PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan oleh kemampuan bangsa untuk memajukan kesejahteraan masyarakat
maka diperlukan dana untuk pembiayaan pembangunan guna mencapai tujuan yang diinginkan. Usaha untuk mencapai tujuan tersebut salah satunya adalah
melalui pajak. Pajak merupakan sumber penerimaan pendapatan yang dapat memberikan peranan dan sumbangan yang berarti melalui penyediaan sumber
dana bagi pembiayaan pengeluaran – pengeluaran pemerintah. Salah satu sumber dana berupa pajak yang dimaksud adalah Pajak
Bumi dan Bangunan PBB. Pajak Bumi dan Bangunan dapat dimanfaatkan untuk berbagai fungsi penentuan kebijakan yang terkait dengan bumi dan bangunan.
Meskipun penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan memberikan kontribusi terhadap penerimaan pajak yang relatif kecil, namun Pajak Bumi dan Bangunan merupakan
sumber penerimaan yang sangat potensial bagi daerah. Sesuai Pasal 18 ayat 1 Undang-undang No.12 Tahun 1994, hasil penerimaan pajak merupakan
penerimaan negara yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan imbangan pembagian sekurang-kurangnya 90 sembilan puluh persen
untuk Pemerintah Daerah Tingkat II dan Pemerintah Daerah Tingkat I sebagai pendapatan daerah yang bersangkutan. Dengan demikian daerah mendapat bagian
yang besar. Mengingat pentingnya peran Pajak Bumi dan Bangunan bagi
kelangsungan dan kelancaran pembangunan, maka perlu penanganan dan 2
1
pengelolaan yang lebih intensif. Penanganan dan pengelolaan tersebut diharapkan mampu menuju tertib administrasi serta mampu meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembiayaan pembangunan. Untuk menaikkan penerimaan pajak perlu dilakukan penyempurnaan aparatur pajak dengan memberlakukan
komputerisasi, peningkatan mutu para pegawainya dan penggunaan sistem pemungutan pajak yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pada prinsipnya sistem perpajakan nasional menganut Self Assesment
System, dalam sistem ini wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, membayar dan melaporkan kewajiban perpajakannya sendiri. Hal tersebut di atas
dirasa belum tepat mengingat besarnya jumlah obyek pajak dan beragamnya tingkat pendidikan dan pengetahuan wajib pajak, terutama dipedesaan maka
belum sepenuhnya wajib pajak dapat melaksanakan kewajiban untuk mendaftarkan dan melaporkan obyek pajaknya dengan baik. Oleh karena itu
untuk memberikan pelayanan yang lebih baik, dilakukan pendataan terhadap obyek dan subyek Pajak Bumi dan Bangunan.
Setiap orang atau badan yang memiliki, menguasai atau memperoleh manfaat atas tanah dan atau bangunan wajib mendaftarkan obyek pajaknya
tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi letak lokasi obyek pajak. Pendaftaran tersebut dilakukan dengan mengisi formulir yang
disebut Surat Pemberitahuan Obyek Pajak SPOP. SPOP tersebut dapat diperoleh secara cuma-cuma disetiap Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Setelah diisi dengan
benar, jelas dan lengkap SPOP harus dikembalikan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama selambat-lambatnya 30 hari setelah diterima Pasal 9 Undang-undang
3
No.12 Tahun 1994. Jika pengembaliannya melewati waktu yang telah ditentukan, maka kepada wajib pajak dikenakan denda administrasi sebesar 25
dari pajak yang seharusnya diayar Pasal 10 ayat 3 Undang-undang No.12 Tahun 1994.
Pada prakteknya pengisian SPOP dapat juga dilakukan melalui kegiatan pendataan. Dalam hal ini maka aparat pajak secara aktif mendatangi wajib pajak
dan mencatat data yang diperlukan. Dalam hal menentukan luas tanah atau bangunan maka petugas pendata dapat melakukan pengukuran obyek pajak
tersebut atau mencatatnya dari dokumen bukti-bukti yang dimiliki oleh wajib pajak seperti sertifikat atau Ijin Mendirikan Bangunan IMB.
Kegiatan pendaftaran, pendataan dan penilaian obyek dan subyek PBB dimaksudkan untuk menciptakan suatu basis data PBB yang akurat, sehingga
diharapkan dapat tercipta pengenaan PBB yang lebih adil, merata, tertib administrasi, peningkatan pokok ketetapan dan penerimaan PBB, serta
peningkatan pelayanan kepada wajib pajak. Sebelum wajib pajak dikenai PBB perlu adanya obyek pajak yang
ditentukan klasifikasinya. Untuk menentukan klasifikasi tanah dan bangunan Menteri Keuangan mengeluarkan surat keputusan. Menurut KMK.523KMK
041998 nilai kelas tanah dan bangunan diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu golongan A dan golongan B. Untuk nilai kelas tanah setiap golongan dibagi
menjadi 50 kelas, sedangkan untuk nilai kelas bangunan setiap golongan dibagi menjadi 20 kelas.
Pada dasarnya PBB menggunakan dua sistem pemungutan yaitu Self Assessment System dan Official Assessment System, yang mana kedua sistem ini
4
diterapkan dalam kegiatan yang berbeda. Self Assessment System diterapkan dalam kegiatan menyerahkan SPOP, sedangkan Official Assesment System
diterapkan dalam penentuan besarnya PBB. Dalam pemungutan PBB perlu adanya prosedur yang sesuai dengan ketentuan Undang-Undang PBB, karena
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali kurang melakukan sosialisasi masalah prosedur pemungutan PBB, maka wajib pajak banyak yang kurang mengetahui
tentang prosedur pemungutan PBB. Berdasarkan hal tersebut di atas maka ingin diketahui sebenarnya
“PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BOYOLALI”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penulisan Tugas Akhir ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
“Bagaimana Prosedur Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali?”
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan judul yang diambil penulis, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Prosedur Pemungutan Pajak Bumi
dan Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Boyolali.
D. MANFAAT PENELITIAN