Dinamika Penyesuaian Pernikahan pada Pasangan Commuter Marriage

pekerjaan sampingan atau bahkan pekerjaan baru yang lebih baik di kota yang sama dengan kota tempat suaminya bekerja. d. Memberi kesempatan bagi wanita. Alasan ini biasanya muncul pada pasangan yang sudah lama menikah. Suami merasa istri mereka telah mengorbankan hidupnya dalam tahun-tahun pertama pernikahan, sehingga suami merasa sudah saatnya bagi istri untuk mengejar karir sendiri. Keputusan ini dibuat untuk membentuk kesetaraan dalam pernikahan.

4. Jenis - Jenis Commuter Marriage

Menurut Harriet Gross 1980 ada dua tipe pasangan commuter marriage, yaitu: 1. Adjusting. Pasangan adjusting cenderung masih muda, menghadapi perpisahan yang lebih awal dalam pernikahannya, dan memiliki sedikit anak jika ada. 2. Established. Pasangan established lebih tua dan sudah terbiasa dengan perpisahan yang dialami. Anak biasanya sudah besar dan keluar dari rumah.

C. Dinamika Penyesuaian Pernikahan pada Pasangan Commuter Marriage

Selama tahun pertama dan kedua pernikahan pasangan suami istri harus melakukan penyesuaian satu sama lain, terhadap anggota keluarga masing-masing, dan teman-temannya. Pada commuter marriage, pasangan juga harus menyesuaikan Universitas Sumatera Utara terhadap perpisahan yang dialami dan sedikitnya waktu yang dapat dihabiskan bersama. Ada beberapa kondisi yang mempengaruhi pasangan commuter marriage untuk mencapai penyesuaian pernikahan. Pertama, Anderson 1992 menyatakan stres dari perpisahan bisa memperburuk penyesuaian jika pasangan tidak menikmati menghabiskan waktunya sendiri. Bila pelaku commuter adalah pria dan istrinya tidak senang ditinggal maka suami berperan untuk meyakinkan istri dan anak-anaknya untuk dapat menerima keadaan. Biasanya istri akan menerima saja mengingat penghasilan utama berasal dari pekerjaan suaminya. sehingga mau tak mau perpisahan harus tetap dijalani. Kedua, memiliki anak khususnya yang masih kecil akan menimbulkan masalah tentang logistik mengatur tugas rumah dan mengasuh anak Anderson Spruill, 1993. Hal ini dikarenakan anak kecil masih sangat membutuhkan pengawasan dari kedua orangtuanya. Pengasuhan anak tidak bisa dilimpahkan pada istri saja. Namun karena pasangan berpisah tempat tinggal, mau tidak mau seluruh peran untuk pengasuhan anak diberikan pada istri. Ketiga, pasangan muda, dengan usia pernikahan yang masih muda, dan tanpa adanya stabilitas dan keamanan baik hubungan atau karir jarak jauh akan merasakan tekanan Orton Crossman, 1983 dalam Scott, 2002. Stabilitas ini biasanya berasal dari segi keuangan. Pasangan muda dengan kondisi keuangan pas-pasan akan memperburuk penyesuaian bila kepindahan tugas tidak disertai dengan peningkatan fasilitas dari perusahaan tempat seseorang bekerja. Adanya dua orang di dua rumah Universitas Sumatera Utara yang berbeda membutuhkan biaya kehidupan ganda, tagihan telepon, dan juga biaya kunjungan Farris, 1978; Gerstel Gross, 1984 dalam Scott 2002. Pasangan yang terpisah lebih jauh memerlukan dana dan usaha yang besar untuk bisa berkumpul bersama. Pasangan yang lebih tua, sudah lama menikah, dengan setidaknya satu orang memiliki karir yang mapan akan mengalami penyesuaian yang lebih mudah daripada pasangan muda yang berkelahi karena karir baru dan hubungan pernikahan dan keluarga Gerstel Gross, 1982 dalam Scott, 2002. Keempat, rasa cemburu istri. Cemburu adalah sifat kodrati wanita. Wanita ditakdirkan berkatakter setia. Jika sudah mencintai seorang pria maka seluruh cintanya adalah untuk pria tersebut. Inilah yang membuat seorang wanita memiliki rasa cemburu yang luar biasa. Sifat cemburu didasari beberapa hal namun yang paling utama adalah takut kehilangan. Terlebih karena istri tidak serumah dengan suaminya maka ia akan dipenuhi pikiran yang tidak rasional Dewi, 2013 Pada akhirnya, penyesuaian pernikahan pada wanita yang menjalani commuter marriage adalah bagaimana proses seorang wanita memodifikasi, beradaptasi, dan merubah perilaku secara terus menerus dalam pernikahannya untuk mencapai kepuasan walaupun adanya tantangan yang melingkupi commuter marriage seperti tantangan biaya, kecemburuan, dan pengasuhan anak. Universitas Sumatera Utara Paradigma Teoritis Penyesuaian pernikahan Dyadic satisfaction Affectional expression Dyadic cohesion Dyadic consensus Mampu menyesuaikan Tidak mampu menyesuaikan Kepuasan dan kebahagian Tidak mampu menyelesaikan masalah rumah tangga Persetujuan dengan pasangan Menghabiskan waktu bersama pasangan Terpenuhinya kebutuhan Afeksi terhadap pasangan Commuter marriage Persetujuan sepihak Jarang bersama Kebutuhan psikologis kurang Afeksi hanya pada saat bertemu Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian Kualitatif