Deskripsi Hasil Penelitian ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

1. Rasio Rentabilitas Earning Ratios

a. Gross Profit Margin GPM Gross profit margin merupakan perbandingan antara pendapatan operasi dengan biaya operasi yang dikeluarkan. Ratio ini menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Ratio ini dirumuskan: GPM = operasi biaya operasi biaya - operasi Pendapatan Hasil perhitungan GPM tahun 2003-2005 dapat disajikan ke dalam tabel berikut ini : Tabel IV.1 Hasil Perhitungan Gross Profit Margin Perusahaan Perbankan Periode Tahun 2003-2005 x Status Bank 2003 2004 2005 Rata-rata Bank pemerintah 0,32 0,39 0,36 0,36 Bank swasta 0,26 0,27 0,23 0,25 Sumber: Data diolah Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa kemampuan bank pemerintah untuk menghasilkan laba pada tahun 2003 adalah sebesar 0,32 kali. Artinya setiap 1 rupiah pendapatan dapat menghasilkan laba sebesar 0,32 rupiah. Pada tahun 2004 rasio GPM meningkat menjadi 0,39 kali dan kemudian sedikit berkurang pada tahun 2005 menjadi sebesar 0,36. Rata- rata GPM bank pemerintah selama tahun 2003-2005 sebesar 0,36 kali, artinya setiap 1 rupiah pendapatan dapat menghasilkan laba kotor sebesar 0,36 rupiah. Selanjutnya kemampuan bank swasta untuk menghasilkan laba pada tahun 2003 adalah sebesar 0,26 kali. Artinya setiap 1 rupiah pendapatan dapat menghasilkan laba sebesar 0,26 rupiah. Pada tahun 2004 rasio GPM meningkat menjadi 0,27 kali dan kemudian sedikit berkurang pada tahun 2005 sebesar 0,23. Rata-rata GPM bank swasta selama tahun 2003-2005 sebesar 0,25 kali, artinya setiap 1 rupiah pendapatan dapat menghasilkan laba kotor sebesar 0,25 rupiah. Nilai GPM bank swasta lebih rendah dari GPM bank pemerintah, hal ini menunjukkan bahwa bank pemerintah memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menghasilkan laba dibandingkan bank swasta. b. Net Profit Margin NPM Net profit margin merupakan perbandingan antara laba bersih dengan pendapatan operasi Ratio ini menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih. Ratio ini dirumuskan: NPM = operasi pendapatan bersih Laba Hasil perhitungan NPM tahun 2003-2005 dapat disajikan ke dalam tabel berikut ini : Tabel IV.2 Hasil Perhitungan Net Profit Margin Perusahaan Perbankan Periode Tahun 2003-2005 x Status Bank 2003 2004 2005 Rata-rata Bank pemerintah 0,18 0,17 0,17 0,17 Bank swasta 0,11 0,10 0,06 0,09 Sumber: Data diolah Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa kemampuan bank pemerintah untuk menghasilkan laba bersih pada tahun 2003 adalah sebesar 0,18 kali. Artinya setiap 1 rupiah pendapatan dapat menghasilkan laba bersih sebesar 0,18 rupiah. Pada tahun 2004 rasio NPM berkurang menjadi 0,17 kali dan tetap stabil tahun 2005 pada angka 0,17. Rata-rata NPM bank pemerintah selama tahun 2003-2005 sebesar 0,17 kali, artinya setiap 1 rupiah pendapatan dapat menghasilkan laba bersih sebesar 0,17 rupiah. Selanjutnya kemampuan bank swasta untuk menghasilkan laba bersih pada tahun 2003 adalah sebesar 0,11 kali. Artinya setiap 1 rupiah pendapatan dapat menghasilkan laba bersih sebesar 0,11 rupiah. Pada tahun 2004 rasio NPM sedikit berkurang menjadi 0,10 kali dan berkurang kembali pada tahun 2005 menjadi sebesar 0,06. Rata-rata NPM bank swasta selama tahun 2003-2005 sebesar 0,09 kali, artinya setiap 1 rupiah pendapatan dapat menghasilkan laba bersih sebesar 0,09 rupiah. Nilai NPM bank swasta lebih rendah dari NPM bank pemerintah, hal ini menunjukkan bahwa bank pemerintah memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menghasilkan laba bersih dibandingkan bank swasta.

2. Rasio Likuiditas Liquidity Ratios

a. Quick Ratio Rasio ini merupakan perbandingan antara aktiva dan total simpanan nasabah. Perhitungan ratio ini akan menunjukkan kemampuan bank untuk membayar kembali seluruh simpanan nasabah dengan alat-alat likuid yang dimiliki. Adapun rumus quick ratio adalah sebagai berikut: Quick Ratio = Deposit Total Lancar Aktiva x 100 Hasil perhitungan quick ratio tahun 2003-2005 dapat disajikan ke dalam tabel berikut ini : Tabel IV.3 Hasil Perhitungan Quick Ratio Perusahaan Perbankan Periode Tahun 2003-2005 Status Bank 2003 2004 2005 Rata-rata Bank pemerintah 15,52 15,56 16,36 15,82 Bank swasta 9,79 9,56 9,60 9,65 Sumber: Data diolah Tabel 4.3 menunjukkan bahwa kemampuan bank pemerintah untuk membayar kembali simpanan nasabah dengan aktiva lancar pada tahun 2003 sebesar 15,52. Artinya setiap 1 rupiah simpanan nasabah dijamin dengan kas+efek+piutang aktiva lancar sebesar Rp. 0,155. Pada tahun 2004 quick ratio meningkat menjadi 15,56 dan kemudian meningkat kembali pada tahun 2005 menjadi sebesar 16,36. Rata-rata quick ratio bank pemerintah selama tahun 2003-2005 sebesar 15,82, artinya setiap 1 rupiah simpanan nasabah dijamin dengan aktiva lancar sebesar 0,158 rupiah. Selanjutnya bahwa kemampuan bank swasta untuk membayar kembali simpanan nasabah dengan aktiva lancar pada tahun 2003 sebesar 9,79. Artinya setiap 1 rupiah simpanan nasabah dijamin dengan kas+efek+piutang aktiva lancar sebesar Rp. 0,098. Pada tahun 2004 quick ratio berkurang menjadi 9,56 dan kemudian sedikit meningkat pada tahun 2005 menjadi sebesar 9,60. Rata-rata quick ratio bank swasta selama tahun 2003-2005 sebesar 9,65, artinya setiap 1 rupiah simpanan nasabah dijamin dengan aktiva lancar sebesar 0,097 rupiah.. Nilai quick ratio bank swasta lebih rendah dari quick ratio bank pemerintah, hal ini menunjukkan bahwa bank pemerintah memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menjamin simpanan nasabah dibandingkan bank swasta. b. Banking Ratio Rasio ini merupakan perbandingan antara nilai surat berharga yang dimiliki dengan total simpanan nasabah. Perhitungan ratio ini akan menunjukkan kemampuan bank untuk membayar kembali seluruh simpanan nasabah dengan melikuidasi surat-surat berharga yang dimiliki. Adapun rumus banking ratio adalah sebagai berikut: Banking Ratio = Deposit Total Loan Total x 100 Hasil perhitungan banking ratio tahun 2003-2005 dapat disajikan ke dalam tabel berikut ini : Tabel IV.4 Hasil Perhitungan Banking Ratio Perusahaan Perbankan Periode Tahun 2003-2005 Status Bank 2003 2004 2005 Rata-rata Bank pemerintah 8,61 7,94 9,44 8,66 Bank swasta 4,82 4,77 4,01 4,53 Sumber: Data diolah Tabel 4.4 menunjukkan bahwa kemampuan bank pemerintah untuk membayar kembali simpanan nasabah dengan menjual surat-surat berharga pada tahun 2003 sebesar 8,61. Artinya setiap 1 rupiah simpanan nasabah dijamin dengan surat berharga sebesar Rp. 0,086. Pada tahun 2004 banking ratio berkurang menjadi 7,94 dan kemudian meningkat kembali pada tahun 2005 menjadi sebesar 9,44. Rata-rata banking ratio bank pemerintah selama tahun 2003-2005 sebesar 8,66, artinya setiap 1 rupiah simpanan nasabah dijamin dengan aktiva lancar sebesar 0,087 rupiah. Selanjutnya bahwa kemampuan bank swasta untuk membayar kembali simpanan nasabah dengan surat berharga pada tahun 2003 sebesar 4,82. Artinya setiap 1 rupiah simpanan nasabah dijamin dengan surat berharga sebesar Rp. 0,048. Pada tahun 2004 banking ratio berkurang menjadi 4,77 dan kemudian kembali berkurang pada tahun 2005 menjadi sebesar 4,01. Rata-rata banking ratio pada bank swasta selama tahun 2003-2005 sebesar 4,53, artinya setiap 1 rupiah simpanan nasabah dijamin dengan surat berharga sebesar 0,045 rupiah.. Nilai banking ratio pada bank swasta lebih rendah dari banking ratio bank pemerintah, hal ini menunjukkan bahwa bank pemerintah memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menjamin simpanan nasabah dibandingkan bank swasta.

3. Rasio Solvabilitas Capital Ratios

a. Debt Ratio Rasio ini merupakan perbandingan antara utang kewajiban dengan seluruh kekayaan yang dimiliki. Ratio ini menunjukkan besarnya risiko yang dimiliki pemegang saham dan kreditor. Ratio ini dirumuskan: Debt Ratio = Assets Total Debts Total Hasil perhitungan debt ratio tahun 2003-2005 dapat disajikan ke dalam tabel berikut ini: Tabel IV.5 Hasil Perhitungan Debt Ratio Perusahaan Perbankan Periode Tahun 2003-2005 Status Bank 2003 2004 2005 Rata-rata Bank pemerintah 45,83 53,67 61,21 53,57 Bank swasta 75,17 78,08 77,03 76,76 Sumber: Data diolah Dari tabel 4.5 dapat diketahui bank pemerintah membayar seluruh kewajiban pada tahun 2003 adalah sebesar 45,83. Artinya setiap Rp. 0,46 dari setiap rupiah kekayaan total aktiva digunakan untuk jaminan utang. Pada tahun 2004 rasio debt ratio meningkat menjadi 53,67 dan kemudian kembali meningkat pada tahun 2005 menjadi sebesar 61,21. Rata-rata debt ratio bank pemerintah selama tahun 2003-2005 sebesar 53,57, artinya setiap Rp. 0,54 dari setiap rupiah kekayaan digunakan untuk jaminan utang. Selanjutnya bank swasta membayar seluruh kewajiban pada tahun 2003 adalah sebesar 75,17. Artinya setiap Rp. 0,75 dari setiap rupiah kekayaan total aktiva digunakan untuk jaminan utang. Pada tahun 2004 rasio debt ratio meningkat menjadi 78,08 dan kemudian sedikit berkurang pada tahun 2005 menjadi sebesar 77,03. Rata-rata debt ratio bank swasta selama tahun 2003-2005 sebesar 76,76, artinya setiap Rp.0,77 dari setiap rupiah kekayaan digunakan untuk jaminan utang. Nilai debt ratio bank swasta lebih tinggi dari debt ratio bank pemerintah, hal ini menunjukkan bahwa bank pemerintah memiliki kemampuan yang lebih baik dalam membayar utang. Atau dengan kata lain risiko pemegang saham dan kreditor bank swasta untuk dilikuidasi lebih tinggi dari bank pemerintah. b. Debt to Equity Ratio Rasio ini merupakan perbandingan antara utang kewajiban dengan seluruh ekuitas yang dimiliki. Ratio ini menunjukkan besarnya kemampuan modal sendiri untuk membayar seluruh utang. Ratio ini dirumuskan: Debt Ratio = Equity Total Debts Total Hasil perhitungan debt to equity ratio tahun 2003-2005 dapat disajikan ke dalam tabel berikut ini : Tabel IV.6 Hasil Perhitungan Debt to Equity Ratio Perusahaan Perbankan Periode Tahun 2003-2005 Status Bank 2003 2004 2005 Rata-rata Bank pemerintah 912,69 1019,11 987,78 973,19 Bank swasta 595,97 524,70 508,39 543,02 Sumber: Data diolah Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa kemampuan bank pemerintah untuk membayar seluruh kewajiban dengan modal sendiri pada tahun 2003 adalah sebesar 912,69. Artinya setiap Rp. 9,13 dari setiap rupiah modal sendiri digunakan untuk jaminan utang. Pada tahun 2004 rasio debt to equity ratio meningkat menjadi 1019,11 dan kemudian berkurang pada tahun 2005 menjadi sebesar 987,78. Rata-rata debt to equity ratio bank pemerintah selama tahun 2003-2005 sebesar 973,19, artinya setiap Rp. 9,73 dari setiap rupiah modal sendiri digunakan untuk jaminan utang. Selanjutnya kemampuan bank swasta untuk membayar seluruh kewajiban dengan modal sendiri pada tahun 2003 adalah sebesar 595,97. Artinya setiap Rp. 5,96 dari setiap rupiah modal sendiri digunakan untuk jaminan utang. Pada tahun 2004 rasio debt to equity ratio berkurang menjadi 524,70 dan kemudian berkurang pada tahun 2005 menjadi sebesar 508,39. Rata-rata debt to equity ratio bank swasta selama tahun 2003-2005 sebesar 543,02, artinya setiap Rp. 5,43 dari setiap rupiah modal sendiri digunakan untuk jaminan utang. Nilai debt to equity ratio bank swasta lebih rendah dari debt to equity ratio bank pemerintah, hal ini menunjukkan bahwa bank pemerintah memiliki kemampuan yang lebih baik dalam membayar seluruh kewajiban dengan modal sendiri.

B. Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilaksanakan untuk mengetahui apakah sebaran data dari masing-masing variabel memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas data dalam penelitian ini digunakan uji Kolmogorov- Smirnov. Untuk menerima atau menolak hipotesis dengan cara membandingkan p-value dengan taraf signifikansi α pada 0,05. Jika p- value 0,05, maka data berdistribusi normal. Adapun hasil perhitungan uji normalitas dapat dilihat sebagai berikut Lampiran 7: Tabel IV.7 Hasil Uji Normalitas Data Variabel Kolmogorov- Smirnov p-Value Sig. Keterangan GPM 0,721 0,676 p0,05 Normal NPM 0,630 0,822 p0,05 Normal Quick Ratio 0,797 0,549 p0,05 Normal Banking Ratio 0,768 0,597 p0,05 Normal Debt Ratio 0,627 0,627 p0,05 Normal Debt Equity 0,585 0,884 p0,05 Normal Sumber: Data diolah Dari hasil perhitungan uji Kolmogorov-Smirnov dapat diketahui bahwa harga p-value untuk semua variabel ternyata memiliki sebaran data normal, karena nilai signifikansi lebih besar dari α p0,05, maka analisis data menggunakan statistik parametrik yaitu t-test independent sample t- test.

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis menggunakan independen sample t-test, yaitu uji uji beda mean untuk dua sampel independen. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut Lampiran 8, 9, 10: Tabel IV.8 Hasil Uji Independen Sample t-test Variabel t hitung t tabel p-value Keterangan GPM 2,182 2,069 0,041 Berbeda NPM 3,029 2,069 0,006 Berbeda Quick Ratio 3,890 2,069 0,001 Berbeda Banking Ratio 4,003 2,069 0,001 Berbeda Debt Ratio -3,038 2,069 0,006 Berbeda Debt Equity 2,580 2,069 0,017 Berbeda Sumber: Data diolah t tabel pada taraf signifikansi 5 dengan db=23 Berdasarkan hasil uji di atas, maka hasil pengujian hipotesis dapat dijabarkan sebagai berikut: