Dalam gambar terlihat bahwa interaksi dasar terjadi seperti dalam pemanggilan metode dalam objek. Dalam sistem multiagen, interaksi dengan
derajat tertinggi terjadi secara paralel antara satu agen dengan yang lainnya. Oleh karena itu, agen-agen dalam sistem multiagen dapat dianggap sebagai
masyarakat yang melakukan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksinya komunikasi yang dilakukan agen dapat
menggunakan metode pemanggilan seperti dalam orientasi objek. Akan tetapi, dalam aplikasi berbasis agen, konten message lebih ditekankan.
Dalam sistem agen, komunikasi digunakan dengan format yang terdapat pada Agent Communication Language ACL
2.4. Sistem Penunjang Keputusan Berbasis Agen
Dalam rekayasa pengetahuan knowledge engineering, agen menawarkan fleksibilitas untuk integrasi berbagai sistem pemrosesan yang berbeda
menjadi satu sistem tunggal. Agen dan bidang kecerdasan buatan merupakan hal yang saling berkaitan. Sistem multiagen sesuai untuk sistem terdistribusi
dan sistem yang membutuhkan penalaran seperti halnya dalam SPK. Agen yang berkaitan dalam SPK seharusnya mampu melakukan hal-hal berikut ini
Sebestyénová, 2007: 1. Perencanaan untuk mencapai suatu tujuan
2. Pemodelan lingkungan untuk bereaksi sesuai situasi yang ada 3. Penalaran dan akting
4. Koordinasi antar agen 5. Penyelesaian konflik diawali dengan pendeteksian konflik.
Dalam membangun sebuah sistem multiagen, perancang aplikasi harus mengerti beberapa hal berikut yaitu: 1 bagaimana agen dan teknik dalam
sistem cerdas dapat diaplikasikan dalam domain permasalahan, 2 kompetensi yang dibutuhkan agen, serta 3 teknik yang diperlukan untuk
mengimplementasikan kompetensi tersebut. Secara garis besar, dalam sistem multiagen dilakukan beberapa hal sebagai berikut :
1. Membagi domain sumberdaya dan tanggung jawab antar agen.
2. Menentukan kompetensi inti yang memenuhi tanggung jawab yang sesuai.
3. Memilih teknik untuk memenuhi tiap-tiap kompetensi. Berdasarkan tanggung jawab yang telah ditentukan, maka sistem berbasis
agen dapat berupa sistem heterogen atau sistem homogen. Dalam sistem heterogen, setiap tanggung jawab agen memiliki tanggung jawab yang
berbeda, sedangkan sistem yang homogen tiap tanggung jawab dalam agen berbagi tujuan yang sama.
2.5. Agen-based Human Computer Interaction
Menurut Krauth 2007, sistem yang dibangun dengan pendekatan agen dapat meningkatkan interaksi manusia dan komputer. Interaksi tersebut
merupakan aspek penting mengingat proses pengambilan keputusan adalah kombinasi antara pembuat keputusan dan SPK berbasis model yang masing-
masing bekerja secara individu. SPK dapat memproses sejumlah informasi dalam jumlah besar. Di lain pihak, pembuat keputusan dapat beradaptasi lebih baik
apabila menghadapi keadaan di luar kendalinya. Dengan mengetahui polah tingkah user, agen dapat memperoleh informasi mengenai context-sensitive
sehingga komputer tidak hanya mampu sebagai penghitung handal, akan tetapi juga sebagai asisten pembuat keputusan. Berdasarkan hal tersebut, agen dapat
melakukan dan memberikan hasil negoisasi, pencarian dan perhitungan dalam cara yang proaktif. Hal ini terbukti mampu mengurangi usaha kognitif yang harus
dikeluarkan oleh user. Pembebanan tugas antara komputer dan manusia dapat diubah untuk memaksimumkan kinerja pengambilan keputusan. Jika pada
awalnya user melakukan tugas-tugas rutin dan komputer melakukan perhitungan yang sulit, maka dengan teknologi agen, tugas rutin dapat dilakukan komputer dan
user terlibat dalam situasi yang tidak rutin. Melalui agen, pembagian tugas dilakukan dengan mengombinasikan kekuatan yang ada pada manusia dan
komputer dalam pengambilan keputusan.
2.6. Java dalam Agent-based Sofware Engineering