American Thoratic Society dan National Tuberculosis
Association luasnya proses yang tampak pada foto torax dapat dibagi sebagai berikut:
1. Lesi minimal minimal lession Bila proses tuberkulosis paru mengenai sebagian kecil dari satu atau dua
paru dengan luas tidk lebih dengan volume paru yang terletak diatas condrosternal junction dari iga kedua dan prosesus spinosus dari vertebrata
torakalis IV atau korpus vertebrata V dan tidak dijumpai kavitas 2. Lesi sedang moderatly anvanced lession
Bila proses penyakit lebih luas dari lesi minimal dan dapat menyebar dengan densitas sedang, tetapi luas proses tidak boleh lebih luas dari satu
paru,atau jumlah dari seluruh proses yang ada paling banyak seluas satu paru atau bila proses tuberkulosis tadi mempunyai densitas lebih padat,
lebih tebal maka proses tersebut tidak boleh lebih dari sepertiga pada satu
Universitas Sumatera Utara
24 paru dan proses ini dapottidak disertai kavitas. Bila disertai kavitas maka
luas diameter semua kavitas tidak boleh lebih 4cm. 3. Lesi Luas far advanced
Kelainan lebih luas dari lesi sedang. Berikut ini adalah skema klasifikasi American Tuberculosis Assosciation:
Gambar 2.3 TBK Tingkat Minimal
Gambar 2.4 TBK Tingkat sedang
Gambar 2.5 TBK Tingkat Sangat Lanjut
Universitas Sumatera Utara
25 3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah sebagi berikut: 1. Laju Endapan Darah LED
Laju Endapan Darah sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju endapan darah normal tidak akan mengesampingkan proses tuberkulosis
aktif. 2. Leukosit dan limfosit
Leukosit pada penderita TB Paru sering meningkat dan limfosit menurun 3. Test Sputum dahak
Dahak merupakan material yang paling penting dan harus diperiksa karena hasil pemeriksaan mikroskopis dahak dapat membantu menegakkan
diagnosis, terutama pada dahak yang patomogenesis. Pemeriksaan mikroskopis dahak dapat membantu menemukan etiologi. Khusus pada
tuberkulosis paru, dahak yang mengandung basil tahan asam merupakan satu-satunya penegakan diagnosis yang dipakai dalam program
pemberantasan penyakit tuberkulosis paru. Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalm jumlah sedikit,
kemudian berubah rulenkuning hijau sampai purulen dan kemudian berubah menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan dan perlunakan. Jarang berbau
busuk, kecuali bila ada infeksi anaerob. Pemeriksaan mikroskopis ini dapat melihat adanya basil tahan asam, dimana dibutuhkan paling sedikit 500 batang
kuman per ml sputum untuk mendapatkan kepositifan. Pewarnaan yang umum dipakai adalah pewarnaan Zielh Nielsen dan pewarnaan Kinyoun Gabbett.
Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca denga skala UIATLD Interpretasi Against Tuberculosis and Lung Disease.
1. Ditemukan 10-99 BTA dalam lapangan pandang: positif 1 2. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapangan pandang: postif 2
3. Ditemukan 10 BTA dalam 1 lapangan pandang: positif 3
Universitas Sumatera Utara
26
2.4 Penelitian Sebelumnya