Mekanisme Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPn) Sewa Mobil Milik Anggota Koperasi Pada Koperasi Swadharma Di PT. Bank Negara Indonesia Medan

(1)

TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

MEKANISME PEMUNGUTAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) SEWA MOBIL MILIK ANGGOTA KOPERASI PADA KOPERASI SWADHARMA DI PT.

BANK NEGARA INDONESIA MEDAN

O L E H

LAILAN AMALIA SHAHNAZ 082600032

Untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Serta Shalawat dan Salam atas junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan cahaya kehidupan bagi seluruh umatnya dari alam yang penuh keimanan yang ditandai berbagai macam ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Mudah-mudahan kita mendapat Syafaat-Nya kelak.

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan karena pada akhirnya telah dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Tetapi penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, namun dengan pengetahuan dan pengalaman yang terbatas akhirnya penulis menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang dengan judul : “Mekanisme Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Sewa Mobil Milik Anggota Koperasi Pada Koperasi Swadharma Di PT. Bank Negara Indonesia Medan”.

Penulis juga menyadari bahwa di dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sudah tentu mendapat kesalahan-kesalahan baik dalam segi bahasa maupun dalam segi pemahamannya. Oleh sebab itu penulis akan menerima segala saran dan juga kritik yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Laporan Tugas Akhir ini di masa yang akan datang. Namun demikian penulis berharap semoga penyusunan


(3)

Laporan Tugas Akhir ini dapat membawa manfaat bagi penulis khususnya dan bagi yang lain pada umumnya.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya serta sedalam-dalamnya kepada orang tua tercinta, Ayahanda : H. Suparno SE dan ibunda : Hj. Fachratun Nazmi yang dengan penuh kasih sayang telah mengasuh, membesarkan, mengasihi, mendidik, membimbing, memberikan perhatian, yang selalu mendoakan, serta memberikan dukungan yang tidak ternilai harganya bagi penulis.

Selama menyusun Laporan Tugas Akhir ini penulis banyak menerima bantuan, dorongan, bimbingan, serta fasilitas-fasilitas dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, Msi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, Msi, selaku Ketua Jurusan Program Studi Diploma III dan Dosen Wali Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Diploma III Administrai Perpajakan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Edward Ridwan, MSP, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan petunjuk


(4)

kepada penulis dalam menyusun Laporan Tugas Akhir ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

5. Bapak dan ibu seluruh Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan.

6. Bapak Darman Darwis, selaku Super Visor lapangan serta seluruh Staf Koperasi Swadharma Medan yang bersedia memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan riset, dan memberikan penulis untuk dapat mengambil data untuk menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

7. Terima kasih buat sahabatku tersayang dan tercinta Dewi Yuliasmi, Sandra Andriani, Muhammad Esfandiary Pane, dan Muhammad Luthfiansyah Hasibuan, makasih yaa atas dukungan, motivasi, dan saran-sarannya yang sifatnya membangun, terima kasih juga selama ini udah mau dengar keluh kesah ku dalam mengerjakan Laporan Tugas Akhir ini. Hahahaha.

8. Teristimewa buat sahabat-sahabatku Fitri Jayanti, Sylviana Maharani, Vivi Azriani, Titiek Hardianti, Ririn Ramadhani, Lily Andrianti, Siti Permata Sari, Oka Laksemana Lufti, Mia Aulina. Yang udah memberikan kenangan yang indah selama 3 tahun ini. Dan makasih juga buat yang udah mau dengarin cerita-cerita kuu, makasih juga udah sering ngajak aku cabut dari kuliah cuma buat karokean atau nonton. Hahahha.


(5)

Andhina yang senantiasa memberikan dukungan dan menyayangi penulis.

10. Teristimewa kepada kedua orang tuaku Ayahanda H. Suparno SE dan Ibunda Hj. Fachratun Nazmi yang telah membantu penulis menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Serta telah mendidik, membesarkan dengan penuh kasih sayang dan atas semua pengorbanan yang tak terhingga kepada penulis selama ini.

11. Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis selama ini.

Akhirnya penulis berharap Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT selalu memberikan tuntunan dan ridho-Nya kepada kita semua. Amin.

Medan, Juni 2011 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PKLM ... 1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM ……… ... 3

C. Uraian Teoritis ... 5

D. Ruang Lingkup PKLM ………... 8

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 8

F. Metode Pengumpulan Data ... 10

G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM ... 11

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat ... 13

B. Struktur Organisasi ... 17

C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi ... 19

D. Gambaran Pegawai/Karyawan/Anggota Personil ... . 23

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK A. Ketentuan ……….……...……….... 24

B. Dasar Hukum Pengenaan …….……….……. 29

C. Subjek dan Objek ……….. 31

D. Cara Penghitungan ………. 32


(7)

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI ……….. 35 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………..………. 41 B. Saran ………... 42

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar disamping penerimaan yang lainnya. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Yang perlu diketahui bahwa Undang–Undang Perpajakan di Indonesia, khususnya Undang–Undang Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menganut Self Assessment System. Artinya masyarakat diberi kebebasan untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri jumlah pajaknya yang terutang. Dianutnya Self Assessment System dalam undang-undang perpajakan sejak tahun 1983.

Dalam hal pelaksanaan pembangunan nasional telah menghasilkan perkembangan yang pesat dalam perekonomian termasuk bentuk-bentuk dan praktik-praktik penyelenggaraan kegiatan perdagangan nasional. Mungkin masih melekat dibentuk


(9)

kita saat negara kita dilanda krisis dimana semakin melambungnya harga-harga kebutuhan pokok baik barang maupun jasa.

Perekonomian semakin terpuruk karena krisis tersebut, sehingga kita berusaha untuk mengejar ketertinggalan kita dalam hal perekonomian. Namun tidak selamanya perekonomian tersebut dijadikan alasan sebagai ketertinggalan kita, meskipun sedikit banyaknya mempunyai pengaruh besar terhadap perekonomian. Salah satu atau alat yang dimiliki oleh pemerintah untuk mengatasi hal ini adalah sektor perpajakan. Pemerintah menaruh harapan yang cukup besar dari bidang perpajakan. Seperti penerimaan pajak terus ditingkatkan untuk membiayai belanja/pengeluaran negara sehubungan dengan penyelenggaraan negara karena sumber-sumber penerimaan negara seperti gas dan non-migas sudah tidak dapat diharapkan lagi yang pada akhirnya akan habis dan tidak tahan lama.

Upaya untuk penerimaan pajak tersebut juga terus dilakukan terhadap Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pengenalan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhadap Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) perlu dilakukan karena dianggap sebagai penerimaan yang potensial, hal ini juga memberikan rasa keadilan bagi masyarakat walaupun tidak semua barang jasa yang dikenakan pajak karena ada jenis barang yang tidak dikenakan PPN berdasarkan pertimbangan sosial, ekonomi, dan budaya.

Adanya proses pemungutan yang tidak hanya dilakukan oleh pengusaha kena pajak (PKP) tetapi juga dilakukan oleh perusahaan yang termasuk sebagai instansi


(10)

pemerintah tersebutlah yang menjadi ketertarikan penulis untuk mengetahui lebih dalam bagaimana proses pemungutan tersebut dalam sewa mobil. Ketertarikan tersebut membuat penulis menjadikannya suatu acuan dalam melaksanakan praktik kerja lapangan mandiri pada Koperasi Swadharma Medan. Dan penulis mencoba menguraikan mekanisme pemungutannya. Untuk itu, penulis menyusun laporan ini dengan judul “MEKANISME PEMUNGUTAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI SEWA MOBIL MILIK ANGGOTA KOPERASI PADA KOPERASI SWADHARMA DI PT. BANK NEGARA INDONESIA MEDAN”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Praktik Kerja Lapangan Mandiri merupakan salah satu persyaratan yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa perpajakan dalam menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Tujuan yang ingin penulis capai dalam melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah :

a. Untuk mengetahui pelaksanaan pemungutan PPN dalam sewa mobil pada Koperasi Swadharma Medan.

b. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi pada Koperasi Swadharma Medan dalam pemungutan PPN serta upaya-upaya untuk mengatasi hambatan tersebut.


(11)

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Praktik Kerja Lapangan Mandiri tentunya sangat bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya adalah :

a. Bagi Mahasiswa

1) Melatih, menguji dan meningkatkan serta mengembangkan kemampuan berfikir melalui karya ilmiah.

2) Melihat aplikasi teori maupun ilmu yang sudah diperoleh dan menuangkannya ke dalam permasalahan yang timbul selama melakukan PKLM pada Koperasi Swadharma Medan.

3) Meningkatkan komunikasi dan pendekatan sosial terhadap dunia kerja nyata. 4) Menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan.

5) Menumbuhkan dan menciptakan semangat profesional dalam melaksanakan pekerjaan, serta mengembangkan rasa tanggung jawab dan kedisiplinan. b. Bagi Koperasi Swadharma Medan

1) Sebagai sarana menciptakan hubungan yang baik dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

2) Memperoleh ide-ide baru yang bersifat konstruktif dengan dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri.


(12)

3) Memperoleh ide dan masukan dalam rangka penyempurnaan administrasi perpajakan di Koperasi Swadharma Medan.

c. Bagi Universitas Sumatera Utara

1) Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang disampaikan dalam perkuliahan terutama di bidang Administrasi Perpajakan.

2) Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan perusahaan Koperasi Swadharma Medan.

3) Mempromosikan Sumber Daya Manusia pada Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

4) Mendapatkan ide dan masukan untuk evaluasi penyempurnaan atau perbaikan kurikulum.

5) Meningkatkan hubungan kerja sama yang baik antara pihak Universitas Sumatera Utara dengan pihak Koperasi Swadharma Medan.

d. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan masukan untuk semua pihak, baik masyarakat dan lembaga lainnya yang membutuhkan informasi, data, dan keterangan tentang Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak


(13)

Secara umum ada beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh ahli antara lain :

a) Menurut Soemitro dalam (Suandy,2008:2)

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus-nya” digunakan untuk simpanan publik (public saving) yang merupakan sumber utama untuk membiayai investasi publik (public investment).

b) Menurut Andriani dalam (Sukardji,2001:1)

Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

c) Menurut Feldmann dalam (Resmi,2005:1)

Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.

d) Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007, Pajak adalah kotribusi wajib kepada negara yang terutang oleh


(14)

orang prbadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Fungsi Pajak

Fungsi pajak dalam (Resmi,2005:2) di Indonesia fungsi pajak terdiri dari : a. Fungsi Sumber Keuangan Negara (Budgeter)

Pajak mempunyai fungsi budgeter artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.

b. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak mempunyai fungsi mengatur artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, dan mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.

3. Sistem Pemungutan Pajak

Dalam pemungutan pajak dikenal beberapa sistem pemungutan, yaitu (Resmi,2005:10) :

a. Official Assesment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.


(15)

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.

c. With Holding System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.

4. Defenisi Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan Nilai dalam Suandy (2008:57) adalah pajak yang dikenakan terhadap penyerahan atau impor Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP), dan dapat dikenakan berkali-kali setiap ada pertambahan nilai dan dapat dikreditkan.

Dasar hukum pengenaan Pajak Pertambahan Nilai adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 dan mulai berlaku sejak tanggal 1 April 1985. Undang-Undang PPN menggantikan Undang-Undang Pajak Penjualan Tahun 1951. Undang-Undang ini dirubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1994, berlaku sejak tanggal 1 Januari 1995 dan 5 tahun berikutnya dirubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000. Kemudian Undang ini telah dirubah kembali dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009. Dan Undang-Undang-Undang-Undang ini mulai berlaku tanggal 1 April 2010.


(16)

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi ruang lingkup yang paling mendasar dalam melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah khususnya di unit jasa sewa mobil. Dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini penulis ingin memfokuskan pada kegiatan PKL tentang pelaksanaan pemungutan PPN dan hambatan-hambatan yang dihadapi serta upaya-upaya untuk mengatasi hambatan yang terjadi pada sewa mobil di Koperasi Swadharma Medan.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan, metode yang digunakan dalam melakukan PKLM tersebut sebagai berikut :

1) Tahapan Persiapan

a) Penulis melakukan pengenalan objek yang akan dibahas.

b) Mengajukan judul Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri kepada Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

c) Persetujuan atas judul Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri kepada Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

d) Menyusun proposal Praktik Kerja Lapangan Mandiri untuk diajukan ke tempat dilaksanakan penelitian.


(17)

Penulis mencari berbagai sumber-sumber bacaan, seperti buku-buku, surat edaran, UU mengenai PPN, serta literatur baca yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

3) Observasi Lapangan

Penulis melakukan dengan observasi/pengamatan dan pencatatan lapangan pada Koperasi Swadharma Medan mengenai objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri itu sendiri.

4) Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data tentang objek yang hendak diteliti, penulis menggunakan tekhnik-tekhnik sebagai berikut :

a) Data Primer

Yaitu data yang diperoleh dari pihak yang berkompeten dan memahami tentang Prosedur Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai pada Koperasi Swadharma Medan.

b) Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber informasi lain yang digunakan sebagai data tambahan.


(18)

Penulis akan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan penjelasan yang bersifat kualitatif, yaitu penjelasan dengan kata-kata yang sistematis, sehingga permasalahan terungkap dengan objektif.

F. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data-data mengenai objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang dilakukan dengan menginput berbagai sumber yaitu :

1. Wawancara

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan langsung terhadap pihak kantor Koperasi Swadharma Medan yang dianggap mampu memberikan masukan data dan informasi yang diberikan bagi penyusunan laporan ini.

2. Observasi

Yaitu studi yang dilakukan dengan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan dalam pencatatan terhadap setiap kejadian yang menjadi objek penelitian.

3. Dokumentasi

Dalam metode ini, penulis meminta dokumen yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri, dokumentasi tersebut dapat berupa Struktur Organisasi.


(19)

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri Adapun sistematika penulisan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang, tujuan dan manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup, metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan laporan.

BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

Dalam hal ini penulis menguraikan gambaran umum dari Perusahaan Koperasi Swadharma Medan, sejarah berdirinya perusahaan, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi, gambaran pegawai/karyawan/anggota personil, dan metode pengumpulan data.


(20)

BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK LAPANGAN MANDIRI Dalam hal ini penulis menguraikan gambaran berisi tentang pengertian, ketentuan-ketentuan yang seluruhnya itu merupakan pelaksanaan dari praktik kerja lapangan mandiri itu sendiri.

BAB IV : ANALISIS DATA DAN EVALUASI

Dalam hal ini penulis menganalisa mengenai data yang diperoleh kemudian melakukan evaluasi terhadap data tersebut, sehingga tercapai manfaat dan tujuan PKLM.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran berdasarkan uraian yang akan dikemukakan dalam bab sebelumnya yang dapat bermanfaat dan berguna bagi perkembangan perusahaan di masa yang akan datang.


(21)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN

A. Sejarah Singkat Berdirinya Koperasi Swadharma Medan

Sejarah berdirinya PT. Bank Negara Indonesia tidak dapat dipisahkan dari perjuangan perebutan kemerdekaan bangsa dan proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Persiapan pembentukan Bank Negara Indonesia itu sendiri telah dimulai sejak bulan September 1945, di prakarsai oleh R.M. Margono Djodjohadikoesoemo, yang pada saat itu menjabat sebagai ketua Dewan Pertimbangan Agung. Rancangan mandat dari pemerintah kepada R.M. Margono Djodjohadikoesoemo, yang disusun bersama wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta.

Didirikan pada tanggal 5 Juli 1946 dan mulai diresmikan pada tanggal 17 Agustus 1946 oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Mohammad Hatta di bekas gedung De Javasche Bank Yogyakarta. Pada waktu itu gedung tersebut berfungsi sebagai Bank Sentral atau Bank Sirkulasi dan Bank Umum. Pembentukannya berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1946. Jumlah modal Bank Negara Indonesia (BNI) sewaktu itu ditetapkan sebesar Rp 10.000.000,-.

Dengan diresmikannya PT. Bank Negara Indonesia, maka semua urusan Pusat Bank Indonesia dilanjutkan BNI sehingga cabang-cabang di Jakarta, Solo, Malang, dan Kediri diresmikan sebagai cabang-cabang BNI. Selanjutnya, dipersiapkan pula cabang-cabang baru di Garut, Cirebon, Pontianak, dan Jember.


(22)

Sebagai bank pertama milik Pemerintah Republik Indonesia, pimpinan dan para pegawai BNI harus bekerja keras menyukseskan program perekonomian pemerintah, mencetak dan mengedarkan uang Republik Indonesia, menarik uang Jepang dari peredaran, serta memberikan kredit dan transaksi perbankan lainnya. Selama menjalankan tugas, direksi dan segenap pegawai BNI merasakan pahit getirnya mengelola dan menjalankan aktivitas usaha BNI.

Kondisi dan sistem perbankan mengalami perubahan pada tahun 1965, dengan Penetapan Presiden Nomor 17 Tahun 1965 tentang pengintegrasian sejumlah bank pemerintah dalam Bank Tunggal yang menggunakan sebutan Bank Negara Indonesia (BNI). Bank Indonesia menjadi Bank Negara Indonesia Unit I dan BNI menjadi BNI Unit III. Pola Bank Tunggal ternyata tidak berjalan mulus dan pada zaman Orde Baru pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1968 BNI Unit III diganti dengan Bank Negara Indonesia 1946 dan berhasil masuk dalam lima kelompok bank terbesar dengan total aset sekitar Rp 1 Triliyun dan laba mencapai Rp 11 Miliar.

Perubahan struktur organisasi dan budaya kerja perusahaan semasa pimpinan H. Somala Wiria, mendorong BNI merancang suatu rencana kerja yang lebih terarah dan terpacu yang melahirkan Corporate Plan, yaitu rencana kerja jangka panjang selama lima tahun. Kemudian diikuti dengan pelaksanaan Corporate Culture. Budaya kerja BNI bersumber dan dilandasi “Swadharma Bhakti Negara”. Guna melengkapi citra


(23)

baru berupa BNI, diciptakan citra baru berupa logo “Bahtera Berlayar” dan moto “Terpercaya, Kokoh, dan Bersahabat”.

Tahun 1992 di lingkungan BNI terdapat banyak unit usaha koperasi yang berada di Jakarta serta wilayah dan cabang-cabang BNI yang tersebar di seluruh wilayah RI. Sehingga timbul gagasan untuk mempersatukan unit-unit koperasi tersebut menjadi satu sebagai “Koperasi Tunggal” dengan tujuan untuk lebih mempermudah pengembangan usaha.

Bahwa dalam gagasan tersebut unit koperasi yang ada di Jakarta diarahkan menjadi Koperasi Pusat, sedangkan unit-unit koperasi yang ada di wilayah dan cabang-cabang BNI yang tersebar di seluruh wilayah RI menjadi Koperasi Cabang dan pelaksaannya dengan cara amalgamasi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Pasal 14. Bahwa pada waktu itu di Jakarta telah ada unit Koperasi yang didirikan pada tanggal 30 Juli 1968 dengan nama Koperasi Serba Usaha disingkat KOSERU dan telah memperoleh status Badan Hukum yang tercatat dalam Daftar Umum NO.763/B.H/I tanggal 10 Desember 1968. Koperasi ini berkedudukan di Jakarta dengan wilayah kerja Jakarta Raya dan sekitarnya, sedangkan yang menjadi anggota adalah karyawan/pegawai BNI yang bertempat tinggal di wilayah Jakarta Raya dan sekitarnya.

Untuk mewujudkan gagasan membentuk koperasi tunggal tersebut, maka pada tanggal 12 Juli 1994 diadakan Rapat Anggota Tahunan untuk mengubah Anggaran Dasar Koperasi Pegawai PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Swadharma (Koperasi


(24)

Swadharma) yang terdahulu Koperasi Serba Usaha (KOSERU) yang materi perubahannya sebagai berikut :

1) Wilayah kerja Koperasi Swadharma mencakup seluruh wilayah RI.

2) Koperasi Swadharma dahulu KOSERU menjadi Koperasi Swadharma Pusat, sedangkan unit-unit koperasi yang ada di wilayah dan cabang BNI menjadi Koperasi Swadharma Cabang.

3) Anggota koperasi terdiri dari pegawai dan pensiunan BNI serta pegawai dari lembaga-lembaga dan perusahaan anak di lingkungan BNI.

Sehingga terhitung tanggal 12 Juli 1994 secara formal di lingkungan BNI telah terbentuk Koperasi Tunggal dengan tingkatan organisasi Koperasi Pusat dan Koperasi Cabang.

Namun berhubung banyaknya jumlah koperasi yang ada di lingkungan BNI di seluruh Indonesia, maka rencana amalgamasi tersebut menghadapi kendala antara lain : struktur organisasi, hak dan kewajiban, kepegawaian, administrasi, keuangan, perpajakan, dan lainnya sehingga rencana amalgamasi tersebut sampai sekarang belum dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan.

Sehubungan dengan hal itu banyak usul dan saran agar rencana amalgamasi tidak diteruskan dan kembali seperti semula, yaitu baik koperasi yang ada di Jakarta maupun di daerah-daerah berdiri sendiri-sendiri sebagai Koperasi Mandiri.

Sebagai tanggapan atas usul dan saran tersebut maka diselenggarakan Rapat Anggota Tahunan Koperasi Pegawai Swadharma Tahun Buku 2004 yang diselenggarakan pada tanggal 12 Mei 2005 di Jakarta memutuskan antara lain :


(25)

1. Rencana amalgamasi dibatalkan dan semua unit koperasi yang ada kembali seperti semula sebagai Koperasi Mandiri.

2. Wilayah kerja disesuaikan dengan lingkungan unit koperasi masing-masing. 3. Anggota Koperasi adalah pegawai dan pensiunan BNI di unitnya

masing-masing.

Bahwa sebagai akibat dari keputusan tersebut diatas maka Koperasi Swadharma Cabang Medan harus berdiri sendiri sebagai Koperasi Mandiri dan mempunyai Anggaran Dasar sendiri yang terletak di lokasi BNI di Jalan Pemuda No. 12. Ruangan antara kantor dan toko Koperasi Swadharma ini berada dalam satu ruangan yang terletak di lantai 1 gedung PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor wilayah 01/cabang Medan. Koperasi Swadharma ini telah memiliki kelengkapan izin usaha antara lain SIUP, TDP, NPWP, dan SKITU.

B. Struktur Organisasi Koperasi Swadharma Medan

Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, Koperasi Swadharma Medan telah menetapkan struktur organisasi yang bertujuan untuk mempermudah karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sehingga masing-masing pegawai akan mengetahui dengan jelas sebagaimana seharusnya ia mendapat perintah dan kepada siapa ia harus mempertanggung jawabkan hasil kerjanya dengan demikian semua kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan secara efektif dan efisien dalam usaha mencapai tujuan.


(26)

STRUKTUR ORGANISASI KOPERASI PEGAWAI SWADHARMA

MEDAN Ketua Chairuddin Sekretaris Darman Darwis Bendahara Amirudin Dianto Seksi pembukuan Mahyuri S. Seksi Umum/Administrasi Rasidin Kasir Yuslina Seksi Penjualan Fernando T. Seksi Pemasaran RI. Sofyan Asisten Pembukuan M. Surya D

Seksi Administrasi Irwansyah Driver Eko DS Pelayan Safaruddin Asisten Penjualan Helmi R.


(27)

C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi

Selanjutnya penulis akan menguraikan tentang tugas pokok dan fungsi pada Koperasi Swadharma Medan sebagai berikut :

1. Ketua Koperasi

Ketua Koperasi membawahi beberapa seksi. Seksi-seksi ini dipimpin oleh seorang kepala seksi yang melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan seksi yang bersangkutan. Tiap-tiap seksi ini dibagi lagi dengan beberapa bagian pekerja lagi. Ketua Koperasi ini langsung bertanggung jawab kepada pengawas dan pembina karena segala aktivitas koperasi akan diperiksa oleh pengawas dan pembina. Ketua Koperasi mempunyai seseorang Sekretaris dan Bendahara, tetapi tidak mempunyai wakil ketua. Sekretaris dan Bendahara sudah cukup membantu, merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan kegiatan Koperasi Swadharma ini.

a) Tugas Pokok Ketua Koperasi

1) Mengkoordinir lancarnya kegiatan bisnis koperasi.

2) Meningkatkan pendapatan keuntungan atau sisa hasil usaha koperasi. 3) Melakukan lobby atau kerja sama dengan mitra-mitra bisnis koperasi.

4) Menjamin kelancaran dan ketertiban pelaksanaan kerja, menjamin pengamanan serta pemanfaatan dan pengembangan sumber daya manusia di lingkungan koperasi.

b) Wewenang Ketua Koperasi

1) Menggerakkan, mengatur sumber daya manusia, alat dan prasarana fisik yang berada dibawah pimpinannya.


(28)

2) Mengambil keputusan atas jalannya kegiatan bisnis koperasi.

3) Menanda tangani laporan-laporan, surat-surat yang berhubungan dengan pihak luar.

4) Memberikan tugas-tugas khusus kepada bawahannya. 2. Sekretaris

Tugas Pokok Sekretaris

1) Mengontrol segala aktivitas pembukuan koperasi.

2) Mengelola pengaturan Sumber Daya Manusia atau Personalia. 3) Menangani surat masuk dan surat keluar.

4) Membuat file dan meregister surat-surat. 3. Bendahara

Tugas Pokok Bendahara

1) Menjalankan kegiatan keuangan dan bisnis koperasi. 2) Menanda tangani check atau giro biliet.

3) Mengontrol brankas koperasi.

4) Menyetujui pinjaman anggota koperasi. 4. Seksi Pembukuan

Seksi Pembukuan mempunyai asisten pembukuan, yang membantu dalam mengerjakan pembukuan dari kegiatan bisnis koperasi.

Tugas Pokok Seksi Pembukuan

1) Membuat pembukuan akan kegiatan koperasi. 2) Melakukan kegiatan pembukuan.


(29)

5. Asisten Pembukuan

Tugas Pokok Asisten Pembukuan adalah memposting seluruh voucher dan mencetak laporan keuangan.

6. Seksi Umum/Administrasi

Seksi Umum ini membawahi dari Seksi Administrasi, yang membantu pekerjaan-pekerjaan dari seksi umum yang berkenaan dengan surat-menyurat.

Tugas Pokok Seksi Umum/Administrasi

1) Membuat daftar buku penerimaan dan pengeluaran kas.

2) Mengetik surat-surat yang diperlukan dalam kegiatan koperasi. 7. Seksi Administrasi

Tugas Pokok Seksi Administrasi adalah mengkoordinir tenaga supir dan pelayan. 8. Seksi Pemasaran

Tugas Pokok Seksi Pemasaran

1) Melaksanakan serta pengembangan penjualan produk kepada anggota koperasi.

2) Membuat rencana dan evaluasi kegiatan penjualan bulanan.

3) Turut melaksanakan survei pasar atas objek yang menjadi tanggung jawab. 9. Seksi Penjualan

Seksi Penjualan mempunyai asisten penjualan yang dapat membantu rancangan dari kegiatan penjualan koperasi. Dan seksi penjualan juga membawahi pelayan yang bekerja pada Koperasi Swadharma tersebut.


(30)

Tugas Pokok Seksi Penjualan

1) Bertanggung jawab atas kegiatan penjualan.

2) Melaksanakan rencana kegiatan penjualan pada koperasi. 3) Memantau penjualan produk koperasi kepada anggota. 10.Asisten Penjualan

Tugas Pokok Asisten Penjualan adalah melayani kebutuhan alat tulis kantor dan sandang pangan untuk anggota koperasi.

11.Pelayan

Tugas Pokok Pelayan adalah membantu pembelian barang-barang dan menyalurkan kepada anggota koperasi.

12.Kasir

Tugas Pokok Kasir

1) Mengatur kegiatan pembelian produk dan pengeluaran kas. 2) Menjamin uang keluar dan masuk pada koperasi.

13.Supir

Tugas Pokok Driver adalah yang bertanggung jawab akan kegiatan keluar koperasi.


(31)

D. Gambaran Pegawai/Karyawan/Anggota Personil

Jumlah Pegawai/Karyawan/Anggota Personil Koperasi Swadharma Medan

No Unit Jumlah

1 Ketua Koperasi 1

2 Sekretaris 1

3 Bendahara 1

4 Seksi Pembukuan 1

5 Asisten Pembukuan 1

6 Seksi Umum/Administrasi 1

7 Seksi Administrasi 1

8 Asisten Penjualan 1

9 Kasir 1

10 Seksi Pemasaran 1

11 Seksi Penjualan 1

12 Supir 1

13 Pelayan 1


(32)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Ketentuan Dasar Dalam Perpajakan

1. Pengertian Pajak

Defenisi pajak menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Secara umum ada beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh ahli antara lain :

a. Menurut Soemitro dalam (Suandy,2008:2)

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus-nya” digunakan untuk simpanan publik (public saving) yang merupakan sumber utama untuk membiayai investasi publik (public investment).

b. Menurut Feldmann dalam (Resmi,2005:1)

Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontrasepsi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.


(33)

c. Menurut Andriani dalam (Sukardji,2001:1)

Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjukkan dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Dari defenisi tersebut dapat diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, yaitu :

1) Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya. 2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi

secara individu oleh Pemerintah.

3) Pajak dipungut oleh Negara (Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah). d. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007, Pajak adalah kotribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang prbadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.


(34)

2. Fungsi Pajak

Fungsi pajak dalam (Resmi,2005:2) di Indonesia fungsi pajak terdiri dari : a. Fungsi Sumber Keuangan Negara (Budgeter)

Pajak mempunyai fungsi budgeter artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.

b. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak mempunyai fungsi mengatur artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, dan mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.

3. Jenis Pajak

Dalam (Resmi,2005:6) terdapat berbagai macam jenis pajak, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengelompokan menurut golongannya, menurut sifatnya, dan menurut lembaga pemungutnya.

a. Menurut Golongannya 1) Pajak Langsung

Pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan.


(35)

Contoh : Pajak Penghasilan (PPh) yang dibayar atau ditanggung oleh pihak yang menerima penghasilan diatas penghasilan tidak kena pajak (PTKP) dan dipungut setiap tahun.

2) Pajak Tidak Langsung

Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang terjadi karena ada pertambahan nilai barang dan jasa, yang dibayarkan oleh produsen atau pihak yang menjual barang tetapi dapat dibebankan kepada konsumen baik secara eksplisit atau implisit (dimasukkan dalam harga jual barang atau jasa).

b. Menurut Sifatnya 1) Pajak Subjektif

Pajak yang pengenaannya memerhatikan pada keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan subjeknya.

Contoh : Dalam Pajak Penghasilan (PPh) terdapat wajib pajak (subjek pajak) orang pribadi. Penggenaan Pajak Penghasilan (PPh) untuk orang pribadi tersebut memperhatikan keadaan pribadi wajib pajaknya, yaitu status perkawinan, jumlah anak, dan tanggungan lainnya yang ini merupakan dasar untuk menentukan penghasilan tidak kena pajak (PTKP).


(36)

Pajak yang pengenaannya memerhatikan pada objeknya baik beruba benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak maupun tempat tinggal.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Dimana pajak ini dikenakan pada setiap subjek pajak yang melakukan penjualan maupun pembelian barang atau jasa tanpa melihat keadaan pada subjek pajak tersebut.

c. Menurut Lembaga Pemungutnya 1) Pajak Negara (Pusat)

Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara pada umumnya.

Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.

2) Pajak Daerah

Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I maupun daerah tingkat II dan digunakan unuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing.

Pajak Daerah terdiri atas :

a) Pajak Daerah Tingkat I (Provinsi) meliputi Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, serta Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.


(37)

b) Pajak Daerah Tingkat II (Kabupaten/Kotamadya) meliputi Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, Dan Pajak Parkir.

4. Sistem Pemungutan Pajak

Dalam pemungutan pajak dikenal beberapa sistem pemungutan, yaitu (Resmi,2005:10) :

a. Official Assesment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.

b. Self Assesment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.

c. With Holding System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.


(38)

B. Dasar Hukum Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai

1. Dasar hukum pengenaan Pajak Pertambahan Nilai diantaranya adalah :

a) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 dan mulai berlaku sejak tanggal 1 April 1985. Undang Pajak Pertambahan Nilai menggantikan Undang-Undang Pajak Penjualan Tahun 1951. Undang-Undang-Undang-Undang ini dirubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1994.

b) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1994, berlaku sejak tanggal 1 Januari 1995. Kemudian 5 tahun berikutnya dirubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000. Dan Undang ini telah dirubah kembali dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009. Yang mulai berlaku pada tanggal 1 April 2010.

2. Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan terhadap penyerahan atau impor Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan dapat dikenakan berkali-kali setiap ada pertambahan nilai dan di kreditkan.

3. Barang dan Jasa Kena Pajak

Barang Kena Pajak (Waluyo,5:2006) adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak dan barang tidak berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPN/PPnBM. Sedangkan Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hokum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau


(39)

kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan, yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPN/PPnBM.

C. Subjek dan Objek

1. Subjek Pajak Pertambahan Nilai

Subjek Pajak Pertambahan Nilai adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP). Pengusaha adalah Orang Pribadi (OP) atau Badan dalam bentuk apa pun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean. 2. Objek Pajak Pertambahan Nilai

Objek PPN (Suandy,2008:57) adalah penyerahan BKP atau JKP menurut rangkaian pasal 4, pasal 16C dan pasal 16D UU PPN sebagai berikut:

a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak.

b. Impor Barang Kena Pajak.

c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak.


(40)

dalam Daerah Pabean.

e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. f. Ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

g. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya akan digunakan sendiri atau digunakan oleh pihak lain.

h. Penyerahan aktiva oleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjual belikan, sepanjang Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan.

D. Cara Penghitungan 1. Pajak Pertambahan Nilai

Dasar pengenaan pajak adalah harga jual atau penggantian yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak terutang. Sesuai Pasal 11 Peratura Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 menyatakan apabila harga jual atau penggantian menggunakan valuta asing, maka besarnya pajak yang terutang harus dikomversikan ke dalam mata uang rupiah dengan mempergunakan kurs yang berlaku menurut Keputusan Menteri Keuangan pada saat dilakukan pembayaran oleh pemungut pajak pertambahan nilai.

Tarif pajak pertambahan nilai berlaku tunggal yaitu 10%, maka cara penghitungannya adalah :


(41)

E. Pendataan dan Penilaian

1. Mobil milik anggota Koperasi Swadharma yang disewa oleh PT. Bank Negara Indonesia (Tbk)

NO Jenis Mobil Tahun Masa Sewa Cabang Penyewa 1 Toyota Avanza 2009 5 BNI USU

2 Toyota Avanza 2009 5 BNI USU 3 Toyota Avanza 2009 5 BNI USU

4 Toyota Avanza 2009 5 BNI Tebing Tinggi 5 Toyota Avanza 2009 5 BNI USU

6 Toyota Avanza 2009 5 BNI Gunung Sitolo 7 Toyota Inova 2009 5 BNI Cabang Medan 8 Toyota Vios 2009 5 BNI Balige Tobasa 9 Toyota Vios 2009 5 BNI Tebing Tinggi 10 Toyota Avanza 2009 5 BNI Tanjung Balai 11 Toyota Vios 2009 5 BNI Sigli

12 Toyota Avanza 2009 5 BNI Sigli

13 Toyota Avanza 2010 5 BNI Cabang Medan 14 Toyota Avanza 2010 5 BNI Cabang Medan

15 Toyota Avanza 2009 5 BNI Wilayah 01 Medan


(42)

2. Pembayaran Sewa Mobil dari PT. Bank Negara Indonesia (Tbk) kepada Koperasi Swadharma Medan untuk setiap 3 bulan sebagai berikut :

No Jenis Mobil Diterima Anggota Koperasi (Rp)

PPN 10% (Rp)

Total Sewa (Rp) 1 Toyota Avanza 9,272,727 927,273 10,200,000 2 Toyota Avanza 9,272,727 927,273 10,200,000 3 Toyota Avanza 9,272,727 927,273 10,200,000 4 Toyota Avanza 9,272,727 927,273 10,200,000 5 Toyota Avanza 9,272,727 927,273 10,200,000 6 Toyota Avanza 9,272,727 927,273 10,200,000 7 Toyota Inova 16,090,909 1,609,091 17,700,000 8 Toyota Vios 17,590,909 1,759,091 19,350,000 9 Toyota Vios 17,590,909 1,759,091 19,350,000 10 Toyota Avanza 9,245,455 924,545 10,170,000 11 Toyota Vios 15,545,455 1,554,545 17,100,000 12 Toyota Avanza 9,245,455 924,545 10,170,000 13 Toyota Avanza 9,245,455 924,546 10,170,000 14 Toyota Avanza 9,245,455 924,546 10,170,000 15 Toyota Avanza 10,909,091 1,090,909 12,000,000


(43)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

Setelah dilakukan pembahasan secara teoritis dan penelitian pada perusahaan, maka pada bagian ini penulis akan melakukan analisa dan evaluasi terhadap data dan informasi yang penulis peroleh dari perusahaan.

Sebagaimana telah penulis jelaskan sebelumnya bahwa tujuan dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang dilaksanakan pada Koperasi Swadharma Medan adalah untuk mengetahui pelaksanaan Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai sewa mobil milik anggota koperasi dan hambatan-hambatan yang dihadapi serta upaya-upaya untuk mengatasi hambatan yang terjadi pada sewa mobil di Koperasi Swadharma Medan.

A. Objek Pemungutan dan Saat Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai

Sebelum menjelaskan secara lebih rinci mengenai proses pemungutan, maka ada baiknya bila penulis menjelaskan objek pemungutan dan saat pemungutan Pajak Pertambahan Nilai.

1) Objek Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai

a. Setiap pembayaran yang dilakukan oleh pemungut Pajak Pertambahan Nilai. b. Atas perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak.


(44)

2) Adapun PPN yang tidak dipungut oleh pemungut PPN dalam hal sebagai berikut : a. Pembayaran paling banyak Rp 1,000,000 dan tidak merupakan pembayaran

yang terpecah-pecah.

b. Pembayaran untuk pembebasan tanah.

c. Pembayaran atas penyerahan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan bukan BBM oleh Pertamina.

d. Pembayaran atas rekening televon.

e. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan.

f. Pembayaran lainnya untuk penyerahan barang atau jasa yang menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku tidak dikenakan PPN.

3) Saat Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai

a) Pemungutan PPN dilakukan pada saat pembayaran oleh badan-badan tertentu kepada rekanan yang bersangkutan.

b) Pemungutan dan pencatatan, penyetoran PPN yang dipungut dilakukan pada saat pembayaran Kantor Perbendaharaan Keuangan Negara (KPKN) kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP) rekanan pemerintah.

c) Pemungutan PPN dilakukan pada saat pembayaran oleh bendaharawan pemerintah kepada PKP rekanan pemerintah.


(45)

Berdasarkan hasil penelitian dengan melihat data-data yang diperoleh dari perusahaan tersebut, maka perusahaan ini pada tahun 2010 telah melaksanakan kewajiban dalam melaporkan pemotongan Pajak Pertambahan Nilai 10%.

B. Mekanisme Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Sewa Mobil Milik Anggota Koperasi Swadharma Medan

1. Pengisian Faktur Pajak Standar sesuai dengan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER-159/Pj/2006 Tanggal 30 Oktober 2006.

2. Setelah pengisian lengkap dan ditanda tangani oleh Ketua Koperasi Swadharma Medan langsung disetor ke rekening Menteri Keuangan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Cabang Medan, pelaksanaan setoran sejak tanggal 1 sampai dengan 10 setiap bulan, jika terlambat dikenakan denda sebesar 2% perbulan. 3. Setelah pembayaran Wajib Pajak melaporkan kepada KPP Kota Madya Medan

paling lambat tanggal 20 pada bulan pembayaran, bila terlambat maka dikenakan denda sebesar 2% perbulan.

4. Saat Pelaksanaan Pelaporan

a) Bagi Pihak Koperasi Swadharma Medan sebagai Pemungut dan Penyetor PPN, prosedur yang harus dilakukan dalam melaporkan PPN adalah Pemungut PPN terlebih dahulu membuat Faktur Pajak Standar setiap pembayaran yang dilakukan 3 bulan, dan melaporkan penyetoran terhadap pajak yang terutang setiap 3 bulannya.


(46)

Berikut ini data-data Faktur Pajak Standar : No Jenis Mobil Harga Jual/Penggantian (DPP)

(Rp)

PPN = 10% x DPP (Rp)

1 Toyota Avanza 9,107,143 910,714

2 Toyota Avanza 9,107,143 910,714

3 Toyota Avanza 9,107,143 910,714

4 Toyota Avanza 9,107,143 910,714

5 Toyota Avanza 9,107,143 910,714

6 Toyota Avanza 9,107,143 910,714

7 Toyota Inova 15,803,572 1,580,357

8 Toyota Vios 17,276,786 1,727,678

9 Toyota Vios 17,276,786 1,727,678

10 Toyota Avanza 9,107,143 910,714

11 Toyota Vios 17,276,786 1,727,678

12 Toyota Avanza 9,107,143 910,714

13 Toyota Avanza 9,107,143 910,714

14 Toyota Avanza 9,107,143 910,714


(47)

C. Hambatan-hambatan yang Dihadapi Dalam Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Pada Koperasi Swadharma Medan

Menurut pengamatan dan data yang penulis dapatkan selama mengadakan penelitian di perusahaan ini, penulis melihat ada beberapa hambatan yang dihadapi oleh Koperasi Swadharma sehubungan dengan proses pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dalam sewa mobil. Salah satunya adalah bank penyewa mobil telah membayarkan Pajak Pertambahan Nilai kepada Koperasi Swadharma Medan oleh koperasi setoran tersebut dipergunakan untuk keperluan lain, sehingga pembayaran PPN dilakukan pada akhir tanggal pembayaran yaitu tanggal 10 perbulan. Namun demikian Koperasi Swadharma Medan tidak pernah terlambat sehingga tidak ada beban denda.

D. Upaya-upaya untuk Mengatasi Hambatan dalam Pemungutan PPN

Potensi penggalian dana dari pajak masih ada dalam jumlah besar, persoalan pajak tetap amat kompleks diantaranya seperti yang dihadapi oleh Koperasi Swadharma dalam pelayanan sistem administrasi yang diberikan fiskus dan juga harus tegas bahwa penggunaan setoran PPN tidak dikenakan untuk keperluan lainnya, sehingga tidak mengalami hambatan atas setoran pajak. Untuk itu penulis ingin agar dari pelayanan yang diberikan fiskus, wajib pajak merasa bahwa pajak itu bukanlah merupakan suatu beban tetapi merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan karena pajak merupakan sumber utama penerimaan pemerintah dalam membiayai pembangunan di segala bidang dan digunakan untuk kepentingan masyarakat umum


(48)

dengan cara lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat untuk mendapatkan kesan sebaik-baiknya.

Pelayanan yang dapat meningkatkan penerimaan pajak tersebut adalah pelayanan yang baik. Pelayanan tersebut mempunyai formula yaitu suatu pelayanan yang mampu mengantisipasi atau mengatasi masalah-masalah yang muncul dan berkembang dalam masyarakat yang tertuang dalam peraturan pelaksanaan yang mudah dimengerti, dipahami dan terhadap aparat pajak harus tanggap dan cepat menyelesaikan masalah yang muncul serta mudah menyelesaikannya dan terakhir hasilnya benar dan sesuai dengan ketentuan.

Selain itu, masalah yang paling mendasar yang dihadapi oleh Koperasi Swadharma adalah kurangnya penyuluhan dan sosialisasi perpajakan kepada wajib pajak. Sehingga menimbulkan kesalahan dalam pemungutan pajak dan pajak yang salah dipungut tersebut telah dilaporkan, yang mengakibatkan kurangnya penyuluhan-penyuluhan tentang peraturan-peraturan perpajakan yang baru.

Penyuluhan ini dimaksudkan agar masyarakat yang terkait dengan bidang tersebut dapat sesegera mungkin mengetahui segala bentuk aturan pelaksanaan dan undang-undang yang baru agar mudah menyesuaikan kepengurusan perpajakannya.

Maka dalam hal ini, komunikasi yang baik sangat diharapkan demi terciptanya suatu kerja sama yang baik antara aparatur perpajakan dengan wajib pajak sehingga wajib pajak merasa tidak ada batas antara aparatur perpajakan dengan wajib pajak.


(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah membahas dan menganalisa data-data penelitian, maka selanjutnya penulis akan membuat beberapa kesimpulan dan saran yang mungkin akan berguna bagi para pembaca. Adapun kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Pengorganisasian Koperasi Swadharma Medan memakai sistem organisasi garis. Hal ini dilaksanakan oleh ketua karena dianggap lebih baik dan lebih sesuai, dimana garis kekuasaan dan tanggung jawab bercabang pada setiap tingkat mulai dari pimpinan yang paling tinggi sampai kepada karyawan tingkat bawah, sehingga hubungan setiap PPN dalam sewa mobil milik anggota koperasi yang telah dipungut oleh Koperasi Swadharma disetorkan melalui Bendaharawan. 2. Proses pemungutan PPN dalam sewa mobil milik anggota Koperasi Swadharma

pada PT. Bank Negara Indonesia (Tbk) Medan tidak begitu mengalami hambatan atau kesulitan yang berarti dikarenakan Koperasi Swadharma Medan hanya meneliti kebenaran Mekanisme Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai, dan bank penyewa mobil telah membayarkan Pajak Pertambahan Nilai kepada Koperasi Swadharma Medan oleh koperasi setoran tersebut dipergunakan untuk keperluan lain, sehingga pembayaran PPN dilakukan pada akhir tanggal pembayaran yaitu tanggal 10 perbulan.


(50)

B. Saran

Melalui kesempatan ini pula penulis ingin memberikan beberapa saran yang semoga dapat menjadi masukan bagi para pembaca. Adapun saran yang akan penulis kemukakan adalah sebagai berikut :

1. Koperasi Swadharma Medan agar selalu meneliti kembali setiap penghitungan PPN agar tidak terjadi kesalahan dalam penghitungan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dan sebelum melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak.

2. Mengikuti Peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang berlaku di Indonesia sering mengalami perubahan, diharapkan kepada pihak perusahaan untuk terus-menerus memantau dan mengikuti perubahan-perubahan tersebut. Sehingga setiap perhitungan yang dilakukan itu selalu sesuai dengan perubahan yang telah dilakukan pemerintah.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Resmi, Siti, 2005, Perpajakan Teori dan Kasus Buku 1 Edisi 4, PT. Salemba Empat, Yogyakarta.

Suandy, Erly, 2008, Hukum Pajak Edisi Empat, PT. Salemba Empat, Yogyakarta. Sukardji, Untung, 2001, Pajak Pertambahan Nilai Edisi Empat, PT. RajaGrafindo

Persada, Jakarta

Waluyo, 2006, Perpajakan Indonesia, PT. Salemba Empat, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 tentang perubahan

ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Kementerian Republik Indonesia, Buku Petunjuk Pajak Pertambahan Nilai, Direktorat Jenderal Pajak.


(1)

Berikut ini data-data Faktur Pajak Standar : No Jenis Mobil Harga Jual/Penggantian (DPP)

(Rp)

PPN = 10% x DPP (Rp)

1 Toyota Avanza 9,107,143 910,714 2 Toyota Avanza 9,107,143 910,714 3 Toyota Avanza 9,107,143 910,714 4 Toyota Avanza 9,107,143 910,714 5 Toyota Avanza 9,107,143 910,714 6 Toyota Avanza 9,107,143 910,714 7 Toyota Inova 15,803,572 1,580,357 8 Toyota Vios 17,276,786 1,727,678 9 Toyota Vios 17,276,786 1,727,678 10 Toyota Avanza 9,107,143 910,714 11 Toyota Vios 17,276,786 1,727,678 12 Toyota Avanza 9,107,143 910,714 13 Toyota Avanza 9,107,143 910,714 14 Toyota Avanza 9,107,143 910,714 15 Toyota Avanza 9,107,143 910,714


(2)

C. Hambatan-hambatan yang Dihadapi Dalam Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Pada Koperasi Swadharma Medan

Menurut pengamatan dan data yang penulis dapatkan selama mengadakan penelitian di perusahaan ini, penulis melihat ada beberapa hambatan yang dihadapi oleh Koperasi Swadharma sehubungan dengan proses pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dalam sewa mobil. Salah satunya adalah bank penyewa mobil telah membayarkan Pajak Pertambahan Nilai kepada Koperasi Swadharma Medan oleh koperasi setoran tersebut dipergunakan untuk keperluan lain, sehingga pembayaran PPN dilakukan pada akhir tanggal pembayaran yaitu tanggal 10 perbulan. Namun demikian Koperasi Swadharma Medan tidak pernah terlambat sehingga tidak ada beban denda.

D. Upaya-upaya untuk Mengatasi Hambatan dalam Pemungutan PPN

Potensi penggalian dana dari pajak masih ada dalam jumlah besar, persoalan pajak tetap amat kompleks diantaranya seperti yang dihadapi oleh Koperasi Swadharma dalam pelayanan sistem administrasi yang diberikan fiskus dan juga harus tegas bahwa penggunaan setoran PPN tidak dikenakan untuk keperluan lainnya, sehingga tidak mengalami hambatan atas setoran pajak. Untuk itu penulis ingin agar dari pelayanan yang diberikan fiskus, wajib pajak merasa bahwa pajak itu bukanlah merupakan suatu beban tetapi merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan karena pajak merupakan sumber utama penerimaan pemerintah dalam membiayai pembangunan di segala bidang dan digunakan untuk kepentingan masyarakat umum


(3)

dengan cara lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat untuk mendapatkan kesan sebaik-baiknya.

Pelayanan yang dapat meningkatkan penerimaan pajak tersebut adalah pelayanan yang baik. Pelayanan tersebut mempunyai formula yaitu suatu pelayanan yang mampu mengantisipasi atau mengatasi masalah-masalah yang muncul dan berkembang dalam masyarakat yang tertuang dalam peraturan pelaksanaan yang mudah dimengerti, dipahami dan terhadap aparat pajak harus tanggap dan cepat menyelesaikan masalah yang muncul serta mudah menyelesaikannya dan terakhir hasilnya benar dan sesuai dengan ketentuan.

Selain itu, masalah yang paling mendasar yang dihadapi oleh Koperasi Swadharma adalah kurangnya penyuluhan dan sosialisasi perpajakan kepada wajib pajak. Sehingga menimbulkan kesalahan dalam pemungutan pajak dan pajak yang salah dipungut tersebut telah dilaporkan, yang mengakibatkan kurangnya penyuluhan-penyuluhan tentang peraturan-peraturan perpajakan yang baru.

Penyuluhan ini dimaksudkan agar masyarakat yang terkait dengan bidang tersebut dapat sesegera mungkin mengetahui segala bentuk aturan pelaksanaan dan undang-undang yang baru agar mudah menyesuaikan kepengurusan perpajakannya.

Maka dalam hal ini, komunikasi yang baik sangat diharapkan demi terciptanya suatu kerja sama yang baik antara aparatur perpajakan dengan wajib pajak sehingga wajib pajak merasa tidak ada batas antara aparatur perpajakan dengan wajib pajak.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah membahas dan menganalisa data-data penelitian, maka selanjutnya penulis akan membuat beberapa kesimpulan dan saran yang mungkin akan berguna bagi para pembaca. Adapun kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. Pengorganisasian Koperasi Swadharma Medan memakai sistem organisasi garis. Hal ini dilaksanakan oleh ketua karena dianggap lebih baik dan lebih sesuai, dimana garis kekuasaan dan tanggung jawab bercabang pada setiap tingkat mulai dari pimpinan yang paling tinggi sampai kepada karyawan tingkat bawah, sehingga hubungan setiap PPN dalam sewa mobil milik anggota koperasi yang telah dipungut oleh Koperasi Swadharma disetorkan melalui Bendaharawan. 2. Proses pemungutan PPN dalam sewa mobil milik anggota Koperasi Swadharma

pada PT. Bank Negara Indonesia (Tbk) Medan tidak begitu mengalami hambatan atau kesulitan yang berarti dikarenakan Koperasi Swadharma Medan hanya meneliti kebenaran Mekanisme Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai, dan bank penyewa mobil telah membayarkan Pajak Pertambahan Nilai kepada Koperasi Swadharma Medan oleh koperasi setoran tersebut dipergunakan untuk keperluan lain, sehingga pembayaran PPN dilakukan pada akhir tanggal pembayaran yaitu tanggal 10 perbulan.


(5)

B. Saran

Melalui kesempatan ini pula penulis ingin memberikan beberapa saran yang semoga dapat menjadi masukan bagi para pembaca. Adapun saran yang akan penulis kemukakan adalah sebagai berikut :

1. Koperasi Swadharma Medan agar selalu meneliti kembali setiap penghitungan PPN agar tidak terjadi kesalahan dalam penghitungan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dan sebelum melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak.

2. Mengikuti Peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang berlaku di Indonesia sering mengalami perubahan, diharapkan kepada pihak perusahaan untuk terus-menerus memantau dan mengikuti perubahan-perubahan tersebut. Sehingga setiap perhitungan yang dilakukan itu selalu sesuai dengan perubahan yang telah dilakukan pemerintah.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Resmi, Siti, 2005, Perpajakan Teori dan Kasus Buku 1 Edisi 4, PT. Salemba Empat, Yogyakarta.

Suandy, Erly, 2008, Hukum Pajak Edisi Empat, PT. Salemba Empat, Yogyakarta. Sukardji, Untung, 2001, Pajak Pertambahan Nilai Edisi Empat, PT. RajaGrafindo

Persada, Jakarta

Waluyo, 2006, Perpajakan Indonesia, PT. Salemba Empat, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 tentang perubahan

ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

Kementerian Republik Indonesia, Buku Petunjuk Pajak Pertambahan Nilai, Direktorat Jenderal Pajak.