ANALISIS WEWENANG KEMENTERIAN PERTAHANAN SEBAGAI PELAKSANAAN FUNGSI PERTAHANAN NEGARA MENURUT KETENTUAN PASAL 30 UNDANG UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA 1945

(1)

commit to user

i

ANALISIS WEWENANG KEMENTERIAN PERTAHANAN SEBAGAI PELAKSANAAN FUNGSI PERTAHANAN NEGARA MENURUT

KETENTUAN PASAL 30 UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA 1945

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana SI dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret

Oleh: FITRIANTI NIM.E0006130

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING Penulisan Hukum (Skripsi )

ANALISIS WEWENANG KEMENTERIAN PERTAHANAN SEBAGAI PELAKSANAAN FUNGSI PERTAHANAN NEGARA MENURUT

KETENTUAN PASAL 30 UNDANG UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Oleh: FITRIANTI NIM.E0006130

Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, Oktober 2010

Dosen Pembimbing I

Aminah S.H,M.H

NIP.19510531981032001

Dosen Pembimbing II

Isharyanto S.H, M. Hum

NIP.197805012003121002


(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN PENGUJI

ANALISIS WEWENANG DEPARTEMEN PERTAHANAN SEBAGAI PELAKSANAAN FUNGSI PERTAHANAN NEGARA MENURUT

UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA 1945 Penulisan Hukum (Skripsi)

Oleh FITRIANTI NIM.E0006130

Telah diterima dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :

Hari :

Tanggal : Juli 2011

DEWAN PENGUJI

1. Jadmiko Anom H, S.H., M.H.

Ketua : ... 2. Aminah, S.H., M.H.

Sekretaris : ... 3. Isharyanto, S.H.,M.Hum.

Anggota : ...

Mengetahui Dekan,

Prof.Dr. Hartiwiningsih, S.H.,M.Hum NIP. 195702031985032001


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : FITRIANTI

Nim : E0006130

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul : ANALISIS WEWENANG KEMENTERIAN PERTAHANAN SEBAGAI PELAKSANAAN FUNGSI PERTAHANAN MENURUT KETENTUAN PASAL 30 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 adalah betul - betul karya sendiri. Hal - hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar sarjana yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi ) ini.

Surakarta, Oktober 2010 Yang membuat pernyataan

FITRIANTI NIM. E0006130


(5)

commit to user

v

ABSTRAK

FITRIANTI. E0006130. 2010. ANALISIS WEWENANG KEMENTERIAN PERTAHANAN SEBAGAI PELAKSANAAN FUNGSI PERTAHANAN NEGARA MENURUT KETENTUAN PASAL 30 UNDANG UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui arah kebijakan Kementerian Pertahanan dalam melaksanakan fungsi pertahanan negara dalam melaksanakan fungsi pertahanan negara, fakta hukum,arah kebijakan, dan realisasi pertahanan negara sebagai amanah konstitusi negara republik indonesia.

Penelitian ini merupakan penelitian normatif yang bersifat preskriptif, untuk menemukan hukum atau norma yang dilaksanakan dari amanah Undang - Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjalankan fungsi pertahanan. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data kepustakaan. Sumber data sekunder yang digunakan mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi kepustakaan. Analisis data yang dilaksanakan dengan intrepretasi terhadap kebijakan - kebijakan yang dilaksanakan dalam bidang pertahanan untuk mengetahui arah kebijakan dalam pelaksanaan fungsi pertahanan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan, pertama salah satu kebijakan kementerian pertahanan adalah remunerasi yang mengarahkan kebijakan tersebut untuk menigkatkan kinerja Tentara Nasional Indonesia sebagai alat negara dalam bidang pertahanan dengan konsekuensi Tentara Nasional Indonesia bekerja secara maksimal untuk meningkatkan pertahanan negara, memberi motivasi kerja yang profesional. Arah kebijakan kedua, kebijakan reformasi tentara yang mengarahkan profesionalisme tentara. Arah kebijakan ketiga, kebijakan diplomasi yang mengarahkan diplomasi lunak. Arah kebijakan keempat, kebijakan pasukan perdamaian sebagai konsekuensi anggota PBB, yang mengarahkan pada pertahanan negara.Arah kebijakan kelima, arah kebijakan persenjataan tentara sebagai alat utama pertahanan negara, untuk peningkatan nasionalisme.

Kata Kunci: kebijakan, kementerian pertahanan, arah kebijakan, peningkatan pertahanan


(6)

commit to user

vi

ABSTRACT

FITRIANTI. E0006130. 2010. AN ANALYSIS ON AUTHORITY OF DEFENSE MINISTRY AS THE IMPLEMENTATION OF STATE DEFENCE FUNCTION ACCORDING TO THE PROVISION OF ARTICLE 30 OF REPUBLIC OF INDONESIA’S 1945 CONSTITUTION. Law Faculty of Sebelas Maret University.

This research aims to find out the purpose of Defence Department’s policy in

implementing defence of the realm function, the legal fact, policy direction, and realization of state defence as the mandate of Republic of Indonesia.

This study belongs to a normative research that is prescriptif in nature, to find the

law or norm implemented from the mandate of Republic of Indonesia’s 1945

Constitution in performing the function of defence. The type of data used was secondary data, namely library data. The secondary data source used included primary, secondary, and tertiary law materials. Technique of collecting data used was library study. Data analysis was done by interpreting the policies implemented in defence area to find out the direction of policy in implementing the function of defence. Based on the result of research and discussion, the

following conclusions can be drawn on: firstly, one of defence ministry’s policies

is remuneration directing the policy to improve the performance of Indonesian Army as the state apparatus in defence area with the consequence that Indonesian Army will work maximally to improve defence of the realm, to give professional work motivation. The second purpose of policy is the army reformation policy directing the army professionalism. The third purpose is the diplomatic policy directing the soft diplomacy. The fourth one is the peace troop policy as the consequence of UN membership, directing to defence of the realm. The fifth one is the army weaponry policy as the main instrument of defence, to improve the nationalism.


(7)

commit to user

vii

MOTTO

Perjuangan harus dijalani, jika hari esuk ingin untuk meraih bahagia Perlu kesabaran untuk meraih mimpi

Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin

Bahagia pada waktunya, nikmati derita dengan penuh percaya diri Pengorbanan adalah kepuasaan tersendiri untuk mencapai impian Hidup adalah perjuangan, hidup adalah pengorbanan, hidup harus dijalani.

Carilah ilmu sampai kemanapun, tiada bekal sesungguhnya kecuali ilmu Berjuanglah tanpa menghitung untung dan rugi

Keluarga adalah harta yang paling berharga

Lebih baik mandi keringat di medan latihan daripada mandi darah di medan pertempuran

---Brajamusti---

Berikan yang terbaik untuk masa depan.

Hidup akan mudah dijalani, apabila dengan kasih sayang.

Jangan jadikan kesalahan suatu penyesalan tapi jadikanlah suatu pelajaran yang berharga untuk lebih menghargai hari yang akan datang esuk.


(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Tuhan pencipta seluruh alam, pencipta manusia, penciptaku, pencipta suamiku, pencipta anak - anakku.Terima kasih ya Tuhan atas segala rahmadmu,sehingga aku mampu menjalani semua. Berpisah dari suami tercinta, hamil tua, demi cita -

cita ku dari kecil.

Suamiku tercinta Sertu Periyanto, suami impianku, suami dambaanku, suami yang penyayang, suami yang menerimaku apa adanya, suami yang selalu mendukung

cita - citaku.

Anak - anakku yang hari - hari menemaniku memberi kebahagiaan, menghilangkan rasa capekku, beteku, memberi ketegaran dalam menjalani

rintangan demi rintangan.

Orangtuaku yang selalu memberi semangat dan membantu biaya untuk mencapaicita - citaku. Meskipun Cuma petani tapi aku bangga dengan mereka.

Saudara - saudaraku yang selalu memberi semangat dalammeraih cita - cita

Teman - temanku fakultas hukum universitas sebelas maret yang menjadi temanku selama kuliah


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penulisan hukum

yang berjudul “ ANALISIS WEWENANG KEMENTERIAN PERTAHANAN

SEBAGAI PELAKSANAAN FUNGSI PERTAHANAN NEGARA MENURUT

KETENTUAN PASAL 30 UNDANGUNDANG DASAR REPUBLIK

INDONESIA TAHUN 1945 ”. Penulisan hukum atau skripsi merupakan tugas

wajib yang harus diselesaikan oleh setiap mahasiswa untuk melengkapi syarat memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pertahanan adalah bentuk konsekuensi negara yang merdeka dalam menjaga keutuhan wilayah kesatuan negara pada umumnya. Undang-Undang Dasar merupakan konstitusi sebagai norma tertinggi yang mengamanahkan pelaksanaan pertahanan negara sebagai negara kesatuan yang memiliki kesatuan masyarakat dan wilayah sebagai unsur negara.

Penulis menyadari bahwa terselesainya Penulisan Hukum ini tidak terlepas dari moril maupun materiil serta doa dan dukungan dari berbagai pihak,oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Hartiwiningsih, S.H,M.Hum.selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Aminah S.H,M.H. Selaku dosen pembimbing Sripsi I, yang telah meluangkan waktu untuk memberkan bimbingan dan nasehat kepada penulis. 3. Bapak Isharyanto S.H,M.Hum selaku pembimbing skripsi II yang telah

banyak membantu sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan Penulisan Hukum (Sripsi ) ini.

4. Bapak Jadmiko Anom, S.H.,M.H, Selaku penguji skripsi

5. Ibu M. Madalina, S.H.,M.Hum, Selaku Ketua Bagian Hukum Tata Negara 6. Bapak Yudo Taruno M.,S.H.,M.Hum selaku Pembimbing Akademik ,yang

selalu memberi nasehat dan bantuan selama penulis belajar di Fakultas Hukum Univertas Sebelas Maret.


(10)

commit to user

x

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret yang telah memberi ilmu pengetahuan kepada penulis, sehingga dapat dijadikan bekal dalam penulisan skripsi ini.

8. Ketua Bagian PPH, Bapak lego Karjoko S.H, M.Hum, dan mas Wawan anggota PPH yang banyak membantu penulis dalam skripsi ini.

9. Suami tercinta SERTU Periyanto, yang telah mendukung memberi kepercayaan diri, nasehat, kasih sayang, sehingga penulisan skripsi dapat terlaksana dengan baik.

10. Anakku tersayang Juang Panjiihsa dan Lingga, yang memberi kekuatan dalam menjalani aktivitas, sehingga penulisan skripsi berjalan secara lancar.

11. Bapak Ibu tercinta yang selalu memberi dukungan dan kerja kerasdalam meraih cita - cita penulis, sehinnga dapat menjalani penulisan skripsi dengan baik.

12. Adikku M.Syahrul Ibnu Hakam Pranika, yang senantiasa menjadi adik yang baik dan memberi dukungan penulis.

13. Keluarga besar Pucung dan Keluarga besar soko seluruhnya yang merupakan tempat kelahiran yang memberi kenangan dan ketenangan.

14. Pakde Joko Suranto S.H, yang memberi dukungan dalam meraih cita-cita penulis.

15. Sahabat-Sahabatku Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

16. Dan semua pihak yang telah membantu penyusunan penulisan hukum atau skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Penulis menyadari bahwa penulisan hukum masih jauh dari sempurna baik dari segi substansi maupun teknis penulisan. Untuk itu sumbang saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan penulisan hukum selanjutnya. Demikian semoga penulisan hukum ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, baik untuk penulisan, akademisi, praktisi maupun masyarakat umum.

Surakarta, Oktober 2010 Penulis


(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian... 4

E. Metode Penelitian ... 5

F. Sistematika Penulisan Hukum ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori ... 9

1. Tinjauan Tentang Pasal 30 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 ... 9

2. Tinjauan Tentang Hierarki Perundang-undangan ... 9

3. Tinjauan Umum Mengenai Kementerian Pertahanan ... 11

a. Wewenang dan tanggung jawab menteri partahanan 11 b. Peran dan Tanggung jawab Tentara Nasional Indonesia 14 c. Wewenang dan tanggung jawab Panglima Tentara Nasional Indonesia ... 14


(12)

commit to user

xii

d. Nilai-nilai demokrasi,HAM,dan lingkungan hidup ... 14

e. Keterlibatan Dewan Perwakilan Rakyat ... 15

f. Keterlibatan rakyat ... 15

g. Implementasi reformasi internal Tentara Nasional Indonesia ... 17

h. Tinjauan umum mengenai Tentara Nasional Indonesia 19 i. Tugas kepolisian Negara Republik Indonesia ... 21

j. Wewenang Kepolisian Republik Indonesia ... 22

4. Tinjauan Mengenai Dewan Pertahanan Nasional ... 22

5. Tinjauan Mengenai Kebijakan ... 24

B. Kerangka Pemikiran ... 26

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kementerian Pertahanan Negara Sebagai Pelaksanaan Fungsi Pertahanan ... 28

1. Gambaran Umum Mengenai Kementerian Pertahanan Republik Indonesia ... 28

2. Landasan Hukum Pelaksanaan Pertahanan Negara Republik Indonesia ... 31

3. Tahap Pelaksanaan Kebijakan Secara Umum Kementerian Pertahanan Sebagai Pelaksana Fungsi Pertahanan ... 33

B. Arah Kebijakan Kementerian Pertahanan Sebagai Pelaksana Fungsi Pertahanan ... 34

1. Arah Kebijakan Remunerasi Sebagai pelaksanaan Pertahanan Negara ... 38

2. Arah Kebijakan Reformasi Tentara Sebagai Pelaksanaan Pertahanan Negara ... 39

3. Arah Kebijakan Diplomasi Dengan Malaysia Sebagai Pelaksanaan Pertahanan Negara ... 42

4. Arah Kebijakan Pasukan Perdamaian Sebagai Pelaksanaan Fungsi Pertahanan ... 45


(13)

commit to user

xiii

5. Arah Kebijakan Persenjataan Militer Sebagai Pelaksanaan Pertahanan Negara ... 55

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan ... 57 B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia menerapkan negara kesatuan yang terdiri dari banyak pulau, setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 dengan perjuangan para pahlawan Indonesia berhasil mencapai kemerdekaan. Setelah kemerdekaan, seluruh rakyat wajib mempertahankan bangsa Indonesia dari bahaya luar dan menjamin kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia tercantum dalam Pasal 30 ayat (1) yang bunyinya:

“ tiap - tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan

keamanan negara ”. Pertahanan adalah suatu usaha untuk menjamin keutuhan dan

kedaulatan suatu bangsa. Untuk mempertahankan suatu bangsa diperlukan rakyat-rakyat khusus yang di bentuk sesuai dengan perundang-undangan untuk mempertahankan negara. Indonesia telah mengimplentasikannya dengan membentuk Pertahanan Tentara Nasional Indonesia dan Keamanan Kepolisian Republik Indonesia.

Pada era glebalisasi ini banyak kasus-kasus kedaulatan wilayah Indonesia yang mengakibatkan terpecah dan lepas dari bangsa Indonesia, hal tersebut tidak lepas dari tanggung jawab fungsi pertahanan negara. Hal-hal yang berkaitan dengan pertahanan negara telah tercantum dalam konstitusi bangsa Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebagai sumber hukum dari segala hukum. Selain itu Indonesia juga memiliki landasan ideologi yang merupakan pembeda dari bangsa satu dengan bangsa lainnya yaitu Pancasila, yang dalam

silanya sila ke 3 yang berbunyi “Persatuan Indonesia” tidak lebih dari peran

pertahanan suatu negara untuk menjamin keutuhan dan kedaulatan suatu negara. Untuk menjamin pertahanan dan keamanan dilaksanakan dengan berbagai kebijakan.

Remunerasi merupakan kebijakan yang akhir-akhir ini diperbincangkan merupakan kebijakan dalam bidang pertahanan. Remunerasi adalah kebijakan dalam memberi tunjanagan kinerja, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja pemerintah khususnya di bidang pertahanan yaitu Tentara Nasional


(15)

commit to user

Indonesia. Menginggat isu-isu saat ini banyak kasus-kasus anggota militer dan polisi menjual amunisi kepada teroris, hal ini menggambarkan kondisi ekonomi dan sosial sangat mempengaruhi kinerja militer sebagai pertahanan negara. Hal ini juga yang memicu terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang seharusnya tidak terjadi dalam kalangan anggota militer. Apalagi saat ini pola penyerangan teroris berpindah dari mengebom sasaran aset asing berpindah menjadi serangan terhadap aparat negara secara lansung, sehingga kebijakan yang langsung pada sasaran anggota militer yang diperlukan.

Keutuhan suatu negara mencerminkan kekuatan bangsa tersebut sehingga memiliki eksistensi yang tinggi dari negara-negara lain yang sudah terbentuk. Indonesia memiliki sistem ketatanegaraan dalam bidang pertahanan yaitu Kementerian Pertahanan sebagai kementerian yang memiliki wewenang dalam bidang pertahanan. Undang-Undang Dasar 1945 mengatur upaya pembelaan negara dan usaha pertahanan dan keamanan negara. Upaya pembelaan negara ditinjau dari segi warga negara sedangkan usaha pertahanan dan keamanan negara ditinjau dari segi negara yaitu Tentara Nasional Indonesia Republik Indonesia.

Upaya pembelaan tercantum dalam Pasal 27 ayat (3) yang berbunyi ”Setiap warga

negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Usaha

pertahanan dan keamanan tercantum dalam bab XII tentang Pertahanan Keamanan, yaitu Pasal 30. Pasal 30 ayat (2) menentukan pula bahwa usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem Pertahanan Dan Keamanan Rakyat Semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung. Sementara itu ayat (3) Pasal 30 tersebut menentukan Tentara Nasional Indonesia terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara. Sebelumya adanya Pasal 30 yang tercantum dalam bab XII Undang - Undang Dasar Tahun 1945 yang berjudul partahanan dan keamanan tersebut, ketentuan mengenai tentara ini hanya terdapat pada Pasal 10

UUD RI Tahun 1945. Pasal 10 berbunyi ”Presiden memegang kekuasaan yang


(16)

commit to user

Angkatan Laut, Angkatan Udara merupakan satu kesatuan organisasi Tentara Nasional Indonesia, dalam konsep organisasi tentara itu, sebagaimana telah menjadi kelaziman sejak masa masa pemerintahan sebelumnya, dianggap perlu adanya panglima Tentara Nasional Indonesia yang tersendiri. Keberadaan Panglima Tentara Nasional Indonesia ini merupakan kelanjutan dari jabatan Panglima ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) yang ada pada masa orde baru yang menggabungkan organisasi kepolisian sebagai angkatan ke-4 dalam ABRI. Sesudah reformasi nasional, diadakan pemisahan yang tegas antara Tentara Nasional Indonesia dan POLRI, sehingga ABRI ditiadakan. Pemisahan tersebut ditetapkan dengan ketetepan MPR No.VI/MPR/2000 tentang peran Tentara Nasional Indonesia dan POLRI. Berdasarkan hal tersebut pada tahun 2002 diundangkan Undang-Undang nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian RI dan Undang-Undang nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Selanjutnya pada tahun 2004 dibentuk pula Undang-Undang khusus tentang Tentara Nasional Indonesia yaitu Undang-Undang nomor 34 tahun 2004.

Dilihat dari pemaparan tersebut, untuk itu perlu penelitian lebih lanjut mengenai arah kebijakan Kementerian Pertahanan berdasarkan wewenang dan fungsinya sesuai perkembangan, maka peneliti mengambil judul: ANALISIS

WEWENANG KEMENTERIAN PERTAHANAN SEBAGAI

PELAKSANAAN FUNGSI PERTAHANAN NEGARA MENURUT KETENTUAN PASAL 30 UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah digunakan untuk mengetahui dan menegaskan masalah-masalah apa yang hendak diteliti, sehingga memberikan kemudahan dalam mencapai sasaran yang akan dicapai. Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

Bagaimanakah arah kebijakan Kementerian Pertahanan untuk melaksanakan fungsi pertahanan ?


(17)

commit to user C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan target yang ingin dicapai sebagai solusi atas masalah yang dihadapi (tujuan obyektif), maupun untuk memenuhi kebutuhan perorangan (tujuan subyektif). Berangkat dari permasalahan di atas maka penulis menetapkan tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Tujuan Obyektif

Untuk mengetahui bagaimana arah kebijakan Kementerian Pertahanan untuk melaksanakan fungsi pertahanan.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk memperdalam pengetahuan dan wawasan penulis di bidang Hukum

Tata Negara pada umumnya, serta memperdalam pengetahuan penulis mengenai pelaksanaan fungsi pertahanan negara menurut ketentuan Pasal 30 Undang-Undang Dasar 1945.

b. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar

kesarjanaan dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap kegiatan penelitian yang dilaksanakan dalam penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi penulis maupaun pihak lain. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan hukum ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya dan Hukum Tata Negara pada khususnya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur dalam dunia kepustakaan tentang arah kebijakan Kementerian Pertahanan dalam menjalankan wewenang dan fungsinya sesuai amanah Undang-Undang Dasar Pasal 30 mengenai kewajiban pertahanan negara.

c. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap penulisan maupun penelitian sejenis.


(18)

commit to user

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi semua pihak yang berkepentingan dan menjawab permasalahan yang sedang diteliti.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi wahana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir ilmiah sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama proses belajar.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah jalan yang dilakukan berupa serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara metodelogis, sistematis, dan konsisten untuk memperoleh data yang lengkap dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sehingga tujuan penelitian dapat dicapai.

Penelitan hukum merupakan suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi (Peter Mahmud, 2006:35).

1. Jenis penelitian

Berdasarkan judul dan rumusan masalah, penelitian dikategorikan menjadi penelitian doktrinal atau juga disebut penelitian hukum normatif. Penelitian doktrinal adalah suatu penelitian hukum yang bersifat peskriptif bukan diskriptif (Peter Mahmud, 2006:33).

Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang disusun secara sistematis, kemudian ditarik suatu kesimpulan (Soerjono Soekanto, 2006:15).

2. Sifat penelitian

Ilmu hukum mempunyai karakteristik sebagai ilmu yang bersifat peskriptif dan terapan. Sebagai ilmu yang bersifat peskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum dan norma-norma hukum (Peter Mahmud, 2006:22). Validitas aturan hukum adalah menengahi kepentingan kedua kepentingan


(19)

commit to user

yang berbeda, sehingga tercipta keadilan. Tujuan adanya hukum merupakan cita yang berkaitan dengan keadilan, menjunjung nilai - nilai keadilan. Konsep hukum merupakan alam pikir yang dijadikan menjadi sebuah kenyataan, diwujudkan secara substansial melalui konstruksi hukum. Norma-norma hukum merupakan tubuhnya hukum yang saling berkaitan tidak dapat dilepaskan dalam mempelajari ilmu hukum itu sendiri.

3. Pendekatan penelitian

Didalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan yaitu

pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan historis (historical

approach), pendekatan komparatif (comparative approach), dan pendekatan

konseptual (conceptual approach) (Peter Mahmud, 2006:93).

Dari keempat pendekatan tersebut, pendekatan yang relevan dengan penelitian hukum ini adalah pendekatan undang-undang dan pendekatan konseptual. Pendekataan konseptual dilakukan manakala peneliti tidak beranjak dari aturan hukum yang ada, beranjak dari Undang-Undang Dasar 1945 (Peter Mahmud, 2006:137).

4. Jenis dan sumber data penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu informasi hasil penelaahan dokumen, bahan kepustakaan seperti buku-buku, koran, majalah, jurnal-jurnal, kamus hukum, komentar-komentar, arsip-arsip yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

Data sekunder dibidang hukum ditinjau dari kekuatan mengikatnya dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:

a. Bahan hukum primer yang meliputi: 1) Undang-Undang Dasar 1945; 2) TAP MPR; dan

3) Peraturan Perundang-undangan.

b. Bahan hukum sekunder terdiri dari buku-buku referensi, jurnal-jurnal hukum yang terkait, dan media massa yang mengulas tentang kewenangan dan fungsi Kementerian Pertahanan.


(20)

commit to user

c. Bahan hukum tersier atau penunjang, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, misalnya bahan dari internet, ensiklopedia, kamus hukum, jurnal hukum, dan komentar-komentar (Soerjono Soekanto, 2001:13).

5. Teknik pengumpulan bahan hukum

Penelitian yang penulis angkat merupakan penelitian normatif, sehingga pengumpulan datanya dilakukan dengan studi kepustakaan yaitu cara

pengumpulan data dengan membaca, mempelajari, mengkaji, dan

menganalisis serta membuat catatan dari buku literatur, peraturan perundang-undangan, dokumen dan hal-hal lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

6. Teknik analisis bahan hukum

Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil penelitian menjadi suatu laporan. Analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data dalam pola, kategori dan uraian dasar sehingga akan dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy J. Moleong,1993:103).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif yaitu dengan mengumpulkan data-data, mengkualifikasikan kemudian menghubungkan dengan teori perundang-undangan Pasal 30 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi pertahanan dan menarik kesimpulan untuk menentukan hasil yaitu arah kebijakan Kementerian Pertahanan sebagai pelaksana fungsi pertahanan. Analisis bahan hukum merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil penelitian menjadi suatu laporan.


(21)

commit to user

F. Sistematika Penulisan Hukum

Dalam penulisan hukum ini terdiri dari empat bab yang masing - masing terdiri dari sub bab sesuai pembahasan dan materi yang diteliti.

Sistematika penulisan yang dimaksud sebagai berikut:

BAB I adalah pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II mengguraikan Tinjauan Pustaka yang meliputi tinjauan tentang lembaga negara sesuai UUD RI Tahun 1945, tinjauan tentang wewenang dan fungsi Kementerian Pertahanan, tinjauan tentang Pasal 30 UUD RI Tahun 1945, tinjauan tentang Tentara Nasional Indonesia, tinjauan tentang kepolisian RI, tinjauan tentang aturan-aturan yang berkaitan, tinjauan tentang kebijakan.

BAB III berisi hasil dari penelitian dan pembahasan yang berkaitan dengan arah kebijakan Kementerian Pertahanan sesuai fungsi dan wewenang merupakan amanah Pasal 30 UUD RI Tahun 1945.

BAB IV berisi simpulan dan saran dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis.


(22)

commit to user

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Mengenai pasal 30 Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Dasar merupakan konstitusi bangsa Indonesia yang menjadi landasan hukum tertinggi dan sumber dari segala sumber hukum. Dalam Pasal 30 tersirat amanah negara untuk seluruh rakyatnya dalam mempertahankan keutuhan dan kedaulatan bangsa Indonesia.

Pasal 30 ayat (1):

Tiap - tiap warga Negara berhak dan wajib ikut dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara .

Pasal 30 ayat (2):

Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian RI, sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.

Pasal 30 ayat (3):

Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi,

dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara”.

Pasal 30 ayat (4):

Kepolisian RI sebagai alat negara menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta

menegakkan hukum ”.

Pasal 30 ayat (5):

Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Rebublik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian RI didalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga Negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal yang terkait .

2. Tinjauan mengenai hierarki perundang-undangan

Setelah runtuhnya pemerintahan orde baru yang dimulai dengan berhentinya Presiden Soeharto tanggal 21 Juli 1998 yang menyerahkan kekuasaanya kepada Presiden Habibie, kemudian dengan Sidang Istimewa MPR pada tahun 1998 dan dilanjutkan Sidang Umum tahun 1999 dilanjutkan


(23)

commit to user

Sidang Tahunan tahun 2000 MPR menetapkan TAP MPR No. III /MPR/2000 tentang sumber hukum dan tata urutan perundang-undangan yaitu:

a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia;

b. TAP MPR;

c. Undang-undang;

d. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu);

e. Peraturan Pemerintah (PP);

f. Keputusan Presiden (Keppres); dan

g. Peraturan Daerah (Perda) (Valina S.S,2007:95)

Menurut Pasal 7 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 mengenai jenis dan hierarki Perundang-undangan sebagai berikut:

a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

c. Peraturan Pemerintah;

d. Peraturan Presiden; dan

e. Peraturan Daerah.

3. Tinjauan Umum Mengenai Lembaga Negara

Dalam setiap pembicaraan mengenai organisasi negara ada dua unsur

pokok yang saling berkaitan yaitu organ dan functie. Organ adalah bentuk

atau wadahnya, sedangkan functie adalah isinya, organ adalah status

bentuknya (Inggris = Form, Jerman= Vorm) sedangkan functie adalah gerakan

wadah itu sesuai dengan maksud pembentuknya (Jimmly Assidiqie, 2006: 99). Pembedaan lembaga Negara dari segi hierarkinya:

1) Lapis Pertama yaitu sama dengan:

a. Presiden dan Wakil Presiden;

b. Dewan Perwakilan Rakyat;

c. Dewan Perwakilan Daerah;

d. Majelis Permusyawaratan Rakyat;


(24)

commit to user

f. Mahkamah Agung; dan

g. Badan Pemeriksa Keuangan.

2) Lapis kedua yaitu :

a. Menteri Negara;

b. Tentara Nasional Indonesia;

c. Kepolisian Negara;

d. Komisi Yudisial;

e. Komisi Pemilihan Umum; dan

f. Bank Sentral.

4. Tinjauan Umum mengenai Kementerian Pertahanan

Semangat dan cita-cita luhur untuk menata kembali kehidupannya untuk meraih masa depan yang lebih cerah, telah mendorong segenap rakyat Indonesia melakukan Gerakan Reformasi. Hakekat Reformasi Nasional adalah suatu perubahan seluruh aspek kehidupan bangsa menuju kehidupan yang lebih baik. Perubahan dimaksud berskala nasional dan dilaksanakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta oleh segenap komponen bangsa. Arah dan tujuan reformasi tersebut sejalan dengan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, serta selaras dengan nilai-nilai kultur bangsa Indonesia dan nilai-nilai universal.

Cita-cita luhur Reformasi tersebut hanya mungkin tercapai melalui pembentukan pemerintahan yang demokratis, bersih dan berwibawa. Pemerintah yang diinginkan adalah pemerintahan yang mampu menata kehidupan demokratis dan mewujudkan supremasi hukum, mampu memberantas KKN dan segenap penyimpangan lainnya yang menghambat pembangunan maupun kepentingan nasional. Upaya untuk mencapai cita-cita luhur tersebut bukanlah hal ringan dan mudah. Kondisi obyektif Indonesia merupakan realita adanya tantangan dan kendala yang menghadang antara lain krisis ekonomi dan moneter, serta berbagai konflik yang belum teratasi secara tuntas. Kondisi obyektif tersebut telah menimbulkan dampak-dampak terhadap aspek-aspek kehidupan lainnya. Persoalan yang dihadapi makin kompleks,


(25)

commit to user

karena iklim politik yang berkembang sebagai akibat dari kedewasaan berpolitik yang belum memadai, cenderung menggiring suasana ke arah euforia demokrasi.

Gambaran kondisi di atas mengisyaratkan, bahwa jalan menuju masyarakat demokratis yang diharapkan masih sangat panjang dan menghadapi tantangan yang berat. Meskipun demikian, diyakini bahwa reformasi yang dilaksanakan saat ini merupakan kebutuhan, yakni sebagai wahana dan instrumen yang paling tepat untuk mengantarkan bangsa

Indonesia menuju masyarakat "civil" yang dicita-citakan. Walaupun

menghadapi tantangan yang berat, namun keyakinan akan kebenaran arah perjuangan Reformasi Nasional, telah mendorong semangat untuk terus melanjutkan proses reformasi. Upaya untuk mewujudkan cita-cita reformasi membutuhkan kebulatan tekad serta dukungan segenap bangsa Indonesia.

Tekad dan dukungan tersebut menuntut kerja keras serta usaha bersama secara sinergis agar agenda reformasi yang telah disepakati bersama tetap berada pada jalur yang benar. Sejalan dengan komitmen tersebut, tindakan yang menghambat dan menggagalkan reformasi harus dihindarkan agar tidak dinodai oleh tindakan anarkhis atau upaya memaksakan kepentingan kelompok atau golongan. Reformasi Nasional harus tetap dilanjutkan dan dijaga kesinambungannya dalam kerangka konstitusi Undang Undang Dasar (UUD) RI Tahun 1945 dan nilai falsafah Pancasila.

Sejalan dengan komitmen Reformasi Nasional, reformasi di bidang pertahanan negara dilaksanakan secara konsepsional dengan berlandaskan pada kostitusi UUD RI Tahun 1945 dan falsafah Pancasila.

Reformasi pertahanan negara merupakan komitmen bangsa yang dilaksanakan secara bertahap dan berlanjut, mencakup penataan struktur, kultur dan tata nilai sebagai satu kesatuan perubahan yang utuh dan menyeluruh.

Agenda penataan struktur sejauh ini telah mencakup penataan organisasi pertahanan negara yang menyentuh segi-segi substansial. Penataan tersebut meliputi perubahan struktur organisasi, tataran kewenangan, fungsi dan tugas


(26)

commit to user

Kementerian Pertahanan (Dephan), fungsi dan tugas Tentara Nasional Indonesia. Upaya penataan dimaksudkan agar penyelenggaraan pertahanan negara dapat lebih efektif sesuai dengan perkembangan konteks stratregis serta dalam bingkai masyarakat demokratis. Pada aspek kultur dan tata nilai, perubahan diarahkan pada sikap dan perilaku penyelenggara pertahanan negara untuk mampu memposisikan diri sesuai peran dan tugasnya. Perubahan dimaksud berlaku pada segenap jajaran di Dephan dan Tentara Nasional Indonesia, mulai dari tingkat tertinggi sampai terendah.((http://www.pertahanan indo.go.id/september 2010 pukul 10:00 WIB)

Reformasi di bidang pertahanan negara bertitik tolak dari Ketetapan (TAP) MPR nomor VI tahun 2000, tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Polri dan TAP MPR nomor VII tahun 2000 tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Polri. Salah satu wujudnya adalah Undang Undang (UU) Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara menggantikan UU RI Nomor 20 tahun 1982. UU RI Nomor 20 tahun 1982 tentang Ketentuan - ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan reformasi. UU Pertahanan Nomor 3 tahun 2002, di samping mengatur penataan negara ke depan untuk mendukung kepentingan nasional sesuai cita-cita reformasi serta untuk tujuan nasional.

Secara substansi UU RI Nomor 3 tahun 2002 mengatur wewenang dan tanggung jawab Menteri Pertahanan, peran dan tugas Tentara Nasional Indonesia, wewenang dan tanggung jawab Panglima Tentara Nasional Indonesia, nilai-nilai demokratis, Hak Asasi Manusia, perlindungan lingkungan hidup, peran DPR dalam pertahanan negara, hak dan kewajiban warga negara dalam bela negara. Secara ringkas, diatur sebagai berikut : a. Wewenang dan Tanggung Jawab Menteri Pertahanan

1) Menteri Pertahanan menetapkan kebijakan tentang penyelenggaraan pertahanan negara berdasarkan kebijakan umum yang ditetapkan Presiden.

2) Menteri Pertahanan menyusun buku putih pertahanan serta menetapkan kebijakan kerjasama bilateral, regional dan internasional di bidangnya.


(27)

commit to user

3) Menteri Pertahanan menetapkan kebijakan penganggaran, pengadaan, perekrutan, pengelolaan sumber daya nasional, serta pembinaan teknologi dan industri pertahanan yang diperlukan oleh Tentara Nasional Indonesia dan komponen pertahanan lainnya.

b. Peran dan Tugas Tentara Nasional Indonesia

1) Tentara Nasional Indonesia berperan sebagai alat pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2) Tentara Nasional Indonesia bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara untuk :

a) Mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah. b) Melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa.

c) Melaksanakan Operasi Militer selain perang.

d) Ikut serta secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional.

c. Wewenang dan Tanggung Jawab Panglima Tentara Nasional Indonesia 1) Panglima Tentara Nasional Indonesia memimpin Tentara Nasional

Indonesia.

2) Panglima Tentara Nasional Indonesia menyelenggarakan perencanaan strategi dan operasi militer, pembinaan profesi dan kekuatan militer, serta memelihara kesiagaan operasional.

3) Panglima Tentara Nasional Indonesia berwenang menggunakan segenap komponen pertahanan negara dalam penyelenggaraan operasi militer berdasarkan undang-undang.

4) Panglima Tentara Nasional Indonesia bertanggung jawab kepada Presiden dalam penggunaan komponen pertahanan negara dan bekerjasama dengan Menteri Pertahanan dalam pemenuhan kebutuhan Tentara Nasional Indonesia.

d. Nilai - nilai Demokrasi, HAM, dan Lingkungan Hidup

1) Pertahanan negara disusun atas dasar prinsip demokrasi, hak azasi manusia (HAM), kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional, hukum internasional dan kebiasaan internasional, serta


(28)

commit to user

prinsip hidup berdampingan secara damai. Prisip demokrasi dalam hal ini tidak lepas dari sistem pemerintahan saat ini adalah demokrasi modern yang dibatasi dengan konstitusi,yang mana dalam hal ini pelaksanaan demokrasi melalui pemilu dengan militer tidak ada dalam hak suara, militer sebagai instrumen negara yang netral dalam bidang pertahanan. Pertahanan negara juga menjunjung tinggi hak asasi manusia yang diakui oleh hukum dunia. Selain kedua prinsip tersebut juga berkaitan dengan lingkungan hidup, yang mana pertahanan wilayah suatu negara juga tidak lepas dari kelestarian lingkungan. 2) Pendayagunaan segala sumber daya alam dan buatan harus

memperhatikan prinsip-prinsip berkelanjutan, keragaman, dan

produktivitas lingkungan hidup. Penggunaan sumber daya alam juga harus memperhatikan sisi kelangsungan hidup, hal ini sangat mendukung dan berkaitan dengan pertahanan. Pertahanan tidak hanya menjaga tetapi juga mengembangkan dan memberikan hal terbaik untuk negara kesatuan.

e. Keterlibatan DPR

Presiden berwenang dan bertanggungjawab atas pengerahan kekuatan Tentara Nasional Indonesia. Dalam hal pengerahan kekuatan Tentara Nasional Indonesia untuk menghadapi ancaman bersenjata, kewenangan Presiden harus mendapat persetujuan DPR.

1) Presiden mengangkat dan memberhentikan Panglima setelah mendapat persetujuan DPR.

2) DPR melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan umum pertahanan negara.

f. Keterlibatan Rakyat

1) Hakekat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri.


(29)

commit to user

2) Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer menempatkan Tentara Nasional Indonesia sebagai komponen utama dengan didukung oleh komponen cadangan dan komponen pendukung. 3) Komponen cadangan terdiri atas warga negara, sumber daya alam,

sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat komponen utama.

4) Komponen pendukung terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang secara langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen pendukung.

Sejalan dengan komitmen reformasi pertahanan negara, Tentara Nasional Indonesia melakukan reformasi internal. Reformasi internal Tentara Nasional Indonesia pada hakekatnya merupakan tekad dan komitmen Tentara Nasional Indonesia untuk melakukan pembaharuan institusi Tentara Nasional Indonesia melalui langkah-langkah konstruktif sejalan dengan pembangunan pemerintahan dan masyarakat yang demokratis. Pembaharuan dimaksud dilakukan Tentara Nasional Indonesia secara konseptual untuk menata fungsi dan tugasnya sesuai yang diamanatkan dalam UU RI nomor 3 tahun 2002. Reformasi internal merupakan kebutuhan Tentara Nasional Indonesia untuk mewujudkan institusi Tentara Nasional Indonesia yang profesional dan dilaksanakan secara bertahap dan berlanjut. Dalam kaitan tersebut, Tentara Nasional Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk kembali pada jati dirinya sebagai tentara yang berasal dari rakyat, berjuang untuk rakyat, dan melindungi keselamatan rakyat. Oleh karena jiwa rakyat adalah jiwa Tentara Nasional Indonesia, maka Tentara Nasional Indonesia harus senantiasa memelihara kemanunggalannya dengan rakyat yang merupakan andalan kekuatan pertahanan negara Indonesia.

Jiwa dan semangat pembaharuan selalu melekat dalam Tentara Nasional Indonesia sesuai tantangan dan dinamika lingkungan yang


(30)

commit to user

berlaku. Komitmen tersebut telah dilakukan antara lain melalui kegiatan mengumpulkan berbagai bahan pemikiran strategis melalui kegiatan mengumpulkan berbagai bahan pemikiran strategis melalui kegiatan seminar, diskusi dan pengkajian-pengkajian, baik yang dilaksanakan di lingkungan sendiri, maupun bersama-sama dengan kalangan lain. Dari kegiatan-kegiatan tersebut Tentara Nasional Indonesia telah menyusun suatu konsep pemikiran strategis, suatu konsep reformasi internal yang dikenal dengan "Paradigma Baru Peran Tentara Nasional Indonesia". Paradigma Baru Peran Tentara Nasional Indonesia berisikan dokumen tentang Redefinisi, Reposisi dan Reaktualisasi peran Tentara Nasional Indonesia dalam Kehidupan Bangsa di masa depan. Dokumen tersebut ditandatangani oleh Menteri Pertahanan Keamanan atau Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) pada 5 Oktober 1998. Niat dan komitmen untuk mereformasi diri tersebut, kemudian diwadahi secara formal oleh wakil-wakil rakyat melalui TAP MPR-RI Nomor : VI/MPR/2000 tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Polri, dan Tap MPR-RI Nomor : VII/MPR/2000 tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Polri.

g. Implementasi reformasi internal Tentara Nasional Indonesia meliputi Tentara Nasional Indonesia tunduk pada otoritas politik pemerintah yang dipilih oleh rakyat sesuai dengan nilai - nilai demokrasi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam pelaksanaan tugasnya Tentara Nasional Indonesia senantiasa melaksanakan tugas negara untuk kepentingan nasional.

1) Tugas Tentara Nasional Indonesia untuk melaksanakan kebijakan pertahanan sebagaimana diatur dalam Pasal 10 UU RI No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara ditentukan melalui keputusan politik pemerintah. Oleh karenanya tanggung jawab politik Tentara Nasional Indonesia ada pada pimpinan nasional.

2) Tentara Nasional Indonesia bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan negara dengan menyelenggarakan perencanaan strategi dan


(31)

commit to user

operasi militer, pembinaan profesi dan kekuatan militer serta memelihara kesiapsiagaan (Pasal 10, 14 dan 18 UU RI No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara).

3) Tentara Nasional Indonesia sebagai bagian dari sistem nasional, tidak mengambil posisi eksklusif tetapi senantiasa memelihara keterkaitan dengan komponen bangsa yang lain.

4) Tentara Nasional Indonesia dalam menjalankan tugasnya sesuai aturan pelibatan yang ditetapkan oleh pemerintah.

5) Beberapa perubahan struktural antara lain : Pemisahan Polri dan Tentara Nasional Indonesia yang semula bersama-sama tergabung dalam ABRI. Perubahan tersebut diikuti penghapusan jabatan Kassospol Tentara Nasional Indonesia dan Kaster Tentara Nasional Indonesia, penghapusan Dwi Fungsi ABRI, likuidasi fungsi kekaryaan serta sosial politik Tentara Nasional Indonesia, penghapusan keberadaan Fraksi Tentara Nasional Indonesia atau Polri di lembaga legislatif paling lambat tahun 2009, serta perubahan doktrin dan organisasi Tentara Nasional Indonesia. Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Polri tersebut juga berimplikasi pada perubahan Dephankam menjadi Dephan.

Komitmen Tentara Nasional Indonesia untuk melaksanakan reformasi adalah tekad dan kemauan politik Tentara Nasional Indonesia yang ditujukan untuk mewujudkan tentara profesional, Tentara Nasional Indonesia telah memiliki komitmen untuk menjauhkan diri dari keterlibatannya dalam politik praktis, serta berada di bawah kekuasaan pemerintah yang dipilih rakyat secara konstitusional dan demokratis.

Harapan Tentara Nasional Indonesia sebagai tentara profesional meliputi Tentara Nasional Indonesia yang tidak berpolitik, berada di bawah kekuasaan pemerintah yang dipilih oleh rakyat berdasarkan cara-cara demokratis dan konstitusional, Tentara Nasional Indonesia yang terdidik dan terlatih baik, Tentara Nasional Indonesia yang terlengkapi kebutuhan


(32)

commit to user

alutsistanya secara memadai, serta prajurit Tentara Nasional Indonesia yang dicukupi kesejahteraan dan pendapatannya secara layak.

Sebagai tentara rakyat, Tentara Nasional Indonesia harus selalu dekat dengan rakyat, Tentara Nasional Indonesia harus mengenal dan hidup bersama rakyat. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk memisahkan Tentara Nasional Indonesia dari rakyat merupakan pengikraran akan kodrat Tentara Nasional Indonesia sebagai tentara yang berasal dari rakyat, berjuang bersama rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Inilah salah satu hakekat penyelenggaraan fungsi teritorial yang dilaksanakan Tentara Nasional Indonesia untuk tetap memelihara kedekatan dengan rakyat dan

teritorialnya(http:// www.TNI.go.id/articles indo)

5. Tinjauan Umum Mengenai Tentara Nasional Indonesia

Sesuai dengan Ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentara Nasional Indonesia adalah :

a. Tentara Rakyat, yaitu Tentara yang anggotanya berasal dari warga Negara

Indonesia

b. Tentara Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan Negara

Kesatuan Republik Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam melaksanakan dan menyelesaiakan tugasnya.

c. Tentara Nasional, yaitu tentara kebangsaan Indonesia yang bertugas demi

kepentingan negara diatas kepentingan daerah, suku, ras, dan golongan agama.

d. Tentara Profesional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik diperlengkapi

secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis dan dijamin kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional, dan hukum yang telah diratifikasi.


(33)

commit to user

Fungsi Tentara Nasional selaku alat pertahanan negara yaitu :

a. Penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata

dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa.

b. Penindak terhadap setiap bentuk ancaman

c. Pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat

kekacauan keamanan.

Tugas Tentara Nasional Indonesia dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 yaitu:

a. Menegakkan kedaulatan Negara

b. Mempertahankan keutuhan wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia

yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

c. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari

ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara.

Dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentara Nasional Indonesia dibagi menjadi 3 angkatan yang masing-masing memiliki tugas sebagai berikut:

a. Tugas angkatan darat:

1) Melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia matra darat dibidang

pertahanan

2) Melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia dalam pembangunan

dan pengembangan kekuatan matra darat

3) Melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia dalam menjaga

keamanan wilayah perbatasan darat dengan negara lain

4) Melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat

b. Tugas Angkatan Laut:

1) Melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia matra laut di bidang

pertahanan.

2) Menegakkan hukum dan menjaga keamanan wilayah laut yurisdiksi

nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi.


(34)

commit to user

3) Melaksanakan tugas diplomasi angkatan laut dalam rangka mendukung

kebijakan politik luar negeri yang ditetapkan pemerintah.

4) Melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia dalam pembangunan

dan pengembangan kekuatan matra laut

5) Melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan laut

c. Tugas Angkatan Udara:

1) Melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia matra udara dibidang

pertahanan

2) Menegakkan hukum dan menjaga keamanan diwilayah udara yurisdiksi

nasional sesuai ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi.

3) Melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia dalam pembangunan

dan pengembangan wilayah pertahanan udara.

4) Kepolisian Negara Republik Indonesia

Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 2 ditentukan bahwa kepolisian merupakan salah satu fungsi dari fungsi-fungsi pemerintahan negara dalam bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum, perlindungan, pengayoman,dan pelayanan masyarakat.

a). Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia:

1) Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan. 2) Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,

ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dijalan

3) Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan aturan perundang-undangan.

4) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.


(35)

commit to user

6) Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk- bentuk pengamanan swakarya.

7) Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya.

8) Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian.

9) Melindungi keselamatan jiwa, raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

10) Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi terkait.

11) Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian

12) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

b) Wewenang Kepolisian Negara Republik Indonesia : 1) Menerima laporan dan/atau pengaduan

2) Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat menggangu ketertiban umum.

3) Mencegah dan menaggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat. 4) Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau

mengancam persatuan dan kesatuan negara.

5) Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif kepolisian.

6) Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan.


(36)

commit to user

8) Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang 9) Mencari keterangan dan barang bukti

10) Menyelenggarakan pusat informasi kriminal nasional

11) Mengeluarkan surat ijin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka pelayanan masyarakat.

12) Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan keputusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat.

13) Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.

6. Tinjauan Mengenai Dewan Pertahanan Nasional

Dewan Pertahanan merupakan lembaga khusus yang didirikan secara independen sebagai penasehat presiden dalam pembuatan kebijakan. Kebijakan yang dimaksud adalah kebijakan dalam menetapkan kebijakan umum pertahanan dan pengerahan segenap komponen pertahanan negara. Dewan Pertahanan Negara dipimpin oleh Presiden dengan keanggotaan terdiri atas anggota tetap dan anggota tidak tetap dengan hak dan kewajiban yang sama. Anggota tetap terdiri atas Wakil Presiden, Menteri Pertahanan, Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri dan Panglima (http://www.dephan.go.id). Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, Pasal 15 ayat (1); Dewan Pertahanan Negara berfungsi sebagai penasehat Presiden dalam meningkatkan kebijakan umum pertahanan dan pengerahan segenap komponen pertahanan negara.

Tugas Kementerian Pertahanan pasal 15 ayat (3) :

a. Menelaah, menilai, dan menyusun kebijakan terpadu pertahanan negara

agar kementerian pemerintah, masyarakat beserta tentara dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab masing-masing dalam mendukung penyelenggaraan pertahanan negara.

b. Menelaah, menilai dan menyusun kebijakan terpadu pengerahan

komponen pertahanan negara dalam rangka mobilisasi dan demobilisasi


(37)

commit to user

Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Pasal 37 ayat (1) mengatur organ lembaga kepolisian yang disebut Komisi Kepolisian Nasional yang bertanggung jawab kepada Presiden.

Tugas Komisi Kepolisian dalam Pasal 38 ayat (1) yaitu:

a. Membantu presiden dalam menetapkan arah kebijakan kepolisian

b. Memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pengangkatan dan

pemberhentian Kapolri.

Wewenang Komisi Kepolisian dalam Pasal 38 ayat (2):

a. Mengumpulkan dan menganalisis data sebagai bahan pemberian sarana

dan prasarana POLRI

b. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Presiden dalam upaya

mewujudkan Polisi yang professional dan mandiri.

c. Menerima saran dan keluhan dari masyarakat mengenai kinerja polisi dan

menyampaikan kepada Presiden.

7. Tinjauan Mengenai Kebijakan

Kajian ilmu kebijakan dan pengertian kebijakan:

a. Secara harfiah ilmu kebijakan adalah terjemaham langsung dari kata policy

science, dikaitkan dengan keputusan pemerintah, karena pemerintah yang

mempunyai wewenang kekuasaan untuk mengarahkan masyarakat dan bertanggung jawab melayani kepentingan umum

b. Kebijakan dalam arti yang luas

Sebagai usaha pengadaan informasi yang diperlukan untuk menunjang proses pengambilan kebijakan .

c. Kebijakan menurut Thomas Dye

Kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

d. Kebijakan menurut H.hugh Heglo (Said Zainal, 2004:117).

Kebijakan sebagai a course of action intended to accomlist some end atau


(38)

commit to user

Tahap-tahap pembuatan kebijakan menurut William Dun yaitu; a. Penyusunan agenda

Agenda setting adalah fase atau proses sangat strategis dalam realitas kebijakan publik.

b. Formulasi kebijakan

Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan.

c. Adopsi atau legitimasi kebijakan

Memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan d. Penilaian atau evaluasi kebijakan

Kegiatan menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak ( Said Zainal Abidin,2004:112)


(39)

commit to user B. Kerangka Pemikiran

Keutuhan dan kedaulatan suatu negara tidak lepas dari sistem pertahanan dan keamanan suatu negara tersebut. Dalam mempertahankan keutuhan dan kedaulatan negara Indonesia, Indonesia memiliki institusi Kementerian Pertahanan dan keamanan meliputi Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia sesuai dengan Pasal 30 UUD RI Tahun 1945. Dalam menjalankan fungsi dan wewenangnya Kementerian Pertahanan tidak lepas dari peraturan yang berlaku. Era globalisasi ini banyak peristiwa yang melemahkan keutuhan dan kedaulatan wilayah Republik Indonesia, oleh karena itu perlu kebijakan dari Kementerian Pertahanan untuk memperbaiki sistem pertahanan dari berbagai segi dengan amanah UUD RI Tahun 1945 khususnya Pasal 30 mengenai kewajiban mempertahankan keutuhan dan kedaulatan suatu bangsa.

Pasal 30 UUD 1945

Departemen Pertahanan

TNI POLRI

Wewenang dan Fungsi

Kebijakan Departemen Pertahanan

Peningkatan Pertahanan TAP MPR No.VI/2000 TAP MPR No.VII/2000

UU No.3/2002 UU No.6/2004


(40)

commit to user

Dalam melaksanakan fungsi dan wewenangnya Kementerian Pertahanan mempunyai organisasi kesatuan Tentara Nasional Indonesia yang terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara yang masing-masing memiliki tugas mempertahankan kutuhan dan kedaulatan wilayah Republik Indonesia.


(41)

commit to user

28

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kementerian Pertahanan Negara sebagai Pelaksana Fungsi Pertahanan

1. Gambaran Umum Mengenai Kementerian Pertahanan Negara Republik Indonesia

Kementerian Pertahanan merupakan lembaga negara yang dipimpin oleh menteri yang memiliki wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Menetapkan kebijakan tentang penyelenggaraan pertahanan negara

berdasar kebijakan umum yang ditetapkan Presiden.

b. Menyusun buku putih pertahanan serta menetapkan kebijakan bilateral,

regional, dan internasional.

c. Menteri Pertahanan menetapkan kebijakan penganggaran, pengadaan,

perekrutan, pengelolaan sumber daya nasional serta pembinaan teknologi dan industri pertahanan yang diperlukan Tentara Nasional Indonesia dan komponen pertahanan lain.

Penyusunan buku puti oleh Kementerian Pertahanan mempunyai fungsi

sebagai berikut: The government, through ministry of defence,has

published on 31 Maret 2003 a defence white paper. The white paper, as some have argued, was a clear attemp to put the brakes on the ongoing security reform within the indonesian military (TNI). The paper titled defending the land and water at the start of the century was also a welcome attemp by the ministry of defence to become more transparent about its activity.

The mayor aims of the paper twofold. Nationally, the white paper is crucial to inform the country about national defence and the need for its integrated implementation. While, internasionally, it aims to inform the

internasional comunity abaut indonesia’s defence policy. The paper has

outlined the goverment’s perception of threat to indonesia and the

strtegies needed to deal with thess threat.

Pemerintah siap mempublikasikan buku putih pertahanan usaha kontrol militer. Buku putih yang diterbitkan berjudul mempertahankan tanah air memasuki abad ke-21. Dan juga Kementerian Pertahanan mengupayakan transparansi aktivitas pertahanan. Tujuan utama lebih mengenai seluruh negara Buku putih sangat penting memberitahu negara tentang pertahanan nasional dan dibutuhkan untuk pelaksanaan kebijakan selanjutnya. Saat dunia internasional, tujuannya untuk memberitahu komunitas internasional mengenai pertahanan Indonesia. Buku garis besar pemerintahan


(42)

commit to user

meneruskan persepsi dan strategi dibutuhkan perjanjian untuk meneruskannya (Anak Perwita, Journal of Security & Defence Law no.3/2004(GRN-SSR, 2004)).

Dalam Kementerian Pertahanan dibentuk lembaga independen dan mandiri yang mana dalam pelaksanaan tugasnya tidak diintervensi oleh kekuasaan lain yang berfungsi sebagai penasehat presiden dalam meningkatkan kebijakan umum pertahanan dan pengerahan komponenen pertahanan negara. Dalam hal ini lembaga yang dibentuk adalah Dewan Pertahanan Negara (http://www.dephan.go.id).

Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pertahanan Negara mengatur mengenai tugas Dewan Pertahanan yaitu:

a. Menelaah, menilai, dan menyusun kebijakan terpadu Pertahanan Negara agar Kementerian Pemerintah, masyarakat beserta tentara dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam mendukung penyelenggaraan pertahanan negara.

b. Menelaah, menilai dan menyusun kebijakan terpadu pengerahan komponen Pertahanan Negara dalam rangka mobilisasi dan demobilisasi. c. Menelaah, dan menilai resiko dan kebijakan yang ditetapkan.

Dalam Kementerian Pertahanan memiliki komponen pertahanan yang merupakan aparat negara dalam bidang pertahanan yaitu Tentara Nasional Indonesia.

Tentara Nasional Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004. Dalam hal ini Tentara Nasional Indonesia sebagai komponen pertahanan mempunyai komponen lebih spesifik yaitu:

a. Tentara Rakyat, yaitu tentara yang anggotanya berasal dari warga negara Indonesia.

b. Tentara Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugasnya.


(43)

commit to user

c. Tentara Nasional, yaitu tentara kebangsaan indonesia yang bertugas demi kepentingan negara diatas kepentingan daerah, suku, ras, dan golongan agama.

d. Tentara Profesional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis dan dijamin kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional, dan hukum yang telah diratifikasi. (Jimly Assidiqie, 2006:212).

Komponen Tentara Nasional Indonesia merupakan salah satu komponen pertahanan negara yang mempunyai tugas dan fungsi pertahanan negara sesuai ketentuan yang mengaturnya.

Fungsi Tentara Nasional Indonesia selaku alat pertahanan negara yaitu: a. Penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata

dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah dan keselamatan negara.

b. Penindak terhadap setiap bentuk ancaman.

c. Pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan.

Tentara Nasional dibagi menjadi tiga (3) angkatan yang masing-masing memiliki tugas sesuai matra. Dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Pasal 8 masing-masing tugas tersebut adalah :

a. Tugas Angkatan Darat

1) Melaksanakan tugas Tentara Nasional Indonesia matra darat di bidang pertahanan;

2) Melaksanakan tugas dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra darat;

3) Melaksanakan tugas dalam menjaga keamanan wilayah perbatasan darat dengan negara lain;

4) melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan didarat. b. Tugas Angkatan Laut


(44)

commit to user

2) Menegakkan hukum dan menjaga keamanan wilayah laut yurisdiksi nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional sesuai dengan ketentuan hukum internasional yang telah berlaku;

3) Melaksanakan tugas diplomasi angkatan laut dalam rangka mendukung kebijakan politik luar negeri yang ditetapkan pemerintah;

4) Melaksanakan tugas dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan matra laut;

5) Melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan. c. Tugas Angkatan Udara

1) Melaksanakan tugas matra udara dibidang pertahanan;

2) Menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah udara yurisdiksi nasional dan hukum internasional yang telah diratifikasi; dan

3) Melaksanakan tugas dalam pembangunan dan pengembangan wilayah pertahanan udara.

Secara umum Tentara Nasional Indonesia mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menegakkan kedaulatan negara;

b. Mempertahankan keutuhan wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

yang berdasar Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945; dan

c. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia dari

ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. (http://www.tni/modules.php?name=news&file=article&sid)

2. Landasan Hukum Pelaksanaan Pertahanan Negara Republik Indonesia

Pertahanan Negara meliputi keutuhan wilayah dan kedaulatan negara sebagai konsekuensi negara yang merdeka yang memiliki kadaulatan secara utuh untuk dipertahankan demi keberlangsungan negara. Pertahanan merupakan amanah yang turun temurun dan wajib dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Republik Indonesia seutuhnya. Mengenai hal tersebut landasan hukum pertahanan negara sebagai berikut:


(45)

commit to user

a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Pertahanan negara merupakan amanah konstitusi yang merupakan sumber dari segala sumber hukum atau hukum tertinggi, pertahanan diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945 yang ketentuannya sebagai berikut:

Pasal 30 ayat (1):

Tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara.

Pasal 30 ayat (2):

Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian RI, sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.

Pasal 30 ayat (3):

Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara sebagai alat Negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.

Pasal 30 ayat (4):

Kepolisian RI sebagai alat Negara menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.

Pasal 30 ayat (5):

Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Rebublik Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian RI didalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal yang terkait.

b. Undang-Undang yang berkaitan dengan pelaksanaan pertahanan negara Republik Indonesia.

1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 mengenai pertahanan negara menggantikan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara.

Secara substansial Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 mengatur wewenang dan tanggung jawab Menteri Pertahanan, peran dan tugas Tentara Nasional Indonesia, wewenang dan tanggung jawab Panglima Tentara Nasional Indonesia, nilai-nilai demokratis dan hak asasi manusia (http:// id.wikipedia.ast/wiki/substansi Undang-Undang No.3 thn 02 - publik=end).


(46)

commit to user

2) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia.

3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan. Dalam undang - undang ini mengatur mengenai asas kewarganegaraan secara khusus yaitu asas kepentingan nasional yaitu asas yang menentukan bahwa peraturan kewarganegaraan mengutamakan kepentingan nasional, Indonesia yang bertekad mempertahankan kedaulatannya sebagai negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan tujuan. Asas tersebut menegaskan bahwa sebagai warga negara indonesia wajib mempertahankan kedaulatannya sebagai warga negara seutuhnya milik negara Republik Indonesia (Dirangkum dari Komnas HAM,2000:367)

c. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

1) TAP MPR RI NOMOR VI TAHUN 2002 tentang Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dengan Polisi Republik Indonesia.

2) TAP MPR RI NOMOR VII TAHUN 2000 tentang Peran Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia.

3. Tahap Pelaksanaan Kebijakan Secara Umum Kementerian Pertahanan sebagai pelaksanaan fungsi pertahanan:

a. Penyusunan agenda

Melihat dari realita yang ada, menanggapi kasus-kasus yang berkaitan dengan pertahanan negara yang meliputi keutuhan wilayah dan kedaulatan negara, kemudian dibuat susunan agenda untuk langkah selanjutnya; b. Formulasi kebijakan

Masalah-masalah atau isu-isu yang telah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh anggota pembuat kebijakan yang dalam hal ini adalah anggota Dewan Pertahanan Negara sebagai lembaga independen penasehat Presiden dan penyusun kebijakan dengan anggota Wakil Presiden, Menteri Pertahanan, Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri;


(47)

commit to user

c) Legitimasi kebijakan

Memberikan otoritas pada proses dasar pemerintahan; d) Penilaian atau evaluasi kebijakan

Kegiatan menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak dari kebijakan yang telah disusun bersama.

B. Arah Kebijakan Kementerian Pertahanan Sebagai Pelaksana Fungsi Pertahanan

Sesuai dengan ketentuan yang mengamanahkan pertahanan negara dalam Pasal 30 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Kementerian Pertahanan mempunyai kebijakan-kebijakan yang diarahkan untuk meningkatkan pertahanan negara baik pertahanan wilayah maupun kedaulatan negara kesatuan. Pada era globalisasi ini banyak kasus-kasus kedaulatan wilayah indonesia terpecah dan lepas dari bangsa Indonesia misalnya wilayah Timor-Timur yang sekarang menjadi negara tetangga, hal tersebut tidak lepas dari tanggung jawab fungsi pertahanan negara. Hal-hal yang berkaitan dengan pertahanan negara telah tercantum dalam konstitusi bangsa Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar sebagai sumber hukum dari segala hukum atau hukum tertinggi bangsa Indonesia. Selain itu Indonesia juga memiliki landasan ideologi yaitu Pancasila yang merupakan pembeda dari bangsa satu dengan bangsa lainnya, yang dalam silanya sila ke-3

yang berbunyi “Persatuan Indonesia” tidak lebih dari peran pertahanan suatu

negara untuk menjamin keutuhan dan kedaulatan suatu negara.

Peran Pertahanan yang dilaksanakan oleh komponen utama pertahanan yaitu Tentara Nasional Indonesia sangat dipengaruhi tunjangan kinerja. Isu terhanggat

dari kebijakan Kementerian Pertahanan yaitu remunerasi. Remunerasi merupakan

kebijakan yang akhir-akhir ini diperbincangkan merupakan kebijakan dalam

bidang pertahanan. Remunerasi adalah kebijakan dalam memberi tunjangan

kinerja, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kinerja pemerintah khususnya dibidang pertahanan yaitu Tentara Nasional Indonesia. Menginggat isu-isu saat ini banyak kasus-kasus anggota militer dan polisi menjual amonisi kepada teroris, hal


(48)

commit to user

ini menggambarkan kondisi ekonomi dan sosial sangat mempengaruhi kinerja militer sebagai pertahanan negara. Hal ini juga yang memicu terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang seharusnya tidak terjadi dalam kalangan anggota militer. Apalagi saat ini pola penyerangan teroris berpindah dari mengebom sasaran aset asing berpindah menjadi serangan terhadap aparat negara secara lansung, sehingga kebijakan yang langsung pada asaran anggota militer yang diperlukan (dok.Solopos Cucuk Danartono : 24 September 2010).

Mengatur kebijakan tersebut dapat dilaksanakan dan memiliki arah yang tepat. Dari berbagai kebijakan yang telah dilaksanakan pemerintah tidak lepas dari hukum yang keutuhan suatu negara mencerminkan kekuatan bangsa tersebut sehingga memiliki eksistensi yang tinggi dari negara-negara lain yang sudah terbentuk. Indonesia memiliki sistem ketatanegaraan dalam bidang pertahanan yaitu Kementerian Pertahanan sebagai kementerian yang memiliki wewenang dalam bidang pertahanan. Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945 mengatur upaya pembelaan negara dan usaha pertahanan dan keamanan negara. Upaya pembelaan negara ditinjau dari segi warga negara sedangkan usaha pertahanan dan keamanan negara ditinjau dari segi negara yaitu Tentara Nasional Indonesia Republik Indonesia. Upaya pembelaan tercantum dalam Pasal 27 ayat (3) yang berbunyi ”Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan

negara”. Usaha pertahanan dan keamanan tercantum dalam bab XII tentang

pertahanan keamanan, yaitu pasal 30. Pasal 30 ayat (2) menentukan pula bahwa usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia sebagai kekuatan utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung. Sementara itu ayat (3) Pasal 30 tersebut menentukan Tentara Nasional Indonesia terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara. Sebelumya adanya Pasal 30 yang tercantum dalam bab XII Undang-Udang Dasar RI Tahun 1945 yang berjudul pertahanan dan keamanan tersebut, ketentuan mengenai Tentara Nasional Indonesia hanya


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Renja, salah satunya adalah terwujudnya penggelolaan industri pertahanan yang solid dan mendukung kebutuhan Tentara Nasional Indonesia dan instansi lainnya. Tahun 2009 terlaksananya penggadaan beberapa alutsista untuk Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut yang dapat menambah kemampuan dan kesiapan Tentara Nasional Indonesia dalam menghadapi setiap ancaman. Dihadapkan pada perkembangan lingkungan strategis dan tantangan tugas yang semakin berat, Tentara Nasional Indonesia telah menyusun program pembangunan kekuatan (probangkuat) yang diselaraskan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan kebijakan Menteri pertahanan 2010.

Prioritas yang ingin dicapai:

1. Melanjutkan probangkuat Tentara Nasional Indonesia berupa pembentukan satuan baru dan peningkatan status satuan untuk mencapai kekuatan pokok minimum

2. Modernisasi alutsista untuk memantapkan dan mengembangkan kekuatan matra darat, laut dan udara

3. Meningkatkan profesionalisme personel.

Berkaitan dengan modernisasi alutsista Tentara Nasional Indonesia kementrian pertahanan pertahanan menggunakan produksi industri pertahanan dalam negeri. Kebijakan tersebut amat srategis, disatu sisi akan dapat mengurangi bahkan bila mungkin meniadakan ketergantungan dengan industri pertahanan negara lain. Sedangkan pada sisilain akan terbuka peluang untuk melakukan proses percepatan dan peningkatan alih dan penguasaan teknologi sekaligus profesionalisme prajurit (dsofandi.Dephan RI.DMC.5:PM)


(2)

commit to user

57 BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan wewenang Kementerian Pertahanan hasil penelitian dan pembahasan mengenai arah kebijakan Kementerian Pertahanan sebagai pelaksana fungsi pertahanan mencakup permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan pertahanan sesuai dengan latar belakang permasalahan yaitu: Arah kebijakan remunerasi, remunerasi merupakan tunjangan kinerja untuk meningkatkan kinerja khususnya militer dalam peningkatan pertahanan negara. Dalam kebijakan tersebut salah satumya adalah peningkatan gaji terhadap anggota militer yaitu gaji pokok, tunjangan jabatan, uang makan dan lauk pauk. Namun untuk tahun 2010 hal ini belum terlaksana terkait kasus pajak dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang belum jelas dan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dan presiden belum terlaksana secara formil. Arah kebijakan reformasi tentara, dalam kebijakan ini terkait dengan menarik bisnis tentara agar tentara terfokus dalam menjalankan tugas utama pertahanan agar penigkatan pertahanan tercapai. Menghapus peran tentara dalam politik, tidak berhenti pada hilangnya jumlah kursi tentara di Dewan Perwakilan Rakyat melainkan harus berlanjut pada hilangnya dominasi militer dalam perumusan kebijakan politik Negara, namun keberadaan koter dan fungsi kekaryaan masih dibenarkan dalam undang-undang khusus tentara. Paradigma membuat tentara masih mempertahankan struktur komando Angkatan Darat padahal reformasi mencabut dwifungsi tentara yaitu peran sosial politik tentara dan struktur koter. Arah kebijakan diplomasi dengan negara Malaysia, yang dijalankan adalah demokrasi lunak yaitu tidak menggunakan demokrasi keras, hal ini dipertimbangkan dengan hukum positif yang belum jelas dalam batas laut dengan Malaysia. Arah kebijakan mengenai pasukan perdamaian sebagai konsekuensi anggota Perserikatan Bangsa Bangsa untuk menjamin perdamaian dunia dan khususnya pertahanan negara sendiri dari bahaya dunia. Dalam hal ini tidak hanya pelaksanaan politik negara tapi juga berkaitan denga ekonomi negara


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

yang juga mempengaruhi pertahanan negara. Arah kebijakan alat utama sistem senjata, hal ini berkaitan juga dengan profesionalisme tentara dalam menjalankan pertahanan. Kebijakan pemerintah dalam hal ini Indonesia memakai produk dalam negeri dan prosedur pemakaian yang diperbaiki agar tidak terjadi penyalahgunaan dari senjata tersebut, menggingat banyaknya kasus penjualan amunisi pada teroris dari anggota militer. Dari kebijakan Kementerian Pertahanan tersebut tidak lepas dari strategi peningkatan pertahanan sesuai amanah Undang – Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 mengenai tugas negara untuk mempertahankan kedaulatan, dengan alat pertahanan melalui kebijakan pemerintah dalam bidang pertahanan. Untuk menjalankan peningkatan pertahanan harus sesuai dengan peraturan yang berlaku sesuai dengan unsur normatif tertinggi yaitu konstitusi dan peraturan – pertaturan dibawahnya yang melahirkan suatu kebijakan yang dijalankan secara empiris demi peningkatan pertahanan sesuai amanah Undang – Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 khususnya Pasal 30 sebagai amanah pertahanan negara.


(4)

commit to user B. SARAN

Berbagai permasalahan sebagai latar belakang penulisan dan pembahasan arah kebijakan Kementerian Pertahanan sebagai pelaksana fungsi pertahanan seharusnya pelaksanaan kebijakan tentara sebagai pelaksana pertahanan dilaksanakan secara serius seperti pelaksanaan remunerasi, hal ini menyangkut kesejahteraan anggota militer yang menjalankan secara langsung fungsi partahanan. Kebijakan - kebijakan lain di luar pertahanan memang penting, tapi pertahanan adalah hal yang paling penting sebagai konsekuensi negara yang merdeka untuk mempertahankan kedaulatannya. Sangat membutuhkan senjata yang memadai untuk mempertahankan kedaulatan negara baik ancaman dari dalam maupun luar negara. Dan juga sistem senjata agar digalakkan mengingat era globalisasi banyak ancaman kedaulatan yang sangat membutuhkan senjata yang memadai untuk mempertahankan kedaulatan negara baik ancaman dari dalam maupun luar negeri. Dan juga mengenai pengiriman pasukan perdamaian agar ditransparansikan apa yang dilakukan pasukan dalam pertahanan negara, sehingga masyarakat mengetahui dengan jelas serta masyarakat bias mengontrol pelaksanaanya sesuai dengan amanah konstitusi nasional. Selain dalam bidang pertahanan juga dengan pemeliharaan lingkungan hidup sangat mempengaruhi petahanan yaitu pemanasan global yang berakibat pada pertahanan wilayah, pulau dan laut yang harus diseimbangkan secara universal.


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user DAFTAR PUSTAKA

Anak Agung. 2004. “Pemberdayaan Wilayah Pertahanan Melalui Pembinaan Teritorial”. Jurnal Komisi Nasional. Vol. 4 Hal. 2. Denpasar.

Anak Perwita. 2004. Journal of Security and Defence (GRN-SSR).

A.W. Bradley & K.D Ewing. 2003. ”Constitucional and Administration Law”

13th Edition.

Cucuk Danartono. “Antisipasi Serangan”. Solo Pos 24 September 2010

Dirangkum Dari Komnas HAM. 2000. Referensi Fundamental Diskursus Hukum

Kewarganegaraan. Komnas HAM. Jakarta

Defandi. 2009. DEPHAN RI.DMC.5:PM

Hendarmin Ranadireksa. 2007. Dinamika Konstitusi Indonesia. Bandung : Fokus Media.

Gunawan. Media Indonesia. 31 Agustus 2010

Jimly Assidiqie. 2006. Kelembagaan dan Konsolidasi Lembaga Negara Paska

Reformasi. Jakarta : Setjen dan Kepaniteraan MK-RI.

_____________. 2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta : Konstitusi Press.

Joko Santoso. Kewenangan Pengelolaan Potensi Nasional Menjadi Agenda

Departemen Pertahanan. http:// www.dephan.go.id/modules.php?name=

news&file=article&sid=713 [30 Agustus 2010 Pukul 11.00 WIB].

Lampiran Naskah Evaluasi Reformasi Tentara Nasional Indonesia (1998-2008)

Lexy J. Moleong. 1993. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya.

Lili Romli. Jurnal Nasional. Universitas Diponegoro Fakultas Hukum.

Peter Mahmud. 2006. Penelitian Hukum. Jakarta : Kencana Persada Media Group. Rahmanto. “Gudang Senjata TNI/POLRI Diawasi Ketat Pola Penyerangan

Bergeser”. Solo Pos, 24 September 2010.

Reza Rahman. TNI Era Reformasi. http:// TNI.Go.Id/Articles September 2010 Rizal Ramli. Remunerasi Tetap Berlanjud. http://www.pro3rri.com/indeks.php?


(6)

commit to user

Rini Utami. Keselarasan Dalam Kebijakan Remunerasi. http://www.informasi-training.com

Said. Pasukan Perdamaian. http://www.pol.artcle% said& content

Soerjono Soekanto. 2001. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat.

Jakarta : UI Press.

_______________. 2006. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press. Sofyan Efendi. Makalah Kebijakan.

Http://Www.Dephan.Go.Id/Buku-Putih/Bab-Ii.Htm

Said Zainal Abidin. 2004. Kebijakan Publik. Jakarta : Yayasan Pancur Siwah. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara.

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia. Yusuf Karim. Likuidasi Kebijakan Remunerasi. http://www.inilah.com/ news/read

/galeri-opini/2010/03/30/427402

Yusuf Kosim. ”Diplomasi”. Solopos, 23 September 2010

Zainal Abidin. http:// id.wikipedia.org/wiki/kebijakan-publik=9252. Z. Http://www//.Article. Politik Luar Negeri.History.pcf

Z. http://antikorupsi.org/indo(jawa pos,30 jan 2009(pukul 09.00 WIB 12 September 2010)