BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Berdasarkan permasalahan dan hipotesis yang telah dikemukakan,
maka variabel-variabel yang akan dianalisis dapat dikelompokkan sebagai
berikut : a. Variabel terikat Y adalah harga saham
Merupakan harga per lembar saham Perusahaan Food and Beverage yang go public di Bursa Efek Indonesia. Harga per lembar saham
ditentukan berdasarkan harga penutupan Clossing Price Per 31 Desember periode 2006 - 2008. Satuan ukuran yang digunakan adalah
rupiah Rp.
b. Variabel bebas X terdiri dari :
1. Return On Asset
X
1
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. Dapat dihitung
dengan memperbandingkan antara EAT dengan total aktiva. Satuan yang digunakan adalah persentase, dan skalanya adalah skala rasio.
ROA = Aktiva
Total Bersih
Laba x 100 . . Mamduh , 2009:87
2. Return on Equity X
2
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Return On
Equity merupakan prosentase laba bersih setelah pajak EAT,
terhadap modal sendiri dari perusahaan. Satuan ukur dari variabel ini adalah persen dan skala datanya adalah skala rasio. Return On
Equity diformulasikan sebagai berikut :
Return on Equity 100
Sendiri Modal
x LabaBersih
Mamduh, 2009 : 87
3. Earning per Share X
3
merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik. Earning
Per Share yang dimaksud dalam penelitian ini adalah laba bersih bagi
pemilik atau EAT dibagi jumlah saham yang beredar. Satuan ukur dari variabel ini adalah rupiah Rp dan skala datanya adalah skala rasio.
Earning Per Share diformulasikan sebagai berikut :
Earning Per Share Saham
Lembar Jumlah
EAT
Darmadji dan Fakhruddin 2001 : 139
3.2. Teknik penentuan sampel
3.2.1. Populasi
Dalam penelitian ini populasi yang dijadikan obyek adalah perusahaan Food and Beverages yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
BEI sebanyak 17 perusahaan.
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian Kuncoro, 2003 : 107. Teknik yang
digunakan untuk menentukan sampel adalah Purposive Sampling yaitu bahwa pengambilan sampel yang dilakukan karena peneliti mempunyai
tujuan atau target dalam memilih sampel berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu.
Adapun kriteria pemilihan sampel perusahaan yang dipakai adalah : 1. Perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia memberikan
laporan keuangan secara periodik per 31 Desember tiap tahunnya selama periode tahun 2006-2008.
2. Perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia mengalami laba pada periode tahun 2006-2008.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka terdapat 10 perusahaan yang dapat dijadikan sebagai sampel penelitian adalah sebagai berikut :
1. PT Fast Food Indonesia Tbk 2. PT. Mayora Indah Tbk
3. PT. Aqua Golden Mississipi Tbk 4. PT Multi Bintang Indonesia Tbk
5. PT Ultra Jaya Milk Tbk 6. PT Indofood Sukses Makmur Tbk
7. PT Delta Djakarta Tbk 8. PT Siantar TOP Tbk
9. PT Sekar Laut Tbk 10. PT Tunas Baru Tbk
3.3. Teknik Pengumpulan
Data 3.3.1. Jenis
Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari arsip-arsip atau dokumen-dokumen yang
dikumpulkan dari instansi-instansi yang terkait dalam penelitian ini. Adapun data sekunder yang diambil meliputi :
1. Data perkembangan harga saham perusahaan food and beverage
yang diteliti periode 2006-2008 pada BEI 2.
Laporan keuangan perusahaan food and beverage yang diteliti Per 31 Desember selama periode 2006-2008 pada BEI.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan untuk memenuhi keperluan penelitian ini di peroleh dari perusahaan food and beverage yang go public
di Bursa Efek Indonesia serta laporan keuangan dari www.idx.co.id
dan Indonesian Capital Market Directory
ICMD
3.3.2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data sekunder diambil dengan teknik dokumentasi yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen dengan
cara mencari dan mengumpulkan data dengan mengambil data-data yang sudah dipublikasikan oleh pemerintah, industri atau sumber-sumber
individual dan masih berlaku saat ini. Kemudian dilakukan rekapitulasi sesuai dengan kebutuhan penelitian.
3.4. Teknik Analisa dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis
Sifat penelitian yang dilakukan adalah untuk melihat kejelasan pengaruh variabel bebas Return On Assets, Return on Equity, Earning Per
Share terhadap variabel terikat harga saham.
Model statistik yang dipakai adalah model regresi linier berganda yang dirumuskan sebagai berikut :
Y = α +
1
X
1
+
2
X
2
+
3
X
3
+ ei Algifari, 1997 : 79
Keterangan : Y = Harga saham
α = Konstanta
1
,...,
= Koefisien regresi dari variabel bebas X
1
= ROA Return On Assets X
2
= ROE Return On Equity X
3
= EPS Earning Per Share ei
= Variabel pengganggu error Berdasarkan model yang terbentuk akan dapat diketahui apakah
semua variabel bebas secara individu dan bersama-sama mempunyai pengaruh yang gapakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak.
3.4.2. Uji Hipotesis
Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh variabel bebas yaitu : Return On Asset ROAX
1
, Return On Equity ROEX
2
, Earning Per Share
EPSX
3
secara parsial tehadap variabel terikat yaitu harga saham Y.maka digunakan Progam SPSS 13 dengan uji t yang
memiliki prosedur. Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah dan menganalisis data dengan teknik analisis regresi linier berganda adalah
sebgai berikut :
Uji t
Untuk mengetahui pengaruh secara parsial antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat digunakan uji t dengan prosedur sebagai
berikut : 1. Menentukan hipotesis yang akan diuji :
H :
β
i
= 0, tidak ada pengaruh yang nyata antara X secara parsial terhadap Y
H
1
: β
i
≠ 0, ada pengaruh yang nyata antara X secara parsial terhadap Y
2. Penelitian ini menggunakan tingkat level signifikan 5 = 0,05 dengan derajat bebas = n – k
ـ
1 . Dimana :
n = jumlah sampel k = jumlah variabel independen atau bebas
3. Menetukan rumus distribusi t hitung :
bi Se
bi t
hitung
Gujarati, 1995:78 t
hitung
= t hasil perhitungan βi
= koefisien regresi Se
βi = Standar error
4. Kriteria pengujian : Apabila tingkat signifikasi koefisien
α 0,055 maka variabel x tidak signifikan atau tidak berpengaruh terhadap variabel y.
Apabila tingkat signifikasi koefisien α 0,055 maka variabel
x berpengaruh signifikan atau mempunyai pengaruh terhadap variabel y.
3.5. Uji Asumsi Klasik
Persamaan regresi harus bersifat BLUE Best Linier Unbiased Estimator
artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi tiga
asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi berganda yaitu : 1.
Tidak boleh ada autokorelasi 2.
Tidak boleh multikolinearitas 3.
Tidak boleh heteroskedastisitas
Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE sehingga
pengambilan keputusan melalui uji t menjadi bias.
1. Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antar anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu seperti dalam data
deretan waktu atau ruang seperti dalam data cross sectional. Jadi dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat gejala
autokorelasi, artinya nilai residual Y observasi – Y prediksi pada waktu ke-t
е
t
tidak boleh ada hubungan dengan nilai residual periode sebelumnya e
t-1
. Identifikasi ada atau tidaknya gejala autokorelasi dapat dites dengan menghitung nilai Durbin Watson d tes dengan
persamaan :
N t
t t
N t
t t
t
e e
e d
1 2
2 2
1
Gujarati, 1995 : 215
Keterangan : d =
nilai Durbin
Watso e
t
= residual pada waktu ke-t e
t-1
= residual pada waktu ke t-1 satu periode sebelumnya N = banyaknya data
2. Multikolinearitas
Multikolinearitas berarti ada hubungan linear yang sempurna atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari
model regresi. Persamaan regresi linear berganda diasumsikan tidak terjadi pengaruh antar variabel bebas. Apabila ternyata ada pengaruh
antar variabel bebas maka asumsi tersebut tidak berlaku lagi terjadi bias.
Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas pada suatu model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF
Variance Inflation Factor, yaitu: VIF menyatakan tingkat pembekalan varians. Apabila VIF 10,
maka tidak terdapat multikolinearitas dalam persamaan regresi linier. Sebaliknya Apabila nilai VIF 10 maka terdapat multikolinearitas pada
persamaan regresi linier.
3. Heteroskedastisitas
Satu asumsi penting dari model regresi linear klasik menurut Gujarati 1995 : 177 adalah bahwa gangguan disturbance yang
muncul dari regresi populasi adalah heteroskedastisitas yaitu semua gangguan yang mempunyai varians sama. Menurut Gujarati 1995 : 189
heteroskedastisitas tidak merusak sifat ketidakbiasan dan konsistensi dari penaksir OLS Ordinary Least Square atau Kuadrat terkecil biasa,
tetapi penaksir tadi tidak lagi efisien, bahkan tidak lagi asimotik yaitu
untuk sampel yang besar. Ketidakadaan efisiensi ini membuat prosedur pengujian hipotesis yang biasa nilainya diragukan.
Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel bebas. Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan menggunakan
pengujian Spearman Ranking Correlation sebagai berikut :
1 6
1
2 2
N N
d rs
i
Gujarati, 1995 : 188 Keterangan :
d
i
= Perbedaan dalam rank yang ditepatkan untuk dua karakteristik yang berbeda dari individual atau fenomena ke i.
N = Banyaknya individual atau fenomena yang di rank. r
s
= koefisien korelasi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat PT. Bursa Efek Indonesia BEI
Pada tanggal 13 juli 1992, Bursa Efek Indonesia diswastakan dan mulai menjalankan pasar saham di Indonesia, sebuah awal pertumbuhan
baru setelah terhenti sejak didirikan pada awal abad ke-19. Pada tahun 1912, dengan bantuan Kolonial Belanda, Bursa Efek pertama di Indonesia
didirikan di Batavia, pusat pemerintahan colonial Belanda yang dikenal sebagai Jakarta saat ini.
Bursa Batavia sempat ditutup selama Perang Dunia pertama dan kemudian dibuka lagi pada tahun 1925. Selain Bursa Batavia,
pemerintahan kolonial juga mengkeuangankan bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa saham ini dihentikan lagi ketika
terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia. Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan
kemerdekaan, bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-
perusahaan Belanda sebelum Perang Dunia. Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program
nasionalisasi pada tahun 1956.