1. Rencana amalgamasi dibatalkan dan semua unit koperasi yang ada kembali
seperti semula sebagai Koperasi Mandiri. 2.
Wilayah kerja disesuaikan dengan lingkungan unit koperasi masing-masing. 3.
Anggota Koperasi adalah pegawai dan pensiunan BNI di unitnya masing- masing.
Bahwa sebagai akibat dari keputusan tersebut diatas maka Koperasi Swadharma Cabang Medan harus berdiri sendiri sebagai Koperasi Mandiri dan mempunyai
Anggaran Dasar sendiri yang terletak di lokasi BNI di Jalan Pemuda No. 12. Ruangan antara kantor dan toko Koperasi Swadharma ini berada dalam satu ruangan yang
terletak di lantai 1 gedung PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk. Kantor wilayah 01cabang Medan. Koperasi Swadharma ini telah memiliki kelengkapan izin usaha
antara lain SIUP, TDP, NPWP, dan SKITU.
B. Struktur Organisasi Koperasi Swadharma Medan
Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, Koperasi Swadharma Medan telah menetapkan struktur organisasi yang bertujuan untuk mempermudah karyawan dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sehingga masing-masing pegawai akan mengetahui dengan jelas sebagaimana seharusnya ia mendapat perintah dan kepada
siapa ia harus mempertanggung jawabkan hasil kerjanya dengan demikian semua kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan secara efektif dan efisien dalam usaha
mencapai tujuan.
STRUKTUR ORGANISASI KOPERASI PEGAWAI SWADHARMA
MEDAN
Ketua Chairuddin
Sekretaris Darman Darwis
Bendahara Amirudin Dianto
Seksi pembukuan
Mahyuri S. Seksi
UmumAdministrasi Rasidin
Kasir Yuslina
Seksi Penjualan Fernando T.
Seksi Pemasaran
RI. Sofyan
Asisten Pembukuan
M. Surya D Seksi
Administrasi Irwansyah
Driver Eko DS
Pelayan Safaruddin
Asisten Penjualan Helmi R.
C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi
Selanjutnya penulis akan menguraikan tentang tugas pokok dan fungsi pada Koperasi Swadharma Medan sebagai berikut :
1. Ketua Koperasi
Ketua Koperasi membawahi beberapa seksi. Seksi-seksi ini dipimpin oleh seorang kepala seksi yang melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan seksi yang
bersangkutan. Tiap-tiap seksi ini dibagi lagi dengan beberapa bagian pekerja lagi. Ketua Koperasi ini langsung bertanggung jawab kepada pengawas dan pembina
karena segala aktivitas koperasi akan diperiksa oleh pengawas dan pembina. Ketua Koperasi mempunyai seseorang Sekretaris dan Bendahara, tetapi tidak mempunyai
wakil ketua. Sekretaris dan Bendahara sudah cukup membantu, merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan kegiatan Koperasi Swadharma ini.
a Tugas Pokok Ketua Koperasi
1 Mengkoordinir lancarnya kegiatan bisnis koperasi.
2 Meningkatkan pendapatan keuntungan atau sisa hasil usaha koperasi.
3 Melakukan lobby atau kerja sama dengan mitra-mitra bisnis koperasi.
4 Menjamin kelancaran dan ketertiban pelaksanaan kerja, menjamin
pengamanan serta pemanfaatan dan pengembangan sumber daya manusia di lingkungan koperasi.
b Wewenang Ketua Koperasi
1 Menggerakkan, mengatur sumber daya manusia, alat dan prasarana fisik yang
berada dibawah pimpinannya.
2 Mengambil keputusan atas jalannya kegiatan bisnis koperasi.
3 Menanda tangani laporan-laporan, surat-surat yang berhubungan dengan
pihak luar. 4
Memberikan tugas-tugas khusus kepada bawahannya.
2. Sekretaris
Tugas Pokok Sekretaris 1
Mengontrol segala aktivitas pembukuan koperasi. 2
Mengelola pengaturan Sumber Daya Manusia atau Personalia. 3
Menangani surat masuk dan surat keluar. 4
Membuat file dan meregister surat-surat.
3. Bendahara
Tugas Pokok Bendahara 1
Menjalankan kegiatan keuangan dan bisnis koperasi. 2
Menanda tangani check atau giro biliet. 3
Mengontrol brankas koperasi. 4
Menyetujui pinjaman anggota koperasi.
4. Seksi Pembukuan
Seksi Pembukuan mempunyai asisten pembukuan, yang membantu dalam mengerjakan pembukuan dari kegiatan bisnis koperasi.
Tugas Pokok Seksi Pembukuan 1
Membuat pembukuan akan kegiatan koperasi. 2
Melakukan kegiatan pembukuan.
5. Asisten Pembukuan
Tugas Pokok Asisten Pembukuan adalah memposting seluruh voucher dan mencetak laporan keuangan.
6. Seksi UmumAdministrasi
Seksi Umum ini membawahi dari Seksi Administrasi, yang membantu pekerjaan- pekerjaan dari seksi umum yang berkenaan dengan surat-menyurat.
Tugas Pokok Seksi UmumAdministrasi 1
Membuat daftar buku penerimaan dan pengeluaran kas. 2
Mengetik surat-surat yang diperlukan dalam kegiatan koperasi.
7. Seksi Administrasi
Tugas Pokok Seksi Administrasi adalah mengkoordinir tenaga supir dan pelayan.
8. Seksi Pemasaran
Tugas Pokok Seksi Pemasaran 1
Melaksanakan serta pengembangan penjualan produk kepada anggota koperasi.
2 Membuat rencana dan evaluasi kegiatan penjualan bulanan.
3 Turut melaksanakan survei pasar atas objek yang menjadi tanggung jawab.
9. Seksi Penjualan
Seksi Penjualan mempunyai asisten penjualan yang dapat membantu rancangan dari kegiatan penjualan koperasi. Dan seksi penjualan juga membawahi pelayan yang
bekerja pada Koperasi Swadharma tersebut.
Tugas Pokok Seksi Penjualan 1
Bertanggung jawab atas kegiatan penjualan. 2
Melaksanakan rencana kegiatan penjualan pada koperasi. 3
Memantau penjualan produk koperasi kepada anggota.
10. Asisten Penjualan
Tugas Pokok Asisten Penjualan adalah melayani kebutuhan alat tulis kantor dan sandang pangan untuk anggota koperasi.
11. Pelayan
Tugas Pokok Pelayan adalah membantu pembelian barang-barang dan menyalurkan kepada anggota koperasi.
12. Kasir
Tugas Pokok Kasir 1
Mengatur kegiatan pembelian produk dan pengeluaran kas. 2
Menjamin uang keluar dan masuk pada koperasi.
13. Supir
Tugas Pokok Driver adalah yang bertanggung jawab akan kegiatan keluar koperasi.
D. Gambaran PegawaiKaryawanAnggota Personil
Jumlah PegawaiKaryawanAnggota Personil Koperasi Swadharma Medan
No Unit
Jumlah 1
Ketua Koperasi 1
2 Sekretaris
1 3
Bendahara 1
4 Seksi Pembukuan
1 5
Asisten Pembukuan 1
6 Seksi UmumAdministrasi
1 7
Seksi Administrasi 1
8 Asisten Penjualan
1 9
Kasir 1
10 Seksi Pemasaran
1 11
Seksi Penjualan 1
12 Supir
1 13
Pelayan 1
Jumlah 13
BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Ketentuan Dasar Dalam Perpajakan
1. Pengertian Pajak
Defenisi pajak menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Secara umum ada beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh ahli antara
lain : a.
Menurut Soemitro dalam Suandy,2008:2 Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan “surplus-nya” digunakan untuk simpanan publik public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai investasi publik
public investment. b.
Menurut Feldmann dalam Resmi,2005:1 Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa
menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum, tanpa adanya kontrasepsi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
c. Menurut Andriani dalam Sukardji,2001:1
Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapatkan
prestasi kembali yang langsung dapat ditunjukkan dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan. Dari defenisi tersebut dapat diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian
pajak, yaitu : 1
Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya. 2
Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi secara individu oleh Pemerintah.
3 Pajak dipungut oleh Negara Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
d. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28
Tahun 2007, Pajak adalah kotribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang prbadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
2. Fungsi Pajak
Fungsi pajak dalam Resmi,2005:2 di Indonesia fungsi pajak terdiri dari : a.
Fungsi Sumber Keuangan Negara Budgeter Pajak mempunyai fungsi budgeter artinya pajak merupakan salah satu sumber
penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.
b. Fungsi Mengatur Regulerend
Pajak mempunyai fungsi mengatur artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi,
dan mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.
3. Jenis Pajak
Dalam Resmi,2005:6 terdapat berbagai macam jenis pajak, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengelompokan menurut golongannya, menurut
sifatnya, dan menurut lembaga pemungutnya. a.
Menurut Golongannya 1
Pajak Langsung Pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak
dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan.
Contoh : Pajak Penghasilan PPh yang dibayar atau ditanggung oleh pihak yang menerima penghasilan diatas penghasilan tidak kena pajak PTKP dan dipungut
setiap tahun. 2
Pajak Tidak Langsung Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang
lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi
penyerahan barang atau jasa. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai PPN yang terjadi karena ada pertambahan
nilai barang dan jasa, yang dibayarkan oleh produsen atau pihak yang menjual barang tetapi dapat dibebankan kepada konsumen baik secara eksplisit atau
implisit dimasukkan dalam harga jual barang atau jasa. b.
Menurut Sifatnya 1
Pajak Subjektif Pajak yang pengenaannya memerhatikan pada keadaan pribadi Wajib Pajak
atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan subjeknya. Contoh : Dalam Pajak Penghasilan PPh terdapat wajib pajak subjek pajak
orang pribadi. Penggenaan Pajak Penghasilan PPh untuk orang pribadi tersebut memperhatikan keadaan pribadi wajib pajaknya, yaitu status perkawinan, jumlah
anak, dan tanggungan lainnya yang ini merupakan dasar untuk menentukan penghasilan tidak kena pajak PTKP.
2 Pajak Objektif
Pajak yang pengenaannya memerhatikan pada objeknya baik beruba benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban
membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak maupun tempat tinggal.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai PPN. Dimana pajak ini dikenakan pada setiap subjek pajak yang melakukan penjualan maupun pembelian barang atau jasa tanpa
melihat keadaan pada subjek pajak tersebut. c.
Menurut Lembaga Pemungutnya 1
Pajak Negara Pusat Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai
rumah tangga Negara pada umumnya. Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai. 2
Pajak Daerah Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I maupun
daerah tingkat II dan digunakan unuk membiayai rumah tangga daerah masing- masing.
Pajak Daerah terdiri atas : a
Pajak Daerah Tingkat I Provinsi meliputi Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan
di atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, serta Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
b Pajak Daerah Tingkat II KabupatenKotamadya meliputi Pajak Hotel, Pajak
Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, Dan Pajak Parkir.
4. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam pemungutan pajak dikenal beberapa sistem pemungutan, yaitu Resmi,2005:10 :
a. Official Assesment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya
sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku. b.
Self Assesment System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak untuk
menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.
c. With Holding System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib
Pajak sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.
B. Dasar Hukum Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
1. Dasar hukum pengenaan Pajak Pertambahan Nilai diantaranya adalah :
a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 dan mulai berlaku sejak tanggal 1
April 1985. Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai menggantikan Undang- Undang Pajak Penjualan Tahun 1951. Undang-Undang ini dirubah dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1994. b
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1994, berlaku sejak tanggal 1 Januari 1995. Kemudian 5 tahun berikutnya dirubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2000. Dan Undang-Undang ini telah dirubah kembali dengan Undang- Undang Nomor 42 Tahun 2009. Yang mulai berlaku pada tanggal 1 April
2010.
2. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai PPN
Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan terhadap penyerahan atau impor Barang Kena Pajak BKP atau Jasa Kena Pajak JKP yang dilakukan oleh
Pengusaha Kena Pajak PKP dan dapat dikenakan berkali-kali setiap ada pertambahan nilai dan di kreditkan.
3. Barang dan Jasa Kena Pajak
Barang Kena Pajak Waluyo,5:2006 adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak dan barang
tidak berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPNPPnBM. Sedangkan Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu
perikatan atau perbuatan hokum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau
kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas
petunjuk dari pemesan, yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPNPPnBM.
C. Subjek dan Objek