Rangsang Dengar Auditif Rangsang Visual

344 Kelas XII SMA MA SMK MAK manajer di sebuah perusahaan, agar karya tarinya sesuai dengan tujuan atau gagasan penciptaan. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam proses penggarapan karya tari antara lain sebagai berikut.

1. Eksplorasi

Aktivitas berpikir, berimajinasi, mencoba merasakan, dan merespon suatu objek untuk dijadikan bahan dalam karya tari, merupakan bentuk dari eksplorasi atau penjajagan. Ekplorasi berperan penting agar proses kreatif melahirkan sebuah karya tari dapat terwujud secara maksimal. Pada langkah ekplorasi biasanya terbentuk karena adanya rangsang awal yang ditangkap oleh panca indera. Melalui rangsang inilah secara sederhana praktik menata tari dapat dilakukan dan akan mewujudkan proses kreatif yang cenderung orisinal dari karya tari yang dibuat. Adapun rangsang dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat membangkitkan pikir, semangat, dan mendorong terjadinya suatu kegiatan. Dalam menata tari, rangsang dapat berupa auditif, visual, gagasan, rabaan atau kinestetik. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Rangsang Dengar Auditif

Suara instrumen musik gendang, seruling, gamelan, dan yang lainnya, suara manusia nyanyian, puisi, tangisan, dan yang lainnya, suara alam atau lingkungan gemuruh ombak, angin, kicauan burung, dan yang lainnya seringkali menarik dan menjadi rangsang dinamis tari. Suasana, karakter, ritme, dan atmosir tari dapat disusun dalam struktur tertentu oleh rangsang tersebut, tetapi terkadang tari dapat hadir meskipun tanpa suara iringan. Misalnya dengan rangsang puisi, penata tari harus mampu menafsirkan semua kata yang ada melalui gerak dan dituangkan dengan caranya sendiri sesuai selera estetisnya, atau dapat pula sebagai penekanan gerak dalam memberikan makna diambil intisari yang ada dari puisi tersebut. Musik pengiring tari berpengaruh terhadap suasana yang dimunculkan, gaya tari yang disajikan, panjang dan lamanya tarian, proses pembabakan, intensitas, dan bentuk keseluruhan penyajian. Dengan demikian, musik sebenarnya memiliki struktur kerangka kerja untuk tari dalam bentuk penyajiannya, sehingga keduanya merupakan satu kesatuan yang utuh untuk menyampaikan gagasan atau tujuan yang hendak disampaikan. Oleh karena itu, jika penata tari berkolaborasi dengan penata musik, dibutuhkan saling pengertian satu sama lain agar tercipta keharmonisan karya yang dibuat bersama.

b. Rangsang Visual

Rangsang visual muncul karena panca indera yang berupa mata menangkap berbagai hal yang menarik untuk diungkapkan dalam bentuk gerak tari. Rangsang visual ini dapat timbul dari objek gambar, warna, wujud, patung, garis atau pola, dan lain-lain. Seorang penata tari melalui 345 Seni Budaya gambaran visual tersebut dapat mengambil gagasankonsep yang ada di balik hasil penglihatannya dan dengan segera mampu bereksplorasi menciptakan gerak tarian yang diinginkan. Tentu saja hal ini memerlukan kecermatan dan interpretasi dalam menuangkan gagasankonsep sebagaimana rangsang visual tadi dan jika dipandang perlu asosiasi dapat diwujudkan pula tanpa harus persis dengan yang dilihatnya. Penata tari memiliki kebebasan dalam menuangkan gagasan dari rangsang visual ini, sehingga tari yang dibuat dapat berdiri sendiri tanpa adanya rangsangan lain dan karya tari seyogyanya harus tercipta orisinalitas yang jelas tanpa ada kesan karya tiruan. Oleh karena itu, ketajaman mata seorang penata tari begitu berharga dan menjadi salah satu sumber inspirasi yang utama.

c. Rangsang Kinestetik