2.2. Kandungan Kimia
Menurut skrinning fitokimia yang telah di lakukan rumput laut jenis Sargassum polycystum C.A. Agardh mengandung steroidtriterpenoiod, glikosida
dan saponin. Rumput laut ini juga mengandung protein, vitamin C, mineral seperti Ca, Mg, Na, dan Mn, tanin, iodin dan fenol Kadi, 2005 dan memproduksi
beberapa jenis senyawa sekunder seperti florotanin, steroid dan sterol Hayati, 2010.
2.3. Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan
alam yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan atas simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral Ditjen POM, 1979.
Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman dan eksudat tanaman. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian
hewan atau zat yang dihasilkan hewan yang masih belum berupa zat kimia murni. Simplisia mineral adalah simplisia berasal dari bumi, baik telah diolah atau
belum, tidak berupa zat kimia murni Ditjen POM, 1979.
2.4 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Dengan
diketahui senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dengan cara ekstraksi yang tepat Ditjen POM, 1995.
Universitas Sumatera Utara
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstarksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
Ditjen POM, 1995. Ada beberapa metode ekstraksi menggunakan pelarut Ditjen POM 2000,
yaitu: 1. Cara Dingin
a. Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar
b. Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru,
yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Prosesnya terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahapan maserasi antara tahap perkolasi sebenarnya
penetesanpenampungan ekstrak, terus menerus sampai diperoleh ekstrak perkolat yang tidak meninggalkan sisa bila 500 mg perkolat terakhir diuapkan
pada suhu ±50ºC. 2. Cara Panas
a. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 sehingga proses ekstraksi sempurna.
Universitas Sumatera Utara
b. Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dan jumlah
pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. c. Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada temperatur
yang lebih tinggi dari temperatur ruangan yaitu pada temperatur 40-50
o
C. d. Infudasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperature 96-98
o
C selama 15-20 menit di penangas air dapat berupa bejana infus tercelup dangan
penangas air mendidih.
2.5 Bakteri