107 Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti
Buku yang menerangkan tentang budi pekerti seorang anak manusia ini, merupakan penyederhanaan
bersifat aplikatif yang merujuk langsung dari Kitab Suci agama Khonghucu, Kitab Sabda Suci Lunyu
berdasarkan Sabda-Sabda Nabi Kongzi, ditulis oleh Li Yu Xiu di zaman Raja Kang Xi tahun 1662-1722,
dinasti Qing Qing Chao, tahun 1644-1911.
Pada mulanya buku ini berjudul “Pengajaran Tentang Moral” Xun Meng Wen. Kemudian oleh Pujangga
lain pada zaman yang sama, bernama Jia Cun Ren, disunting dan diberi judul “Pedoman Para Siswa”
Di Zi Gui. Buku ini terkait erat dengan moral 24 laku bakti Er Shi Si Xiao dan Kitab Untaian Tiga Aksara San Zi Jing yang
merupakan kesatuan ajaran etika moral Khonghucu. Semua ini memberikan tuntunan tentang tata cara berperilaku dalam seluruh aspek kehidupan dan
keseharian manusia.
Sebagai sistem pendidikan ‘Budi Pekerti’, Di Zi Gui sangat universal dan dikenal oleh masyarakat luas. Tidak hanya digunakan oleh kalangan internal umat
Khonghucu tetapi dapat juga digunakan oleh pihak luar dari umat Khonghucu. Dewasa ini Di Zi Gui sudah diadopsi oleh banyak pihak, hanya sayang mereka
melupakan sumber asalnya bahkan terkesan sengaja menghilangkan jejak sejarahnya.
Di Zi Gui yang sudah beredar banyak diartikan secara bebas dan susunan katanya sudah merupakan penjelasan, persepsi penerjemah sangat dominan
dan tendensius. Dalam kesempatan ini diangkat tiga tema penting terkait tema pembelajaran kita saat ini, yakni :
1. Hati-hati dan Sungguh-sungguh 2. Rendah Hati
3. Sederhana dan Suka Mengalah
B. Hati-Hati dan Sungguh-sungguh
Menyimak fenomena dan perkembangan di usia remaja, sikap hati-hati dan sungguh-sungguh menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Arus informasi
yang begitu mudah diperoleh baik yang bersifat positif maupun negatif,
Sumber: Dok.
Kemdikbud
Gambar 7.1
Buku Pendidikan Budi Pekerti Di Zi Gui
108 Kelas VII SMP
menjadikan kita sebagai remaja perlu membekali diri dengan ilter dalam diri untuk mampu memilah dan memilih. Mengapa sikap hati-hati dan sungguh-
sungguh perlu kita latih sejak usia muda?
Usia remaja adalah usia pencarian jati diri dan dalam tahapan peralihan menuju dewasa baik secara isik maupun emosi. Keingintahuan dunia luar yang
begitu tinggi, kebutuhan akan eksistensi dan penerimaan dirinya, pencarian model atau
igure yang diidolakan sangat berperan membentuk watak dan karakternya di masa depan.
Apa jadinya ketika kita akrab dengan pemabuk dan penjahat? Bandingkan pengaruh yang kita peroleh ketika akrab dengan kawan yang berbudi dan
memiliki pengetahuan yang luas. Dapatkah kalian merasakan perbedaan kedua hal di atas?
Lalu bayangkan ketika kalian tiada kesungguhan dalam membina diri, menggampangkan dan menyepelekan segala sesuatunya. Kira-kira karakter
seperti apa yang akan kalian bentuk? Apakah dampak yang akan kalian rasakan dengan karakter tersebut di masa depan? Nyamankah kita dengan
karakter tersebut? Kalau boleh memilih, karakter seperti apakah yang ingin kalian bentuk?
Perhatikan ayat berikut ini: Di dalam Kitab Sanjak tertulis: “Hati-hatilah, was-waslah seolah-olah berjalan di tepi jurang dalam, seolah-olah berdiri
menginjak lapisan es tipis.” Lunyu. VIII: 3
Kehati-hatian sangat diperlukan agar kita selamat dalam hidup ini. Hidup yang kita jalani seperti halnya seolah-olah berjalan di tepi jurang dalam, seolah-
olah berdiri menginjak lapisan es tipis; sangat mudah kita tergelincir ke dalam bahaya. Berperilaku tidak hati-hati akan mengundang bahaya. Bergaul tidak
hati-hati akan mengundang bahaya. Makan tidak hati-hati akan mengundang bahaya. Dapatkah kita tidak bertindak hati-hati?
Zizhang berkata: “Seseorang yang memegang kebajikan tetapi tidak mengembangkannya, percaya akan Jalan Suci tetapi tidak sungguh-sungguh: ia
ada tidak menambah, dan ia tidak ada pun tidak mengurangi.” Lunyu. XIX: 2