Komunikasi Lintas ฀udaya dalam Perkawinan Campuran

individu mulai membangun sistem komunikasi personal mereka yang menurut Altman dan Taylor akan menghasilkan komunikasi yang efisien. Dengan kata lain, pada tahap pertukaran stabil, makna dapat ditafsirkan secara jelas untuk memperjelas empat tahap perkembangan hubungan antar individu ini. Pada kali pertama pasangan ini jalan atau keluar bersama merupakan tahap orientasi, pertemuan selanjutnya merupakan tahap pertukaran efek eksploratif, tahap pertukaran efek akan terjadi jika pasangan itu menjadi ekslusif dan mulai merencanakan masa depan bersama. Pertukaran stabil terjadi ketika mereka menikah.

2.4. Komunikasi Lintas ฀udaya dalam Perkawinan Campuran

Perkawinan campuran menurut UU No. 1 1974 pasal adalah perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia. Maretzki dalam Tseng, 1977 mengatakan bahwa perkawinan campuran int฀rcultural marriag฀ adalah perkawinan yang berasal dari dua latar belakang budaya dan bangsa yang berbeda. ฀omunikasi lintas budaya adalah 1 suatu studi tentang perbandingan gagasan atau konsep dalam pelbagai kebudayaan; 2 perbandingan antara satu aspek atau minat tertentu dalam kebudayaan; 3 atau perbandingan antara satu aspek atau minat tertentu dengan satu atau lebih kebudayaan lain. ฀omunikasi lintas budaya lebih menekankan pada perbandingan interaksi antar orang dari latar belakang budaya yang sama, atau perbandingan suatu aspek tertentu dari suatu kebudayaan dengan orang- orang dari suatu latar belakang budaya lain. Liliweri 2005 mengatakan komunikasi lintas budaya cross cultur฀ sering digunakan para ahli untuk menyebutkan makna komunikasi antarbudaya int฀rcultur฀. Perbedaanya terletak pada wilayah geografis negara atau dalam konteks rasial bangsa. Menurut Fiber Luce dalam Liliweri 2005:365 pada hakikatnya studi lintas budaya adalah salah satu studi komparatif yang bertujuan untuk membandingkan: 1 variabel budaya tertentu; 2 kosekuensi atau akibat dari pengaruh kebudayaan, dari dua konteks kebudayaan atau lebih yang berbeda. Melalui studi atau analisis perbandingan seperti ini, diharapkan setiap orang akan dapat memahami kebudayaannya sendiri dan mengakui bahwa ada isu kebudayaan yang dominan, yang dimiliki oleh orang lain individu, keluarga, gender, kontrol terhadap kejahatan, ketidakseimbangan sosial, dan lain-lain. Atau kita dapat mengatakan bahwa gagasan dasar dari komunikasi lintas budaya terletak pada: 1 komunikasi antara orang-orang dan kelompok yang berbeda budaya yang dipengaruhi oleh perbedaan sikap, sumber daya, sejarah, dan banyak faktor lain; dan 2 proses interpretasi dan interaksi yang dipengaruhi oleh partisipan dalam komunikasi itu. Faktor-faktor personal yang mempengaruhi komunikasi antarpribadi antara lain adalah faktor kognitif seperti konsep diri, persepsi, sikap, orientasi diri, dan harga diri. ฀onteks komunikasi lintas budaya juga meliputi komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh dua atau tiga orang yang berbeda latar belakang pribadi atau, termasuk latar belakang kebudayaan. ฀arena itu, umumnya defenisi komunikasi antarbudaya menjelaskan sebuah proses komunikasi antarpribadi dari peserta komunikasi yang berbeda latar belakang kebudayaan. Oleh karena itu, dalam setiap perkawinan membutuhkan penyesuaian, terutama dalam perkawinan campuran yang sering kali perbedaan kebudayaan menjadi permasalahan yang mendasar dalam perkawinan campuran, terutama pada perkawinan campuran antara orang Indonesia dengan orang Barat W฀st฀rn. ฀ebudayaan barat lebih mengesankan kehidupan yang bebas dan individual, sedangkan kebudayaan timur Indonesia lebih mengesankan kehidupan yang kekeluargaan dan lebih berdasarkan pada norma-norma yang ada pada lingkungan sekitar Ries, 2005. Apabila pasangan suami istri berhasil dalam proses penyesuaian perkawinan atau tidak memiliki kesulitan yang berarti dalam menjalani suatu perkawinan, maka keharmonisan dalam perkawinan dapat dijaga. Sebaliknya, apabila penyesuaian perkawinan pasangan memiliki kesulitan yang berarti, tidak dapat dipungkiri, perkawinan tersebut dapat berakhir dengan perceraian. Tercapainya suatu penyesuaian perkawinan berarti tercapainya suatu kenyamanan dalam hubungan perkawinan melalui saling memberi dan menerima antarpasangan. Menurut Tseng, Dermott, J.F., Maretzki, T.W 1977 faktor pendukung keberhasilan penyesuaian perkawinan campuran, antara lain: a. Adanya sikap saling keterbukaan pikiran atau op฀n mind฀dn฀ss b. Adanya toleransi yang tinggi c. Memiliki sikap keluwesan d. Memiliki keinginan untuk saling mempelajari kebudayaan dari pasangan d. ฀epekaan terhadap kebutuhan pasangan Penyesuaian adalah interaksi yang kontinu dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan Calhoun Acocella, dalam Sri Lestari, 2012. Penyesuain ini bersifat dinamis dan memerlukan sikap dan cara berpikir yang luwes. ฀eberhasilan penyesuaian dalam perkawinan tidak ditandai dengan tiadanya konflik yang terjadi. 2.5. Pengertian Etnis Pengertian etnik ฀thnic berasal dari bahasa Yunani ฀thnos yang merujuk pada pengertian bangsa atau orang. Acapkali ฀thnos diartikan sebagai setiap kelompok sosial yang ditentukan oleh ras, adat-istiadat, bahasa, nilai dan norma budaya, dan lain-lain yang pada gilirannya mengidentifikasikan adanya kenyataan kelompok yang minoritas atau mayoritas dalam suatu masyarakat. Menurut Sowell dalam Soermarsono, 2010 yang menulis tentang ฀thnic of Am฀rica, kelompok etnik merupakan sekelompok orang yang mempunyai pandangan dan praktik hidup yang sama atau suatu nilai dan norma. Misalnya kesamaan agama, negara asal, suku bangsa, kebudayaan, bahasa, dan lain-lain yang semuanya berpayung pada satu kelompok yang disebut kelompok etnik. Menurut Frederich Barth 1988 istilah etnik menunjuk pada suatu kelompok tertentu yang karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa ataupun kombinasi dari kategori tersebut terikat pada sistem nilai budayanya. Dalam kaitannya dengan “bangsa” etnik kelompok etnik merupakan konsep yang digunakan silih berganti untuk menerangkan suatu bangsa seperti Indonesia, dari sudut pandang kebangsaan yang melatarbelakangi perkembangan kebudayaan Hidayah, 1996.

2.6. Penelitian Sebelumnya

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunikasi Antarpribadi pada Perkawinan Campuran di Kota Denpasar: Studi Kasus Pasangan Etnis Sumba dan Western T1 362011069 BAB I

0 0 3

T1 362011069 BAB III

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunikasi Antarpribadi pada Perkawinan Campuran di Kota Denpasar: Studi Kasus Pasangan Etnis Sumba dan Western T1 362011069 BAB IV

0 4 25

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunikasi Antarpribadi pada Perkawinan Campuran di Kota Denpasar: Studi Kasus Pasangan Etnis Sumba dan Western T1 362011069 BAB V

0 1 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunikasi Antarpribadi pada Perkawinan Campuran di Kota Denpasar: Studi Kasus Pasangan Etnis Sumba dan Western T1 362011069 BAB VI

0 0 2

T1 362011069 Daftar Pustaka

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunikasi Antarpribadi pada Perkawinan Campuran di Kota Denpasar: Studi Kasus Pasangan Etnis Sumba dan Western

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Komunikasi Antarpribadi pada Perkawinan Campuran di Kota Denpasar: Studi Kasus Pasangan Etnis Sumba dan Western

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Stereotip Etnis Sabu, Sumba, Timor, dan Alor terhadap Etnis Rote di Kota Kupang

0 0 2

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Adaptasi Keluarga terhadap Beban Peran Publik dan Peran Domestik Ibu yang Menyusui di Kota Waikabubak, Sumba T1 BAB II

0 0 10